BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peran Organisasi Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan

  Pada zaman Rasulullah SAW (571- 632 M) perekonomian masih relatif sederhana karena menggunakan prinsip- prinsip mendasar bagi pengelolaan terhadap ekonomi seperti memegang teguh komitmen yang tinggi terhadap etika dan norma, serta terhadap keadilan dan pemerataan kekayaan. Usaha- usaha ekonomi dilakukan secara etis dalam bingkai syariah Islam, sementara sumber daya ekonomi tidak boleh menumpuk pada segelintir orang melainkan harus beredar bagi kesejahteraan umat. (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas Kerjasama dengan Bank Indonesia, 2012: 98).

  Pada zaman tersebut, kegiatan ekonomi pasar relatif menonjol dimana untuk menjaga mekanisme pasar tetap berada dalam bingkai etika dan moralitas Islam, maka Rasulullah SAW mendirikan Al- Hisab yang merupakan suatu institusi yang bertugas untuk mengawasi pasar. Rasulullah SAW juga membentuk Baitul Maal yang merupakan suatu institusi yang bertindak sebagai pengelolaan keuangan negara. Baitul Maal mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian, termasuk dalam melakukan kebijakan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. (Ibid) Islam muncul sebagai sumber kekuatan yang baru pada abad ke-7 Masehi, berkembangnya peradaban baru yang sangat mengagumkan. Fakta sejarah itu menunjukkan bahwa Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi dan politik maupun kehidupan yang bersifat spiritual.

  Namun, semenjak permulaan abad ke- 18, kondisi dunia Islam secara politisi berada di bawah penetrasi kolonialisme. Ketiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran di Abad ke- 18 M, Eropa Barat mengalami kemajuan dengan pesat. Kekuatan Islam terakhir yang disegani yaitu Kerajaan Utsmanidi Turki terus mengalami kemunduran. Kelemahan kerajaaan- kerajaan Islam itu menyebabkan Eropa dapat menduduki dan menjajah negeri- negeri Islam dengan mudah. Perkembangan tata dunia modern yang penuh dengan dominasi politik dan Ekonomi Barat, mendorong para pembaru Muslim abad ke- 19 khususnya Jamal Al- Din Al- Afgani, Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha mengembangkan teori politik Pan- Islamisme dengan konsep Dunia Islam bersatu akhirnya berhasil dengan memunculkan upaya- upaya baru dalam membangun ikatan di antara negara- negara Muslim. Awalnya pada tahun 1962, Arab Saudi bersama beberapa negara Arab, diantaranya: Mesir dan Suriah, mendirikan organisasi Liga Dunia Muslim (Rabithah Al- Alam Al- Islam) untuk melawan sosialisme dan sekularisme. Namun, perang antara Arab dan Israel mengubah situsi secara dramatis dengan di dudukinya tempat- tempat suci muslim oleh Israel sehingga para pemimpin Islam upaya bersama untuk membela kepentingan sah umat Islam. Persamaan dan kebulatan tekad yang didasarkan pada iman melahirkan Organisation of Islamic Cooperation (OKI) yang selanjutnya resmi di proklamasikan pada Mei 1971. ( Hermawati, 2005: 175- 178).

  Organisation of Islamic Cooperation (OKI) yang berdiri di merupakan organisasi yang awalnya dibentuk karena untuk meningkatkan solidaritas Islam di antara negara anggota, mengoordinasikan kerja sama antarnegara anggota, mendukung perdamaian dan keamanan internasional, serta melindungi tempat-tempat suci Islam dan membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. Namun seiring berjalannya waktu, Sebagai Organisasi Internasional yang pada awalnya lebih banyak menekankan pada masalah politik, terutama masalah Palestina, dalam perkembangannya OKI menjelma sebagai suatu Organisasi Internasional yang menjadi wadah kerja sama di berbagai bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan antar negara-negara muslim di seluruh dunia. (Nurul Huda, 2010: 27). Pada tahun 1969 secara bersama beberapa negara dari Kelompok Islam Internasional yang terbentuk dalam wadah OKI menggagas ide tentang perlunya bank Islam pada tingkat Internasional. Konferensi ini diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada 21 s.d 27 April 1969 dengan diikuti oleh 19 negara peserta dan 6 negara sebagai peninjau. Pada

  Maret 1973 pada akhirnya diputuskan agar OKI memiliki bidang secara khusus menangani masalah ekonomi dan juga keuangan.

  Sebagai kelanjutan dari sidang menteri luar negeri OKI tersebut, pada bulan Juli 1973, komite ahli yang merekomendasikan dan mewakili negara-negara Islam penghasil minyak bertemu di Jeddah, Arab Saudi dalam rangka pendirian bank Islam. Hasil dari serangkaian pembahasan tersebut disampaikan pada Mei 1974 dalam sidang para menteri keuangan negara- negara anggota OKI, yaitu dengan didirikannya Bank Pembangunan Islam atau Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 Miliar Dinar atau 2 Miliar SDR (Special Draw Right). Dengan berdirinya IDB maka banyak negara Islam yang lain juga mendirikan Lembaga Perbankan Islam. (Veithzal Rivai, 2010: 73) Islamic Development Bank (IDB) adalah institusi keuangan Internasional yang bertujuan untuk mempromosikan perkembangan ekonomi dan sosial dari komunitas muslim, baik negara anggota maupun non anggota yang sejalan dengan syariah. Salah satu tujuan yang penting adalah untuk membantu mendorong perdagangan antar negara muslim. Islamic Development Bank (IDB) awalnya beranggotakan 22 negara Islam sebagai negara pendiri. Bank ini menyediakan bantuan finansial untuk pembangunan negara-negara anggotanya, membantu mereka untuk mendirikan Bank Islam di negaranya masing-masing dan memainkan peranan penting dalam penelitian ilmu ekonomi, perbankan dan keuangan Islam. Kini bank yang berpusat di Jeddah, Arab Saudi itu telah memiliki lebih dari 43 negara anggota.( Adiwarman A.Karim, 2006: 23).

  Di Indonesia terdapat beberapa Organisasi Islamseperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Jama’ah Hidayatullah, Hizbuttahrir, dan lainnya . Dari semua organisasi-organisasi tersebut yang paling berpengaruh dan menonjol dari bidang ekonomi maupun sosialnya adalah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam mengurangi tingkat kemiskinan karena dengan tingkat jumlah anggota yang semakin meningkat setiap tahunnya dan merupakan asset bagi organisasi tersebut. Sedangkan untuk Sumatera Utara, khususnya daerah medan Organisasi Islam yang mempunyai pengaruh di bidang ekonomi maupun sosialnya adalah Muhammadiyah dan Al Washliyah. Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 yang mana merupakan gerakan Islam modern. Dengan adanya kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih hidup dalam garis kemiskinan, maka Muhammadiyah mempunyai keinginan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan dan proyek- proyek maupun agenda-agenda sosial kemasyarakatan. Awalnya KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah dalam rangka membantu masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan yang memadai. Sekarang, Muhammadiyah telah mendirikan Rumah Sakit dalam rangka membantu masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Sehingga pada rentang waktu dari tahun 1913-1919 Muhammadiyah dengan memiliki 3.370 Taman Kanak-kanak (TK), 2.899 Sekolah Dasar (SD & MI), 1.761 Sekolah Menengah Pertama(SMP & MTs), 941 Sekolah Menengah Atas (SMA, SMK, MA), 67 Pondok Pesantren, dan 167 Perguruan Tinggi.

  Dalam bidang kesehatan dan santunan Muhammadiyah memiliki 389 unit pelayanan kesehatan mulai dari Rumah Sakit Umum sampai Balai Pengobatan, 330 unit panti asuhan dan panti jompo, dan seratus lebih lembaga filantropi Islam seperti LAZIS. Namun, ternyata masih banyak masyarakat yang tidak mampu dan miskin yang tidak dapat menikmati pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai. (Nazaruddin Malik, 2010:4). Tidak hanya dari bidang pendidikan dan kesehatan, Muhammadiyah juga bergerak dalam bidang ekonomi, khususnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat luas terutama lapisan menengah dan bawah dengan di bangunnya amal usaha seperti koperasi dan usaha-usaha lainnya yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. (Ibid) Sedangkan Nahdlatul Ulama adalah sebuahbesar di Indonesia yang berdiri pada eterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsakibat penjajahan maupun akibat tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa, melalui jalan pendidikan dan organisasi sehingga gerakan yang pesantren yang selama ini gigih melawanmerespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Kemudian pada taatau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Sehingga kemudian didirikapergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.(Einar Martahan Sitompul, 1989: 59-89) .

  Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuska(prinsip dasar), kemudian juga merumuskan edua kitab tersebutdijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, ekonomi, keagamaan dan politik. (Ibid) Selain Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang menonjol di Indonesia,terdapat sebuah Organisasi Islam yang mana selain dari usaha- usaha yang telah mereka lakukan dalam mengentaskan kemiskinan, terdapat juga program yangtelah mereka jalankan dapat meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap organisasinya, Mereka adalah organisasi Darul Aqrom yang sekarang dikenal dengan nama Global Ikhwan. Global Ikhwan sebenarnya adalah sebuah organisasi keagamaan yang dahulu bernama Darul Arqom. Organisasi ini berpusat di Malaysia pada tahun 1994 sesat. Dengan dibubarkannya Darul Arqom, para anggotanya mengorganisasikan dirinya dengan mendirikan sebuah perusahaan bernama Rufaqo. Pada tahun 1997 Rufako kembali berganti menjadi Globa Ikhwan, Rufako telah berkembang menjadi perusahaan ber-aset besar yang cabangnya tersebar di negara- negara Asia, Eropa dan Timur Tengah. Di Indonesia sendiri cabangnya sudah tersebar mulai tahun 1996-1997 kehampir seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.

  Anggaran Global Ikhwan Indonesia relatif sedikit, mereka hanya berkisar 500 orang yang diantaranya tinggal di Bandung. Latar belakang anggota sangat beragam, ada yang beroperasi sebagai PNS, Militer, Professional, Wiraswastawan, artis dan mahasiswa dengan sarjana lulusan Malaysia dan kampus- kampus ternama di Bandung seperti ITB dan Unpad. Penyebaran ajaran juga dikemas secara profesional dengan media VCD, Sekolah, Musik dan Kebudayaan. Aktivitas ekonomi Global Ikhwan di kendalikan oleh sebuah biro bernama biro kebajikan, ekonomi dan keuangan. Kader Global Ikhwan adalah asset tersebar yang menggerakkan bisnis dari hulu ke hilir.

  Sedangkan untuk Kota Medan, terdapat Organisasi Islam Muhammadiyah dan Al Washliyah yang merupakan organisasi terbesar di Kota Medan dengan jumlah anggota yang melebihi jumlah anggota organisasi lainnya. Muhammadiyah di Kota Medan memiliki jumlah anggota ±30.000 orang dari jumlah anggota keseluruhan ±190.000 orang di Sumatera Utara.

  Muhammadiyah merupakan organisasi yang menonjol di bidang pendidikan, sebenar-benarnya”. Selain di bidang tersebut, Muhammadiyah juga bergerak di bidang ekonomi dengan di bangunnya Koperasi Simpan Pinjam.

  Dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya di bidang ekonomi, mereka membentuk koperasi – koperasi usaha seperti Koperasi Simpan Pinjam sehingga koperasi tersebut diharapkan dapat meningkakan taraf hidup anggota-anggotanya. Seperti Koperasi Simpan Pinjam Surya Abadi Mandiri yang berada di kota Medan. Koperasi ini berdiri pada tahun 1999 yang beranggotakan 1,537 orang (aktif).

  Dalam menjalankan programnya, Muhammadiyah memberikan pinjaman tanpa jasa sehingga anggota kurang mampu diberi keringanan dari segi pembayaran sehingga tidak membebani. Organisasi ini sering mendapat hambatan dari segi permodalan karena segi pendanan koperasi tersebut lebih banyak mendapatkan modal dari anggotanya dibandingkan bantuan dari pemerintah. Pemerintah memberikan bantuan kepada organisasi tersebut tidak secara berulang melainkan hanya beberapa kali, sehingga koperasi tersebut dapat berdiri dan berjalan tidak dalam campur tangan pemerintah sepenuhnya melainkan dari anggotanya sendiri. Al Jam’iyatul Washliyah merupakan Organisasi Islam yang lahir pada 30 November 1930 dan bertepatan 9 Rajab 1349 H di kota Medan, Sumatera Utara. Al Jam’iyatul Washliyah yang lebih dikenal dengan sebutan Al Washliyah lahir ketika bangsa Indonesia masih dalam penjajahan Hindia Belanda (Nederland Indie). Tujuan utama untuk mendirikan organisasi Al berbeda pandangan Umat Islam karena perbedaan pandangan dalam hal ibadah dan cabang dari agama (furu’iyah). Kondisi ini membuat umat Islam terbagi menjadi dua kelompok yang disebut dengan kaum tua dan kaum muda. Perbedaan paham di bidang agama ini semakin hari semakin tajam dan sampai pada tingkat meresahkan. Dengan terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam di Sumatera Utara khususnya kota Medan, maka para pelajar yang menimba ilmu di Maktab Islamiyah Tapanuli Medan berupaya untuk mempersatukan kembali umat yang terpecah belah. Upaya untuk mempersatukan umat Islam terus dilakukan sehingga terbentuklah organisasi Al Jam’iyatul Washliyah yang artinya Perkumpulan yang menghubungkan. Dimaksudkan dapat menghubungkan manusia dengan Allah Swt dan menghubungkan manusia dengan manusia (sesama umat Islam).Kini jumlah anggota Al Washliyah di Sumatera Utara sudah berjumlah ±2.000.000 orang yang semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Sedangkan untuk daerah Kota Medan sebesar 30% dari jumlah tersebut yaitu ±600.000 orang. Selain bergerak di bidang dakwah dan pendidikan, Al Washliyah juga bergerak di bidang ekonomi seperti yang dapat dilihat dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang mereka dirikan. Dengan memberikan pinjaman tanpa agunan sehingga memberi keringanan kepada orang-orang yang melakukan pinjaman dan mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi para peminjam. Di Sumatera Utara sendiri sudah terdapat 3 Bank Perkreditan Rakyat Syariah Al

organisasi tersebut maupun anggota dan orang-orang yang ikut serta di dalam organisasi tersebut.

  Konsentrasi Organisasi-organisasi Islam terhadap kepentingan Islam baik di dunia maupun di Indonesia semata-mata untuk kepentingan umat Islam itu sendiri dalam memenuhi kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup, seperti yang disampaikan oleh Imam Ghazali yaitu,

  

“ Tujuan utama syariat adalah memelihara kesejahteraan manusia yang

mencakup perlindungan keimanan, kehidupan, akal, keturunan, dan harta

benda mereka. Apa saja yang menjamin terlindungnya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan dikehendaki.”

  Dari kalimat diatas dapat dilihat bahwa kesejahteraan umat terkait dengan tujuan utama dari syariat Islam yang mana, QS. Al-Taubah/9:105:

  “dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan

dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang

nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

  Dari ayat tersebut dapat dilihat bahwa Allah menyerukan kepada umat manusia untuk berusaha dan sungguh- sungguh dalam mendapatkan pekerjaan. Manusia disediakan alam yang limpah untuk dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya agar manusia tidak hidup dengan hanya berpangku tangan.

  Atas uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Peran Organisasi Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan di

  Kota Medan ”.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu:

  • Bagaimana cara Organisasi Islam Muhammadiyah dan Al Washliyah dalam mengurangi tingkat kemiskinan di kota Medan?
  • Bagaimana pengaruh Organisasi Islam Muhammadiyah dan Al Washliyah terhadap masyarakat dalam mengurangi tingkat kemiskinan?

  1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1.3.1 Tujuan Penelitian

  • Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan Organisasi Islam Muhammadiyah dan Al Washliyah dalam upaya mengurangi tingkat kemiskinan di Kota Medan.
  • Untuk mengetahui peran yang telah dilakukan Organisasi Islam di Masyarakat

  1.3.2 Manfaat Penelitian

  • Bagi Lembaga atau Organisasi Islam, sebagai bahan Informasi tambahan atau masukan dalam membuat keputusan untuk program-program bagi masyarakat dan dapat digunakan untuk
mengambil langkah-langkah strategis dalam mengoptimalisasi peran organisasi tersebut.