MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARRATIF MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI (PICTURE SERIES)

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol 27, No 2, Desember 2015, 134-142

PENGGUNAAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARRATIF
MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI (PICTURE SERIES)
Sri Widayanti
Guru Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri
sriwidayantiwonogiri@yahoo.co.id
Abstrak
Teknik atau metode pembelajaran sangatlah banyak, antara lain
ceramah, diskusi, demonstrasi, laboratorium, tanya jawab, dan lain–lain.
Metode ceramah dan diskusi banyak digunakan dalam proses pembelajaran
bahasa Inggris. Dengan metode ini siswa dianggap sebagai penerima
pesan yang siap diisi namun tidak memberikan kesempatan pada mereka
untuk berkarya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah
Penggunaan pendekatan Scientific dapat meningkatkan kemampuan menulis
teks narratif melalui media gambar berseri (picture series) bagi siswa kelas
X IIS 2 Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.
Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru lain serta dengan
kepala sekolah. Peneliti terlibat langsung dalam penelitian mulai dari
awal sampai penelitian berakhir. Peneliti berusaha melihat, mengamati,

merasakan, menghayati, merefleksi dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran
yang berlangsung. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian tindakan terdiri dari
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (obseving), dan
refleksi (relecting). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat maka
data yang telah terkumpul dianalisis secara statistik yaitu mengunakan rumus
mean atau rata-rata. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata
pada siklus mengalami peningkatan yang signifikan. Prosentase jumlah siswa
yang memenuhi aspek kemampuan bertanya pada siklus I 44,7% dan untuk
siklus II 63,1%. Prosentase jumlah siswa yang memenuhi aspek inisiatif/
kreatif untuk siklus I 31,5%, pada siklus II 42,1%. Prosentase jumlah siswa
yang memenuhi aspek rasa ingin tahu untuk siklus I 26,3%, pada siklus II
36,8%. Peningkatan jumlah siswa yang memenuhi aspek-aspek tersebut, dari
siklus I ke siklus II disebabkan adanya pola pikir mereka untuk membangun
pengetahuan mereka sendiri. Mengacu pada hipotesis tindakan yang
diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan pendekatan Scientific dapat meningkatkan kemampuan menulis
teks narratif melalui media gambar berseri (picture series) bagi siswa kelas X
IIS 2 Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata Kunci : pendekatan scientific, teks naratif, gambar berseri


134

Penggunaan Pendekatan Scientific ... (Sri Widayanti)

Abstract
There are a number of techniques or methods of teaching such as
lecturing, discussions, demonstrations, question and answer, and many
others. Of these, lecturing and discussion are widely applied in the English
teaching. In this case, students are regarded as the recipients of messages but
they do not have opportunities to work independently. To solve this classic
problem, the present study used a Scientific Approach involving picture series
to teach narrative texts. The following research question was raised: does the
Scientific Approach with picture series improve the ability of the students to
write narrative texts? To conduct the research, the researchers collaborated
with teachers and principals. The data were obtained from observation and
reflection on the students’ learning activities. This action research consisted
of four phases: planning, acting, observing and reflecting. To get the accurate
results, the data were statistically analyzed. The results showed that the
average score at the cycles increased significantly. The students who attained
learning outcome at the first cycle were 44.7% and 63.1% at the second cycle.

The number of students who showed initiative or creative aspect at the first
cycle was 31.5%, and 42.1% at the second cycle. The number of students who
showed curiosity at learning at the first cycle was 26.3%, and 36.8% at the
second cycle. The increasing number of students who met the aforementioned
aspects, from the first cycle to the second cycle, was affected by the intention
of developing new knowledge. The findings thus showed that the scientific
method with picture series was effective to enhance students’ ability to write
narrative texts.
Keywords : scientific approach, narrative text, picture series
1.

Pendahuluan
Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu peserta didik
mengenal dirinya, budayanya, dan budaya
orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa

juga membantu peserta didik mampu
mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat, dan
bahkan menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imaginatif yang
ada dalam dirinya.
Bahasa Inggris merupakan alat
untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis
skala internasional. Berkomunikasi adalah

memahami dan mengungkapkan informasi,
pikiran, perasaan, dan mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
Kemampuan
berkomunikasi
dalam
pengertian yang utuh adalah kemampuan
berwacana, yakni kemampuan memahami
dan/atau menghasilkan teks lisan dan/
atau tulis yang direalisasikan dalam

empat keterampilan berbahasa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis. Keempat keterampilan inilah
yang digunakan untuk menanggapi atau
menciptakan wacana dalam kehidupan
bermasyarakat. kemampuan berwacana,
yakni kemampuan memahami dan/atau
menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang
direalisasikan dalam empat keterampilan
berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara,

135

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol 27, No 2, Desember 2015, 134-142

membaca dan menulis secara terpadu untuk
mencapai tingkat literasi informational;
Kemampuan
memahami
dan

menciptakan berbagai teks fungsional
pendek dan monolog serta esei berbentuk
procedure, descriptive, recount, narrative,
report, news item, analytical exposition,
hortatory exposition, spoof, explanation,
discussion, review, public speaking.
Gradasi bahan ajar tampak dalam
penggunaan kosa kata, tata bahasa, dan
langkah-langkah retorika; Oleh karena itu,
mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan
untuk mengembangkan keterampilanketerampilan tersebut agar lulusan mampu
berkomunikasi dan berwacana dalam
bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
Mata pelajaran Bahasa Inggris
merupakan salah satu mata pelajaran
wajib. Melalui penguasaan kompetensi
mata pelajaran bahasa Inggris, peserta
didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu
agar mampu berkomunikasi bahasa Inggris
secara baik dan benar. Pada era global

penggunaan bahasa secara baik dan benar
merupakan syarat mutlak di dunia kerja.
Dalam menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas, lembaga
pendidikan mulai dari sekolah dasar
sampai perguruan tinggi mengusahakan
agar pendidikan berguna bagi kehidupan
manusia sehingga siswa belajar di sekolah
tidak merasa terpisah dari masyarakat dan
lingkungan. Dalam hal ini perlu strategi
yang baik dalam pendidikan.
Peranan pendidikan sangat sentral
dalam pembangunan manusia Inggris
seutuhnya, Upaya peningkatan kualitas
pendidikan telah banyak dilakukan, antara
lain dengan penyempunaan kurikulum,
penambahan buku ajar, pembangunan fisik,
penambahan alat dan bahan laboratorium,
dan lain-lain.
Soemanto (1983:3) menjelaskan

bahwa berdasarkan studi psikologis yang

baik serta sosiologi pendidikan, maka
masyarakat pendidikan menghendaki agar
pengajar memperhatikan minat, kebutuhan,
dan kesiapan anak didik untuk belajar serta
untuk mencapai tujuan sosial sekolah. John
Dewey ingin mengubah situasi pendidikan
dengan cara memberi kesempatan kepada
siswa untuk belajar secara perorangan,
memberi motivasi bukan perintah,
mengikutsertakan siswa dalam aspek
kehidupan sekolah dan menyadarkan siswa
bahwa hidup itu dinamis.
Teknik atau metode ini dalam
proses pembelajaran sangat banyak,
antara lain: ceramah, diskusi, demonstrasi,
laboratorium, tanya jawab, dan lain–lain.
Metode ceramah dan diskusi banyak
digunakan dalam proses pembelajaran

bahasa Inggris, yaitu siswa dianggap
sebagai penerima pesan yang siap diisi dan
tidak memberikan kesempatan pada siswa
untuk berkarya.
Berdasarkan latar belakang masalah,
maka rumusan masalah dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah : ” Apakah
Penggunaan pendekatan Scientific dapat
meningkatkan kemampuan menulis teks
narratif melalui media gambar berseri
(picture series) bagi siswa kelas X IIS 2
Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri Tahun
Pelajaran 2014/2015”.
Pembelajaran
kurikulum
2013
adalah pembelajaran dengan memperkuat
proses pembelajaran dan penilaian autentik
untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Penguatan

proses pembelajaran dilakukan melalui
pendekatan scientific, yaitu pembelajaran
yang mendorong siswa lebih mampu
dalam mengamati, menanya, mencoba
/ mengumpulkan data, mengasosiasi /
menalar, dan mengomunikasikan.
Pembelajaran scientific merupakan
pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah.

136

Penggunaan Pendekatan Scientific ... (Sri Widayanti)

Model pembelajaran yang diperlukan
adalah
yang
memungkinkan
terbudayakannya kecapakan berpikir sains,
terkembangkannya “sense of inquiry” dan

kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred
De Vito, 1989). Model pembelajaran yang
dibutuhkan adalah mampu menghasilkan
kemampuan untuk belajar (Joice & Weil,
1996), bukan saja diperolehnya sejumlah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu
diperoleh peserta didik (Zamroni, 2000 &
Semiawan, 1998).
Pembelajaran
scientific
tidak
hanya memandang hasil belajar sebagai
muara akhir, namun proses pembelajaran
dipandang sangat penting. Oleh karena itu
pembelajaran scientific menekankan pada
keterampilan proses. Model pembelajaran
berbasis
peningkatan
keterampilan
proses sains adalah model pembelajaran
yang mengintegrasikan keterampilan
proses sains ke dalam sistem penyajian
materi secara terpadu (Beyer, 1991).
Model ini menekankan pada proses
pencarian pengetahuan daripada transfer
pengetahuan, peserta didik dipandang
sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran,
guru hanyalah seorang fasilitator yang
membimbing dan mengkoordinasikan
kegiatan belajar. Dalam model ini peserta
didik diajak untuk melakukan proses
pencarian pengetahuan berkenaan dengan
materi pelajaran melalui berbagai aktivitas
proses sains sebagaimana dilakukan oleh
para ilmuwan (scientist) dalam melakukan
penyelidikan ilmiah (Nur, 1998), dengan
demikian peserta didik diarahkan untuk
menemukan sendiri berbagai fakta,
membangun konsep, dan nilai-nilai baru
yang diperlukan untuk kehidupannya.
Fokus proses pembelajaran diarahkan pada
pengembangan keterampilan siswa dalam
memproseskan pengetahuan, menemukan,

dan mengembangkan sendiri fakta, konsep,
dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan,
1992).
Horby (1982) mengartikan gambar
sebagai lukisan, gambar atau sketsa dan
suatu pekerjaan seni. Gambar adalah sebuah
skema obyek, manusia, dan sebagainya.
Menurut Nasution (1988) terdapat
dua jenis gambar yaitu :
a.
Gambar proyeksi. Gambar pada
proyektor tak tembus pandang
(opaque projector) dan proyeksi
mikro.
b.
Gambar non proyeksi. Contoh
gambar pada majalah, foto, lukisan
dan sebagainya.
Dermawan (1989) menyatakan bahwa
ilustrasi adalah suatu tindakan menghiasi,
menerangi atau pendukung guna membantu
proses pemahaman terhadap suatu objek.
Di sisi lain Grantika (1998) membaginya
menjadi dua kelompok yaitu ilustrasi dwi
matra (lukisan, gambar, fotografi) dan
tri matra (patung, dan relief). Hafer and
White (1989) berpendapat bahwa bahasa
gambar sangat mendukung menyampaian
pesan secara cepat kepada manusia.
berpendapat bahwa bahasa gambar sangat
mendukung proses penyampaian publikasi.
Mereka juga berpendapat bahwa sebuah
ilustrasi bukanlah sekedar gambar/foto
yang indah namun juga harus komunikatif,
artinya mampu mengakomodir keseluruhan
isi pesan sehingga bisa dipahami oleh
khalayak sasaran.
2.

Metode Penelitian
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
ini
dilakukan di Madrasah
Aliyah Negeri Wonogiri Tahun Pelajaran
2014/2015. Populasi dari penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas X IIS 2
Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri Tahun
Pelajaran 2014/2015. Kelas yang dijadikan

137

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol 27, No 2, Desember 2015, 134-142

penelitian adalah kelas X IIS 2 dengan
jumlah siswa 30 siswa.
Sumber data dalam penelitian ini
adalah siswa dan guru mata pelajaran
Bahasa Inggris. Data dari siswa berupa
jawaban latihan kerja siswa ataupun secara
lisan, interaksi antara siswa dengan siswa
ataupun siswa dengan guru selama proses
belajar mengajar, dan hasil tes siswa.
Sedangkan data guru berupa interaksi guru
dengan siswa, dan pendapatnya tentang
pelaksanaan pembelajaran dengan metode
pendekatan Scientific melalui media
gambar berseri (picture series).
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, dokumentasi, perekaman data,
dan tes.
3.
3.1
1)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Siklus I
Perencanaan Tindakan I
Guru sebagai pemberi tindakan,
mempersiapkan skenario pembelajaran
sedangkan latihan kerja siswa LKS telah
dibagikan pada pertemuan sebelumnya.
Sebelum proses belajar mengajar,
terlebih dahulu mempersiapkan peralatan
pembelajaran yang akan digunakan.
Untuk mengetahui keterampilan
proses yang dimiliki siswa, digunakan
perangkat
tes.
Sedangkan
aspek
keterampilan proses yang diamati dalam
siklus I adalah interpretasi, prediksi,
klasifikasi, dan menyimpulkan. Perangkat
tes diberikan pada awal dan akhir siklus I.
Selain keterampilan proses, juga
diamati tingkat kemampuan afektif.
Untuk hal tersebut dilakukan pengamatan
atau membuat catatan lapangan pada
lembar observasi yang telah disediakan.
Kemampuan afektif yang diamati adalah
meliputi
keberanian
mengemukakan

pendapat, keaktifan/peran, kerja sama
dalam
kelompok,
inisiatif/kreatif,
kemampuan bertanya, dan rasa ingin
tahu siswa. Setelah pembelajaran dengan
metode pendekatan Scientific melalui
media gambar berseri (picture series)
selesai, akan dilihat bagaimana proses dan
kemampuan afektif siswa.
2)

Pelaksanaan Tindakan I
Pada awal tindakan I diberikan
tes. Tujuan pemberian tes adalah untuk
mengetahui keterampilan proses siswa
sebelum diberi tindakan. Hasil yang
diperoleh akan dibandingkan secara
kualitatif dengan keterampilan proses
siswa pada akhir penelitian.
Kegiatan
selanjutnya
adalah
pembelajaran dengan metode pendekatan
Scientific melalui media gambar berseri
(picture series). Pembelajaran dengan
metode pendekatan Scientific melalui
media gambar berseri (picture series)
mengharuskan adanya tiga tahap, yaitu
tahap eksplorasi, pengenalan konsep
(invensi), dan penerapan konsep (ekspansi).
Dalam pembelajaran dengan metode
pendekatan Scientific melalui media gambar
berseri (picture series), kemampuan afektif
yang diamati dalam tahap eksplorasi
adalah
keberanian
mengemukakan
pendapat, menghargai pendapat teman, dan
kemampuan bertanya. Pada tahap invensi,
aspek kemampuan afektif yang akan
diamati adalah keaktifan/peran, kerja sama
dalam kelompok dan tanggung jawab.
Pada tahap ekspansi, kemampuan afektif
yang akan diamati adalah memecahkan
masalah, inisiatif/kreatif, dan rasa ingin
tahu.
3)

Observasi I
Pada tahap tindakan I, standart
kompetensi mengungkapkan
makna

138

Penggunaan Pendekatan Scientific ... (Sri Widayanti)

dalam teks lisan fungsional dan monolog
pendek sederhana. Pengamatan pada
tindakan I dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh data tentang keterampilan
proses, aspek kemampuan afektif dan
pelaksanaan pembelajaran dengan metode
pendekatan Scientific melalui media
gambar berseri (picture series).
Pada tahap eksplorasi, guru
melakukan pendekatan Scientific melalui
media gambar berseri (picture series)
tentang narative teks. Untuk merangsang
keingintahuan siswa, guru memberikan
permasalahan dan contoh soal pada
kehidupan sehari-hari. Dalam pelaksanaan,
kelas dibagi 4 kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 8-10 siswa..
Kerja sama dalam kelompok terlihat
bagus. Mereka juga saling menghargai baik
denga teman dalam kelompok maupun di
luar kelompok mereka.
Selanjutnya adalah tahap invensi
(pengenalan konsep) melalui diskusi
untuk membahas dan menyimpulkan
hasil diskusi. Ada dua kelompok yang
mempresentasikan hasil diskusinya..
Tahap ekspansi (penerapan konsep),
guru memberikan soal yang berkaitan
dengan tentang narative teks.. Soal latihan
ada di buku latihan yang dimiliki oleh
semua siswa. Siswa menjawab semua soal
latihan dan membahas di kelas.
4)

Analisis dan Refleksi I
Berdasarkan pengadaan pre-test dan
post-test pada siklus I, diperoleh hasil tes
penguasaan keterampilan proses siswa,.
3.2
1)

Siklus II
Perencanaan Tindakan II
Kompetensi Dasar yang akan
dibahas pada siklus II adalah teks narratif.
Perencanaan tindakan II diantaranya

meliputi pembuatan skenario dan latihan
kerja siswa serta tes untuk mengukur
keterampilan proses.
Dalam perencanaan tindakan II juga
ditentukan aspek keterampilan proses
dan aspek kemampuan afektif yang akan
di amati. Seperti yang telah dibahas
di analisis dan refleksi I, maka aspek
keterampilan proses yang akan dibahas
adalah pemeparan, interpretasi, prediksi,
klasifikasi, dan menyimpulkan. Sedangkan
aspek kemampuan afektif yang akan di
amati adalah keberanian mengemukakan
pendapat, keaktifan/peran, kerja sama
dalam
kelompok,
inisiatif/kreatif,
kemampuan bertanya, dan rasa ingin tahu
siswa.
Dengan melihat refleksi I, pebaikan
pada siklus II meliputi tahap-tahap yang
terdapat pada tiap siklus. Guru harus
berupaya
mengajukan
pertanyaanpertanyaan sesering mungkin, khususnya
ditujukan pada kelompok yang kurang
aktif. Pada saat siswa melakukan
percobaan, guru harus lebih memberi
bimbingan terutama pada kelompok yang
kurang kreatif. Hal tersebut bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan proses
dan kemampuan afektif siswa, khususnya
aspek-aspek yang belum mencapai 100%.
Pada tahap invensi, guru harus
mengatur pembelajaran, sehingga waktu
yang digunakan lebih efisien. Misalnya,
untuk
memaparkan
data
meminta
perwakilan dari dua kelompok saja.
Kemudian guru langsung mengadakan
diskusi untuk mendapatkan kesimpulan
dari diskusi yang telah dilakukan
Langkah
selanjutnya,
guru
memberikan latihan soal-soal yang
sesuai dengan materi yang dibahas. Dan
pembahasan diupayakan saat itu juga. Guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa yang
kurang aktif untuk memancing keaktifan
siswa tersebut.

139

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol 27, No 2, Desember 2015, 134-142

2)

Pelaksanaan Tindakan II
Pada awal pelaksanaan tindakan
II, siswa diberi tes awal untuk mengukur
penguasaan keterampilan proses siswa
ketika siswa belum berhadapan denagn
objek konkritnya. Aspek keterampilan
proses yang di teskan adalah meliputi
meyimpulkan, pemaparan, interpretasi,
mengklasifikasi, dan memprediksi. Untuk
mengukur
peningkatan
penguasaan
keterampilan
proses,
maka
guru
membagikan soal tes akhir pada siswa.
Pada pelaksanaan tindakan II,
diadakan pengamatan terhadap kemampuan
afektif siswa. Pada tahap eksplorasi, aspek
kemampuan afektif yang di amati adalah
keberanian mengemukakan pendapat
dan kemampuan bertanya. Tahap invensi,
aspek kemampuan afektif yang di amati
adalah keaktifan/peran, kerja sama dalam
kelompok, dan rasa ingin tahu. Tahap
ekspansi, aspek kemampuan afektif yang
diamati adalah inisiatif/kreatif.
3)

Observasi II
Tahap eksplorasi, guru contoh
narrative teks dan memberikan pertanyaan
pada siswa, kegiatan selanjutnya adalah
melakukan latihan kerja siswa untuk
membuktikan jawaban-jawaban siswa.
Latihan kerja siswa dibagikan pada
pertemuan sebelumnya.. Semua siswa
aktif dalam kegiatan ini, walaupun
pelaksanaannya dilakukan di dalam ruang
kelas.
Tahap invensi, guru meminta
perwakilan dari setiap kelompok yang
ditunjuk untuk menuliskan data dari hasil
diskusi. Setelah data ditulis di papan
tulis, maka guru melanjutkan kegiatan
pembelajaran ini dengan diskusi klasikal.
Misalnya dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat membimbing siswa
menyimpulkan dari percobaan yang telah

dilaksanakan.
Tahap ekspansi, guru memberi
latihan soal yang berkaitan dengan
kesimpulan yang telah diperoleh siswa.
Siswa menjawab semua soal latihan dan
membahas di kelas.
4)

Analisis dan Refleksi II
Dari hasil pengadaan pre-test dan
post-test siklus II, maka diperoleh hasil tes
penguasaan keterampilan proses siswa,
3.3

Pembahasan
Dari tes penguasaan keterampilan
proses siswa, secara umum terjadi
peningkatan aspek-asprk yang dikaji
dengan penerapan siklus belajar dengan
metode pendekatan Scientific melalui
media gambar berseri (picture series).
Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan
jumlah persentase peningkatan rata-rata
pada siklus I 20,4%, untuk siklus II 24,2%.
Aspek klasifikasi dan menyimpulkan
terjadi peningkatan. Hal tersebut disebabkan
dalam pembelajaran sebelumnya, siswa
sudah terbiasa mengklasifikasi dan
menyimpulkan dengan metode ceramah
dan diskusi.
Aspek prediksi, serta pemaparan
tidak terjadi peningkatan yang signifikan.
Faktor yang mempengaruhi tersebut adalah
siswa belum terbiasa dalam melakukan
diskusi dan selama proses pembelajaran
guru kurang memberi kesempatan pada
siswa untuk berdiskusi.
Tetapi untuk aspek interpretasi
mengalami penurunan, pada siklus I
prosentase peningkatan yang diperoleh
52,6%, untuk siklus II 39,5%. Faktor yang
mempengaruhi penurunan tersebut adalah
selama pembelajaran siswa tidak terbiasa
melakukan diskusi.

140

Penggunaan Pendekatan Scientific ... (Sri Widayanti)

Namun secara keseluruhan, aspek
keterampilan proses siswa yang diamati
dari siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa model siklus belajar dengan metode
pendekatan Scientific melalui media
gambar berseri (picture series) dapat
meningkatkan keterampilan proses siswa.
Dari hasil observasi penguasaan
kemampuan afektif, secara umum terjadi
peningkatan prosentase jumlah siswa
yang memenuhi aspek-aspek yang di
amati melalui penerapan model siklus
dengan metode pendekatan Scientific
melalui media gambar berseri (picture
series). Hal tersebut, dapat dilihat dari
perolehan prosentase rata-rata jumlah
siswa yang memenuhi aspek pada siklus I
50,8%, untuk siklus II 67,5%. Peningkatan
yang paling menonjol terjadi pada aspek
keberanian mengemukakan pendapat, pada
siklus I diperoleh prosentase jumlah siswa
yang memenuhi aspek 44,7%, untuk siklus
II diperoleh 73,7%. Peningkatan tersebut
disebabkan selama pembelajaran, guru
membiasakan siswa untuk memaparkan
hasil percobaan secara lisan maupun
tulisan.
Aspek
keaktifan/peran
dan
kerjasama dalam kelompok tidak terjadi
peningkatan yang signifikan. Faktor
yang mempengaruhi adalah sejak awal
dimulainya pembelajaran melalui model
siklus belajar dengan metode pendekatan
Scientific melalui media gambar berseri
(picture series), siswa telah tertarik dan
menyukai model pembelajaran tersebut.
Prosentase jumlah siswa yang memenuhi
aspek kemampuan bertanya pada siklus I
44,7%, untuk siklus II 63,1%. Prosentase
jumlah siswa yang memenuhi aspek
inisiatif/kreatif untuk siklus I 31,5%, pada
siklus II 42,1%. Prosentase jumlah siswa
yang memenuhi aspek rasa ingin tahu
untuk siklus I 26,3%, pada siklus II 36,8%.
Peningkatan jumlah siswa yang memenuhi

aspek-aspek tersebut, dari siklus I ke siklus
II disebabkan adanya pola pikir mereka
untuk membangun pengetahuan mereka
sendiri.
Secara
keseluruhan,
aspek
kemampuan afektif belajar Bahasa Inggris
siswa yang dikaji mengalami peningkatan.
Dapat dikatakan bahwa model siklus
belajar dengan metode pendekatan
Scientific melalui media gambar berseri
(picture series) dapat meningkatkan
kemampuan afektif belajar siswa, dengan
demikian minat belajar bahasa Inggris
semakin meningkat.
Berdasarkan hasil analisis dari siklus
I dan siklus II, maka dapat disimpulkan
Penggunaan pendekatan Scientific dapat
meningkatkan kemampuan menulis teks
narratif melalui media gambar berseri
(picture series) bagi siswa kelas X IIS 2
Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri Tahun
Pelajaran 2014/2015.
4.

Simpulan
Bardasarkan hasil penelitian tindakan
kelas yang diperoleh dan dari kajian
teori dalam penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan menulis teks narratif siswa
kelas X IIS 2 Madrasah Aliyah Negeri
Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015
setelah diterapkan pembelajaran model
siklus belajar dengan metode pendekatan
Scientific melalui media gambar berseri
(picture series). Selain itu, terdapat
peningkatan kemampuan menulis teks
naratif siswa kelas X IIS 2 Madrasah
Aliyah Negeri Wonogiri Tahun Pelajaran
2014/2015 setelah diterapkan pembelajaran
model siklus belajar dengan metode
pendekatan Scientific melalui media
gambar berseri (picture series). Dengan
meningkatnya keterampilan proses dan
kemampuan afektif maka akan terdapat
peningkatan minat belajar bahasa Inggris

141

Kajian Linguistik dan Sastra, Vol 27, No 2, Desember 2015, 134-142

siswa kelas X IIS 2 Madrasah Aliyah Negeri
Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015
setelah diterapkan pembelajaran model

siklus belajar dengan metode pendekatan
Scientific melalui media gambar berseri
(picture series)

DAFTAR PUSTAKA
Hakim, L. 1996. Metodologi Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.
Handayanto, S. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Malang: UM.
Moleong, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualiatif. Bandung: PT. Remaja Roskarya.
Prayitno, E. 1989. Motivasi dalam Belajar. DEPDIKBUD: Jakarta.
Purwanto, M.N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Roskadkarya.
Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Panduan Bagi Guru dan
Siswa. Jakarta: Rajawali.
Semiawan, Conny dkk. 1990. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana mengaktifkan
siswa dalam belajar. Jakarta: Gramedia.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Winkel, W.S. 1998. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Gramedia.
Wiriatmaja Prof. Dr. Rochiati, 2006, Metode Penelitian Tindakan Kelas, P.T. Remaja
Rosdakarya, Bandung.

142