BAB I PENDAHULUAN - Hobi Costume Play (Cosplay) dan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Hobi Cosplay terhadap Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

  Sebagai makhluk sosial, manusia pada hakikatnya tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Adanya interaksi dan komunikasi antar manusia dalam perilaku sosialnya akan melahirkan suatu keadaan atau gejala sosial tertentu. Manusia yang merupakan makhluk dengan sifat yang berbeda, namun cenderung kepada hal-hal yang menuju kesamaan ini menjadikan manusia gemar untuk meniru. Oleh karena itu, ketika suatu gejala sosial ditiru oleh beberapa kelompok manusia, terjadi berulang-ulang, dan semakin banyak, maka gejala itu menjadi suatu fenomena sosial. Salah satu fenomena sosial yang tengah menarik perhatian masyarakat terutama di kalangan anak muda saat ini adalah fenomena hobi Costume Play (Cosplay).

  Cosplay Kosupure

  ( ) adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang ( wasei-eigo ) yang berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah

  anime

  seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam , manga , dongeng , permainan video , penyanyi dan musisi idola, dan film kartun . Para penggemar anime, manga, dan sebagainya tersebut cenderung merealisasikan hal-hal yang mereka lihat (The Japan Foundation, 2007 : 27). Pelaku atau penggemar hobi cosplay disebut cosplayer.

  Istilah Cosplay berasal dari Amerika. Sejak paruh kedua 1960-an, penggemar cerita dan film fiksi ilmiah di Amerika Serikat sering mengadakan konvensi fiksi ilmiah. Peserta mengenakan kostum seperti tokoh-tokoh film fiksi ilmiah seperti Star Trek. Budaya ini mengenal bentuk pesta topeng (masquerade) seperti dalam perayaan Haloween dan Paskah. Seiring perkembangan zaman, masyarakat Jepang yang sangat gemar dengan tokoh animasi, tertular saat konvensi fiksi ilmiah pada 1978 sekaligus peragaan kostum (costume show). Tahun 1985, hobi cosplay semakin meluas di Jepang karena cosplay telah menjadi sesuatu hal yang mudah dilakukan. Pada waktu itu kebetulan tokoh Kapten Tsubasa sedang populer, dan hanya denganmengenakan kaus T-shirt pemain bola Kapten Tsubasa tersebut, orang sudah bisa dikatakan ber-cosplay.

  Penggemar cosplay termasuk cosplayer telah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia. Adapun di Indonesia sendiri, cosplay mulai berkembang dari Tahun 2000-an. Berawal dari adanya Gelar Jepang Universitas Indonesia (UI) yang mengadakan acara cosplay, akan tetapi saat itu belum ada yang berminat. Cosplay pertama saat itu hanyalah

  Organizer berupa EO (Event ) dari acara Gelar Jepang tersebut.

  Beranjak dari acara Jepang, beberapa pemuda-pemudi di Bandung memperkenalkan gaya Harajuku dan hadirnya cosplayer pertama yang bukan merupakan EO saat itu.

  ( .

  Berlanjut, hingga sekarang, banyaknya acara cosplay yang digelar diiringi dengan berkembangnya komunitas cosplay di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan juga Medan.

  Di Kota Medan, cosplay sudah ada dari tahun 2008 namun belum berkembang. Perkembangan paling pesat terjadi pada tahun 2010 sejak diperkenalkan oleh Universitas Negeri yang ada di Medan. Banyak acara lomba cosplay yang telah digelar di Kota Medan. Salah satu acara Cosplay terkini adalah Perlombaan Cosplay yang digelar Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang di Hermes Place Polonia, Medan pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014. Perlombaan Cosplay ini merupakan salah satu upaya pemerintah Kota Medan untuk mendorong kampanyekebersihan di Kota Medan dan dalam rangka promosi pariwisata Provinsi . Sumatera Utara.

  Kemudian pada tanggal 27 – 29 Maret 2014 lalu juga ada lomba cosplay dalam Festival Kebudayaan Jepang (Bunkasai) yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Sastra dan bahasa Jepang (Aotake Hinode), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

  (FIB USU) bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Jepang di

  

  Medan. ).

  Cosplay adalah salah satu hobi unik yang membutuhkan kreatifitas dan skill tersendiri bagi para penggelutnya. Dengan bercosplay, seorang cosplayer bisa menunjukkan kekaguman dan pemujaannya pada salah satu tokoh atau karakter dari

  video gam

  sebuah seri film, e atau juga manga (komik Jepang). Kekaguman ini ditunjukkan dengan kemiripan maksimal yang diusahakan oleh seorang cosplayer pada tokoh tersebut. Mulai dari pakaian, sepatu, rambut, atribut pelengkap hingga

  make-up

  wajah dan rambut palsu mereka kenakan. Selain kostum, untuk menghasilkan penampilan yang semirip mungkin dengan karakter yang diperankan, cosplayer tidak segan-segan menggunakan cat tubuh (body paint), kapur rambut,

  clay

  bahkan hingga cairan latex untuk membuat efek-efek tertentu pada dandanannya. Kemudian setelah semua aksesoris itu melekat di tubuhnya, seorang cosplayer juga akan berakting sesuai dengan perilaku tokoh atau karakter yang

  

  diperankannya itu. ( remaja.html ).

  Banyak cara bagi cosplayer untuk bisa mendapatkan kostum beserta aksesoris cosplay tersebut. Ada yang membelinya di toko online ataupun toko biasa. Rata-rata harga kostum di toko online berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 600.000. Bahkan, ada beberapa kostum yang dijual dengan harga cukup tinggi, yaitu Rp 1 juta hingga Rp 2 juta tergantung pada tingkat kesulitan dari kostum tersebut.

  .

  Berdasarkan hasil pengamatan peneliti yang telah dilakukan sebelumnya, sebagian cosplayer mendapatkan kostum dengan cara dibuat sertad iselesaikan sendiri. Ada pula yang hanya mendesain lalu menyerahkan kepada tukang jahit untuk diselesaikan. Semua itu tergantung pada usaha, keadaan finansial dan kreatifitas dari cosplayer tersebut.

  Saat ini hobi cosplay berkembang semakin pesat dan sebagian besar cosplayer yang ada tidak menggeluti hobi cosplay ini secara individual. Sejak tahun 1986, jumlah para cosplayer yang ada di seluruh dunia semakin banyak dan mereka mulai

  .

  membentuk komunitas-komunitas. Salah satu komunitas cosplay yang ada di Indonesia adalah Komunitas Cosplay Medan.

  Komunitas Cosplay Medan dibentuk pada tahun 2009, melalui media jejaring sosial Facebook. Komunitas ini merupakan komunitas independen, yaitu tidak memiliki struktur organisasi secara resmi.Komunitas ini memiliki jumlah anggota aktif dan sering bertemu sebanyak 50 orang yang sebagian besarnya adalah kalangan muda dengan usia 14 sampai 30 tahun. (Kover Magazine, Edisi Desember 2013

  halaman 69)

  . Komunitas ini adalah sebuah wadah untuk saling berkomunikasi dan membentuk kebersamaan bagi cosplayer yang ada di Kota Medan. Alo Liliweri (2003:78) mengatakan bahwa ”manusia hidup dalam sebuah komunitas yang mempunyai kebijakan tentang sesuatu yang mereka miliki bersama”, dengan komunikasilah merupakan satu-satunya jalan untuk membentuk kebersamaan itu. Adapun jenis komunikasi yang terjadi sehingga kebersamaan dalam komunitas tersebut dapat terbentuk adalah adanya komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal.

  Di Komunitas Cosplay Medan, para anggotanya saling berinteraksi dengan sesama penggemar hobi cosplay. Misalnya, mereka dapat berbagi pengalaman dan informasi mulai dari kostum dan aksesorisnya, anime atau manga terbaru, jadwal acara lomba cosplay, serta segala hal seputar hobi mereka. Mereka juga akan saling berdiskusi tentang bagaimana cara menjadi cosplayer yang baik sertamenjadi pemenang di setiap perlombaan cosplay. Berdiskusi, berbagi pengalaman dan informasi yang dilakukan antar anggota dalam komunikasi cosplayer tersebut adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal.

  Para anggota cosplayer juga akan menerima, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan informasi tentang cosplay dalam diri mereka sendiri. Itu artinya ada proses pengolahan informasi yang juga terjadi. Proses pengolahan informasi atau berpikir ini di dalam istilah psikologi komunikasi merupakan bagian dari komunikasi intrapersonal. (Rakhmat, 2007:49). Sebagai contoh, seorang cosplayer akan memikirkan bagaimana cara menjadi cosplayer yang baik. Cosplayer tersebut akan belajar dari apa yang ia lihat dari tokoh yang diperankan, mulai dari kata-kata yang diucapkan, gaya berbicara, berperilaku, dan lainnya. Cosplayer juga akan memperhatikan cosplayer yang lain dalam hal penjiwaan atau pengkarakteran tokoh. Selanjutnya, cosplayer tersebut akan berlatih secara rutin dan terus-menerus agar menjadi seorang cosplayer yang baik, semirip mungkin dengan tokoh yang diperankannya. Penjiwaan dan pengkarakteran tokoh yang dilakukan oleh cosplayer secara berulang-ulang ini berhubungan dengan konsep diri.

  Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi. Diri memberikan sebuah kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya. (Baron dan Byrne, 2005:165). Menurut Brian Tracy (2005:48), konsep diri ini terbagi menjadi 3 abagian utama, yaitu Diri Ideal (Self-Ideal), Citra diri (Self Image), dan Harga diri (Self Esteem). Konsep diri akan menentukan bagaimana cosplayer memandang atau mempersepsikan dirinya sendiri.

  Isi daripada konsep diri antara lain meliputi karakteristik fisik, penampilan, serta hobi. Karakteristik fisik dan penampilan akan membedakan individu satu dengan individu lainnya. Adapun dengan hobi yang dikembangkan secara baik dan terarah, didukung oleh diri, keluarga, dan lingkungan, individu akan termotivasi untuk mengembangkannya dan mempengaruhi rasa percaya dirinya serta pandangan dari lingkungan. (Burns, 1993: 209–210). Begitu pula dengan karakteristik fisik, penampilan (kostum beserta aksesorisnya) dan hobi para cosplayer ini yang membuatnya berbeda dengan individu lainnya serta memiliki keunikan tersendiri. Akan tetapi, ada atau tidaknya hubungan antara hobi cosplay dengan konsep diri anggota Komunitas Cosplay Medan ini yang menjadi pertanyaan dan menimbulkan rasa ingin tahu peneliti.

  Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti paparkan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Hobi Costume

  Play (Cosplay) terhadap Konsep diri Anggota Komunitas Cosplay Medan.”

  1.2 PERUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut : “Sejauhmanakah pengaruh hobi

  Costume Play

  (Cosplay) terhadap konsep diri anggota Komunitas Cosplay Medan?”

  1.3 PEMBATASAN MASALAH

  Untuk Menghindari ruang lingkup yang terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

  1. Penelitian ini terbatas pada hubungan Hobi Costume Play (Cosplay) terhadap konsep diri anggota Komunitas Cosplay Medan.

  2. Objek penelitian ini terbatas pada pria dan wanita anggota aktif Komunitas Cosplay Medan.

  3. Penelitian ini terbatas pada Konsep diri yang terkait dengan ideal diri (self

  ideal

  ),citra diri (self image), dan harga diri (Self esteem) anggota Komunitas Cosplay Medan.

  1.4 TUJUAN PENELITIAN

  Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui bagaimana anggota Komunitas Cosplay Medan dalam melakukan hobi Cosplay.

  2. Untuk mengetahui konsep diri para anggota Komunitas Cosplay Medan

  3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh hobi Costume Play (Cosplay) terhadap konsep diri anggota Komunitas Cosplay Medan.

1.5 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

  1. Secara Akademis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengetahuan bidang komunikasi, bahan penelitian lanjutan, dan sumber bacaan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

  2. Secara Teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan mengenai Ilmu Komunikasi khususnya yang berhubungan dengan bidang Psikologi Komunikasi.

  3. Secara Praktik, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan, terutama bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis selanjutnya.

Dokumen yang terkait

Hobi Costume Play (Cosplay) dan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Hobi Cosplay terhadap Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan)

3 88 99

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan)

6 53 121

Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan).

1 25 142

Pengaruh Konsep Diri terhadap Penyesuaian Diri pada Remaja Penghuni Panti Asuhan

11 88 84

Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)

0 35 115

Konsep Diri Anggota Parkour Bandung (Studi Fenomenologi Dengan Pendekatan Interaksi Simbolik Mengenai Konsep Diri Anggota Parkour Bandung)

0 11 68

Konsep Diri Komunitas Anak Punk Di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Mengenai Diri Komunitas Anak Punk Di Kota Bandung)

6 65 128

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Hubungan Identitas PUNK Dengan Konsep Diri Pada Komunitas PUNK Di Kota Medan

0 0 9

Hobi Costume Play (Cosplay) dan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Hobi Cosplay terhadap Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan)

0 0 11

BAB II URAIAN TEORITIS - Hobi Costume Play (Cosplay) dan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Hobi Cosplay terhadap Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan)

0 1 15