PENGANTAR ILMU HUKUM ILMU HUKUM

PENGANTAR ILMU HUKUM
(Resume)

Penulis
Nama

: Vadila Raiza

NPM

: 0916021021

P.S.

: Ilmu Pemerintahan

Mata Kuliah

: Pengantar Ilmu Hukum

Dosen


: Drs. Amantoto Dwijono, M.H

Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
Bandar Lampung
9 Desember 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya sehinnga penulis dapat menyelesaikan Resume
ini dengan judul “ Pengantar Ilmu Hukum “ .
Penulis masih menyadari bahwa dalam pembuatan resume ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
resume ini. Penulis juga berharap semoga resume ini dapat menjadi lebih
sempurna dimasa yang akan datang.


Bandar Lampung, 9 Desember 2009

Vadila Raiza

NPM. 0916021021

PENGANTAR ILMU HUKUM

I. Pengertian hukum
Pengertian Hukum dapat dilihat dari 2 cara yaitu : secara etimologis
dan dari para ahli. Secara etimologis Hukum dapat di bagi menjadi 4 yaitu :
Hukum , Recht,Lex, Ius.
a) Hukum berasal dari bahasa Arab dan bentuk tunggal, jamaknya dari
istilah Alkas yang diambil alih dalam bahasa Indonesia menjadi
hukum.
b)

Recht berasal dari bahasa Latin Rechtum yang mempunyai arti
tuntunan,bimbingan , pemerintahan. Selalu didukung oleh
kewibawaan. Menimbulkan istilah Bahasa Belanda Gerechtigdheid

dan Gerechtigkeit dari Bahasa Jerman yang berarti keadilan.

c) Lex berasal dari bahasa Latin berasal dari kata Lesere artinya
mengumpulkan orang-orang yang diberi perintah.
d) Ius berasal dari bahasa latin yang berarti hukum. Dari kata Lubere
yang berarti mengatur / memerintah. Secara Etimologis disimpulkan
ius yang berarti hukum bertalian erat dengan keadilan yang
mempunyai 3 unsur : wibawa, keadilan, dan tata kedamaian.
Jadi dapat disimpulkan hukum :
1. Pengertian hukum bertalian erat dengan keadilan.

2. Pengertian hukum bertalian erat dengan kewibawaan.
3. Pengertian hukum bertalian erat dengan ketataan.
4. Pengertian hukum bertalian erat dengan peraturan (yang berisi
norma).

Sedangkan menurut para ahli :
1.Prof. Dr. P. Borst :
Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan / perbuatan manusia di
dalam masyarakat yang pelaksanaanya dapat dipaksakan dan bertujuan

mendapatkan tata / keadilan dan kedamaian.
2. Prof . DR. Van Kan :
Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.
3. Suardi Tasrif, S.H :
Hukum adalah keseluruhan peraturan-peraturan hidup yang bersifat
memaksa dan dibuat oleh yang berwenang berisikan suatu perintah/
larangan/ izin untuk berbuat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur
tata tertib kehidupan masyarakat.
4. M.H. Tirtaanardjaja, S.H :
Hukum adalah semua aturan / norma yang harus ditaati dalam tingkah
laku,tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman harus
mengganti kerugian jika melangggar aturan-aturan itu akan membahayakan
diri sendiri/ harta (umpama orang akan hilang
kemerdekaannya,didenda,dsb).

Kesimpulan hukum dari para ahli dari 4 unsur :
1. Hukum bersifat memaksa dan ditaati.
2. Peraturan dibuat dari yang berwenang.
3.Hukum memerintahkan dan melarang.

4. Mengatur tata tertib masyarakat.
Hukum adalah : Peraturan atau norma, petunjuk atau pedoman hidup yang
wajib ditaati oleh manusia. Norma hukum diadakan guna ditujukan pada
kelakuan atau perbuatan manusia dalam masyarakat dengan demikian
pengertian hukum adalah pengertian sosial. Pelaksanaan hukum dapat
dipaksakan ( hukum mempunyai sanksi bagi yang melanggarnya). Adapun
sanksi dari pelanggaran tersebut adalah : Denda, Ganti Rugi, Sosial,
Penjara.

II. KETAATAN PADA HUKUM.

Utrecht mengatakan bahwa pada umumnya orang mentaati hukum karena
bermacam-macam sebab yaitu :
a. Karena orang merasakan bahwa peraturan-peraturan itu dirasakan sebagai
hukum.
b. Supaya ada rasa ketentraman.
c. Karena masyarakat menghendakinya.
d. Karena adanya paksaan ( sanksi ) sosial.

Beberapa teori dan aliran yang menyebabkan hukum ditaati orang :

a. Mazhab Hukum Alam atau Hukum Kodrat
Mazhab hukum Alam adalah suatu aliran yang menelaah hukum dengan
bertitik tolak dari keadilan yang mutlak artinya bahwa keadilan tidak boleh
digangggu.
Hukum Alam adalah hukum yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Terlepas dari kehendak manusia, atau tidak bergantung pada
pandangan manusia.
2. Berlaku tidak mengenal batas waktu, artinya berlaku kapan
saja.
3. Bersifat universal artinya berlaku bagi semua orang.
4. Berlaku di semua tempat atau berlaku dimana saja tidak
mengenal batas tempat.
5. Bersifat jelas bagi manusia.

Adapun ajaran hukum alam ini meliputi :
1. Ajaran hukum alam Aristoteles.
Aristoteles menyatakan bahwa ada dua macam hukum yaitu : Hukum yang
berlaku karena penetapan penguasa negara dan Hukum yang tidak
tergantung dari pandangan manusia. Hukum yang kedua ini adalah hukum
alam yaitu hukum yang tidak tergantung dari pandangan manusia akan

tetapi berlaku untuk semua manusia, kapan saja dan dimanapun dia berada.

2. Ajaran hukum alam Thomas Aquino
Thomas Aquino berpandangan bahwa alam itu ada ,yaitu dalam hukum
abadi yang merupakan rasio Ketuhanan ( Lex Aeterna ) yang menguasai
seluruh dunia sebagai dasar atau landasan bagi timbulnya segala undangundang atau berbagai peraturan hukum lainnya dan memberikan kekuatan
mengikat pada masing-masing peraturan hukum tersebut.

3. Ajaran hukum alam Hugo de Groot ( Grotius)
Hugo de Groot berpendapat bahwa hukum alam bersumber dari akal
manusia. Hukum kodrat adalah pembawaan dari setiap manusia dan
merupakan hasil perimbangan dari akal manusia itu sendiri, karena dengan
menggunakan akalnya manusia dapat memahami apa yang adil dan apa
yang tidak adil, mana yang jujur dan mana yang tidak jujur.
b. Mazhab Sejarah
Mazhab sejarah dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny.
Mazhab ini merupakan reaksi terhadap para pemuja hukam alam atau
hukum kodrat yang berpendapat bahwa hukum alam itu bersifat rasionalistis
dan berlaku bagi segala bangsa, untuk semua tempat dan waktu.Mazhab
sejarah berpendapat bahwa tiap-tiap hukum itu ditentukan secara historis,

selalu berubah menurut waktu dan tempat.
c. Teori Theokrasi
Teori ini menganggap bahwa hukum itu kemauan Tuhan.
Dasar kekuatan hukum dari teori ini adalah kepercayaan kepada Tuhan.

d. Teori Kedaulatan Rakyat ( Perjanjian Masyarakat )
Pada zaman Renaissance timbul teori yang mengajarkan bahwa dasar
hukum itu adalah “ akal atau rasio “ manusia ( aliran Rasionalisme rakyat ).
Menurut aliran Rasionalisme ini bahwa Raja dan penguasa negara lainnya
memperoleh kekuasaanya itu bukanlah dari Tuhan , tetapi dari rakyatnya.
e. Teori Kedaulatan Negara
Teori ini timbul pada abad 19 pada waktu memuncaknya ilmu pengetahuan
alam. Teori ini menentang teori perjanjian masyarakat. Menurut teori ini :
1. Hukum adalah kehendak negara.
2. Hukum ditaati orang karena negara menghendakinya.
f. Teori kedaulatan hukum
Teori ini merupakan penentang teori kedaulatan negara, teori ini
berpendapat :
1. Hukum berasal dari perasan hukum yang ada pada sebagian besar
anggota masyarakat.

2. Hukum mewujudkan perasaan hukum sebagian besar anggota
masyarakat.
3. Oleh karena itu hukum ditaati oleh anggota masyarakat.

Kodifikasi dan Perkembangan hukum
Pengertian Kodifikasi hukum adalah : pembukuan hukum dalam suatu
himpunan Undang-Undang dalam materi yang sama.

Tujuan kodifikasi hukum adalah agar didapat suatu rechtseenheid ( kesatuan
hukum ) dan suatu rechts-zakerheid ( kepastian hukum).
Aliran –aliran Hukum
Sebagai akibat kemajuan dan perkembangan masyarakat maka timbullah
aliran –aliran hukum sebagai berikut :
1. Aliran Freie Rechtslehre.
Ajaran ini timbul pada tahun 1840, karena Ajaran Legisme dianggap tidak
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Aliran Legisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber hukum adalah
Undang-Undang dan di luar Undang- Undang tidak ada hukum tidak dapat
dipertanggungjawabkan lagi.


Menurut paham Freie Rechtslehre atau hukum bebas menyatakan bahwa
hukum tumbuh didalam masyarakat dan diciptakan oleh masyarakat berupa
kebiasaan dalam kehidupan dan hukum alam ( kodrat) yang sudah
merupakan tradisi sejak dahulu, baik yang diajarkan oleh agama maupun
yang merupakan adat istiadat.
Selanjutnya aliran Freie Rechtslehre berkembang menjadi dua aliran yaitu :
a. Aliran hukum bebas sosiologis, yang berpendapat bahwa hukum
bebas itu adalah kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat dan
berkembang secara sosiologis.
b. Aliran hukum bebas natuurrechtelijk yang berpendapat bahwa
hukum bebas adalah hukum alam.

2.

Aliran Rechtsvinding ( Penemuan hukum )

Aliran ini bertolak belakang dengan aliran hukum bebas, kalu aliran hukum
bebas bertolak pada hukum di luar Undang- Undang, maka aliran
Rechtsvinding mempergunakan Undang-Undang dan Hukum di luar
undang-undang. Dalam pemutusan perkara mula-mula hakim berpegang

pada Undand-Undang dan apabila ia tidak menemukan hukumnya, maka ia
harus menciptakan hukum sendiri dengan berbagai cara seperti mengadakan
interpretasi ( penafsiran terhadap Undang- Undang ) dan melakukan
konstruksi hukum apabila ada kekosongan hukum.
Menurut aliran Rechtsvinding , hukum terbentuk dengan beberapa cara :
a. Karena Wetgeving ( pembentukan Undang-Undang )
b. Karena administrasi ( tata usaha negara )
c. Karena peradilan rechtsspraak atau peradilan
d. Karena kebiasaan/ tradisi yang sudah mengikat masyarakat.
e. Karena ilmu ( wetenschap)

3. Aliran Legisme
Aliran berpendapat bahwa :
a. Satu-satunya aliran hukum adalah Undang-Undang
b. Di Luar Undang-Undang tidak ada hukum
Dalam aliran Legisme ini hakim hanya didasarkan pada Undang – Undang
saja.

Aliran yang berlaku di Indonesia, Indonesia mempergunakan
Rechtsvinding. Hal ini berarti bahwa hakim dalam memutuskan perkara
berpegang pada Undang- Undang dan hukum lainnya yang berlaku di dalam
masyarakat. Apabila ada perkara , hakim melakukan tindakan sebagai
berikut :
1. Ia menempatkan perkara dalam proporsi yang sebenarnya.
2. Kemudian ia melihat pada Undang- Undang :
-

Apabila UU menyebutnya, maka perkara diadili menurut
Undang-Undang.

-

Apabila UU kurang jelas, ia mengadakan penafsiran.

-

Apabila ada ruangan-ruangan kosong, hakim mengadakan
konstruksi hukum, rechtsverfijning atau argumentum a
contrario.

3. Hakim juga melihat jurisprodensi,hk. Agama , adat yang berlaku.

Cara Penafsiran Hukum
 Subyektif : Apabila ditafsirkan seperi yang membuat uandand-undang.
 Obyektif : 1. Penafsiran lepas dari pendapat pembuat Undang- Undang
dan sesuai dengan adat bahasa sehari-hari.
2. Penafsiran Luas dan Sempit.
Penafsiran secara luas adalah : apabila dalil yang ditafsirkan diberi
pengertian yang seluas-luasnya.
Penafsiran sempit adalah : apabila dalil yang ditafsirkan diberi pengertian
yang sempit.

Dilihat dari sumbernya penafsiran ada 3 yaitu : otentik,ilmiah,hakim.
Otentik : Penafsiran yang diberikan oleh pembuat Undang-Undang seperti
dalam Undang-Undang tersebut.
Ilmiah : Penafsiran yang didapat dalam buku-buku dan hasil karya para ahli.
Hakim : Penafsiran yang bersumber dari hakim atau peradilan yang hanya
mengikat pihak bersangkutan yang berlaku bagi kasus-kasus
tertentu.
Metode Penafsiran
 Penafsiran gramatikal / tata bahasa :
Penafsiran menurut bahasa atau kata-kata.
 Penafsiran Historis :
Meneliti sejarah daripada Undang – Undang yang bersangkutan .
 Penafsiran Sistematis :
Suatu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu dengan yang lain .
Dalam suatu perundang-undangan yang bersangkutan / pada perundangundangan hukum yang lainnya atau membaca penjelasan suatu perundangundangan sehingga kita mengerti apa yang dimaksud.
 Penafsiran Sosiologis :
Penafsiran yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat agar penerapan
hukum dapat sesuai dengan tujuannya yaitu kepastian hukum berdasarkan
asas keadilan masyarakat.
 Penafsiran Otentik :

Penafsiran secara resmi yang dilakukan oleh pembuat Undang- Undang itu
sendiri atau oleh instansi yang ditentukan oleh peraturan perundangundangan. Dan tidak boleh oleh siapapun dan pihak manapun.
 Penafsiran Perbandingan :
Suatu penafsiran dengan membandingkan antara hukum lama dan hukum
positif yang berlaku saat ini. Antara hukum Nasional dengan hukum asing
dan hukum kolonial.

Bentuk konstruksi Hukum
Bentuk konstruksi hukum ada 3 yaitu : Analogi, Penghalusan Hukum,
Argumentum a Contrario.
1. Penafsiran Analogis
Penafsiran daripada peraturan hukum dengan memberi ibarat pada kata –
kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya. Sehingga suatu peristiwa yang
sebenarnya tidak dapat dimasukkan dianggap sesuai dengan peraturan
tersebut.
2. Penghalusan Hukum ( Rechtsvertjining )
Memperlakukan hukum sedemikian rupa ,sehingga seolah –olah tidak ada
pihak yang disalahkan.
3. Argumentum a Contrario
Pengungkapan secara berlawanan, yaitu penafsiran Undang-undang yang
didasarkan atas pengingkaran. Artinya berlawanan pengertian antara soal
yang dihadapi dengan soal yang diatur dalam suatu pasal dalam UndangUndang. Penafsiran ini mempersempit perumusan hukum/ perundang-

undangan lebih mempertegas kepastian hukum sehingga tidak menimbulkan
keraguan.

Sumber – Sumber Hukum
Sumber Hukum adalah : Segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan
yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan itu dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Macam-macam Sumber Hukum :
1. Algra : Sumber hukum dibagi dua macam yaitu formil dan materil.
Sumber hukum materil : tempat darimana materi hukum itu di ambil,faktor
Pembentukan hukum
Sumber hukum formil : Tempat/ sumber dariman suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan
dengan menyebabkan peraturan itu berlaku secara
formal.
2. Van Apeldorn membedakan 4 macam sumber hukum : Historis,
Sosiologis, Filosofis, Dan Formil.
* Historis : Tempat menemukan hukumnya dalam sejarah.
*Sosiologis : Faktor –faktor yang menentukan isi hukum positif.
* Filosofis : 1. Sumber isi hukum ada 3 pandangan : 1. menurut Teoritis,
Menurut Pandangan Kodrat, Mazhab Historis.
2. Sumber Kekuatan Mengikat hukum.
* Formil : Sumber hukum yang dilihat dari cara terjadinya hukum positif

merupakan fakta yang menimbulakan hukum yang berlaku
yang mengikat hakim dan penduduk.
3. Achmad Sanusi
Hukum terbagi 2 kelompok yaitu : Normal dan Abnormal
Normal : yang langsung atas pengakuan Undang –Undang
Abnormal : Proklamasi, Kudeta, Revolusi.

Undang – Undang
Undang –undang adalah

: Suatu peraturan negara yang mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan
dipelihara oleh penguasa negara.

Undang undang adalah produk daripada pembentukan Undang- Undang
yang terdiri dari Presisen dan DPR. Sistem pembuatan Undang-Undang
yaitu sistem umum dan sistem lengkap. Sistem Umum adalah sistem
penyusunan daripada Undang-Undang dengan mengisi pokok-pokoknya
saja. Sistem lengkap adalah Undand- Undang oleh pembuatnya diisi oleh
pasal yang lengkap, terperinci, jelas dan lebih banyak mengarah ke hukum
dalam bentuk kodifikasi.
Undang- Undang dalam arti Formil dan Materil :
Dalam arti Formil :
Keputusan penguasa yang diberi nama Undang- Undang / UU yang dilihat
dari segi bentuknya. Undang-Undangnya ini dibuat serta dikeluarkan oleh
Badan Perundang-undangan yang berwenang dan dari segi bentuknya dapat
disebut undang-undang.

Dalam arti Materil :
 Penetapan yang diikuti penetapan kaidah hukum yang disebutkan
dengan tegas.
 Semua peraturan perundangan bersifat mengatur/ berlaku untuk umum.
 Keputusan penguasa yang dilihat dari segi isi mempunyai kekuatan
mengikat untuk umum.

Hukum kebiasaan

Kebiasaan adalah:
Tindakan menurut pola tingkah laku yang tetap, lazim, normal, /adat dalam
masyarakat atau pergaulan hidup tertentu.
Kebiasaan juga dapat diartikan :
Suatu perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang mengenai hal
tingkah laku kebiasaan yang diterima oleh suatu masyarakat yang selalu
dilakukan oleh orang lain sedemikian rupa sehingga masyarakat
beranggapan bahwa memang harus berlaku demikian.

Syarat timbulnya Kebiasaan :
1. Syarat materil : Adanya perbuatan tingkah laku, yang dilakukan
berulang- ulang di dalam masyarakat tertentu.
2. Syarat Intelektual : Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang
bersangkutan.
3. Adanya akibat hukum bila hukum itu dilanggar.

Hukum Kebiasaan adalah :
Himpunan kaidah-kaidah yang biarpun tidak ditentukan oleh badan-badan
perundand-undangan dalam kenyataannya ditaati juga. Karena orang
sanggup menerima kaidah-kaidah itu sebagai hukum dan ternyata kaidahkaidah tersebut dipertahankan oleh penguasa-penguasa masyarakat yang
tidak termasuk hubungan badan-badan perundang-undangan.
Supaya hukum kebiasaan ditaati ada 2 syarat yaitu :
1. Suatu perbuatan yang tetap dilakukan orang.
2. Keyakinan bahwa perbuatan itu harus dilakukan karena telah merupakan
kewajiban.
Kelemahan Hukum kebiasaan :
1. Bahwa hukum kebiasaan mempunyai kelemahan yatu
bersifat tidak tertulis oleh karenanya tidak dapat dirumuskan
secara dan pada umumnya sukar menggantinya.
2. Tidak menjamin kepastian hukum dan sering menyulitkan
beracara karena bentuk kebiasaan mempunyai sifat beraneka
ragam.

Persamaan Undang- Undang dan Hukum Kebiasaan adalah :
 Kedua-duanya merupakan penegasan pandangan hukum yang
terdapat dalam masyarakat.
 Kedua-duanya perumusan kesadaran hukum suatu bangsa.
Sedangkan Perbedaan Undang-Undang dan Hukum adalah :
 Undang –Undang keputusan pemerintah yang dibebankan kepada
orang,subyek hukum. Sedangkan kebiasaan merupakan peraturan
yang timbul dari pergaulan.
 Undang-Undang

lebih

menjamin

kepastian

hukum

kebiasaan. Sedangkan kebiasaan hanya sebagai pelengkap.

daripada

KESIMPULAN

1. Dapat disimpulkan hukum adalah :
 Pengertian Hukum bertalian erat dengan keadilan.
 Pengertian Hukum bertalian erat dengan kewibawaan.
 Pengertian Hukum bertalian erat dengan ketataan
 Pengertian Hukum bertalian erat dengan peraturan (berisi norma)

2. Orang mentaati Hukum ada beberapa sebab yaitu :
 Orang merasakan bahwa peraturan-peraturan itu sebagai hukum.
 Supaya ada rasa ketentraman.
 Karena masyarakat menghendakinya.
 Karena adanya paksaan / sangsi sosial

3. Kekuatan suatu Undang- Undang dipengaruhi oleh beberapa hal :
 Undang-Undang yang lebih rendah derajatnya tidak boleh
bertentangan dengan Undang- Undang yang lebih tinggi.
 Undang- Undang yang lebih tinggi derajatnya dapat membatalkan
Undang- Undang yang derajatnya lebih rendah.
 Dalam Undang- Undang yang sama derajatnya serta sama persoalan
yang diaturnya berlaku asas bahwa Undang- Undang yang baru
menekan / membatalkanUndang- Undang yang lebih dahulu keluar.
 Undang-Undang yang mengikat hal-hal yang akan datang.