BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi - Implementasi Hak Cipta Dalam Pemanfaatan Koleksi Digital Pada Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan perpustakaan yang terdapat di lingkungan lembaga pendidikan tinggi seperti: Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi dan Lembaga Perguruan Tinggi lainnya. Perpustakaan Perguruan Tinggi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan, yaitu masyarakat universitas yang terkait.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 912), “Perpustakaan adalah tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya”. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan formal yang berada pada level teratas sudah sepatutnya memiliki perpustakaan, karena perpustakaan berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi serta memberikan kontribusi dalam penyebaran informasi ilmiah di bidang pendidikan.

  Menurut Hasugian (2009, 79) menyatakan bahwa ”Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi”.

  Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: buku pedoman Perpustakaan (2004, 3) dinyatakan bahwa Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur lainnya, berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya.

  Berdasarkan uaraian di atas, dapat dinyatakan bahwa Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dibangun oleh perguruan tinggi dengan fungsi sebagai penunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka baik sivitas akademika itu sendiri ataupun pemustaka dari luar perguruan tinggi tersebut. Perpustakaan UHN Medan sebagai salah satu perpustakaan perguruan tinggi berperan penting dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pemustaka yaitu sivitas akademika Nommensen maupun dari luar sivitas akademika.

2.1.1 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Perpustakaan perguruan tinggi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan perguruan tinggi, perpustakaan perguruan tinggi sebagai jantung pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya, perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan. Menurut Sulistyo-Basuki (1993, 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

  1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi , lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga kerja administrasi perguruan tinggi.

  2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pascasarjana dan pengajar.

  3. Menyediakan ruangan belajar bagi pemakai perpustakaan.

  4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.

  5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga indusri lokal. Menurut Sutarno (2006, 72) menyatakan bahwa fungsi atau fungsi-fungsi perpustakaan adalah “suatu tugas atau jabatan yang harus dilakukan di dalam perpustakaan tersebut. Pada prinsipnya sebuah perpustakaan mempunyai tiga kegiatan utama yaitu: (1) menghimpun, (2) memelihara, dan (3) memberdayakan semua koleksi bahan pustaka”.

  Hal ini sesuai dengan pendapat Murjopranoto yang dikutip oleh Supsiloani (2006, 32), menjelaskan bahwa fungsi perpustakaan antara lain sebagai berikut: 1.

  Untuk mempertinggi kebudayaan.

  2. Untuk menambah pengetahuan.

  3. Untuk dokumentasi.

  4. Untuk penerangan (misalnya peraturan pemerintah, perundang undangan).

  5. Untuk memungkinkan research (penelitian) bahan-bahan yang berguna, misalnya laporan, statistik, peta) dan lain-lainnya.

  6. Untuk rekreasi (hiburan) dengan menyediakan buku-buku cerita.

  7. Untuk memberi inspirasi. Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 5) menyatakan bahwa ”Tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program pengajaran”. Sedangkan menurut Hasugian (2009, 80) menyatakan bahwa ”Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di indonesia adalah untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi”.

  Selain tujuan tersebut di atas, dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: buku pedoman perpustakaan (2004, 47), merumuskan tujuannya sebagai berikut: a.

  Mengadakan dan merawat buku, jurnal, dan bahan perpustakaan lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa, dan staf lainnya sebagai kelancaran program pengajaran dan penelitian di perguruan tinggi.

  b.

  Mengusahakan, menyimpan, dan merawat bahan perpustakaan yang bernilai sejarah yang memiliki kandungan informasi lokal, dan yang dihasilkan oleh sivitas akademika, untuk dimanfaatkan kembali sebagai sumber pembelajaran (learning resources).

  c.

  Menyediakan sarana temu kembali untuk menunjang pemakaian bahan perpustakaan.

  d.

  Menyediakan tenaga yang profesional serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu mampu memberikan pelatihan cara penggunaan bahan perpustakaan.

  e.

  Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan .

  Dalam buku perpustakaan perguruan tinggi. Buku Pedoman Perpustakaan (2004, 3) fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut : 1.

  Fungsi Edukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran,pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

  3. Fungsi Riset Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat di aplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

  4. Fungsi Rekreasi Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

  5. Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non akademik.

  6. Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

  7. Fungsi Interpretasi Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. Sesuai dengan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi dengan fungsinya dapat mendukung program pendidikan, pengajaran, serta penelitian dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan dan melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk mendukung serta memperlancar seluruh kinerja sumber-sumber informasi ilmiah di perpustakaan tersebut dan melayani pemustaka selama menjalankan pendidikan di perguruan tinggi yang bersangkutan. Agar tujuannya dapat terlaksana, perpustakaan perguruan tinggi harus menjalankan fungsinya dengan baik.

  Perpustakaan UHN Medan berfungsi sebagai , fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset perpustakaan, fungsi publikasi, fungsi deposit, dan fungsi interpretasi.

2.1.2 Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Koleksi perpustakaan perguruan tinggi berguna untuk melayani keperluan pemustaka dari tingkat persiapan sampai menghadapi ujian sarjana dan menyusun skripsi, dan para staf dalam persiapan bahan perkuliahan serta para peneliti yang bergabung dalam perguruan tinggi yang bersangkutan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka tersebut sehingga koleksi perpustakaan tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal. Koleksi Perpustakaan universitas harus sesuai dengan bidang-bidang yang dicakupi universitas yang dinaunginya, sedangkan Perpustakaan fakultas, Perpustakaan akademi dan Perpustakaan sekolah tinggi atau institut terbatas bidang lingkup lembaga pendidikan di mana ia tergabung.

  Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994, 3) Koleksi Perpustakaan adalah “Semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan akan informasi”.

  Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa koleksi Perpustakaan adalah Semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, disimpan, dan dilayankan kepada pemustaka guna memenuhi kebutuhan informasi pemustaka selama guna memenuhi kebutuhan pemustaka tersebut. Perpustakaan sebagai jantung pendidikan harus menyediakan koleksi yang sesuai dengan ilmu pendidikan yang di naungi oleh universitasnya sehingga koleksi perpustakaan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemustaka. Koleksi perpustakaan perpustakaan UHN Medan terdiri dari buku, meliputi karya monograf, terbitan berkala (video, gambar, peta, seperti skripsi yang telah dialihmediakn dari yang tercetak kedalam konten digital, dan juga perpustakaan UHN Medan melanggan database yitu berupa e-Journal dan e-book.

2.1.3 Koleksi Digital dan Digitalisasi

  Koleksi digital merupakan koleksi perpustakaan atau bahan pustaka yang dialihmediakan kepada format yang boleh dibaca oleh mesin (machine-readable format) untuk tujuan pemeliharaan, pelayanan atau untuk menyediakan koleksi secara elektronik.

  Dalam Dictionary For Library and Information Science sebagaimana dikutip Sari (2008, 10) koleksi digital di defenisikan sebaagai:

  a collection of library or archival materials converted to machine- readable format for preservation or to provide electronic access...Also library materials produced in electronic formats, including e-zines, e- jornals, ebooks, reference works published online and on CD-ROM, bibliographic database and other web-based resource.

  Artinya koleksi digital adalah koleksi perpustakaan atau arsip yang dikonversikan kedalam format yang terbaca oleh mesin (machine-readable format) untuk tujuan pelestarian atau penyediaan akses elektronik juga termasuk materi yang diproduksi dalam bentuk elektronik mencakup e-zines, e-journals,e-

  books, karya referensi yang dipublikasikan secara online dan dalam CD-ROM, database bibliografi, dan sumber-sumber berbasis web lainnya.

  Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa koleksi digital adalah koleksi yang berbentuk file yang telah diubah kedalam bentuk elektonik yang dapat dibaca oleh mesin dengan tujuan untuk melayankan dan melestarikan bahan pustaka tersebut.

  Secara garis besar koleksi digital dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu koleksi hasil digitalisasi yang merupakan koleksi hasil konversi kedalam media elektronik atau digital dan koleksi yang lahir dalam bentuk digital. Sari (2008, 11) berpendapat bahwa koleksi digital terdiri dari koleksi yang merupakan hasil digitalisasi. Koleksi digital yang ditambahkan melalui pembelian (umumnya dalam bentuk (CD-ROM), serta koleksi yang hak aksesnya dimiliki perpustakaan, melalui jaringan global (contohnya database online yang dilanggan oleh perpustakaan). Koleksi digital dapat berbentuk CD-ROM, DVD, database, e- journal, e-book dan sebagainya.

  Perpustakaan UHN Medan memiliki koleksi digital yaitu E-Journal, e-

  

book, skripsi dan tesis yang telah dialihmediakan dari yang bentuk tercetak ke

  dalam bentuk file elektronik sehingga memudahkan pemustaka untuk akses informasi secara cepat dan tepat. Koleksi digital perpustakaan berupa e-journal dan e-book dilanggan oleh perpustakaan UHN Medan dari database ProQuest yaitu dalam bidang kesehatan. Koleksi digital lainya yaitu skripsi yang telah dialihmediakan oleh perpustakaan kedalam konten digital sehingga dapat dengan mudah diakses oleh pemuataka.

  Berdasarkan sifat media sumber informasi dan isinya, Pendit (2007, 211) koleksi digital dibedakan menjadi:

  1. Bahan dan sumber daya full-text termasuk e-journal, koleksi digital yang bersifat terbuka (open access), e-books, e-newspapers, dan tesis serta disertasi digital.

  2. Sumberdaya metadata, termasuk perangkat lunak digital berbentuk katalog, indeks, dan abstrak, atau sumber daya yang menyediakan informasi tentanginformasi lainnya.

3. Bahan-bahan multimedia digital 4.

  Aneka situs di ineternet Berdasarkan format penyimpananya, Peter Noerr seperti yang dikutip Sari (2008, 11) membedakan koleksi digital kedalam delapan kelompok yaitu: gambar, animasi, video, audio, webpage, teks dan program. Koleksi yang banyak dikembangkan adalah koleksi dalam bentuk teks yang disimpan dalam format PDF(Portable Document Format).

  Seperti yang diketahui, saat ini banyak perpustakaan yang mempertimbang kan untuk mengkonversi dari koleksi tercetak yang dimilikinya kedalam bentuk digital. Pertimbangan ini didasarkan pada kelebihan- kelebihan koleksi dalam format digital. Hervey (1993, 178) berpendapat kelebihan format digital antara lain : 1.

  Dapat dipublikasikan dengan cepat dan disebarkan tanpa penurunan kualitas melalui jaringan komunikasi elektronik dimanapun pengguna berada. Menghemat ruang penyimpanan 3. Dapat disimpan dalam berbagai bentuk media dan dapat ditransfer dari satu media penyimpanan ke media penyimpanan laiinya.

4. Menawarkan proses temu kembali serta akses terhadap informasi dengan lebih cepat.

  Seperti yang diungkapkan sebelumnya, salah satu bentuk koleksi digital merupakan koleksi hasil proses digitalisasi. Digitalisasi merupakan proses konversi dari segala bentuk fisik atau analog kedalam bentuk digital. Seperti yang dikutip Sari (2008, 14) Deegan & Feather mendefinisikan digitalisasi sebagai transripsi data kedalam bentuk digital sehingga dapat diproses secara langsung dengan menggunakan komputer. Smith dalam Sari ( 2008: 14) mengatakan :

  

The converting of a printed page digital electronic from through scanning to

create an elektronic page image suitable for computer storage retrieval and

transmission.

  Dalam library for Information Science menyebutkan bahwa digitalisasi adalah:

  he proses of converting data to digital format for processing by computer in information system, digitization usually refers to conversion of printed text or images( photograph, illustration, maps,etc) into binary signal using some kind of scanning device that enables the result to be displayed on a computer.

  Artinya bahwa digitalisasi adalah proses konversi data kedalam bentuk digital untuk diproses melalui komputer. Dalam sistem informasi, digitalisasi umumnya mengacu pada konversi teks tercetak ataupun gambar (foto, ilustrasi, peta,dsb) kedalam sinyal biner, dengan menggunakan peralatan pemindaian

  (scanner) sehingga hasilnya dapat ditampilkan di komputer.

  Pada dasarnya digitalisasi bertujuan untuk memudahkan akses bagi pengguna perpustakaan. Dengan adanya koleksi dalam format digital, pengguna perpustakaan dapat mengakses informasi tanpa harus mendatangi gedung perpustakaan secara fisik sepanjang tersedia fasilitas internet.

  Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa digitalisasi merupakan proses pemindaian data dari data tercetak kedalam bentuk elektronik yang dapat diakses secara cepat. Perpustakaan UHN Medan telah mendigitalisasi dokumen yaitu skripsi dan tesis yang telah dialihmediakan dari bentuk yang tercetak kedalam bentuk file elektronik sehingga pemustaka dapat dengan cepat akses informasi selama masih tersedia jaringan internet. Digitalisasi yang dilakukan oleh perpustkaan UHN Medan yaitu digitalisasi skripsi dari yang tercetak kedalam

2.2 Hak Cipta

   Istilah Hak Cipta pertama kali disahkan pada saat rapat Seksi Hak

  Pengarang dari Kongres Kebudayaan Indonesia ke-2, di Bandung pada Bulan Oktober 1951. Sebelumnya dikenal dengan istilah hak pengarang, namun karena istilah tersebut seperti membatasi dalam hal karang-mengarang saja, maka diganti menjadi Hak Cipta yang pengertiannya lebih luas dalam hal ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

  Pasa 1 ayat 1 UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 : Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Hak cipta menurut Hasibuan (2008, 27) adalah hak milik yang melekat pada karya-karya cipta dibidang kesusasteraan, seni, dan ilmu pengetahuan sepeti karya tulis, karya musik, lukisan, patung, karya arsitektur, film, dan lain-lain. Sedangkan menurut Auteurswet 1912 dalam pasal 1, Saidin ( 2006: 58,59) hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaanya dalam lapangan kesusteraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.

  Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa hak cipta adalah hak yang telah melekat pada suatu ide ataupun gagasan yang telah diwujudkan oleh pencipta baik karya cipta dalam bidang kesusteraan, seni maupun ilmu pengetahuan.

2.2.1 Ruang Lingkup Hak Cipta

  Dalam Pasal 12 ayat (1) UUHC disebutkan, dalam UU ini ciptaan yag dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi karya: a.

  Buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lainnya.

  b.

  Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara diucapkan.

  c.

  Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahun. Ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, termasuk karawitan, dan rekaman suara.

  e.

  Drama, tari (koreografi), pewanyangan, pantonim.

  f.

  Kartya pertunjukan g.

  Karya siaran h. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, seni terapan yang berupa seni kerajinan tangan. i.

  Arsitektur j. Peta k.

  Seni batik l. Fotografi m.

  Sinimstogrsfi n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga ramapi, dan karya lainnya dari hasil pengalihwujudan.

  Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup hak cipta yang merupakan pengalihwujudan yang ada pada Perpustakaan UHN Medan adalah koleksi digital yaitu skripsi dan tesis yang telah dialihmediakan dari yang tercetak kedalam bentuk koleksi digital. Koleksi digital yang ada pada Perpustakaan UHN Medan yang merupakan hasil pengalihwujudan dari yang tercetak kedalam bentuk digital yaitu skripsi dan tesis.

  2. 2.2 Pemegang Hak Cipta

  Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau orang yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau orang lain yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut ( UU. No. 19 Tahun 2002 Pasal 1 angka 4).

  Menurut Lindsey yang dikutip oleh Widjaja (2006, 115), Sehubungan dengan hak- hak Pencipta untuk mengumumkan dan memperbanyak Ciptaannya, terdapat sejumlah hak untuk melakukan perwujudannya yaitu berupa: a.

  Hak untuk mengumumkan yang berarti pencipta atau pemegang hak cipta berhak mengumumkan (right to publish) untuk yang pertama kalinya suatu ciptaan dibidang seni atau sastra atau ilmu pengetahuan; b. Hak untuk mengumumkan dengan cara mengumumkan dengan cara memperdengarkan ciptaan lagu yang direkam, misalnya kepada publik secara komersial di retoran-restoran, hotel, dan pesawat udara; c. Hak untuk menyiarkan suatu ciptaan dibidang seni atau sastra atau ilmu pengetahuan dalam bentuk karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik; d. Hak untuk memberi izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan karya film dan program komputer untuk kepentingan yang bersifat komersial.

  Dari uraian diatas dinyatakan bahwa pemegang hak cipta merupakan pihak yang diberikan oleh pencipta untuk menggunakan ciptaan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama oleh pencipta dan pemegang hak cipta.

2.2.3 Perlindungan Hak Cipta

  Menurut Wheina tentang UU. No. 19 Tahun 2002 Pasal 14 Sampai Pasal 18, yang mengatur soal pembatasan hak cipta. Pembatasan dan pengecualian hak cipta dikenal dengan istilah “fair use” atau “fair dealing” yang mengijinkan pemakaian, pengambilan atau perbanyakan suatu ciptaan tanpa izin pemegang hak ciptanya sepanjang penggunanya menyebut sumbernya dalam hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat non komersial termasuk untuk kegiatan sosial. Fair use yang diatur dalam UU Hak Cipta diantaranya:

  1. Pengambilan berita aktual 2.

  Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.

  3. Pengambilan Ciptaan pihak lain guna keperluan ceramah yang semata- mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

  4. Perbanyakan suatau Ciptaan selain Program Komputer, oleh Perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya,

  5. Pembuatan salinan cadangan suatau program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri. Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa ciptaan dilindungi apabila ide tersebut telah diwujudkan dan ada izin dari pencipta kepada pihak lain untuk digunakan dengan tujuan tidak merugikan pencipta.

2.3.4 Sanksi Terhadap Pelanggaran

  Sanksi terhadap pelanggaran hak cipta dapat dituntut secara perdata, juga dapat secara pidana hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelanggaran terhadap suatu ciptaan. Berhubung hak moral tetap melekat pada penciptanya, pencipta atau ahli waris suatu ciptaan berhak untuk menuntut atau menggugat seseorang yang telah meniadakan nama penciptanya yang tercantum pada ciptaan itu, mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya, mengganti atau mengubah isi ciptaan itu tanpa persetujuan terlebih dahulu. Pasal 65 Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002 menyatakan bahwa penyerahan hak cipta atas seluruh ciptaan kepada pihak lain tidak mengurangi hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat yang tanpa persetujuannya: a.

  Meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan itu; b. Mecantumkan nama pencipta pada ciptaannya c. Mengganti atau mengubah judul ciptaan itu; atau d. Mengubah isi ciptaan.

  Pasal 58 Undang- Undang Hak Cipta menyatakan: Pencipta atau ahli waris suatau ciptaan dapat mengajukan gugatan ganti rugi atas pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24. Hak dari pemegang Hak Cipta untuk mengajukan tuntutan perdata tidak berlaku lagi terhadap ciptaan yang berada pada pihak yang tidak memperdagangkan ciptaan yang didapat diatas pelanggaran hak cipta dan memperolehnya semata-mata untuk keperluan sendiri dan tidak digunakan untuk kegitan komersial.

  Penyelesaian sengketa pelanggaran hak cipta, selain dapat diselesaikan melalui pengadilan niaga, menurut Undang- Undang Hak Cipta Tahun 2002 juga dapat diselesaikan melalui Arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa Hak Cipta melalui negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan undang-undang yang berlaku .Pengajuan tuntutan pelanggaran atas hak cipta jug dapat dilakukan secara pidana.

  Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa sanksi terhadap pelanggaran hak cipta dapat di kenakan sanksi secara pidana dan dapat diselesaikan melalui negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau cara lain sesuai dengan hukum yang berlaku.

2.3.5 Lisensi Hak Cipta

  Sejalan dengan hak cipta sebagai hak eksklusif dan hak ekonomi, pihak pencipta/pemegang hak cipta mempunyai hak untuk memberikan izin kepada pihak lain untuk mengumumkan atau menggandakan ciptaan dan pemberian izin tidak dapat dilepaskan dari masalah keuntungan dari penggunaan hak cipta. pencipta/pemegang hak cipta kepada orang lain. Dalam Pasal 1 angka 14 UU Hak Cipta Tahun 2002 menyebutkan “Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemegang terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau produk terkaitnya dengan hak cipta”. Sedangkan menurut Widjaja Lisensi merupakan “Suatu bentuk pemberian izin untuk memanfaatkan suatu Hak atas Kekayaan Intelektual, yang dapat diberikan oleh pemberi lisensi kepada penerima lisensi agar penerima lisensi dapat melakukan suatu bentuk kegiatan usaha, baik dalam bentuk teknologi atau pengetahuan (knowhow), yang dapat dipergunakan untuk memproduksi menghasilkan, menjual, atau memasarkan barang (berwujud) tertentu, maupun yang akan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan jasa tertentu, dengan mempergunakan Hak atas Kekayaan Intelektual yang dilisensikan tersebut”.

  Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa lisensi merupakan pemberian izin dari pencipta kepada pihak orang lain untuk memanfaatkan suatu usaha, baik dalam bidang teknologi atau ilmu pengetahuan untuk mengumumkan ciptaannya tersebut.

  2. 3.6 Lisensi Hak Cipta Sebagai Perjanjian

  Lahirnya sebuah perjanjian lisensi harus didasarkan pada sebuah perjanjian yang telah disepakati. Menurut Supramono (2010, 49) lisensi sebagai hak cipta harus memiliki beberapa ketentuan yaitu: 1.

  Termasuk Perjanjian Obligatoire Perjanjian Lisensi hak cipta merupakan perjanjian konsensualisme, karena terjadinya perjanjian itu dilandasi dengan sebuah konsensus atau kata sepakat. Kemudian lahirnya perjanjian lisensi hak cipta atas kebebasan berkontrak, bahwa setiap orang dapat membuat perjanjian apa saja tidak bertentangan dengan hukum, kebiasaan dan kepatutan.

  2. Wajib Memenuhi Syarat Sahnya Perjanjian Dalam Pasal 46 ayat (1) UU Hak Cipta Tahun 2002 disebutkan bahwa, lisensi hak cipta dibuat dengan dasar perjanjian. Karena bentuknya berupa perjanjian maka untuk syarat sahnya wajib memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:

  Adanya kata sepakat b. Memiliki kecakapan c. Hal tertentu d. Sebab yang halal 3.

  Perjanjiannya Harus Tertulis Syarat tertulis merupakan syarat khusus yang ditentukan dalam Pasal 45 ayat (1) UU Hak Cipta Tahun 2002 dengan tegas pemberian lisensi berdasarkan surat perjanjian lisensi .

  4. Kewajiban Pembayaran Royalti Isi perjanjian lisensi Hak Cipta yang tidak boleh dilupakan terutama bagi pemberi lisensi adalah kewajiban pihak penerima lisensi untuk membayar

  royalti.

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lisensi hak cipta sebagai perjanjian harus memiliki suatu bukti yaitu berupa perjanjian yang telah disepakati bersama oleh keduabelah pihak.

  Implementasi hak cipta merupakan penerapan suatu kebijakan yang telah dibuat sebelumnya. Adapun indikator-indikator hak cipta tersebut yaitu; pemegang hak cipta, perlindungan hak cipta, lisensi hak cipta, lisensi sebagai perjanjian.