BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum - Pengaruh Subtitusi Abu Serabut Kelapa (ASK) dalam Campuran Beton

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan membentuk massa padat (SK SNI T-15-1991-03). Campuran tersebut
akan mengeras seperti batuan. Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia
antara semen dengan air.
Beton yang telah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan,
dengan rongga-rongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah),
dan diisi oleh batuan kecil (agregat halus atau pasir), dan pori-pori antara agregat
halus diisi oleh semen dan air (pasta semen). Pasta semen juga berfungsi sebagai
perekat ataupun pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran-butiran
agregat saling terekat dengan kuat sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang
padat dan tahan lama.
Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi
kinerja dari beton yang dibuat. Pemilihan material yang memenuhi persyaratan
sangat penting dalam perancangan beton, sehingga diperoleh kekuatan yang
optimum. Selain itu kemudahan pengerjaan (workability) juga sangat dibutuhkan
pada perancangan beton. Meskipun suatu struktur beton dirancang agar

mempunyai kuat tekan yang tinggi, tetapi jika rancangan tersebut tidak dapat
digunakan di lapangan karena sulit untuk dikerjakan, maka rancangan tersebut
menjadi percuma.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Nugraha dan Antoni (2007) sebagai bahan konstruksi beton
mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan beton antara lain :
1. Ketersediaan (availability) material dasar
2. Kemudahan untuk digunakan (versatility)
3. Kemampuan beradaptasi (adaptability)
4. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal.
Kekurangan beton antara lain :
1. Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/m3
2. Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar.
3. Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidraulis. Baja tulangan
bisa berkarat, meskipun tidak terekspose separah struktur baja.
4. Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan. Beton yang
baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang
sama.

5. Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau daurulang sulit dan tidak ekonomis. Dalam hal ini struktur baja lebih unggul,
misalnya tinggal melepas sambungannya saja.

2.2 Beton Segar (Fresh Concrete)
Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, diangkut,
dituang, dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi segregation
(pemisahan kerikil dari adukan) maupun bleeding (pemisahan air dan semen dari
adukan).

Universitas Sumatera Utara

Tiga hal penting yang perlu diketahui dari sifat-sifat beton segar, yaitu:
kemudahan pengerjaan (workability), pemisahan kerikil (segregation), dan
pemisahan air (bleeding).
2.2.1 Kemudahan Pengerjaan (Workability)
Workability adalah bahan-bahan beton yang setelah diaduk bersama, akan
menghasilkan adukan yang mudah diangkut, dituang, dicetak, dan dipadatkan,
tanpa terjadi perubahan yang menimbulkan kesukaran atau penurunan mutu.
Unsur-unsur yang mempengaruhi workability adalah :
1. Jumlah air pencampur.

Semakin banyak air yang dipakai, maka akan semakin mudah beton segar itu
dikerjakan, akan tetapi jumlahnya tetap diperhatikan agar tidak terjadi
segregation.
2. Kandungan semen.
Penambahan semen ke dalam campuran memudahkan cara pengerjaan adukan
beton, karena diikuti dengan penambahan air campuran untuk memperoleh
nilai FAS (faktor air semen) tetap.
3. Gradasi campuran pasir dan kerikil.
Bila campuran pasir dan kerikil mengikuti gradasi yang telah disarankan oleh
peraturan maka adukan beton akan mudah dikerjakan. Gradasi adalah
distribusi ukuran dari agregat berdasarkan hasil persentase berat yang lolos
pada setiap ukuran saringan dari analisa saringan.
4. Bentuk butiran agregat kasar
Agregat berbentuk bulat-bulat lebih mudah untuk dikerjakan.

Universitas Sumatera Utara

5. Cara pemadatan dan alat pemadat.
Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan tingkat
kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih sedikit

daripada jika dipadatkan dengan tangan.
Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian
slump yang didasarkan pada SNI 03-1972-1990. Percoban ini menggunakan
corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya, (kerucut
Abrams). Bagian bawah berdiameter 20cm, bagian atas berdiameter 10cm, dan
tinggi 30cm, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerucut Abrams
Ada tiga jenis slump yaitu slump sejati (slump sebenarnya), slump geser
dan slump runtuh.
1. Slump sebenarnya merupakan penurunan umum dan seragam tanpa ada adukan
beton yang pecah, oleh karena itu dapat disebut slump yang sebenar.
Pengambilan nilai slump sebenarnya dengan mengukur penurunan minimum
dari puncak kerucut.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2 Slump sebenarnya
2. Slump geser terjadi bila separuh puncaknya tergeser atau tergelincir ke bawah
pada bidang miring. Pengambilan nilai slump geser ini ada dua yaitu dengan

mengukur penurunan minimum dan penurunan rata-rata dari puncak kerucut.

Gambar 2.3 Slump geser
3. Slump runtuh terjadi pada kerucut adukan beton yang runtuh seluruhnya akibat
adukan beton yang terlalu cair. Pengambilan nilai slump ini dengan mengukur
penurunan minimum dari puncak kerucut

Gambar 2.4 Slump runtuh

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Pemisahan Kerikil (Segregation)
Segregation adalah butir-butir kerikil yang memisahkan diri dari campuran
beton. Neville (1981) menuliskan bahwa terdapat dua bentuk segregasi beton
segar yaitu partikel yang lebih kasar cenderung memisahkan diri dari partikel
yang lebih halus dan terpisahnya air semen dari adukan.
Menurut Nugraha dan Antoni (2007) ada beberapa faktor yang
menyebabkan segregation yaitu :
1. Ukuran partikel yang lebih besar dari 25mm
2. Berat jenis agregat kasar yang berbeda dengan agregat halus

3. Kurangnya jumlah material halus dalam campuran
4. Bentuk butir yang tidak rata dan tidak bulat
5. Campuran yang terlalu basah atau terlalu kering
Segregation mengakibatkan mutu beton menjadi berkurang. Untuk
mengurangi kecenderungan pemisahan agregat tersebut, dapat dilakukan upayaupaya sebagai berikut:
1. Mengurangi jumlah air yang digunakan
2. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian yang terlalu besar
3. Cara mengangkut, penuangan maupun pemadatan harus dilakukan dengan
cara yang benar.

2.2.3 Pemisahan Air (Bleeding)
Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang disebabkan oleh
pelepasan air dari pasta semen. Sesaat setelah dicetak, air yang terkandung di
dalam beton segar cenderung untuk naik ke permukaan. Jadi bleeding adalah

Universitas Sumatera Utara

bentuk dari segregation. Adapun penyebab bleeding menurut Neville (1981)
adalah ketidakmampuan bahan padat campuran untuk menangkap air pencampur.
Ketika bleeding sedang berlangsung, air campuran terjebak di dalam

kantung-kantung yang terbentuk antara agregat dan pasta semen. Sesudah
bleeding selesai dan beton mengeras, kantung-kantung menjadi kering. Akibatnya
apabila ada tekanan, kantung-kantung tersebut menjadi penyebab mudahnya retak
pada beton. Menurut Mulyono (2003) pemisahan air (bleeding) dapat dikurangi
dengan cara:
1. Memberi lebih banyak semen
2. Menggunakan air sedikit mungkin
3. Menggunakan butir halus lebih banyak
4. Memasukan sedikit udara dalam adukan untuk beton khusus.

2.3 Beton Keras (Hardened Concrete)
Perilaku mekanik beton keras merupakan kemampuan beton di dalam
memikul beban pada struktur bangunan. Kinerja beton keras yang baik
ditunjukkan oleh kuat tekan beton yang tinggi, kuat tarik yang lebih baik, perilaku
yang lebih daktail, kekedapan air dan udara, ketahanan terhadap sulfat dan
klorida, penyusutan rendah dan keawetan jangka panjang.

2.3.1 Kekuatan Tekan Beton (f’c)
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan
persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur.


Universitas Sumatera Utara

Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula
mutu beton yang dihasilkan.
Kekuatan tekan benda uji beton dihitung dengan rumus :

dengan :

𝑓𝑐 β€² =

𝑃

(2.1)

𝐴

: kekuatan tekan (kg/cm2)

fc’

P

: beban tekan (kg)

A

: luas permukaan benda uji (cm2)

Standar deviasi dihitung berdasarkan rumus :

dengan:

S

𝑆=

�𝛴(πœŽβ€²π‘ βˆ’πœŽβ€²π‘π‘š )2

(2.2)


π‘βˆ’1

: Standar deviasi (kg/cm2)

σ’b

: Kekuatan masing-masing benda uji (kg/cm2)

σ’bm

: Kekuatan beton rata-rata ( kg/cm2 )

N

: Jumlah total benda uji hasil pemeriksaan

Nilai kuat beton beragam sesuai dengan umurnya. Umumnya nilai kuat
tekan beton ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah
pengecoran.
Kekuatan tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’ dengan

satuan N/mm2 atau MPa dan kg/cm2. Kekuatan tekan beton merupakan sifat yang
paling penting dari beton keras. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya
menggunakan beton dengan kuat tekan pada umur 28 hari berkisar antara 17-35
MPa. Dan untuk beton prategang digunakan beton dengan kuat tekan lebih tinggi,
berkisar antara 30-45 MPa.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.5 Model benda uji silinder
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton, yaitu :
1. Proporsi bahan-bahan penyusunnya
2. Metode perancangan
3. Perawatan
4. Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, terutama dipengaruhi oleh
lingkungan setempat.
Dari faktor-faktor utama tersebut termasuk didalamnya beberapa faktor
lain yang mempengaruhi kekuatan tekan beton, yaitu :
1. Faktor air semen dan kepadatan
Semakin tinggi faktor air semen maka semakin rendah nilai kuat tekan
beton. Namun, nilai faktor air semen yang semakin rendah tidak selalu berarti
nilai kuat tekan betonnya tinggi. Hal ini dikarenakan jika faktor air semen
semakin rendah dapat menyebabkan kesulitan dalam pemadatan. Dengan
demikian ada suatu nilai faktor air semen tertentu (optimum) yang menghasilkan
kuat tekan beton maksimum. Duff dan Abrams (1919) meneliti hubungan antara
faktor air semen dengan kekuatan beton pada umur 28 hari dengan uji silinder
(Mulyono, 2003). Dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Universitas Sumatera Utara

Kepadatan adukan beton sangat mempengaruhi kuat tekan betonnya
setelah mengeras. Untuk mengatasi kesulitan pemadatan adukan beton dapat
dilakukan dengan cara pemadatan dengan alat getar (vibrator) atau dengan
memberi bahan kimia tambahan (chemical admixture) yang besifat mengencerkan
adukan beton sehingga lebih mudah dipadatkan.

Umur / Waktu (Hari)
Gambar 2.6 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan
beton selama masa perkembangannya (Mulyono, 2003)

2. Umur beton
Kekuatan tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur
beton. Biasanya nilai kuat tekan ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28
hari. Kekuatan beton akan naik secara cepat (linear) sampai umur 28 hari, tetapi
setelah itu kenaikannya tidak terlalu signifikan (Gambar 2.7). Umumnya pada
umur 7 hari kuat tekan mencapai 65% dan pada umur 14 hari mencapai 88% 90% dari kuat tekan umur 28 hari.
Tabel 2.1 Perkiraan kuat tekan beton pada berbagai umur
Umur beton (hari)

3

7

14

21

28

90

365

PC Type 1

0,44

0,65

0,88

0,95

1,00

-

-

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.7 Hubungan antara umur beton dan kuat tekan beton
(Istimawan, 1999)

3. Jenis semen
Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas
tertentu yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif. Jenis Portland
semen yang digunakan ada 5 jenis yaitu : I, II, III, IV, V. Jenis-jenis semen
tersebut mempunyai laju kenaikan kekuatan yang berbeda sebagai mana yang
terlihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Perkembangan kekuatan tekan mortar untuk berbagai
tipe portland semen (Mulyono, 2003)

Universitas Sumatera Utara

4. Jumlah semen
Jika faktor air semen dan slump berubah, beton dengan jumlah kandungan
semen tertentu mempunyai kuat tekan tertinggi sebagaimana terlihat pada Gambar
2.9. Pada jumlah semen yang terlalu sedikit berarti jumlah air juga sedikit
sehingga adukan beton sulit dipadatkan yang mengakibatkan kuat tekan beton
rendah. Namun jika jumlah semen berlebihan berarti jumlah air juga berlebihan
sehingga beton mengandung banyak pori yang mengakibatkan kuat tekan beton
rendah. Jika nilai slump sama (fas berubah), beton dengan kandungan semen lebih
banyak mempunyai kuat tekan lebih tinggi.

Gambar 2.9 Pengaruh jumlah semen terhadap kuat tekan beton pada
faktor air semen sama (Tjokrodimuljo, 1998)

5. Sifat agregat
Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah
kekasaran permukaan, kekerasan agregat dan gradasi agregat. Permukaan yang
halus pada kerikil dan kasar pada batu pecah berpengaruh pada lekatan dan besar
tegangan saat retak beton mulai terbentuk. Oleh karena itu kekasaran permukaan

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh terhadap bentuk kurva tegangan-regangan tekan dan terhadap
kekuatan beton seperti yang terlihat pada Gambar 2.10. Akan tetapi bila adukan
beton nilai slump nya sama besar, pengaruh tersebut tidak tampak karena agregat
yang permukaannya halus memerlukan air lebih sedikit. Jadi nilai fas yang rendah
menghasilkan kuat tekan beton lebih tinggi.

Gambar 2.10 Pengaruh jenis agregat terhadap kuat tekan beton
(Mindness, 1981)
Pada pemakaian ukuran butir agregat lebih besar memerlukan jumlah pasta
lebih sedikit, berarti pori-pori betonnya juga sedikit sehingga kuat tekannya lebih
tinggi. Tetapi daya lekat antara permukaan agregat dan pasta akan berkurang
sehingga kuat tekan betonnya menjadi rendah. Oleh karena itu, pada beton dengan
kuat tekan tinggi dianjurkan memakai agregat dengan ukuran besar butir
maksimum 20mm.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Kuat Tarik Beton
Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai kuat tarik yang sangat
kecil dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu 10%–15% f’c. Kuat tarik beton
berpengaruh terhadap kemampuan beton di dalam mengatasi retak awal sebelum
dibebani. Pengujian terhadap kekuatan tarik beton dapat dilakukan dengan cara:
1.

Pengujian tarik langsung, untuk menguji tarik langsung pada spesimen
silinder maupun prisma dilakukan dengan menempelkan benda uji pada suatu
pelat besi dengan lem epoxy. Tepi benda uji harus digergaji dengan gerinda
intan untuk menghilangkan pengaruh pengecoran atau vibrasi. Beban
kecepatan 0,005 MPa/detik sampai runtuh.

2.

Pengujian tarik belah (pengujian tarik beton tak langsung) dengan
menggunakan β€œSplit cylinder test”. Dengan membelah silinder beton terjadi
pengalihan tegangan tarik melalui bidang tempat kedudukan salah satu
silinder, dan silinder beton tersebut terbelah sepanjang diameter yang
dibebaninya. Tegangan tarik tidak langsung dihitung dengan persamaan :

Dimana :

𝑇=

2𝑃

πœ‹π‘™π‘‘

(2.3)

T = kuat tarik beton (MPa)
P = beban hancur (N)
l = panjang spesimen (mm)
d = diameter spesimen (mm)

2.4 Bahan Penyusun Beton
2.4.1 Semen
Semen merupakan bahan pengikat yang penting dan banyak digunakan
dalam konstruksi sipil. Jika dicampurkan dengan air, semen akan menjadi pasta

Universitas Sumatera Utara

semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar, sedangkan
jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang
setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).
Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat.
Adapun sifat-sifat fisik semen yaitu :
a. Kehalusan Butir
Kehalusan semen mempengaruhi kecepatan hidrasi dan ratanya tekstur
permukaan beton. Secara umum, semen berbutir halus meningkatkan
kohesi pada beton segar dan dapat mengurangi bleeding, akan tetapi
menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan
mempermudah terjadinya retak susut.
b. Waktu ikatan
Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu tahap
dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu tersebut
terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu dari pencampuran
semen dengan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut
waktu ikat awal, dan pada waktu sampai pastanya menjadi massa yang
keras disebut waktu ikat akhir. Pada semen portland biasanya batasan
waktu ikatan semen adalah :
β€’

Waktu ikat awal > 60 menit

β€’

Waktu ikat akhir > 480 menit

Universitas Sumatera Utara

Waktu ikatan awal yang cukup awal diperlukan untuk pekerjaan beton,
yaitu

waktu

transportasi,

penuangan,

pemadatan,

dan

perataan

permukaan.
c. Panas hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi ketika semen bereaksi dengan air.
Jumlah panas yang akan terbentuk tergantung pada jenis semen yang
digunakan

dan

kehalusan

butir

semen.

Panas

hidrasi

dapat

mengakibatkan keretakan pada beton saat proses pendinginan.
d. Perubahan volume (Kekalan)
Kekalan pasta semen yang telah mengeras ialah suatu ukuran yang
menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan
kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.

2.4.1.1 Semen Portland
Menurut SII 0013-1981, semen portland adalah semen hidraulis yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikatsilikat kalsium yang bersifat hidraulis bersama bahan-bahan yang biasa
digunakan, yaitu gypsum.

2.4.1.2 Jenis Semen Portland
Jenis/tipe semen yang digunakan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kuat tekan beton, dalam hal ini perlu diketahui tipe semen yang
telah distandardisasi di Indonesia. Menurut SNI 15-2049-2004, semen portland
dibagi menjadi lima tipe, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Tipe I Ordinary Portland Cement (OPC)
Semen yang umum digunakan, tidak memerlukan persyaratan khusus (panas
hidrasi, ketahanan terhadap sulfat, kekuatan awal)
Tipe II Moderate Sulphate Cement
Semen untuk beton dengan ketahanan terhadap sulfat sedang dan mempunyai
panas hidrasi sedang.
Tipe III High Early Strength Cement
Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras)
Tipe IV Low Heat of Hydration Cement
Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah, kekuatan awal
rendah.
Tipe V High Sulphate Resistance Cement
Semen untuk beton yang tahan terhadap kadar sulfat tinggi.
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis OPC
(Ordinary Portland Cement) atau Tipe I, yaitu semen hidrolis yang dipergunakan
secara luas untuk konstruksi umum, seperti konstruksi bangunan yang tidak
memerlukan persyaratan khusus, antara lain bangunan perumahan, gedunggedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya.

2.4.1.3 Bahan Penyusun Semen Portland
Bahan utama pembentuk semen portland adalah kapur (CaO), silika
(SiO3), alumina (Al2O3), sedikit magnesia (MgO), dan terkadang sedikit alkali.
Untuk mengontrol komposisinya, terkadang ditambahkan oksida besi, sedangkan
gipsum (CaSO4.2H2O) ditambahkan untuk mengatur waktu ikat semen (Mulyono,

Universitas Sumatera Utara

2003). Komposisi senyawa utama dan senyawa pembentuk dalam semen portland
dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan 2.3 berikut ini.
Tabel 2.2 Komposisi senyawa utama semen portland (Nugraha dan Antoni, 2007)
Nama Kimia
Trikalsium Silikat
Dikalsium Silikat
Tirikalsium aluminat
Tetrakalsium Aluminoferit
Gipsum

Rumus Oksida

Notasi

Persen
Berat

3CaO.SiO2
2CaO.SiO2
3CaO.Al2O3
4CaO.Al2O3.Fe2O3
CaSO4.2H2O

C3S
C2S
C3A
C4AF
CSH2

50
25
12
8
3,5

Tabel 2.3 Komposisi senyawa umum semen portland (Nugraha dan Antoni, 2007)
Oksida

Notasi

Nama Senyawa

Persen Berat

CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
MgO
K2O3
Na2O
SO3
CO2
H2O

C
S
A
F
M
K
N
S
C
H

Kapur
Silika
Alumina
Ferrit oksida
Magnesia
Alkalis
Disodium oksida
Sulfur trioksida
Karbon dioksida
Air

63
22
6
2,5
2,6
0,6
0,3
2,0
-

2.4.2 Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh
perekat semen (Sagel, Kole, dan Kusuma, 1993). Kandungan agregat dalam
campuran beton biasanya sangat tinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari volume
beton. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton
dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan rapat, dimana agregat

Universitas Sumatera Utara

yang kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada di antara agregat berukuran
besar (Nawy, 1998).
Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat
buatan (pecahan). Agregat alam dan pecahan juga dapat dibedakan berdasarkan
berat, asal, diameter butir (gradasi), dan tekstur permukaan. Dari ukurannya,
agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat kasar dan agregat
halus.

2.4.2.1 Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi
alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat
pemecah batu, dan mempunyai ukuran butir terbesar 5mm atau lolos saringan no.4
dan tertahan pada saringan no.200.
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Susunan butiran (gradasi)
Agregat halus yang digunakan harus mempunyai gradasi yang baik, karena
akan mengisi ruang-ruang kosong yang tidak dapat diisi oleh material lain
sehingga menghasilkan

beton

yang padat disamping untuk mengurangi

penyusutan. Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat halus
tersebut. Melalui analisa saringan maka akan diperoleh angka Fine Modulus.
Melalui Fine Modulus ini dapat digolongkan 3 jenis pasir yaitu :
οƒΌ Pasir Kasar

: 2,9 < FM < 3,2

οƒΌ Pasir Sedang : 2,6 < FM < 2,9

Universitas Sumatera Utara

οƒΌ Pasir Halus

: 2,2 < FM < 2,6

Selain itu ada juga batasan gradasi untuk agregat halus, sesuai dengan ASTM
C 33 – 74 a. Batasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini :
Tabel 2.4 Batasan gradasi untuk agregat halus (ASTM C 33 – 74a)

Ukuran Saringan ASTM

Persentase berat yang lolos pada tiap
saringan

9,5 mm (3/8 in)

100

4,76 mm (No. 4)

95 – 100

2,36 mm ( No.8)

80 – 100

1,19 mm (No.16)

50 – 85

0,595 mm ( No.30 )

25 – 60

0,300 mm (No.50)

10 – 30

0,150 mm (No.100)

2 – 10

b. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no. 200),
tidak boleh melebihi 5 % (terhadap berat kering). Apabila kadar Lumpur
melampaui 5 % maka agragat harus dicuci.
c. Kadar liat tidak boleh melebihi 1 % (terhadap berat kering)
d. Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organik yang akan merugikan
beton, atau kadar organik jika diuji di laboratorium tidak menghasilkan warna
yang lebih tua dari standart percobaan Abrams-Harder dengan batas
standarnya pada acuan No. 3.
e. Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami
basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan dengan tanah basah,
tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali dalam
semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan

Universitas Sumatera Utara

di dalam mortar atau beton dengan semen kadar alkalinya tidak lebih dari
0,60%, atau dengan penambahan yang bahannya dapat mencegah pemuaian.
f. Sifat kekal (keawetan) diuji dengan larutan garam sulfat :
β€’

Jika dipakai Natrium-Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %.

β€’

Jika dipakai Magnesium-Sulfat, bagiam yang hancur maksimum 15%.

2.4.2.2 Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5mm.
Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri dari butiran
dengan ukuran yang beragam, sehingga penggunaan semen akan berkurang
(minimal).
Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Susunan butiran (gradasi)
Agregat kasar harus mempunyai susunan butiran dalam batas-batas seperti
yang terlihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Susunan besar butiran agregat kasar (ASTM, 1991)

Ukuran Lubang Ayakan
(mm)

Persentase Lolos Kumulatif
(%)

38,10

95 – 100

19,10

35 – 70

9,52

10 – 30

4,75

0–5

Universitas Sumatera Utara

b. Agregat kasar yang digunakan untuk pembuatan beton akan mengalami basah
dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah basah,
tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali dalam semen,
yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan di
dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap alkali dapat dipakai
untuk pembuatan beton dengan semen yang kadar alkalinya tidak lebih dari
0,06% atau dengan penambahan bahan yang dapat mencegah terjadinya
pemuaian.
c. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori
atau tidak akan pecah, atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari
atau hujan.
d.

Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no.200),
tidak boleh melebihi 1% terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur
melebihi 1% maka agregat harus dicuci.

e.

Kekerasan butiran agregat diperiksa dengan bejana Rudellof dengan beban
penguji 20 ton dimana harus dipenuhi syarat berikut:
β€’

Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19,1mm lebih dari 24%
berat.

β€’

Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19,1-30mm lebih dari 22%
berat.

f.

Kekerasan butiran agregat kasar jika diperiksa dengan mesin Los Angeles,
tingkat kehilangan berat lebih kecil dari 50%.

Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia, dengan
semen untuk pembentukan pasta semen. Air juga digunakan untuk pelumas antara
butiran dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air dalam
campuran beton menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan semen. Jumlah air
yang berlebihan akan menurunkan kekuatan beton. Namun air yang terlalu sedikit
akan menyebabkan proses pencampuran yang tidak merata. Air yang
dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih dari
2gr/l.
2. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat
organik dan sebaginya lebih dari 15gr/l.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1gr/l.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1gr/l.
Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan mengganggu
proses pengerasan atau ketahanan beton. Menurut Nugraha dan Antoni (2007),
kotoran secara umum dapat menyebabkan :
1. Gangguan pada hidrasi dan pengikatan
2. Gangguan pada kekuatan dan ketahanan
3. Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan
4. Korosi pada tulangan baja maupun kehancuran beton
5. Bercak-bercak pada permukaan beton.
Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk
pengadukan, tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang

Universitas Sumatera Utara

merusak warna permukaan beton. Besi dan zat organis dalam air umumnya
sebagai penyebab utama pengotoran atau perubahan warna, terutama jika
perawatan cukup lama.
Sumber air pada penelitian ini adalah jaringan PDAM Tirtanadi yang
terdapat di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2.4.4 Bahan Tambahan
Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan pembentuk beton (semen,
air, dan agregat) yang digunakan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton.
Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi
lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari
beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, mempercepat pengerasan,
menambah kuat tekan, penghematan, atau untuk tujuan lain seperti penghematan
energi. Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan
harus dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru akan dapat
memperburuk sifat beton.
Di Indonesia, bahan tambah telah banyak digunakan. Manfaat dari
penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan
agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan dipakai di lapangan.
Dalam hal ini, bahan yang dipakai sebagai bahan tambah harus memenuhi
ketentuan yang diberikan oleh SNI.

Universitas Sumatera Utara

Untuk memudahkan pengenalan dan pemilihan admixture, perlu diketahui
terlebih dahulu kategori dan penggolongannya, yaitu :
1. Air entraining Agent, yaitu bahan tambah yang ditujukan untuk
membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1mm atau lebih
kecil didalam beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud
mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambah
ketahanan awal pada beton.
2. Chemical admixture, yaitu bahan tambah cairan kimia yang ditambahkan
untuk

mengendalikan

mempercepat),

waktu

mereduksi

pengerasan

kebutuhan

air,

(memperlambat
menambah

atau

kemudahan

pengerjaan beton, meningkatkan nilai slump dan sebagainya.
3. Mineral admixture (bahan tambah mineral), merupakan bahan tambah
yang dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini, bahan
tambah mineral ini lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja
tekan beton, sehingga bahan ini cenderung bersifat penyemenan.
Keuntunganannya

antara

lain:

memperbaiki

kinerja

workability,

mempertinggi kuat tekan dan keawetan beton, mengurangi porositas dan
daya serap air dalam beton. Beberapa bahan tambah mineral ini adalah
pozzolan, fly ash, slang, dan silica fume.
4. Miscellanous admixture (bahan tambah lain), yaitu bahan tambah yang
tidak termasuk dalam ketiga kategori diatas seperti bahan tambah jenis
polimer (polypropylene, fiber mash, serat bambu, serat kelapa dan
lainnya), bahan pencegah pengaratan dan bahan tambahan untuk perekat
(bonding agent).

Universitas Sumatera Utara

2.4.4.1 Alasan Penggunaan Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan harus didasarkan pada alasan-alasan yang
tepat misalnya untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu pada beton. Pencapaian
kekuatan awal yang tinggi, kemudahan pekerjaan, menghemat harga beton,
memperpanjang waktu pengerasan dan pengikatan, mencegah retak dan lain
sebagainya. Para pemakai harus menyadari hasil yang diperoleh tidak akan sesuai
dengan yang diharapkan pada kondisi pembuatan beton dan bahan yang kurang
baik.
Keuntungan penggunaan bahan tambah pada sifat beton, antara lain :
a. Pada Beton Segar (fresh concrete)
β€’

Memperkecil faktor air semen

β€’

Mengurangi penggunaan air.

β€’

Mengurangi penggunaan semen.

β€’

Memudahkan dalam pengecoran.

β€’

Memudahkan finishing.

b. Pada Beton Keras (hardened concrete)
β€’

Meningkatkan mutu beton

β€’

Kedap terhadap air (low permeability).

β€’

Meningkatkan ketahanan beton (durability).

β€’

Berat jenis beton meningkat

2.4.4.2 Perhatian Penting dalam Penggunaan Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambah di lapangan sering menimbulkan masalahmasalah yang tidak mengguntungkan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

tentang interaksi antara bahan tambahan dengan beton. Untuk mengurangi dan
mencegah hal yang tidak terduga dalam penggunaan bahan tambah tersebut, maka
penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus dikonfirmasikan
dengan standar yang berlaku dan yang terpenting adalah memperhatikan dan
mengikuti petunjuk dalam manualnya jika menggunakan bahan β€œpaten” yang
diperdagangkan.
a. Mempergunakan bahan tambahan sesuai dengan spesifikasi ASTM
(American Society for Testing and Materials) dan ACI (American
Concrete International).
Parameter yang ditinjau adalah :
β€’

Pengaruh pentingnya bahan tambahan pada penampilan beton.

β€’

Pengaruh samping (side effect) yang diakibatkan oleh bahan
tambahan. Banyak bahan tambahan mengubah lebih dari satu sifat
beton, sehingga kadang-kadang merugikan.

β€’

Sifat-sifat fisik bahan tambahan.

β€’

Konsentrasi dari komposisi bahan yang aktif, yaitu ada tidaknya
komposisi bahan yang merusak seperti klorida, sulfat, sulfide,
phosfat, juga nitrat dan amoniak dalam bahan tambahan.

β€’

Bahaya yang terjadi terhadap pemakai bahan tambahan.

β€’

Kondisi penyimpanan dan batas umur kelayakan bahan tambahan.

β€’

Persiapan dan prosedur pencampuran bahan tambahan pada beton
segar.

β€’

Jumlah dosis bahan tambahan yang dianjurkan tergantung dari
kondisi struktural dan akibatnya bila dosis berlebihan.

Universitas Sumatera Utara

β€’

Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah karakteristik beton
misalnya FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan.

b. Mengikuti petunjuk yang berhubungan dengan dosis pada brosur dan
melakukan pengujian untuk mengontrol pengaruh yang didapat.
Biasanya percampuran bahan tambahan dilakukan pada saat percampuran
beton. Karena kompleksnya sifat bahan tambahan beton terhadap beton, maka
interaksi pengaruh bahan tambahan pada beton, khususnya interaksi pengaruh
bahan tambahan pada semen sulit diprediksi. Sehingga diperlukan percobaan
pendahuluan untuk menentukan pengaruhnya terhadap beton secara keseluruhan.

2.4.4.3 Jenis Bahan Mineral Pembantu
1. Kerak Tanur Tinggi (Ground Granulated Blast Furnace)
Blast furnace slag adalah kerak (slag), bahan sisa dari pengecoran besi
(pig iron), dimana prosesnya memakai dapur (furnace) yang bahan bakarnya dari
udara yang ditiupkan (blast). Material penyusun slag adalah kapur, silika dan
alumina yang bereaksi pada temperatur 1600Β°C dan berbentuk cairan.

2. Uap Silika (Silica Fume)
Uap silika terpadatkan (Condensed Silica Fume, CSF) adalah produk
samping dari proses fusi (smelting) dalam produksi silikon metal dan amalgam
ferrosilikon (pada pabrik pembuatan mikrochip untuk komputer). SF yang dipakai
untuk beton adalah yang mengandung lebih dari 75% silikon. Secara umum, SF
mengandung SiO2 86-96%, ukuran butir rata-rata 0,1-0,2 micrometer, dan
strukturnya amorphous (bersifat reaktif dan tidak terkristalisasi). SF bisa dipakai

Universitas Sumatera Utara

sebagai pengganti sebagian semen, meskipun tidak ekonimis. Kedua sebagai
bahan tambahan untuk memperbaiki sifat beton, baik beton segar maupun beton
keras. Untuk beton normal dengan kadar semen di atas 250 kg/mΒ³, kebutuhan air
bertambah dengan ditambahnya SF. Campuran lebih kohesif.

3. Abu Terbang (Fly Ash)
Fly ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara,
yang dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap, yang
telah digunakan sebagai bahan campuran pada beton. Abu terbang sendiri tidak
memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air
dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silika yang dikandung oleh abu terbang
akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses
hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat. Di
karenakan fly ash merupakan bahan pozzolanic yang mampu bereaksi secara
kimia dengan kapur bebas.

2.4.4.4 Jenis Bahan Tambah Lainnya
Saat ini mulai dilakukan pengujian penambahan maupun pengganti
material-material tertentu guna mencapai hasil ataupun mengetahui pengaruh dari
penggunaan material tersebut. Bahan tersebut ditambahkan ke dalam campuran
beton dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen,
agregat halus maupun agregat kasar. Cara pemakaiannya pun berbeda-beda,
sebagai bahan pengganti sebagian agregat atau sebagai tambahan pada campuran
untuk mengurangi pemakaian agregat.

Universitas Sumatera Utara

1. Abu Kulit Gabah (Rice Husk Ash)
Di penggilingan padi selalu menghasilkan kulit gabah yang banyak, yang
kemudian akan menjadi limbah. Kulit gabah terdiri dari 75% bahan mudah
terbakar dan 25% berat akan berubah menjadi abu. Abu ini dikenal dengan dengan
Rice Husk Ash (RHA) yang mempunyai kandungan silika reaktif sekitar 85 –
90%. Untuk membuat abu kulit gabah menjadi silika reaktif yang dapat digunakan
sebagai material pozzolan dalam beton maka diperlukan kontrol pembakaran yang
baik. RHA sebagai bahan tambahan dapat digunakan dengan mencampurkannya
pada semen atau hanya memakai air kapur sebagai campuran untuk mendapatka
beton dengan kuat tekan rendah.

2. Abu Serabut Kelapa
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki hasil pangan
berlimpah menjadikan kaya akan sumber daya alam. Tanaman yang umumnya
ditanam adalah padi, jagung, tebu, kelapa, dan lain-lain. Kelapa (Cocos nucifera)
adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae.
Kelapa merupakan tumbuhan serbaguna karena hampir semua bagian dari
tumbuhan ini dapat dimanfaatkan. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang
dihasilkan tumbuhan ini. Kelapa terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1. Akar
Selain berfungsi sebagai penopang pohon dan penyimpanan air, akar
pohon kelapa memiliki manfaat bagi kehidupan. Akar pohon kelapa bisa
digunakan sebagai zat pewarna untuk perabotan rumah tangga. Akar

Universitas Sumatera Utara

kelapa pun bisa dimanfaatkan sebagai obat, dalam ukuran dan takaran
tertentu.
2. Batang
Batang kelapa tua dapat dijadikan bahan bangunan, mebel, jembatan
darurat, kerangka perahu dan kayu bakar. Batang yang benar-benar tua dan
kering sangat tahan terhadap sengatan rayap. Kayu dari pohon kelapa yang
dijadikan mebel dapat diserut sampai permukaannya licin dengan tekstur
yang menarik.
3. Daun
Daun kelapa sering digunakan untuk hiasan atau janur, sarang ketupat dan
juga atap rumah. Tulang daun atau lidi dijadikan barang anyaman, sapu
lidi dan tusuk daging (sate).
4. Buah kelapa
Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa),
daging buah, air kelapa dan lembaga.
β€’

Kulit luar
Kulit luar merupakan lapisan tipis (0,14mm) yang mempunyai
permukaan licin dengan warna bervariasi dari hijau, kuning sampai
jingga, tergantung kepada kematangan buah. Jika tidak ada goresan
dan robek, kulit luar kedap air.

β€’

Serabut kelapa
Serabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa,
yaitu 35% dari berat keseluruhan buah. Serabut kelapa terdiri dari serat
dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat

Universitas Sumatera Utara

adalah bagian yang berharga dari serabut. Setiap butir kelapa
mengandung serat 525gr (75% dari serabut), dan gabus 175gr (25%
dari serabut). Serabut yang telah dibuang gabusnya dapat dipakai
untuk melapisi jok dan kursi serta bahan pembuatan tali. Serabut
kelapapun dapat digunakan sebagai penggosok cuci piring atau spons.
Serabut kelapa juga bisa digunakan sebagai bahan bakar serta media
tanam bagi anggrek.
β€’

Tempurung
Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa,
metoksil dan berbagai mineral. Kandungan bahan-bahan tersebut
beragam sesuai dengan jenis kelapanya. Struktur yang keras
disebabkan oleh silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada
tempurung. Berat tempurung sekitar 15-19% dari berat keseluruhan
buah kelapa. Tempurung kelapa dapat dibakar langsung sebagai kayu
bakar, atau diolah menjadi arang. Arang batok kelapa dapat digunakan
sebagai kayu bakar biasa atau diolah menjadi arang aktif yang
diperlukan oleh berbagai industri pengolahan.

β€’

Kulit daging buah
Kulit daging buah adalah lapisan tipis coklat pada bagian terluar
daging buah.

β€’

Daging buah
Daging buah merupakan lapisan tebal (8-15mm) berwarna putih.
Bagian ini mengandung berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut
beragam sesuai dengan tingkat kematangan buah. Daging buah tua

Universitas Sumatera Utara

merupakan bahan sumber minyak nabati (kandungan minyak 35%).
Daging kelapa merupakan bagian yang paling penting dari komoditi
asal pohon kelapa. Daging kelapa yang cukup tua, diolah menjadi
kelapa parut, santan, kopra, dan minyak goreng. Sedang daging kelapa
muda dapat dijadikan campuran minuman cocktail dan dijadikan selai.
β€’

Air kelapa
Air kelapa mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak dan
beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur
buah. Air kelapa dapat digunakan sebagai media pertumbuhan
mikroba, misalnya Acetobacter xylinum untuk produksi nata de coco.

Gambar 2.11 Serabut kelapa dari kelapa yang sudah tua
Pada penelitian ini yang digunakan adalah serabut kelapa serta kulit luar
dari buah kelapa. Kondisi serabut dan kulit luar yang digunakan diambil dari buah
kelapa yang sudah tua, biasanya berwarna kecoklatan. Serabut kelapa yang
digunakan pada penelitian ini di peroleh dari kebun kelapa yang ada di daerah
Krueng Raya, Aceh Besar.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.12 Pembakaran serabut kelapa
Hasil penelitian silika oksida yang terdapat pada abu serabut kelapa (ASK)
dapat bersifat reaktif (amorphous) yang memungkinkan SiO2 bereaksi secara
kimia dengan Ca(OH)2 atau kapur bebas hasil reaksi hidrasi semen dengan air.
Seiring dengan semakin meningkatnya pemakaian bahan-bahan tambah
(additive) untuk beton, maka teknologi sederhana ini dapat dijadikan sebagai
alternatif yang murah dan tepat guna. Pemanfaatan limbah untuk bahan konstruksi
disamping akan memberikan penyelesaian permasalahan terhadap lingkungan
juga akan meningkatkan mutu bahan konstruksi. Satu hal yang merupakan nilai
tambah, nilai guna limbah, serta menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi
dampak negatif. Pengolahan abu sabut kelapa sangat mudah. Cukup dibakar
dengan panas tertentu hingga membantuk abu–abu lalu disaring hingga
mendapatkan abu yang benar benar halus.
Hasil pemeriksaan komposisi kimia yang telah dilakukan disajikan dalam
Tabel 2.6. Penggunaan abu serabut kelapa ini dalam campuran beton didasarkan
atas sifat pozolanik yang terkandung dalam abu serabut kelapa, yaitu mampu
bereaksi dengan kalsium hidroksida dan air untuk membentuk suatu bahan yang

Universitas Sumatera Utara

dapat mengeras (sementasi). Sama halnya seperti fly ash (batu bara) yang
merupakan pozolanik yang memiliki senyawa kimia aluminosilikat dan senyawa
lainnya, abu terbang dapat digunakan sebagai bahan campuran semen untuk
menghasilkan beton.
Tabel 2.6 Kandungan senyawa abu serabut kelapa (Alexander, 2011)
dan semen (Nugraha dan Antoni, 2007)

Unsur

Persentase
ASK

Semen

SiO2

42,98

22

Al2O3

2,26

6

Fe2O3

1,66

2,5

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, abu serabut kelapa memiliki
beberapa senyawa yang sama dengan yang terdapat pada semen.

Gambar 2.13 Abu serabut kelapa

Universitas Sumatera Utara

Mulai

Pohon Kelapa

Buah Kelapa

Serabut

Dikeringkan

Dibakar

Diayak dengan
ayakan No. 200

Abu Serabut
Kelapa

Selesai

Gambar 2.14 Diagram alir abu serabut kelapa (ASK)

Universitas Sumatera Utara

Adapun prosedur penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.15 berikut ini

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Menentukan Subjek
Penelitian

Menyiapkan bahan
dan alat

Pemeriksaan bahan
Tes Waktu
Ikat Semen

Pembuatan Benda Uji
Silinder

Tes Kuat
Tekan

Tes Kuat
Tarik

Analisa Data

Hasil

Kesimpulan/Saran

Selesai
Gambar 2.15 Diagram alir proses penelitian

Universitas Sumatera Utara