Analisa hukum Ekonomi untuk PP Pengupaha

MAKALAH
PENDEKATAN ANALISA EKONOMI ATAS HUKUM DALAM MENGUJI
EFIENSI PENERAPAN PP NO. 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN
TERHADAP UPAYA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN PEKERJA

Disusun Untuk :
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisa Ekonomi Atas Hukum Semester I

Dosen:
Pro. Hikmahanto J. SH., LLM., Ph. D
Firroz Gaffar, SH., MH.

OLEH :

ECI ERNAWATI

MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016
1


Daftar Isi
Lampiran Berita………………………………………………………………………………………………………………… 3
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………..5
B. Pokok Permasalahan…………………………………………………………………………………………….. 7
C. Analisa……………………………………………………………………………………………………………………7
D. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………..13
E. Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………14

2

Jokowi Teken PP, UMP 2016 Sudah Pakai Formula Upah Baru1
Lani Pujiastuti - detikfinance
Senin, 26/10/2015 12:07 WIB

Jakarta -Pemerintah merilis formula baru penentuan kenaikan Upah Minimum Provinsi
(UMP) yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi jilid IV. Rumus perhitungan kenaikan
UMP buruh tiap tahunnya yaitu berdasarkan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan, Peraturan Pemerintah (PP)

Pengupahan terkait formula tersebut sudah final dan mulai berlaku untuk kenaikan UMP
2016. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menandatangani PP tentang pengupahan.

"Intinya PP (pengupahan) sudah selesai. PP itu langsung berlaku terkait peningkatan upah
minimum tahun 2016," kata Menaker Hanif Dhakiri, di kantornya usai membuka Rapat
Koordinasi Pengawasan dan Pendendalian Keuangan di Ruang Tri Darma Kemenaker,
Jakarta, Senin (26/10/2015).
Pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada para kepala dinas tingkat kabupaten/kota
maupun provinsi terkait mulai berlakunya PP Pengupahan pada 2016.
1

http://finance.detik.com/read/2015/10/26/120711/3053241/4/jokowi-teken-pp-ump-2016-sudah-pakaiformula-upah-baru

3

"Langsung tidak lama setelah diumumkan paketnya, kita sosialisasi ke daerah. Kita sudah
sosialisasikan ke seluruh kepala daerah kemarin kita sudah kumpulkan mereka di sini," ujar
Menaker. Terkait soal komponen-komponen dalam Kebutuhan Hidup Layak (KHL), menurut
Menaker evaluasinya akan berlaku lima tahun. Artinya tidak mengikuti evaluasi kenaikan
upah tiap tahun. Jumlah komponen KHL saat ini mencapai 60 item, meskipun buruh

mendesak komponennya ditambah hingga 84 item.

"Evaluasi KHL tetap per lima tahun, evaluasi mengenai jenis dan komponen KHL. Kalau
kenaikan upah pekerja setiap tahun. Evaluasi KHL tiap satu tahun, siapa yang usul? saya
nggak tahu," jelasnya.
Formula kenaikan upah, menurut Hanif, cukup diatur dalam Perpres. Aturan turunannya
yaitu Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) akan mengatur selain formula
kenaikan.

"Permenaker, aturan soal upah itu ada 7 misalnya pendapatan non upah, bonus, dan THR.
Kalau soal upah minimum pakai PP. Formulanya pakai UMP, inflasi dan pertumbuhan
ekonomi nasional," ujarnya. Rumusan baru pengupahan dalam Peraturan Pemerintah (PP)
yaitu UMP tahun depan = UMP tahun berjalan + (UMP tahun berjalan x (inflasi +
pertumbuhan ekonomi)).

Sebagai contoh, kondisi UMP di DKI Jakarta dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi
masing-masing 5%. Maka UMP sekarang Rp 2,7 juta, ditambah Rp 2,7 juta dikali 10%.
Artinya

Rp


2,7

Dengan

terbitnya

juta

ditambah

PP

Pengupahan,

Rp

270.000

akan


diikuti

yang

berarti

dengan

7

Rp

2,97

Peraturan

juta.

Menteri


Ketenagakerjaan, yakni:


Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Formula UM



Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Penetapan UMP/UMK



Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Penetapan UMS



Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Struktur Skala Upah




Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang THR



Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Uang Service



Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang KHL
4

Pendekatan Analisa Ekonomi atas Hukum dalam Menguji Efiensi Penerapan PP no. 78
tahun 2015 Terhadap Upaya Mewujudkan Kesejahteraan Pekerja
Yang menjadi fokus perhatian adalah berkenaan dengan kemungkinan munculnya ketidakefisienan
(inefficiency) dari pembentukan, penerapan maupun enforcement dari peraturan perundang-undangan.

A. Latar Belakang
Massa aksi buruh terus menolak penerapan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 78 tahun
2015 tentang Pengupahan. “PP 78 terbukti menyensarakan kesejahteraan buruh karena
kenaikan upah dipatok 11 persen dari UMK sebelumnya’ ucap salah satu perwakilan

pekerja.2 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan juga
mengatur agak rinci mengenai masalah upah minimum. Menurut PP ini, Gubernur
menetapkan Upah minimum sebagai jaring pengaman.“Upah minimum sebagaimana
dimaksud merupakan Upah bulanan terendah yang terdiri atas: a. Upah tanpa
tunjangan; atau b. Upah pokok termasuk tunjangan tetap,” bunyi Pasal 41 ayat (2) PP
tersebut. PP ini menegaskan, bahwa Upah minimum sebagaimana dimaksud hanya
berlaku bagi Pekerja/Buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun pada
Perusahaan yang bersangkutan.3

Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk
tunjangan tetap.4 Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman
kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan
Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1
tahun berjalan.5 Upah Minimum juga sebagai suatu standar minimum yang digunakan
oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di
dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di
setiap propinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Propinsi.6

2


http://www.beritalima.com/2015/11/19/ribuan-buruh-tolak-pp-78-tahun-2015/, akses: 1 februari 2016
Inilah Ketentuan Tentang Upah Minimum Dalam PP Nomor 78 Tahun 2015, http://setkab.go.id/inilahketentuan-tentang-upah-minimum-dalam-pp-nomor-78-tahun-2015/, akses 1 februari 2016
4
Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1
5
Pengertian Upah Minimum, http://www.gajimu.com/main/pengertian-upah-minimum
6
Ibid.,
3

5

Pada tahun 2015 pemerintah merilis formula baru penentuan kenaikan Upah Minimum
Provinsi (UMP) yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi jilid IV. Rumus
perhitungan kenaikan UMP buruh tiap tahunnya yaitu berdasarkan tingkat inflasi dan
pertumbuhan ekonomi.7 Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan,
Peraturan Pemerintah (PP) Pengupahan terkait formula tersebut sudah final dan mulai
berlaku untuk kenaikan UMP 2016 (seperti yang tertulis pada artikel yang terlampir
pada makalah ini). Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menandatangani PP tentang
pengupahan. Ia menegaskan, bahwa sistem pengupahan baru yang didasarkan pada

Upah Minimum Provinsi (UMP) ditambah perhitungan inflasi dan pertumbuhan
ekonomi sudah ada dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang akan segera
diberlakukan pada tahun ini, yang artinya diterapkan pada tahun yang akan datang. 8
Menurutnya, konsep penghitungan upah itu memberi kepastian betul pada pekerja
bahwa upah naik tiap tahun, kedua memberikan kepastian bagi dunia usaha karena
masalah pengupahan ini bisa diprediksi.9

Namun kita perlu melihat beberapa persoalan yang justru akan timbul dari
implementasi peraturan tersebut. Hal tersebut akan muncul dari pihak-pihak yang
terlibat langsung, yaitu pengusaha dan buruh. Menurut analisa salah satu perwakilan
buruh mengatakan bahwa PP No. 78 tahun 2015 bertentangan dengan UU No. 13
tahun 2003. Dalam UU No. 13 tahun 2003, penetapan upah minimum dilakukan oleh
kepala daerah berdasarkan rekomendasi dewan pengupahan yang terdiri atas
perwakilan pengusaha, buruh, dan pemerintah. Faktor inflasi dan pertumbuhan
ekonomi hanya merupakan salah satu bahan pertimbangan. Sementara dalam PP No.
78 tahun 2015, besaran upah minimum pada tahun tertentu dihitung berdasarkan
formula: Upah minimum tahun sebelumnya + {upah minimum tahun sebelumnya x
(inflasi tahun sebelumnya + pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya)},

10


Sehingga

muncul prediksi bahwa dengan formula perhitungan UMP di PP No. 78 tahun 2015,
7

http://finance.detik.com/read/2015/10/26/120711/3053241/4/jokowi-teken-pp-ump-2016-sudah-pakaiformula-upah-baru
8
Sistem Baru Pengupahan Berdasarkan UMP dan Inflasi Diterapkan 2016, http://www.pikiranrakyat.com/ekonomi/2015/10/15/346161/sistem-baru-pengupahan-berdasarkan-ump-dan-inflasi-diterapkan2016
9
Ibid.,
10
http://www.rappler.com/indonesia/111081-buruh-upah-minimum-provinsi-pp-pengupahan

6

besaran kenaikan upah tahunan yang diterima buruh berpotensi berkurang. Dimana hal
ini justru akan merugikan buruh itu sendiri. Lalu bagaimana dengan pengusaha, apakah
pp tersebut merupakan efisiensi perusahaan yang nantinya justru akan menguntungkan
perusahaan? Melalui tulisan ini , penulis akan menganalisa terkait sebab akibat dan
pemecahan masalah terhadap masalah yang timbul akibat penerapan pp no. 78 tentang
penetapan upah minimum.

B. Pokok Permasalahan
Apakah PP no. 78 tahun 2015 tetang penetapan Upah Minimum merupakan aturan
hukum ekonomi yang efisien bagi kesejahteraan pekerja , ditinjau dari teori analisa
ekonomi atas hukum?

C. Analisa
Pembangunan Hukum Ekonomi dalam arti penataan hukum di bidang ekonomi yang
dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan merupakan kebutuhan dasar yang
mendesak untuk dilakukan. Ekonomi bangsa Indonesia semakin lama semakin lemah
terhadap bangsa-bangsa luar. Fondamen dasar ekonomi Indonesia mulai dipertanyakan
karena terbukti tidak tahan terhadap gempuran asing sebagai akibat globalisasi
ekonomi. Bahkan krisis ekonomi yang telah dimulai di tahun 1997/1998 terus berlanjut
hingga sekarang bahkan menjalar menjadi krisis multi-dimensi.11

Analisa ekonomi atas hukum merupakan suatu aliran pemikiran hukum yang tidak
hanya mendukung bahwa hukum harus memperhatikan efisiensi ekonomi, tetapi juga
mengemukakan suatu teori deskriptif tentang efisiensi ekonomi dan perlindungan
kekayaan sebagai suatu nilai (the economic efficienscuy and the protection of wealth as
a value).12 Tokoh utama yang dianggap memberikan inspirasi munculnya pemikiran
Analisis ekonomi atas hukum tersebut adalah si utilitarian Jeremy Bentham (1789). Ia
berpendapat bahwa terdapat kecenderungan orang berperilaku dengan tujuan
mendapatkan sebesar mungkin kenikmatan dan meminimalisir sekecil mungkin

11
12

http://isrok-isrok.blogspot.co.id/2008/05/analisis-ekonomi-atas-hukum.html#_ftn9, akses: 31 Januari 2016
Hart, 1983, hal. 143

7

penderitaan.13 Tokoh pemikir utilitarianisme ini melakukan pengujian secara sistemik
bagaimana orang bertindak berhadapan dengan insentif-insentif hukum dan
mengevaluasi hasil-hasilnya menurut ukuran-ukuran kesejahteraan sosial (social
welfare). Pemikirannya ini dituangkan dalam karya-karya tulisnya berupa analisis hukum
pidana dan penegakannya, analisis mengenai hak milik dan subtantial treatment atas
proses-proses hukum.14

Menurut Robert Cooter dan Thomas Ulen pendekatan ekonomi untuk mengevaluasi
hukum dan kebijakan, bahwa hukum hendaknya tidak hanya dipandang sebagai suatu
teknik berargumen, hukum adalah instrumen untuk mendorong tujuan kepentingan
sosial. Agar dapat diketahui bahwa hukum mempunyai tujuan ini, hakim dan para
pembentuk hukum lainnya harus mempunyai metode mengevaluasi hukum yang
berdampak pada nilai kepentingan sosial. Ilmu ekonomi memprediksi dampak kebijakan
pada efisiensi. Efisiensi selalu relevan untuk membuat kebijakan, karena itu selalu lebih
baik mendorong setiap kebijakan yang mempunyai biaya rendah daripada biaya tinggi.15
Jadi yang dimaksud dengan pendekatan dari aspek efisiensi (ekonomi) dalam
memandang hukum adalah dalam upaya meminimalisasi cost terhadap beroperasinya
(aturan) hukum yang telah disusun oleh para ahli hukum agar tidak menimbulkan biaya
ekonomi tinggi, tidak efisien dan tidak rasional16 dan itu merupakan tuntutan
perkembangan berbagai jenis peraturan (hukum) yang berkaitan dengan bidang
ekonomi.

Menurut Posner berperannya hukum harus dilihat dari segi nilai (value), kegunaan
(utility) dan efisiensi (efficiency). Posner mendefinisikan efisiensi dengan mengatakan: “

13

Prinsip ini sederhana karena secara alamiah orang akan cenderung menyetujui sesuai dengan
pengalamannya. Namun prinsip itu dapat diteruskan dengan mengatakan bahwa kalau kita memaksimalkan
kemampuan kita untuk menerima penderitaan maka kenikmatan yang akan kita dapatkan pun akan semakin
maksimal.
14
Peri Umar Faruk, Analisis Ekonomi Atas Perkembangan Hukum Bisnis Indonesia,
http://mhugm.wikidot.com/artikel:004
15
Robert Cooter dan Thomas Ulen, Law and Economic, Scott, Foresman and Company, Glenview, Illionis,1998,
hlm. 3
16
Muchammad Zaidun, Penerapan Prinsip-prinsip Hukum International Penanaman Modal Asing di Indonesia,
Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2005, h.35.

8

. . . that allocation of resources in which value is maximized”.17 Selanjutnya Posner
mengemukakan pandangannya tentang penggunaan teori ekonomi dalam hukum
dengan mengatakan, “many of the doctrines an institution of the legal system are best
understood and explained as efforts to promote the efficient of resources’ and that “the
common law is best . . . explained as a system for maximizing the wealth of society”. 18
Menurut Richard Posner dikatakan bahwa undang – undang dapat mempengaruhi
kebijakan yang dibuat perusahaan. Selain itu, undang – undang juga dapat digunakan
untuk mengatur persaingan bisnis serta tingkah laku pasar. Analisis ekonomi atas
hukum adalah suatu pendekatan teori hukum yang menggunakan metode ekonomi dan
hukum. Ini termasuk penggunaan konsep-konsep ekonomi untuk menjelaskan efek
hukum, untuk menilai mana aturan-aturan hukum ekonomi yang efisien.19 Pemilihan
prinsip efisiensi ini berdasarkan pada kemudahannya untuk dipahami, karena tidak
memerlukan rumusan-rumusan teknis ilmu ekonomi atau rumus berupa angka-angka.
Yang menjadi fokus perhatian adalah berkenaan dengan kemungkinan munculnya
ketidakefisienan (inefficiency) dari pembentukan, penerapan maupun enforcement dari
peraturan perundang-undangan.20

Dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Presiden Joko Widodo pada tanggal 23
Oktober 2015 telah menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015
tentang Pengupahan. Adapun kebijakan pengupahan itu meliputi: a. Upah minimum; b.
Upah kerja lembur; c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d. Upah tidak masuk
kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; e. Upah karena menjalankan
hak waktu istirahat kerjanya; f. bentuk dan cara pembayaran Upah; g. denda dan
potongan Upah; h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah; i. struktur dan

17

Richard A.Posner, Economic Analysis Of Law, Fourth Edition, Little Brown and Company, Boston, Toronto,
London, 1992,hlm.11-15
18
Ibid., ,hlm. 27
19
David Friedman (1987). “law and economics,” The New Palgrave: A Dictionary of Economics, v. 3, p. 144.
Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Law_and_economicsn
20
Sumanto, S.H., Analisis Pengembangan Ekonomi atas Hukum di Indonesia, Ragam Jurnal Pengembangan
Humaniora Vol. 8 No. 2, Agustus 2008, hlm. 89

9

skala pengupahan yang proporsional; j. Upah untuk pembayaran pesangon; dan k. Upah
untuk perhitungan pajak penghasilan.21

Dalam PP itu disebutkan, bahwa kebijakan pengupahan diarahkan untuk pencapaian
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi Pekerja/Buruh. Penghasilan
yang layak sebagaimana dimaksud merupakan jumlah penerimaan atau pendapatan
Pekerja/Buruh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup
Pekerja/Buruh dan keluarganya secara wajar.

Dengan peraturan pemerintah nomor 78 tahun 2015 tentang pengupahan yang baru
ini, formulasi upah kedepannya dihitung hanya sekedar angka inflasi dan pertumbuhan
ekonomi yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah (BPS), dengan mengabaikan
survey harga-harga kebutuhan pokok setiap tahunnya yang menjadi patokan Komponen
Hidup Layak. Selain itu dengan adanya PP ini kewenangan dewan pengupahan dalam
menentukan besaran upah juga diambil alih oleh BPS. Dalam ketentuan Pasal 45 dan
Pasal 47 PP Pengupahan, kewenangan Dewan Pengupahan hanya-lah melakukan
peninjauan kebutuhan hidup layak, dengan tetap berdasarkan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja tentang penetapan komponen dan jenisnya. Padahal seharusnya,
Gubernur sebelum menetapkan besaran upah minimum provinsi dan kabupaten/kota,
memperhatikan saran dan pertimbangan Dewan Pengupahan, sebagaimana diatur
dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13
Tahun 2012.22

Jika kita melihat teori Richard Posner diatas, PP 78 tahun 2015 tentang penetapan upah
minimum, sangat jelas dapat mempengaruhi kebijakan yang dibuat perusahaan ,
dimana pelaksana dari pemberian upah untuk pekerja adalah perusahaan. Disitulah
kemudian kesejahteraan pekerja dapat dilihat. Selain itu berhubungan dengan teori ini
dikatakan bahwa analisis ekonomi atas hukum adalah suatu pendekatan teori hukum

21

Inilah Ketentuan Tentang Upah Minimum Dalam PP Nomor 78 Tahun 2015http://setkab.go.id/inilahperaturan-pemerintah-nomor-78-tahun-2015-tentang-pengupahan/, akses; 1 februari 2016
22
Buruh Tolak PP 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, http://www.bantuanhukum.or.id/web/buruh-tolak-pp78-tahun-2015-tentang-pengupahan/

10

yang menggunakan metode ekonomi dan hukum. Yang mana efek dari penerapan PP 78
tahun 2015 ini akan menyasar pada kesejahteraan pekerja.

Jika melihat pada perhitungan upah minimum yang tercantum dalam PP 78 tahun 2015,
formula upah minimum itu memperhitungkan persentase inflasi dan pertumbuhan
produk domestik bruto (PDB). PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, inilah yang menjadi
ukuran apakah ada pertumbuhan ekonomi atau tidak.23

Tingginya tingkat inflasi di Indonesia menyebabkan tingginya harga kebutuhan pokok
dimasyarakat, hal inilah yang mendorong para pekerja selalu menuntut kenaikan upah
minimum akibat penyesuaian yang harus pekerja lakukan untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya. Dalam paket kebijakan ekonomi IV, formulasi besaran kenaikan
upah minimum pekerja sudah dapat diprediksi oleh para pemilik perusahaan untuk
tahun mendatang, para karyawan atau pekerja mendapatkan kepastian kenaikan upah
minimum hingga 5 tahun mendatang sejak diterapkannya upah minimum pertama
dengan acuan tingkat inflasi ditambah nilai pertumbuhan ekonomi.24

Menurut Hanif Dakhiri (Menteri Tenaga Kerja RI), fakta di lapangan menunjukkan
adanya peningkatan upah minimum 11,5 persen bagi daerah yang telah
mengimplementasikan kebijakan ini, sedangkan yang belum mengimplementasikan
kebijakan ini hanya meningkat sekitar enam hingga sembilan persen.25 kalau formula
penghitungan tersebut tidak dilaksanakan pemerintah daerah, pemerintah juga bisa
memberikan sanksi kepada pemerintah daerah.26

23

Benarkah PP Pengupahan perbaiki nasib buruh? http://www.antaranews.com/berita/526104/benarkah-pppengupahan-perbaiki-nasib-buruh, akses: 31 Januari 2016
24
Evaluasi PP No. 78 Tahun 2015 Soal Pengupahan Yang Nyata Merugikan Buruh Dan Pengusaha,
http://www.ehijrah.com/2071/evaluasi-pp-no-78-tahun-2015-soal-pengupahan-yang-merugikan-buruh-danpengusaha/, akses: 31 januari 2016
25
Menaker harapkan penerapan PP 78 dilihat faktanya,
http://www.antaranews.com/berita/532647/menaker-harapkan-penerapan-pp-78-dilihat-faktanya, akses: 31
januari 2016
26
Ibid.

11

Lewis A. Kornhauser27 dalam tulisannya berjudul Legal Foundations of Economic
Analysis of Law, mengemukakan tiga pertanyaan, yakni: Pertama, bagaimana hukum
mempengaruhi perilaku orang? Atau apakah hukum memiliki kekuatan normatif yang
mengarahkan perilaku orang baik swasta maupun publik (pegawai negeri)? Kedua,
apakah hukum hanya merupakan suatu alat? Dan yang ketiga adalah bagaimanakah
seharusnya kita mengevaluasi aturan-aturan dan lembaga hukum itu? Kornhauser
mengajukan tiga hal yang melatarbelakangi ketiga pertanyaan tersebut di atas.
Pertama, klaim yang paling mendasar adalah bahwa hukum itu adalah alat, artinya
masyarakat merancang aturan dan lembaga hukum untuk suatu tujuan kedepan. Klaim
ini disebut dengan analisa kebijakan (policy analysis) yang membawahi dua klaim
dibawahnya yakni bahwa setiap orang akan berperilaku merespon suatu aturan hukum
“secara ekonomi” dan bahwa kita harus melakukan evaluasi aturan dan lembaga hukum
itu atas akibatnya terhadap kesejahteraan setiap orang.

Dalam hal ini PP 78 adalah alat, artinya pemerintah merancang aturan dan lembaga
hukum untuk suatu tujuan kesejahteraan pekerja, dan kemampuan perusahaan dalam
memberikan upah kepada pekerjanya. Untuk itu perusahaan akan merespon atau
mentaati pp78 ini melalui perhitungan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan
apabila menerapkannya. Jika itu tidak sesuai dengan kemampuan dan bahkan membuat
perusahaan rugi, akan sangat besar kemungkinan perusahaan tidak menerapkan
kebijakan tersebut kepada pekerjanya, dan ini akan sangat mempengaruhi pendapatan
para pekerja yang berhubungan dengan kesejahteraan. Ini termasuk penggunaan
konsep-konsep ekonomi untuk menjelaskan efek hukum, untuk menilai mana aturanaturan hukum ekonomi yang efisien.

Dalam hal PP 78 tahun 2015 ini pemerintah sebagai pembuat kebijakan, namun bukan
pelaksana terhadap penerapan aturan tersebut, melainkan pelaksananya adalah
perusahaan. Permasalahannya adalah upah minimum dapat dirasakan oleh pekerja,
apabila perusahaan bersedia menerapkannya. Dapat kita dilihat disni PP 78 tahun 2015
bukan penjamin terimplementasinya upah minimum bagi para pekerja yang mana

27

Lewis A. Kornhauser, 31 May 2006

12

melalui upah minimum itu adalah sebagai salah satu bagian terwujudnya kesejahteraan
buruh.

Ketidak efisienan dari PP 78 tahun 2015 tentang pengupahan ini, juga terlihat karena
bertentangan dengan undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
yang prinsipnya seputar pengupahan bahwa setiap buruh atau pekerja berhak
memperoleh penghasilan untuk memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,
dan juga pengupahan harus melindungi pekerja atau buruh. Namun dalam peraturan
pemerintah tentang pengupahan yang disahkan ini, pemerintah tidak memenuhi prinsip
penghidupan yang layak bagi buruh dan tidak melindungi pekerja. Sehingga PP ini
bertentangan dengan isi UU 13/2003, isi dalam PP tersebut ada ketidaksingkronan
secara hirarkis peraturan perundang-undangan, dan formula rumus kenaikan upah
minimum tidak didasari kondisi ekonomi obyektif di wilayah per wilayah.

Selain itu ketidak efisienan dari fungsi dewan pengupahan meskipun Dewan
Pengupahan masih diberikan kewenangan memberikan usulan terhadap besaran upah
minimum sektoral. Namun dalam hal penetapan besaran upah minimum, Dewan
Pengupahan hanya berwenang memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur,
Bupati/Walikota, atas peninjauan kebutuhan hidup layak yang ditinjau setiap 5 (lima)
tahun sekali, sesuai Pasal 43 ayat (5) PP Pengupahan.

D. Kesimpulan
Dari analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa tetang penetapan Upah Minimum
bukan merupakan aturan hukum ekonomi yang cukup efisien bagi kesejahteraan
pekerja, hal ini terlihat dari beberapa ketidak efisienan penerapan PP 78 tahun2015
tentang pengupahan, yaitu meliputi bertentangan dengan undang-undang nomor 13
tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang prinsipnya seputar pengupahan bahwa
setiap buruh atau pekerja berhak memperoleh penghasilan untuk memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, dan juga pengupahan harus melindungi
pekerja, fungsi dewan pengupahan meskipun Dewan Pengupahan masih diberikan
kewenangan memberikan usulan terhadap besaran upah minimum sektoral. Dan
ketidakefisienan terlihat dari PP 78 tahun 2015 ini pemerintah sebagai pembuat
13

kebijakan, namun bukan pelaksana terhadap penerapan aturan tersebut, melainkan
pelaksananya adalah perusahaan, sehingga kesejahteraan pekerja tergantung pada
kemauan perusahaan dalam pelaksanaannya. Maka apabila perusahaan tidak bersedia
menerapkannya, nampaknya tidak ada berpengaruh terhadap kesejahteraan pekerja.

E. Daftar Pustaka
Buku
Robert Cooter dan Thomas Ulen, Law and Economic, Scott, Foresman and Company,
Glenview, Illionis,1998,
Muchammad Zaidun, Penerapan Prinsip-prinsip Hukum International Penanaman
Modal Asing di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga,
Surabaya, 2005,
Richard A.Posner, Economic Analysis Of Law, Fourth Edition, Little Brown and
Company, Boston, Toronto, London, 1992,hlm.11-15
Sumanto, S.H., Analisis Pengembangan Ekonomi atas Hukum di Indonesia, Ragam
Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 8 No. 2, Agustus 2008, hlm. 89
Lewis A. Kornhauser, 31 May 2006
Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1
Hart, 1983,

Jurnal
Peri Umar Faruk, Analisis Ekonomi Atas Perkembangan Hukum Bisnis Indonesia,
http://mhugm.wikidot.com/artikel:004
David Friedman (1987). “law and economics,” The New Palgrave: A Dictionary of
Economics, v. 3, p. 144. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Law_and_economicsn

Website
http://finance.detik.com/read/2015/10/26/120711/3053241/4/jokowi-teken-ppump-2016-sudah-pakai-formula-upah-baru
http://www.beritalima.com/2015/11/19/ribuan-buruh-tolak-pp-78-tahun-2015/,
akses: 1 februari 2016
14

Inilah Ketentuan Tentang Upah Minimum Dalam PP Nomor 78 Tahun 2015,
http://setkab.go.id/inilah-ketentuan-tentang-upah-minimum-dalam-pp-nomor-78tahun-2015/, akses 1 februari 2016
Pengertian Upah Minimum, http://www.gajimu.com/main/pengertian-upahminimum
http://finance.detik.com/read/2015/10/26/120711/3053241/4/jokowi-teken-pp-ump2016-sudah-pakai-formula-upah-baru
Sistem Baru Pengupahan Berdasarkan UMP dan Inflasi Diterapkan 2016,
http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2015/10/15/346161/sistem-barupengupahan-berdasarkan-ump-dan-inflasi-diterapkan-2016
http://www.rappler.com/indonesia/111081-buruh-upah-minimum-provinsi-pppengupahan
http://isrok-isrok.blogspot.co.id/2008/05/analisis-ekonomi-atas-hukum.html#_ftn9,
akses: 31 Januari 2016
Inilah Ketentuan Tentang Upah Minimum Dalam PP Nomor 78 Tahun
2015http://setkab.go.id/inilah-peraturan-pemerintah-nomor-78-tahun-2015-tentangpengupahan/, akses; 1 februari 2016
Buruh Tolak PP 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan,
http://www.bantuanhukum.or.id/web/buruh-tolak-pp-78-tahun-2015-tentangpengupahan/
Benarkah PP Pengupahan perbaiki nasib buruh?
http://www.antaranews.com/berita/526104/benarkah-pp-pengupahan-perbaiki-nasibburuh, akses: 31 Januari 2016
Evaluasi PP No. 78 Tahun 2015 Soal Pengupahan Yang Nyata Merugikan Buruh Dan
Pengusaha, http://www.ehijrah.com/2071/evaluasi-pp-no-78-tahun-2015-soalpengupahan-yang-merugikan-buruh-dan-pengusaha/, akses: 31 januari 2016
Menaker harapkan penerapan PP 78 dilihat faktanya,
http://www.antaranews.com/berita/532647/menaker-harapkan-penerapan-pp-78dilihat-faktanya, akses: 31 januari 2016
.

15