6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

  Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa yunani Elaoin atau minyak sedangkan nama species guineensis berasal dari kata

  

Guinea , yaitu tempat di mana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman

  kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis

  

guineensis Jacq). Tanaman Elaeis guineensis Jacq ini juga dikenal dengan nama:

kelapa sawit (Melayu), kelapa sewu (Jawa) (Mora, dkk., 2013).

  Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan Indonesia, yang mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia (Husril, 2011). Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan dua jenis minyak, yakni minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang diekstraksi dari mesokarp buah kelapa sawit, dan minyak ini kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO) diekstraksi dari inti sawit (Ketaren, 1986). Buah kelapa sawit teridiri atas pericarp yang terbungkus dari exocarp (kulit), mesokarp (daging), dan endokarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 inti/kernel dan inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan sebuah embrio. Mesokarp buah kelapa sawit memiliki kadar minyak mencapai 55% (Budiani, dkk., 2008). Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit, minyak serat ini mengandung sedikit air dan serat halus berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semisolid pada suhu ruangan yang disebabkan oleh kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. Air dan serat halus menyebabkan minyak kelapa sawit mentah tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan maupun non pangan (Basyar, 1999).

  2.1.1 Limbah serat mesokarp kelapa sawit

  Industri kelapa sawit menyebabkan permasalahan lingkungan antara lain adalah serat mesokarp, tempurung, tandan kosong kelapa sawit dan limbah cair (Mudjalipah, dkk., 2014). Serat mesokarp kelapa sawit menghasilkan serat sekitar 13%, biasanya dibakar sebagai bahan bakar untuk produksi di pabrik kelapa sawit dan juga dijadikan sebagai pakan ternak yang dapat digunakan sebagai kebutuhan energi dan protein (Elisabeth dan Ginting, 2003), karena limbah padat seperti serat mesokarp, tempurung dan tandan kosong mempunyai ciri khas yang komposisinya antara lain adalah selulosa dan komponen lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa, dan lignin (Fauzi, dkk., 2014).

  2.1.2 Minyak serat mesokarp kelapa sawit

  Buah kelapa sawit menghasilkan minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) berwarna merah dan dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau

  

Crude Palm Oil (CPO). Minyak yang berasal dari mesokarp kelapa sawit

  memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk farmaseutikal dan nutraseutikal, karena memiliki kandungan vitamin E (Kresnawaty, dkk., 2012), dan mengandung karotenoid yang tinggi yang bermanfaat untuk kesehatan manusia, antara lain α-, β-, γ-karoten dan likopen, lutein, sterol, asam lemak tidak jenuh dan ubiquinone (Ayustaningwarno, 2012).

2.2 Penuaan Dini

  Penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversibel yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit. Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara langsung akan memperlihatkan proses penuaan (Putro, 1997). Penuaan bisa terjadi saat memasuki umur 20-30 tahun (Noormindhawati, 2013). Penuaan ini tidak dapat dihindari, namun dengan merawat kulit sebelum terjadi penuaan dapat memperlambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Rosi, 2012).

2.2.1 Penyebab penuaan dini

  Faktor yang menyebabkan terjadinya penuaan dini terbagi 2, yaitu: a. Faktor internal

  Pada umumnya disebabkan oleh gangguan dari dalam tubuh, misalnya sakit yang berkepanjangan, kurangnya asupan gizi, ras dan faktor genetik juga memegang peranan dalam terjadinya penuaan (Noormindhawati, 2013).

  b.

  Faktor eksternal Sinar matahari merupakan faktor eksternal yang memberikan pengaruh terbesar terhadap terjadinya pengaruh penuaan dini (Putro, 1997). Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolitis yang akan memecahkan kolagen kulit (Zelfis, 2012).

  Menurut Prianto (2014), sinar matahari dapat menimbulkan kerusakan struktur kulit pada lapisan kolagen dan elastin. Rusaknya kedua serat yang sangat berperan terhadap pembentukan tekstur dan elastisitas kulit menyebabkan pembentukan keriput yang lebih cepat dari semestinya.

  Radikal bebas berupa hasil dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung saat bernafas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan, dan air yang terkontaminasi bahan- bahan kimia yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan kolagen. Radikal bebas adalah molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan dan bersifat tidak stabil serta reaktif sehingga elektron ini selalu berusaha mencari pasangan sehingga mudah mengoksidasi senyawa lain (Noormindhawati, 2013). Radikal bebas akan mengubah enzim superoksida-dismutase (SOD) yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi sel. Dengan demikian, fungsi sel akan menurun dan rusak termasuk di dalamnya adalah kolagen (Putro, 1997).

  Kelembaban udara yang rendah, musim dingin, udara pegunungan dan arus angin akan mempercepat penguapan air dari kulit, akibatnya kelembaban kulit juga menurun dan akhirnya kulit menjadi kering (Putro, 1997). Kelembaban udara yang rendah ini dapat mempercepat proses menua pada kulit (Jusuf, 2005).

  Penyebab penuaan dini lainnya adalah stress yang akan memicu produksi hormon kortisol, hormon ini dapat merusak kolagen dan elastin. Kurang tidur yang akan menggangu proses regenerasi kulit. Perawatan produk kosmetik yang tidak tepat berkontribusi menyebabkan penuaan dini. Beberapa gaya hidup juga dapat memicu terbentuknya kerutan pada wajah di antaranya adalah konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kulit terdehidrasi sehingga mempermudah munculnya kerutan. Merokok dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada kulit, racunnya membuat proses pengangkutan oksigen ke kulit menjadi terhambat, akibatnya kulit menjadi keabu-abuan dan penuaan dini (Noormindhawati, 2013).

2.2.2 Tanda-tanda penuaan dini

  Tanda-tanda penuaan dini lebih sering terlihat pada kulit, terutama kulit wajah, yaitu kering dan tipis, muncul garis-garis atau kerutan halus pada kulit, muncul pigmentasi kulit (age spot), kulit terlihat tidak kencang, dan kusam serta tidak segar (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  Menurut Prianto (2014), tanda-tanda awal proses penuaan, yaitu: a. Adanya keriput pada kulit yang dapat terlihat dengan jelas tanpa ekspresi karena menipisnya lapisan kolagen dan elastin di dalam lapisan dermis kulit.

  b.

  Terdapat garis-garis yang jelas dan masuk ke dalam kulit di ekspresi wajah akibat bertambahnya umur dan berkurangnya elastisitas kulit, garis ekspresi wajah akan tampak dengan jelas dan menjadi garis permanen sekaligus wajah tidak berekspresi.

  Terlihat kulit yang berlebihan dan menggantung pada bagian sekitar mata, leher, dan tangan. Pada saat ini umumnya proses penuaan pada kulit sangat terlihat jelas karena tidak hanya keriput yang kita dapati tetapi proses kemunduran dari elastisitas kulit itu sendiri juga mempengaruhi.

2.3 Kulit

  Kulit merupakan bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang

  2

  terluas, yaitu antara 1,5 - 2,0 m dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05 - 0,5 kg (Putro, 1997).

2.3.1 Fungsi kulit

  Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik serta mekanik, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kimiawi, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus, gangguan panas atau dingin. Gangguan fisik serta mekanik dicegah oleh adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit atau mantel asam kulit dengan pH 4,5 - 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007). Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sekitar 5 - 10% dari sinar tersebut (Wasitaatmadja, 1997).

  Melanin dibentuk dari asam amino tirosin dengan bantuan enzim oksidase tirosinase yang mengandung tembaga. Melanosit merupakan sel yang memproduksi melanosom dan tirosinase. Melanosit mengeluarkan melanosom yang merupakan organela berbentuk bulat panjang dan mengandung pigmen melanin. Melanin juga bertanggung jawab terhadap warna kulit (Putro, 1997). Paparan sinar matahari akan mengaktifkan melanosit dan meningkatkan produksi melanin, kemudian disebarkan ke lapisan atas epidermis melalui dendrit-dendrit pada melanosit. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sekitar 5 - 10% sinar tersebut (Wasitaatmadja, 1997).

  Fungsi kulit lainnya adalah menjaga keseimbangan temperatur tubuh, organ sekresi, menerima rangsangan, absorpsi dan status emosional (Muliyawan dan Suriana, 2013). Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, kelembaban udara, metabolisme dan jenis zat yang menempel di kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.3.2 Anatomi dan fisiologi kulit

  Kulit terdiri dari tiga lapisan berturut-turut mulai dari yang paling luar adalah sebagai berikut: a.

  Lapisan epidermis b. Lapisan dermis c. Lapisan subkutan (hipodermis) (Martin, dkk., 2009).

Gambar 2.1 Penampang struktur kulit (Arisanty, 2013).

1. Epidermis

  Epidermis adalah lapisan pelindung terluar dari kulit sebagai penghalang untuk mencegah hilangnya air, elektrolit dan nutrisi dari dalam tubuh, serta membatasi masuknya zat-zat dari lingkungan ke dalam tubuh (Washington, et al., 2003).

  Menurut Anderson (1996), lapisan epidermis tersusun dari 5 lapisan, yaitu: a. Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisan paling luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering dan bersisik.

  b.

  Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan transparan dan di bawahnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki.

  ,

  c. Lapisan granulosum (stratum granulosum) lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Lapisan ini mengandung granul keratohyalin yang menyebabkan sel berbentuk granul.

  ,

  d. Lapisan spinosum (stratum spinosum) lapisan spinosum merupakan lapisan yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin.

  ,

  e. lapisan basal merupakan bagian yang paling Lapisan basal (stratum basale) dalam dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru yang menyusun epidermis. Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan ini.

2. Dermis

  Dermis adalah lapisan kulit yang berada di bawah epidermis. Lapisan ini bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit. Selain itu, lapisan dermis juga berperan menyuplai nutrisi bagi epidermis. Ibarat mesin, epidermis merupakan cover atau dinding tempat berlindungnya berbagai jenis peralatan mesin, sementara dermis adalah peralatan mesin tersebut. Dalam dermis, terdapat akar rambut, saluran keringat, kelenjar sebasea (kelenjar minyak), otot penggerak rambut, ujung pembuluh darah, ujung saraf, serta serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

3. Lapisan subkutan (hipodermis)

  Lapisan ini terletak di bawah dermis dan mengandung sel-sel lemak yang dapat melindungi bagian dalam organ dari trauma mekanik dan juga sebagai pelindung tubuh terhadap udara dingin, serta sebagai pengaturan suhu tubuh (Prianto, 2014). Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah, dan sel-sel penyimpanan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lain. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi atau kalori yang banyak maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Putro, 1997).

2.3.3 Jenis-jenis kulit a.

  Kulit Normal: memiliki pH normal; kadar air dan kadar minyak seimbang; tekstur kulit kenyal, halus dan lembut; pori-pori kulit kecil.

  b.

  Kulit Berminyak: kadar minyak berlebihan, bahkan bisa mencapai 60%; kulit wajah tampak mengkilap; memiliki pori-pori besar; cenderung mudah berjerawat.

  c.

  Kulit Kering: kulit kasar dan kusam, mudah bersisik.

  d.

  Kulit Kombinasi: merupakan kombonasi antara kulit wajah kering dan berminyak, pada area T cenderung berminyak, sedangkan area pipi berkulit kering.

  e.

  Kulit Sensitif: mudah iritasi, kulit wajah lebih tipis, sangat sensitif (Noormindhawati, 2013).

2.4 Anti-aging

  Anti berarti menahan atau melawan, sementara aging berarti umur/penuaan,

  maka bila diartikan secara harfiahnya anti-aging adalah menahan atau melawan penuaan. Anti-aging adalah sebuah proses yang berguna untuk mencegah, memperlambat atau membalikkan efek penuaan agar dapat membantu siapa saja hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih bahagia (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

  Penuaan dini dapat dicegah dengan cara menghindari radikal bebas, menggunakan tabir surya, mengonsumsi air putih, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, istirahat yang cukup dan menghindari stress (Noormindhawati, 2013).

  Menurut Muliyawan dan Suriana (2013), produk anti-aging memiliki tujuan untuk membantu tubuh agar tetap sehat dan awet muda bahkan bisa terlihat jauh lebih mudah dari usia sesungguhnya. Produk ini digunakan untuk menghambat proses penuaan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit.

  Kosmetika anti-aging pada umumnya berupa bahan aktif yang mengandung antioksidan untuk melindungi kulit dari efek radikal bebas. Antioksidan adalah bahan kimia yang dapat memberikan sebutir elektron yang sangat diperlukan oleh radikal bebas agar tidak menjadi berbahaya (Putro, 1997). Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

  Karotenoid adalah salah satu sumber antioksidan alami yang dibutuhkan oleh tubuh kita guna sebagai penangkal radikal bebas (Wetipo, dkk., 2013), dan menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai (Putro, 1997), dan merupakan sumber utama pembentuk vitamin A untuk melindungi kulit dari bahaya sinar matahari (Rohmatussolihat, 2009), serta meredam oksigen singlet serta pendeaktivasi radikal bebas (Panjaitan, dkk., 2008).

  2.5 Sediaan Krim

  Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1979).

  Menurut Farmakope Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Ditjen POM, 1995). Krim dapat diformulasikan dalam 2 tipe yaitu tipe m/a emulsi minyak dalam air dan tipe a/m atau air dalam minyak. Kedua fase yang berbeda dalam krim distabilkan dengan penambahan surfaktan (Ansel, 1989). Krim tipe emulsi minyak dalam air lebih disukai konsumen karena tidak memberikan kesan lengket dan berminyak serta lebih mudah dibersihkan dibandingkan krim tipe emulsi air dalam minyak (Mishra, et al., 2014).

  2.6 Skin Analyzer Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

  mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasan pada skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

  Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter dari masing-masing pengukuran yang telah diatur sedemikian rupa pada alat tersebut. Ketika hasil pengukuran muncul dalam bentuk angka, maka secara bersamaan kriteria hasil pengukuran akan keluar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh pengguna yang memeriksa ataupun pasien. Parameter hasil pengukuran skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer Pengukuran Parameter

  Moisture

  (kadar air) Dehidrasi Normal Hidrasi 0 – 29 30 – 50 51- 100

  Evenness

  (Kehalusan) Halus Normal Kasar 0 – 31 32 – 51 52 – 100

  Pore

  (Pori) Kecil Besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100

  Spot

  (Noda) Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100

  Wrinkle

  (Keriput) Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100

  (Sunber: Aramo, 2012)

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Studi Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai)

0 0 38

BAB II PELAKSANAAN SERTIFIKASI HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI AJUDIKASI PASCA BENCANA TSUNAMI A. Pengertian dan Dasar Hukum Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah - Problematika Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah Melalui Ajudikasi Pasca Bencana Tsunami Di Kota Band

0 0 69

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Problematika Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah Melalui Ajudikasi Pasca Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pembuatan Gliserol Tribenzoat Dengan Proses Esterifikasi Menggunakan Katalis H-Zeolit Teraktivasi Oleh Asam Sulfat

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Cedera Otak - Peran Inhibitor HMG-CoA Reduktase Dalam Penurunan Interleukin-6 Terhadap Hasil Akhir Klinis Penderita Kontusio Serebri

0 0 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Corporate Governance - Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Danau Toba - Kepadatan Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) dan Pola Pertumbuhannya di Perairan Haranggaol Danau Toba

0 1 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekositem Danau Toba - Studi Komparasi Keanekaragaman Makrozoobentos Diperairan Haranggaol, Danau Toba, Sumatera Utara

0 0 7

Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Krim Ekstrak Serat Mesokarp Kelapa Sawit

0 0 41

Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Krim Ekstrak Serat Mesokarp Kelapa Sawit

0 3 5