Hukum Perdata Hukum Pribadi atau Peroran

Hukum Perdata
“Hukum Pribadi atau Perorangan”
MAKALAH INI UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERDATA
DIAJUKAN KEPADA DOSEN : NAHROWI

DISUSUN OLEH :
Reza Fajri Hidayat
Arya Chairunnisa
Siti Nurhasanah
Badhawi Fathurrahman
Mega iswan

1113045000008
1114045000000
1113045000000
1113045000000
1113045000000

PRODI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai “Hukum Pribadi atau Perorangan”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata. dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tugas
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini terutama Dosen Pengampu
kami Nahrowi yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengajak pembaca untuk memberikan saran serta kritik atau sanggahan
bila ada kekurangan yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata dari kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Ciputat, 08 September 2014

Penyusun


DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil. Jika hukum publik mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum, misalnya politik dan pemilu
(hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha
negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk
atau warga negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian,
pewarisan, harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) terdiri dari empat bagian, yaitu :


Buku I : berisi tentang Orang.



Buku II : berisi tentang Kebendaan.




Buku III : berisi tentang Perikatan/Perjanjian.



Buku IV : berisi tentang Pembuktian dan Kadaluarsa.

Namun, seperti yang tertulis dalam judul makalah, kami hanya akan membahas Buku I KUH
Perdata tentang orang yang lebih spesifik lagi tentang hukum perorangan atau pribadi.
Pengertian hukum perorangan menurut subekti adalah Peraturan - peraturan perihal
kecakapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk bertindak sendiri, melaksanakan
hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi kecakapan itu1.
Definisi ini terlalu sempit karena hukum perorangan tidak hanya mengkaji ketiga hal
tersebut, namun juga mengkaji tentang domisili dan catatan sipil. Jadi, hukum perorangan adalah
keselurah kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang subyek hukum dan kewenangan,
kecakapan, domisili, dan catatan sipil. Definisi ini dititikberatkan pada wewenang subyek hukum
dan ruang lingkup peraturan hukum perorangan.
Dari latar belakang tersebut dapat kita tarik garis besar rumusan masalah atau topik

pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut:


Pengertian subyek hukum



Pengakuan sebagai subyek hukum



Kewenangan berhak dan berbuat



Akibat ketidak cakapan



Pendewasaan dan akibat hukumnya


1 Defenisi hukum perorangan yang dikemukakan oleh subekti di atas,di tulis dalam bukunya pokok-pokok hukum
perdata



Domisili dan keadaan tak hadir



pencatatan sipil
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Subyek Hukum
Subjek hukum adalah setiap makhluk yang berwenang untuk memiliki, memperoleh dan
menggunakan hak serta kewajiban dalam lalu lintas hukum.
Beberapa pengertian subjek hukum :



Subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk
melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk
bertindak dalam hukum.



Subjek hokum adalah sesuatu pendukung hak
berwenang/berkuasa bertindak menjadi pendukung hak.



Subjek hokum adalah segala sesuatu yang menurut hokum mempunyai hak dan
kewajiban.2

yang

menurut

hokum


Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut
hukum atau segala pendukung hak dan kewajiban menurut hukum.Setiap manusia, baik warga
negara maupun orang asing adalah subjek hukum. Jadi dapat di katakan, bahwa setiap manusia
adalah subjek hokum sejak ia di lahirkan sampai meninggal dunia.
Sebagai subjek hukum, manusia mempunyai hak dan kewajiban. Meskipun menurut
hukum sekarang ini, setiap orang tanpa kecuali dapat memiliki hak-haknya, akan tetapi dalam
hukum, tidak semua orang dapat diperbolehkan bertindak sendiri di dalam melaksanakan hakhaknya itu. Mereka digolongkan sebagai orang yang “tidak cakap” atau “kurang cakap” untuk
bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum, sehingga mereka itu harus
diwakili atau dibantu oleh orang lain.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1330, mereka yang oleh hukum
telah dinyatakan tidak cakap untuk melakukan sendiri perbuatan hukum ialah:
a) Orang yang belum dewasa.
b) Orang yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele), seperti orang yang dungu, sakit
ingatan, dan orang boros.
c) Orang perempuan dalam pernikahan (wanita kawin).

2Soeroso,"PengantarIlmuHukum",SinarGrafika, Jakarta, 2005

Selain manusia sebagai subjek hukum, di dalam hukum terdapat pula badan-badan atau
perkumpulan-perkumpulan yang dapat juga memiliki hak-hak dan melakukan perbuatanperbuatan hukum seperti layaknya seorang manusia. Badan-badan dan perkumpulanperkumpulan itu mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu-lintas hukum dengan

perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan dapat juga menggugat di muka hakim.3
Badan hukum sebagai subjek hukum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Badan hokum publik, seperti negara, propinsi, dan kabupaten.
b) Badan hokum perdata, seperti perseroan terbatas (PT), yayasan, dan koperasi.4
2. Pengakuan sebagai subyek hukum
Pengakuan terhadap manusia pribadi sebagai subjek hukum dapat dilakukan sejak ia masih
dalam kandungan ibunya asalkan ia lahir dalam keadaan hidup.5 Hal ini punya arti penting
apabila kepentingan anak menghendaki, misal: dalam hal menerima waris, menerima hibah.
Pasal 3 KUHPer ‘Tidak ada satu hukuman pun yang dapat mengakibatkan kematian perdata atau
kehilangan segala hak perdata’. Ini berarti betapapun kesalahan seseorang, sehingga ia di jatuhi
hukuman oleh Hakim, hukuman Hakim tersebut tidak boleh menghilangkan kedudukan sebagai
pendukung hak dan kewajiban perdata. Jadi, pengakuan manusia menjadi subjek hokum dimulai
dari ia lahir hidup sampai ia mati.
3. Kewenangan berhak dan berbuat
Hukum perdata mengatur tentang hak keperdataan. Dalam hukum perdata setiap manusia
pribadi mempunyai hak yang sama setiap manusia pribadi wenang untuk berhak.tetapi tidak
setiap manusia pribadi wenang berbuat. Manusia pribadi mempunyai. Kewenangan berhak sejak
ia dilahirkan bahkan sejak dalam kandungan ibunya asal ia lahir apabila kepentingannya
menghendaki (pasal 2 KUHPer). Kewenangan berhak berlangsung terus hinga akhir hayat.
Kewenangan berhak setiap manusia pribadi tidak dapat dihilangkan/ditiadakan oleh suatu hukum

apapun.hal ini ditentukan dalam pasal 3 KUHPer yang menyatakan bahwa tidak ada suatu
hukuman apapun yang dapat mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan hak-hak perdata
seseorang.
Hak perdata merupakan hak asasi yang melekat pada diri pribadi setiap orang. Hak perdata
adalah identitas pibadi yang tidak dapat hilang atau lenyap. Identitas ini baru hilang atau lenyap
apabila yang bersangkutan meninggal dunia. Contoh hak perdata ialah hak hidup, hak memiliki,
hak untuk kawin, hak untuk melahirkan, hak waris, hak atas nama, hak atas tempat tinggal.

3 H.A.M.Effendy, Pokok-pokok Hukum adat,Semarang ( DUTA GRAFIKA,1990) cet.3, hal81

4http://agrma.wordpress.com/2012/04/22/subjek-dan-objek-hukum/ di unduh hari Selasa, 01 Oktober
2013 pukul 10:11
5Pasal 2 KHUPer

Hak perdata berbeda dengan hak publik. Hak publik dapat hilang atau lenyap apabila
negara menghendakinya demikian. Hak publik itu ada karena diberikan oleh negara. Sedang hak
perdata itu diberikan oleh kodrat. Contoh hak publik itu adalah hak memilih dan dipilih dalam
pemilihan umum hak menjadi anggota ABRI, hak menjadi pegawai negeri hak menduduki
jabatan tertentu.
Pengertian wenang berbuat :

1) Cakap atau mampu berbuat karena memenuhi syarat hukum, kecakapan atau kemampuan
berbuat karena memenuhi syarat hukum.
2) Kuasa atau berhak berbuat karena diakui oleh hukum walaupun tidak memenuhi syarat
hukum, kekuasaan atau kewenangan berbuat.
Pada dasarnya setiap orang dewasa adalah cakap atau mampu melakukan perbuatan hukum
karena memenuhi syarat umur menurut hukum. Tetapi apabila orang dewasa itu dalam keadan
sakit ingatan atau gila, tidak mampu mengurusi dirinya sendiri karena boros maka disamakan
dengan orang belum dewasa atau oleh hukum dinyatakan tidak cakap atau tidak mampu
melakukan perbuatan hukum (pasal 330 KUHPer), Perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek
hukum yang tidak cakap hukum maka perbuatan hukum tersebut tidak sah.
Dan apabila sudah terjadi maka bisa dimintakan pembatalan oleh hakim.
Kepentingan orang yang tidak cakap dapat diwakilkan kepada pihak yang mewakili. Misal: anak
dibawah umur oleh ortunya (pasal 50 UU No.1/74). Kepentingan orang dewasa yang dibawah
pengampuan diurus oleh wali pengampunya (pasal 433 KUHPer), Pengecualian bagi subjek
hukum belum dewasa yang bisa melakuakan perb hukum karena diakui oleh Undang – Undang.
Misal: usia perkawinan dlm UU No.1 tahun 1974, Usia 18 th berhak buat surat wasiat (pasal 897
KUHPer)
4. Akibat ketidak cakapan
5. Pendewasaan dan akibat hukumnya
6. Domisili dan keadaan tak hadir

7. pencatatan sipil
Pencatatan sipil adalah catatan tentang peristiwa penting mengenai keperdataan seseorang
seperti kelahiran, perkawinan, perceraian dan kematian. Dalam pencatatan ini pemerintah
menugaskan kepada kantor atau lembaga catatan sipil dengan tujuan :
a. Agar setiap warga masyarakat dapat memiliki bukti-bukti otentik tentang peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi sehubungan dengan dirinya.

b. Untuk memeprlancar aktivitas pemerintah di bidang kependudukan.
c. Untuk mendapatkan data-data selengkap mungkin agar status warga masyarakat dapat
diketahui.
Petugas yang melakukan pencatatan adalah Pegawai Kantor Catatan Sipil yang merupakan
sebuah lembaga. Ia mencatatanya dalam daftar-daftar atau register-register tertentu untuk
selanjutnya dibuat akta catatan sipil (akt kelahiran, akta perkawinan, akta perceraian, dan akta
kematian). Selain petugas atau pegawai Pegawai Kantor Catatan Sipil yang berhak membuat
catatan sipil adalah Pegawai Perwakilan RI di Luar Negeri seperti Duta, Konsul, Komandan
Perang. 6
Fungsi Lembaga catatan sipil dalam Kepres No 12 Tahun 1983 telah ditentukan, bahwa
kantor Catatan Sipil mempunyai fungsi menyelenggarakan :
a. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran.
b. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perkawinan.
c. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perceraian.
d. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak.
e. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Kematian.
f. Penyimpanan dan pemeliharaan Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta
Pengakuan, Akta Pengesahan anak, dan Akta Kematian.
g. Penyadiaan bahan dalam rangka perumusan kebijaksanaan di bidang kependudukan
/kewarganegaraan. 7
BAB III
KESIMPULAN

6R.Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata,Jakarata(Sinar Grafika, 1993) Hal 154
7Ibid 156

DAFTAR PUSTAKA
Soeroso,"Pengantar Ilmu Hukum",SinarGrafika, Jakarta, 2005
H.A.M.Effendy, Pokok-pokok Hukum adat,Semarang ( DUTA GRAFIKA,1990) cet.3, hal81
KHUPer
R.Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata,Jakarata(Sinar Grafika, 1993)