Ilmu Perpustakaan dan Informasi docx

Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Library & Information Science/Library& Information
Studies)
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi serta dinamika masyarakat berimbas pada
sebutan dan kajian lmu Perpustakaan. Bila dahulu disebut Ilmu Perpustakaan kini nama tersebut
berubah menjadi Ilmu Perpustakaan dan Informasi (disingkat IP&I). Bila dikaitkan dengan
ontologi timbul pertanyaan apakah objeknya berubah dari Ilmu Perpustakaan atau tidak.
Pengertian informasi memiliki konotasi yang berbeda-beda, misalnya dalam biologi akan
berbeda dengan manajemen. Informasi tidak memiliki arti yang universal, namun umumnya
membawa konotasi data yang dinilai, divalidasi atau berguna. Makalah ini mengambil
pembagian Saracevic (1999) menyangkut arti informasi karena pembahasannya jelas.
Pembahasan objek IP&I dapat menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan definisi dan
pendekatan objek. Berbagai kamus serta pengarang memberikan definisi ilmu informasi. Kamus
seperti Webster mengatakan bahwa ilmu informasi adalah ilmu yang berhubungan dengan
pengumpulan, penyimpanan dan temu balik infromasi secara efisien. Sebagai contoh Harrod’s
glossary of library terms menyatakan
Information science as the study of information, its sources and development, usually taken to
refer to the role of scientific, industrial and specified libraries and information units in the
handling and dissemination of information
American Society for Information Science (ASIS) memberi definisi sebagai berikut.
Information science is concerned with the generation, collection, organization, interpretation,
storage, retrieval, dissemination, transformation and use of information, with particular

emphasis on the application of modern technology in these areas. As a discipline it seeks to
create and structure a body of scientific, technological and systems knowledge related to the
transfer of information. It has both pure science (theorical components) which inquire into the
subject without regard to application and applied science (practical components) which
develops services and products.
Orientasi utama ilmu informasi ialah cantuman pengetahuan manusia sebagai objek yang
memuat isi dalam segala bentuk, media dan format. Cantuman tersebut dapat disebut dokumen
maupun literatur. Mungkin tepat yang dikatakan White dan McCain (1997, 1998) :
The proper study of information science is the interface between people and literature…
[Information ascience addresses] modeling the world of publication with a practical goal of
being able to deliver their content to inquireres on demand. . . While many scientists seek to
understand communication between persons, information seek to understand communication
between persons and certain valued surrogates for persons that literature comprises.
Ilmu informasi terbatas pada literatur yang memuat informasi serta teknik dan sistem yang
berkaitan dengan penyediaan akses yang efektif ke serta penggunaan literatur. Hal itu berarti

bahwa ilmu informasi tidak berhubungan dengan sistem informasi yang dibayangkan umum
seperti sistem informasi gaji, inventaris, pengolahan data, tiket penerbangan dll
Pendekatan definisi tidak selalu menghasilkan penjelasan yang memuaskan karena tidak semua
objek dapat didefinisikan dengan baik mislanya kesehatan, listrik, kakas dab (Saracevic, 1999).

Maka digunakan pendekatan objek, dalam hal ini objek kinaji atau yang dikaji adalah informasi.
Informasi dalam arti sempit
Dalam arti sempit informasi ditafsirkan dalam arti sinyal atau berita yang tidak mencakup
pengolahan kognitif ataupun bila, pengolahan ditafsirkan dalam algoritma dan probabilitas.
Pengertian semacam itu dikemukakan oleh Shannon (1948)
Informasi = H = -∑ p1 . log p1. < 1 = i < = n
di mana informasi dirumuskan dalam istilah matematika. Untuk sebuah sistem dengan pesan n di
mana p1 = probabilitas dari pesan i, sedangkan H = artinya jumlah bita (byte) informasi dalam
sebuah sistem yang terdiri dari pesan n dengan probabilitas p1 masing-masing maka isi
informasi H adalah ukuran informasi dalam pengertian Shannon dalam sebuah sistem pesan.
Dalam bidang Informetrika, hal itu dikembangkan lagi oleh Brillouin (1962) menyangkut
probabilitas huruf dalam sebuah bahasa. Kajian menyangkut probabilitas huruf dalam sebuah
aksara, masing-masing bahasa memiliki probabilitas huruf yang berlainan. Contoh probabilitas
huruf dalam bahasa Inggris:
Huruf
Spasi
E
T

Probabilitas

0.2
0.105
0.072

-log10p
0.899
0.979
11.43 dan
seterusnya

Sumber: Brillouin (1962)
Pendekatan ini tidak diterima oleh ilmu informasi karena pengertian informasi yang sangat
sempit. Karena itu kita beranjak ke pengertian yang lebih luas.
Informasi dalam arti lebih luas
Informasi diperlakukan langsung mencakup pengolahan dan pemahaman kognitif. Hal itu
berasal dari interaksi antara dua struktur kognitif yaitu pikiran dan teks. Informasi adalah
sesuatu yang mempengaruhi atau mengubah status pikiran. Dalam konteks ilmu informasi,
informasi disalurkan melalui media teks, dokumen atau cantuman artinya apa yang dipahami
seorang pembaca dari teks atau dokumen. Ada yang mengatakan informasi dalam arti luas
mencakup juga tanda (sign), sinyal dan simbol.

Ada yang mencoba memahami informasi dalam rangkaian informasi sebagai berikut :

Peristiwa data -> Informasi -> Pengetahuan -> Kearifan
Di sini data dalam konteks berubahmenjadi informasi. Maka BH 48 akan berarti nomor mobil di
provinsi Jambi atau dalam konteks asesori, BH bermakna ukuran asesori wanita. Pendapat lain
dikemukakan oleh Foskett(1996) mengutip Concise Oxford Dictionary dan Macquarie
Dictionary mengatakan

Pendekatan ini dirasakan belum cukup bagi ilmuperpustakaan dan informasi.
Informasi dalam arti paling luas
Informasi diperlakukan dalam konteks, artinya informasi tidak hanya bermakna berita yang
diolah secara kognitif melainkan juga dikaitkan dalam konteks seperti dalam konteks situasi,
tugas, masalah yang dihadapi dll. Contoh arti paling luas ialah menggunakan informasi yang
telah diolah untuk menyelesaikan sebuah tugas.
Saracevic mengatakan informasi dalam pengertian ketiga yang akan digunakan dalam ilmu
informasi karena informasi digunakan dalam konteks, misalnya dalam temu balik informasi. Hal
serupa juga dikemukakan oleh Wersig dan Neveling (1975) serta Belkin dan Robertson (1976).
Masalah yang dihadapi IlmuInformasi terbagi atas dua hal yaitu masalah umum dan khusus. Ada
pun masalah umum ialah masalah berkaitan dengan keperluan dan penggunaan informasi yang
menyertakan rekaman atau cantuman pengetahuan yang bermuara ke teknik, prosedur, dan

sistem informasi. Cantuman pengetahuan manusia ini sering disebut literatur (lazimnya
digunakan di lingkungan ilmu pengetahuan budaya) atau dokumen (ilmu pengetahuan alam)
sebagai objek yang mengandung isi dengan tidak memandang bentuk maupun medianya
Menyangkut masalah masalah khusus, Saracevic menyebutkannya sebagai berikut :


Temu baik eksperimental



Analisis sitiran



Temu balik praktis



Teori umum sistem perpustakaan termasuk otomasi perpustakaan




Komunikasi ilmu pengetahuan (dalam arti luas)



Kajian dan teori pemakai



Online Public Access Catalogue (OPAC)



Ide yang berasal dari disiplin lain seperti ilmu kognitif, teori informasi, ilmu komputer



Teori pengindeksan




Teori sitasi



Teori komunikasi

Penulis Hawkins mengemukakan peta ilmu informasi dan ilmu perpustakaan sebagai berikut :
Ilmu Informasi & Perpustakaan (Information & Library Science)
Sebenarnya tidak terdapat perubahan hakiki, hanya saja mata kuliah yang berkaitan dengan
informasi lebih ditamakan. Perguruan tinggi yang menggunakan pola ini antara lain ialah U
North Carolina in Chapel Hill, U Kolkata (1998). Pada bentuk ini terdapat dua kubu yang
bertentangan (Berry, 1998) Kubu prtama berpegang teguh pada hubungan tradisional antara
program kegiatan dan perpustakaan sebagai lembaga. Kubu ini mendorong pengajaran teknologi
baru namun tetap terkait dengan perpustakaan serta konteks social danpolitik tempat teknologi
dan informasi berlangsung. Mereka melihat manajemen sector public dan infromasi sebagai
benda public ekonomi, tidak semata-mata sebavgai komoditas pasar.
Kubu kedua pada tingkat paling ekstrim memuja millennium baru, di dalamnya kemajuan
komputer, web, net dan telekomunikasi menggantikan institusi dan teknologi yang lebih tua yang

brgerak dalam pertukaran informasi. Informasi merupakan komoditas, semua program dan
mekanisme pertukaran komoditas sepenuhnya didorong oleh perubahan teknologi dan kekuatan
pasar bebas (Berry, 1998), Tujuannya teknologi informasi yang baru serta mendidik spesialis
informasi bukan pustakawan. Kubu kedua ini kemudian pindah ke program yang disebut
Information studies atau kajian informasi.
Kajian informasi (Information Studies)
Nama ini digunakan di UCLA, Syracuse U, Sheffield. Dalam kajian informasi, Wilson
mengusulkan 4 bidang dasar kajian informasi yaitu (1) muatan/isi/konten informasi; (2) system
informasi; (3) manusia/orang dan (4) organisasi (Wilson,2001). Dari empat bidang tersebut
dikembangkan kurikulum yang merupakan irisan antara bidang, misalnya A Information Content,
B Information System C People, lalu CA orang yang berinteraksi dengan isi; membaca,
penggunaan informasi, pembelajaran dsb.
iSchools
Bidang informasi merupakan bidang yang berkembang pesat. Profesional informasi (tidak selalu
pustakawan) diperlukan karena tuntutan masyarakat dan dunia bisnis dalam era digital.
Pada ischool, kajian informasi merupakan kajian interdisipliner yang dipasok oleh berbagai
bidang. Kepustakawanan dan ilmu computer secara historsi merupakan penyumbang utama,
namun kini informasi juga dikaji oleh berbagai bidang seperti pendidikan, psikologi, antroplogi,

bisnis, jurnalisme. Hampir semua disiplin yang mengkaji informasi berasal dari bidang ilmu

pengetahuan social sehingga dapat dikatakan IP&I atau II&P kini bergerak kea rah ilmu
pengetahuan sosial.
Kajian informasi terfokus pada irisan informasi, teknologi dan manusia, yang mensyaratkan
pendekatan interdisipliner yang luas terhadap fenomena informasi, hubungan antara informasi
dengan teknologi dan manusia serta hubungan denganaspek lain dari kebudayaan dan usaha
maanusia. Sifat informasi yang ada di mana-mana dalam usaha manusia memunayi imbas bahwa
bidang informasi berdampak pada semua bidang ilmu pengetahuan dan semua aspek budaya.
Organisasi iSchools didirikan pada tahun 2005 oleh sekelompok information schoolsdengan
tujua memajukan informasi pada abad 21. Lembaga penddiikan informasi tersebut ada yang
merupakan lembaga yang baru dibentuk atau bermula dari program yang terpusat pada bidang
spesifik seperti teknologi informasi, ilmu perpustakaan, informatika, dan ilmu informasi. Setiap
lembaga pendidikan informasi memiliki kekkhasan dan spesialisasi, bersaama-sama lemabaga
tersebut berbagi minat fundamental dalam hubungan antara informasi, manusia dan teknologi.
iSchools mendorong pendekatan antardisipliner dalam memahami peluang dan tantangan
manajemen infomasi (dalam arti luas), dengan komitmen ke konsep seperti akses universal dan
pengorganisasian informasi yang terpusat atau berorientasi pafa pemakai. Bidang ini secara luas
bertautan dengan masalah desain dan preservasi informasi lintas ruang informasi, dari ruang
maya dan digital seperti komunitas sambung jaring (online0) jaringan sosial, World Wide Web
(Waring Wera Wanua) , pangkalan data sampai dengan ruang fisik seperti perpustakaan,
museum, koleksi dan repositori lainnya. Bila digambar nampak sebagai berikut:


Karena pendekatan interdisipliner tersebut, maka matakuliah yang diberikan bervariasi seperti
arsitektur informasi, desain, kebjakan informasi dan ekonomi informasi; manajemen
pengetahuan, desain pengalaman pemakai, dan ketergunaan (usability); preservasi dan
konservasi; kepustakawanan dan administrasi perpustakaan; sosiologi informasi; interaksi
manusia dengan komputer dan ilmu komputer.
Hal yang harus dimiliki calon profesional informasi
Keahlian yang harus dimiliki calon profesional informasi adalah kemampuan kebahasaan,
kemampuan keilmuan, kemampuan Teknologi Informasi dan perilaku ingin tahu serta membaca.


Kompetensi kebahasaan

Kemampuan kebahasaan mencakup sedikit-dikitnya Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Bahasa Indonesia dalam konteks kompetensi bermakna mampubertutur dan menulis dengan baik
dan benar, sedangkan untuk bahasa Inggris diharapkan mampu membaca dan menulis
(sederhana) dalam bahasa Inggris.




Kompetensi keilmuan

Karena IP&I berada di bawah naungan fakultas yang berbeda maka perlu ada kesepakatan di
antara pengelola menyangkut kurikulum yang disepakati bersama (untuk kemudahan sebut saja
kurikulum ”nasional”). Kompetensi keilmuan diciptakan oleh mata kuliah yang diberikan oleh
program studi/jurusan/departemen


Kompetensi teknologi

Di sini dituntut kemampuan mendayagunakan TI untuk kepentingan lembaga serta untuk
kepentingan pustakawan.


Perilaku lain.

Profesional informasi dituntut untuk memiliki rasa ingin tahu yang dipenuhi dari bacaan profesi.
Maka profesional informasi dituntut suka membaca. Hal tersebut juga disebutkan dalam
kompetensi perpustakaan sekolah

Apa yang dimaksud dengan perpustakaan digital?
Perpustakaan digital disebut juga dengan perpustakaan elektronik, perpustakaan hyper,
perpustakaan cyber, perpustakaan maya, atau perpustakaan tanpa dinding/ library without wall.
Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi
yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital. Layanan ini
diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi seperti
dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat.
Perpustakaan digital tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain dan
pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital
tidaklah terbatas pada dokumen elektronik pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup koleksinya

malah sampai pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Koleksi
menekankan pada isi informasi, jenisnya dari dokumen tradisional sampai hasil penelusuran.
Perpustakaan ini melayani mesin, manajer informasi, dan pemakai informasi. Semuanya ini demi
mendukung manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan bantuan penelusuran informasi.
2. 2. Apakah manfaat dan tujuan diadakannya perpustakaan digital?
Manfaat:
a. Pertukaran informasi berjalan sangat cepat dengan penggunaan jasa internet, sehingga sumbersumber informasi pada perpustakaan digital tersedia dalam kondisi yang selalu baru.
b. Bagi pengguna informasi, adanya perpustakaan digital ini dapat menghemat waktu,
menghemat tenaga, menghemat tempat, menghemat biaya, memperoleh informasi yang paling
baru dan cepat, memperudah akses informasi dari berbagai sumber, memberikan solusi secara
mudah untuk memindah dan mengubah bentuk informasi untuk berbagai kepentingan.
c. Bagi perpustakaan dan pustakawan, manfaatnya adalah dapat menghemat anggaran,
memperingan pekerjaan,meningkatkan layanan, menghemat ruangan/tempat, menumbuhkan rasa
bangga, menghemat sumber daya manusia, menghemat waktu, dan dapat meningkatkan citra
perpustakaan.
Tujuan :
a. Untuk melancarkan pengembangan yang sistematis tentang cara mengumpulkan, menyimpan,
dan mengorganisasi informasi dan pengetahuan dalam format digital.
b. Untuk mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor.
c. Untuk mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber
penelitian dan jaringan komunikasi.
d. Untuk memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan, pemerintah,
dan lingkungan pendidikan.
e. Untuk mengadakan peran kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan
penyebaran pengetahuan ke dalam wilayah strategis yang penting.
f. Untuk memperbesar kesempatan belajar sepanjang hayat.
3. 3. Apakah keunggulan dan kelemahan perpustakaan digital itu?
Keunggulan :
a. Long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan
sepuasnya, kapanpun dan dimanapun.

b. Akses yang mudah. Akses perpustakaan digital lebih mudah dibanding dengan perpustakaan
konvensional, karena pengguna tidak perlu dipusingkan dengan mencari di katalog dengan waktu
yang lama.
c. Murah (cost effective). Perpustakaan digital tidak memerlukan banyak biaya. Mendigitalkan
koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan dengan membeli buku.
d. Mencegah duplikasi dan plagiat. Perpustakaan digital lebih “aman”, sehingga tidak akan
mudah untuh diplagiat. Bila penyimpanan koleksi perpustakaan menggunakan format PDF,
koleksi perpustakaan hanya bisa dibaca oleh pengguna, tanpa bisa mengeditnya.
e. Publikasi karya secara global. Dengan adanya perpustakaan digital, karya-karya dapat
dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet.
Kelemahan :
a. Tidak semua pengarang mengizinkan karyanya didigitalkan. Pastinya, pengarang akan berpikir
tentang royalti yang akan diterima bila karyanya didigitalkan.
b. Masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi. Apalagi, bila perpustakaan
digital ini dikembangkan dalam perpustakaan di pedesaan.
c. Masih sedikit pustakawan yang belum mengerti tentang tata cara mendigitalkan koleksi
perpustakaan. Itu artinya butuh sosialisasi dan penyuluhan tentang perpustakaan digital.
d. Undang-Undang Hak cipta (Copy Right) : dalam hukum hak cipta masalah transfer dokumen
lewat jaringan komputer belum didefinisikan dengan jelas, masalah ini masih jadi perdebatan
dalam proses pengembangan perpustakaan digital.
e. Pengguna masih banyak yang lebih menyukai membaca teks tercetak daripada teks elektronik.
f. Proses digitalisasi dokumen, membutuhkan waktu yang cukup lama, dibutuhkan keterampilan
dan ketekunan dalam mengembangkan dan memelihara koleksi digital.
g. Jika terjadi pemadaman listrik, perpustakaan digital yang tidak mempunyai jenset, tidak dapat
beroperasi.
h. Pengunjung perpustakaan menjadi berkurang. Jika semua pengguna mengakses perpustakaan
digital dari rumah masing-masing ataupun dari warnet, maka pengunjung perpustakaan akan
berkurang karena dengan mengunjungi perpustakaan digital, pengguna tidak merasa perlu
mengunjungi perpustakaan secara fisik, tapi dapat mengunjungi perpustakaan dengan cara
online.
4. 4. Menurut pendapat saudara, solusi terkait dengan kelemahan dari perpustakaan
digital itu apa?

a. Membuat Undang-Undang tentang sebuah karya yang didigitalkan. Sehingga pengarang akan
lebih aman mempublikasikan karyanya di perpustakaan digital.
b. Mengembangkan ilmu pengetahuan maupun teknologi yang terus berkembang dengan
melakukan sosialisasi di berbagai pelosok daerah.
c. Melaksanakan sosialisasi dan penyuluhan tentang perpustakaan digital kepada pustakawan.
d. Meningkatkan pelayanan dan pengolahan data digital di perpustakaan.
e. Sarana dan prasarana di perpustakaan lebih ditingkatkan untuk mencapai pelayanan yang baik.
f. Melalukan promosi perpustakaan kepada masyarakat.
Prospek Kerja:
Hampir tidak satu pun lembaga, instansi maupun perusahaan yang tidak memiliki data,
dokumen, arsip maupun berbagai jenis sumber informasi lainnya yang harus mereka kelola
secara profesional. Oleh karena itu, lulusan dari program studi ini dapat bekerja dan berkiprah
secara profesional hampir di tiap lembaga, instansi pemerintah maupun perusahaan swasta
sebagai ahli informasi, ahli dokumentasi, pustakawan, arsiparis maupun sebutan profesi lainnya
dalam bidang informasi. Berbagai jenis perpustakaan mulai dari perpustakaan nasional,
perpustakaan umum tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, perpustakaan sekolah,
perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus pada berbagai instansi pemerintah
maupun swasta merupakan lapangan kerja bagi lulusan program studi ini. Selain itu, lulusan dari
program studi ini dapat juga membuka lapangan usaha sebagai wiraswasta dalam bidang
informasi seperti konsultan informasi, konsultan perpustakaan, perusahaan jasa pengelolaan dan
penyimpanan arsip dan dokumen, jasa pembuatan paket-paket informasi, dan berbagai jasa
informasi lainnya.

PERANAN PERPUSTAKAAN
Peran perpustakaan sangatlah penting bagi dunia pendidikan, sehingga semua pendidikan formal
mempunyai perpustakaan. Kerena perpustakaan merupakan jantung dunia pendidikan, tidak
hanya itu perpustakaan dapat mengajarkan siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar dan
mampu memberi motivasi kepada siswa. (Pasal 1 UU RI No. 20 th. 2003) dinyatakann bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif

4 mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penghendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Secara garis besarnya tugas perpustakaan adalah sebagai berikut:
1.
Mengumpulkan, menyimpan dan menyediakan informasi dalam bentuk tercetak ataupun dalam
bentuk elektronik dan multimedia kepada pemakai. 2.
Menyediakan informasi yang dapat diakseslewat internet, namun harus pula menyediakan
peraturan-peraturan yang dapat melindungi kepentingan perpustakaan dan keamanan informasi
tersebut. 3.
Terus memperhatikan kemajuan zaman dan kemajuan teknologi agar keinginan masyarakat
dalam mengakses informasi dapat terpenuhi. 4.
Harus mampu menjadi jembatan penyediai informasi pada masa lalu, massa kini dan masa
depan. 5.
Perpustakaan harus terus mencari jalan agar tetap tanggap secara efektif dan inovatif terhadap
lingkungan yang beragan dalam memenuhi harapan pengguna. Setiap perpustakaan dapat
mempertahankan eksistensinya apabila dapat menjalankan peranannya. Secara umum peran

peran yang dapat dilakukan adalah : a)
Menjadi media antara pemakai dengan koleksi sebagai sumber informasi pengetahuan. b)
Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca serta pembangkit kesadaran
pentingnya belajar sepanjang hayat. c)
Mengembangkan komunikasi antara pemakai dan atau dengan penyelenggara sehingga tercipta
kolaborasi, sharing pengetahuan maupun komunikasi ilmiah lainnya. d)
Motivator, mediator dan fasilitator bagi pemakai dalam usaha mencari, memanfaatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. e)
Berperan sebagai agen perubah, pembangunan dan kebudayaan manusia.

Managing Library Collections
Salah satu dari sekian unsur perpustakaan adalah koleksi/bahan pustaka. Koleksi/bahan pustaka
menjadi salahsatu unsur yang sangat penting dan sangat menentukan eksistensi perpustakaan di
tengah masyarakatnya. Koleksi/bahan pustaka akan mampu menarik perhatian masyarakat untuk
memanfaatkannya apabila koleksi/bahan pustaka tersebut berkualitas, sesuai kebutuhan dan
tersedianya sarana akses terhadap koleksi/bahan pustaka tersebut. Koleksi/bahan pustaka
merupakan inti dan jiwa perpustakaan dalam mengemban tugasnya sebagai penyedia jasa

informasi. Namun perlu diingat bahwa, kekuatan koleksi cetak sekarang bukanlah sesuatu yang
boleh dikatakan wah, karena koleksi/bahan pustaka cetak akan mempersempit gedung
perpustakaan yang ada. Oleh karena itu, bisa jadi koleksi/bahan pustaka cetak lambat-laun akan
tergantikan atau disandingkan oleh koleksi digital. Koleksi/bahan pustaka yang baik tentunya
koleksi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakainya, penyediaan koleksi/bahan
pustaka akan menjadi baik apabila dilakukan dengan pengadaan yang baik pula dengan
melibatkan beberapa unsur yang terkait dan melalui pengorganisasian yang
10 baik pula. Salahsatu pengorganisasian koleksi/bahan pustaka adalah penyajian.
Koleksi/bahan pustaka yang tersaji, setelah melalui pengolahan, harus disediakan alat aksesnya
untuk memberi kesempatan pengguna mengakses koleksi/bahan pustaka tersebut. Di samping,
perlu dilakukan pemeliharaan terhadap koleksi, baik secara fisik maupun informasii yang
terkandung di dalamnya. Pemeliharaan koleksi, yang salah satu usahanya adalah konservasi,
tidak saja ditujukan pada koleksi yang sudah tua dan rusak saja, tetapi juga pada koleksi yang
baru. Berikut prinsip-prinsip konservasi yang dikutip oleh Purwono dalam
Buku Materi Pokok: Dasar-dasar Dokumentasi
(2009) dari Code of Ethics and Guideline for conservation Pratice (1986): 1)
Preservation of deterioration:
tindakan untuk melindungi benda budaya termasuk bahan pustaka dengan mengendalikan
kondisi lingkungan, melindungi dari faktor perusak lainnya, termasuk salah penanganan. 2)
Preservation:
penanganan yang berhubungan langsung dengan benda. Kerusakan oleh udara lembab, faktor
kimiawi, serangga, mikroorganisme harus dihentikan termasuk untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut. 3)
Consulidation:
memperkuat benda yang sudah rapuh dengan jalan memberi perekat atau bahan penguat. 4)
Restoration:
memperbaiki koleksi yang telah rusak dengan jalan menambal, menyambung, memperbaiki
jilidan yang rusak dan mengganti bagian yang hilang bentuknya mendekati keadaan semula. 5)
Reproduction:
membuat ganda dari benda asli, termasuk membuat mikrofilm, mikrofis, foto repro, fotokopi.
4.
Managing Facilities
Pengelolaan fasilitas/peralatan peralatan perpustakaan meliputi: perencanaan, pengadaan,
perbaikan dan pemeliharaan fasilitas. Di dalam perencanaan meliputi perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas/peralatan yang
dimiliki oleh perpustakaan. Dimungkinkan perpustakaan PT membentuk devisi pengelolaan
fasilitas/peralatan yang bertanggung jawab kepada kepala / manajer perpustakaan. Untuk
fasilitas/peralatan perpustakaan yang ada dan masih memiliki nilai layak pakai perlu dilakukan

perawatan secara periodik guna memastikan kenyamanan bila dipakai. Desain ulang perabot dan
gedung/ruang perlu dilakukan untuk memenuhi gaya belajar mahasiswa masa kini. Perpustakaan
harus memikirkan untuk memfasilitasi masyarakat penggunanya dengan berbagai ruang untuk
konsultasi, kolaborasi, dan instruksi guna mendorong kebutuhan belajar yang bervariasi. Tren
desain gedung/ruang perpustakaan saat ini memiliki nilai-nilai arsitistik, bisa jadi ruang seperti
bar, rumah-makan cepat saji, atau ruang-ruang pertemuan di hotel. Hal ini dimaksudkan agar
perpustakaan menjadi tempat yang nyaman untuk bekerja dan belajar, serta memberikan
kemudahan akses.
5.
Managing Library System (IT)
Keberadaan teknologi informasi (TI) perpustakaan adalah keharusan. Dengan TI akan dapat
menjadi salah satu tolok ukur bahwa, perpustakaan itu berkembang dan mengikuti kemajuan
jamannya. Pengelolaan dari Managing Library System TI ini lebih fokus kepada: a.
TI yang terintergrasi. Teknologi informasi yang terintegrasi menjadi tumpuan dalam pengelolaan
perpustakaan sekaligus memberikan nilai prestise - tidak hanya perpustakaan, tetapi bagi
institusi induknya dan memberikan kemudahan dan kecepatan pemenuhan informasi. Integrasi
otomasi perpustakaan, perpustakaan digital, administrasi akademik dan Pangkalan Data
Perguruan Tinggi (PDPT) merupakan salahsatu contoh dari penerapan teknologi yang
terintegrasi. b.
TI yang terbarukan. Perangkat lunak dan keras perlu diperbarui dan divariasikan sesuai dengan
perkembangan TI dan tuntutan kebutuhan.
6.
Managing Services
12 Mutu layanan perlu secara terus menerus ditingkatkan. Prinsip pelayanan adalah
mengutamakan masyarakat yang dilayani. Dengan menerapkan prinsip tersebut akan mengubah
sikap staf terhadap masyarakat yang dilayaninya. Dengan perubahan sikap staf, tentunya akan
meningkatkan citra terhadap perpustakaan dan stafnya. Oleh karenanya, perpustakaan harus: a.
Menetapkan kebijakan, prosedur dan pelaksanaannya. Perpustakaan perlu memiliki peraturan
baku tentang layanan. Rekonstruksi peraturan perpustakaan perlu dilakukan dan seyogyanya
melibatkan seluruh pengelola perpustakaan. b.
Mengkaji lingkungan. Pengkajian lingkungan, terutama terhadap pemustaka, untuk memastikan
apa yang diharapkan dan dibutuhkan dari perpustakaan. Dengan demikian akan terjadi
kesamaan persepsi antara pengelola perpustakaan dan masyarakat penggunanya. c.
Memperluas layanan dengan penyediakan makerspaces (penyediaan ruang, mesin dan perangkat
lunak di mana pengunjung perpustakaan dapat membuat sesuatu) di perpustakaan, jika perlu
mengembangkan
mobile reference service
. d.

Promosi dan pemasaran. Promosi dan pemasaran perlu diprogramkan dan diimplementasikan
guna memperikan informasi pada yang sudah, sedang dan akan dilakukan serta apa yang ada di
perpustakaan.

TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN
Berdasar kutipan Lien, Diao Ai, Transformasi adalah perubahan yang bersifat
struktural, secara bertahap, total, dantidak bisa dikembalikan lagi ke bentuk semula (irreversible)
(Danabalan, 1999). Transformasi mutlak perlu dilakukan dalam sebuah perpustakaan untuk
menyesuikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat.
Perpustakaan sebagai sumber informasi harus mampu berkembang mengikuti

tantangan

perubahan peradaban teknologi yang semakin modern mengikuti dinamika zaman.
"Leadership..., like swimming, cannot be learnt by reading about it," kata Harkrisyati Kamil,
Presiden Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) mengutip perkataan
Henry Mintzberg, ketika menggambarkan peran sentral seorang pemimpin dalam menggiring
perpustakaan konvensional untuk bertransformasi.
Pendapat mantan kepala perpustakaan British Council Jakarta itu juga di setujui oleh
Blasius Sudarsono, pustakawan senior di Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) yang hadir dalam pelatihan pada Pelatihan
Kepemimpinan Manajemen Perpustakaan yang diselenggarakan Klub Perpustakaan Indonesia di
Bogor, 14-16 Oktober.
Hal ini merupakan tantangan sebuah perpustakaan untuk dapat mengambil peran yang
lebih kompleks dan multifungsi juga sebagai agen perubahan (agent of change). Endang
Fatmawati(2010:16) dalam buku The Art of Library mengatakan bahwa posisi perpustakaan
sebagai agen perubahan (agent of change)dan pusat pembudayaan manusia sangat dipengaruhi
oleh 4 (empat) factor penting yaitu pengelola perpustakaan (SDM), sumber informasi ,para

pengguna (users) dan biaya. Poin pertama ini sepaham dengan ungkapan Harkrisyati
Kamil(Presiden Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia) yang menyatakan
bahwa perpustakaan yang bertransformasi, harusnya mempersipakan sumberdaya manusianya
menjadi sumberdaya yang "multitasking" alias memiliki segenap keahlian dan siap menjadi agen
perubahan.
Pada konsep materi mata kuliah kapita selekta membahas bahwa transformasi yang
harus dilakukan oleh perpustakaan meliputi:
1).transformasi pemustaka,
2).tranformasi .layanan
3) tranformasi fasilitas TIK
4). SDM
5).fungsi dan nilai tambah.
Akan tetapi, Lien, Diao Ai., (2004) hanya menekankan bahwa Transformasi yang
wajib dilakukan hanya meliputi 3 (tiga) garis besar yaitu transformasi fungsi, transformasi
fasilitas dan transformasi pustakawan.
Untuk mempermudah pemahaman tentang tranformasi fungsi sebuah perpustakaan,
Lien, Diao Ai membandingkan fungsi dari sebuah perpustakaan dalam sebuah tabel yang
memeperlihatkan perubahan fungsi dari sebuah perpustakaan sebelum dan sesudah era internet.
Sebelum internet

Sesudah internet

Memberikan multi-entry service atau
pelayanan yang terpisah untuk
pengadaan, pengolahan, transaksi
peminjaman, referensi, dsb
Mengumpulkan informasi dan
pengetahuan (umumnya tercetak) secara
lokal

Menyediakan one-stop service:
multifunctional
librarians serving multi-tasking
customers
Mengkoleksi dan menyediakan akses ke
informasi dan pengetahuan serta
sumbersumbernya
yang tersebar di seluruh dunia,
dalam multi-format (termasuk tacit)
Menambah nilai pada informasi dan
pengetahuan (adding value)
Melayani individu atau kelompok sebagai
anggota jaringan

Menjaga koleksi dan akses informasi dan
pengetahuan
Melayani individu atau kelompok tanpa
melihat potensi hubungannya dengan
individu atau kelompok lain
Memberikan pelayanan di tempat (on site)
dan sebatas jam pelayanan
Manajemen informasi: memberikan

Memberikan pelayanan on-line 24 jam
Manajemen pengetahuan: memberikan

pelayanan sebatas akses informasi dan
pengetahuan
Manajemen
Memberikan pendidikan pemakai sebatas
mengenai pemanfaatan perpustakaan
(library skills and literacy)

pelayanan bervariasi dan dinamis meliputi
seluruh siklus pengetahuan (mulai dari
penciptaan, perekaman dan publikasi,
penyebaran, penggunaan, dan penciptaan
kembali, pengetahuan)
Meningkatkan information skills and
literacy sedemikian rupa sehingga
pengguna dapat memanfaatkan TIK untuk
mengakses dan memanfaatkan informasi
secara kritis; serta merekam
mempublikasi atau share, pengetahuan
dengan efisien.

Masih menurut Lien, Diao Ai(2004) ,untuk menjalankan fungsi baru tersebut maka,
perpustakaan

haruslah

melakuakan

tranformasi

fasilalitas,

yaitu

perpustakaan

harus

mengembangkan fasilitas yang lebih dari sekedar perpustakaan digital, yang menggunakan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mengitegrasikan perpustakaan dengan
penggunanya yang ditunjang dengan fasilitas gedung yang memadai.
Harkrisyati Kamil( Presiden Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Indonesia) juga sependapat bahwa Transformasi perpustakaan itu tidak terlepas dari peran
teknologi, teknologi bukanlah semata-mata mesin, karena juga mengandung pengetahuan dan
keterampilan menggunakan alat atau mesin tersebut. Selain itu teknologi bersinggungan dengan
aspek budaya dan aspek organisasion untuk menjadi sebuah kegiatan yang terus-menerus dan
meluas.
Lien, Diao Ai menjelaskan transformasi ketiga yang harus dilakukan perpustakaan
adalah transformasi pustakawan. Dia mengutip bahwa pustakawa yang di butuhkan di era digital
ini adalah :
“Holistic librarians with a broad range of competencies and skills are an emergingprerequisite
in academic libraries, especially in technology-oriented roles.” (Dupuis &Ryan (2002, h5)
“New librarians will come from other backgrounds, and the emphasis will be on
leadership, connectivity, innovation and creativity – making new and powerful
connections increasingly on an individual basis between people and their knowledge
needs.” (Kempster, 1999, h.201).
Untuk melengkapi konsep transformasi dibidang perpustakaan maka perlu
ditambahkan hal penting mengenai tranformasi di bidang layanan, untuk melihat sejauh mana

kinerja sebuah perpustakaan sudah berhasil melaksanakan tugasnya memberikan layanan jasa
informasi kepada pengguna, menurut Sutoyo (2001: 132) setidaknya dapat dilihat dari 3 (tiga)
tolok ukur : kelengkapan koleksi, penelusuran informasi, dan kualitas informasi yang disajikan .
Transformasi lain yang yang dilakaukan perpustakaan adalah transformasi pemustaka,
karena pemustaka merupakan aset terpenting yang menunjang keberlangsungan sebuah
perpustakaan.Sebuah perpustakaan yang memiliki koleksi yang lengkap dan layanan beragam
tidak akan bermanfaat jika pemustaka itu sendiri belum memiliki

kesadaran untuk

mendayagunakan perpustakaan. Maka dari itu perpustakaan harus melakukan transformasi
merubah paradigma masyarakat yang memandang perpustakaan hanyalah sebuah gedung tua
yang berisikan koleksi buku-buku usang dan berdebu,dijaga oleh penjaga yang berpenampilan
monoton dan berkacamata tebal. Zaman sudah berubah, dunia perpustakaan sudah mengalami
kemajuan, pihak internal perpustaan sudah berbenah diri,sekarang tugas perpustakaan adalah
membuat masyarakat untuk melek literasi informasi. Endang Fatmawati (2010:26) dalam buku
The Art of Library mengatakan bahwa jika masyarakat sebagai pengguna perpustakaan,sudah
melek lierasi informasi, maka berbagai informasi yang melimpah tersebut akan menjadi
sumberdaya yang bermanfaat.

Apa itu Ilmu Perpustakaan dan Informasi?
Saat mendengar ilmu perpustakaan pasti dalam pikiran kita terbayang sebuah ruangan berisi
penuh buku dan sepi. Tapi bayangan itu pasti akan berubah ketika kita tahu apa saja yang kita
pelajari disini.
Materi yang dipelajari di Ilmu Perpustakaan adalah ilmu interdisipliner dari ilmu manajemen,
teknologi informasi, komunikasi, metadata, pendidikan dan ilmu-ilmu lain yang berhubungan
dengan penataan koleksi, peng-organisasian, pelestarian, dan penyebarluasan sumber informasi.
Jadi mata kuliah yang kita pelajari nggak monoton dan selalu up-to-date dengan perkembangan
zaman sesuai dengan teknologi informasi terkini.
Prospek Lulusan
Jadi lulusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi nggak usah takut nganggur. Jangankan nganggur,
belum lulus saja sudah banyak tawaran untuk kerja disana-sini. Makanya nggak heran ada

beberapa mahasiswa ilmu perpustakaan yang keasyikan kerja sampe lupa skripsi.
Banyak sekali bidang-bidang keahlian yang nantinya akan kita kuasai ketika lulus dari jurusan
ini. Maka dari itu prospek kerja lulusan Jurusan ini sangat beragam dan banyak dibutuhkan di
instansi pemerintah, swasta tingkat nasional dan internasional, dan jika kemampuan bahasa asing
cukup baik, bisa mendapat kesempatan untuk bekerja di perusahaan asing dalam negeri maupun
luar negeri.
Jadi PNS-pun juga oke banget, karena lulusan jurusan ilmu perpustakaan adalah salah satu
lulusan yang paling dimanja di instansi pemerintah, selain mendapat kemungkinan untuk
disekolahkan kembali (S2 di dalam atau luar negeri), pustakawan mendapat intensif tunjangan
kelangkaan profesi loh.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2