RESIDU PESTISIDA DAIAM PRODUK PERTANIAN
RESIDU PESTISIDA DAIAM PRODUK PERTANIAN DAN LINGKUNGAN
(MArA KULIAH, KIMIA PERTANIAN, SENIN 4 NOVEMBER 2013)
Teknologi Menurunkan Residu Pestisida di Lahan Peftanian
Dewasa ini pestisida sudah menjadi mentafitas petani, aftinya ada atau tidak ada OPT
di lapangan pestisida tetap digunakan. Ketika berjumpa dengan
sekelompok orang
petani yang sedang berkumpul istirahat saya mengajukan pertanyaan, berapa kali
menyemprot pestisida dalam satu musim tanam padi?. Jawabnya beragam ada yang
menjawab
4 kali, ada yang menjawab 3 kali dan bahkan ada yang menjawab 7 kali.
Keuka pertanyaan saya ajukan kepada petani sayuran kacang panjang, jawabnnya
sangat mengejutkan karena rata-rata mereka menjawab lebih dari 25 kali. Tentunya
mereka memiliki alasan masing-masing terkait dengan penggunaan pestisida, namun
gambaran tersebut setidaknya mengingatkan kita betapa tingginya penggunan
pestisida di tingkat petani.
Penggunan pestisida kimia merupakan sarana pengendalian OPT yang paling banyak
digunakan oleh petani
di
Indonesia (95,29o/o) karena dianggap efektif, mudah
digunakan dan secara ekonomi menguntungkan.Penggunaan pestisida yaang demikian
dipastikan dapat mencemari lingkungan dan pada gilirannya dapat meninggalkan residu
pestisida pada produk pertanian.
makro dan
Di lingkungan residu pestisida dapat mematikan
miko organisme serta menrusak keseimbangan alam. Sedangkan
pada
produk pertanian residu pestisida dapat mengganggu kesehatan manusia, sepefti
menurunnya sistem imun, gangguan fungsi ginjal dan hati, memacu peftumbuhan
kanker, dan gangguan fungsi kerja syaraf.
Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh residu pestisida diperlukan teknologi yang
dapat menurunkan sehingga konsentrasinya tidak berdampak buruk
terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia. Keberadaan cemaran residu pestisida di lingkungan
dapat diturunkan dengan berbagai teknologi, sepefti penggunaan arang aKif dan
penggunaan mikoba. Hasil penelitian Balai Penelitian Lingkungan Pertaniian, telah
diperoleh teknologi yang dapat menurunkan residu pestisida di lingkungan:
1. Teknologi penggunaan arang
alcif
Arang aRif (AA) dapat dibuat dari fimbah pertanian seperti sekam padi, tongkoljagung,
tempurung kelapa, dan cangkang /tempurung kelapa sawit yang bedungsi untuk
menurunkan residu pestisida. Aplikasinya dapat dilakukan secara langsung ke tanah
ataupun diformulasikan dengan pupuk urea sebagai pelapis (coating). AA sebagai
pelapis urea selain dapat meningkatkan efisiensi nitrogen dari pupuk urea juga dapat
befungsi sebagai rumah dan sumber karbon bagi mikroba pendegradasi pestisida.
2. Penggunaan bahan oryanik (BO)
Penggunaan BO limbah pertanian seperti pupuk kandang (pukan) sapidan ayam telah
digunakan sejak lama terutama pada lahan sayuran dan lahan sawah tadah hujan.
Sejak diberlakukannya subsidi pupuk organilg kedua pupuk ini semakin populer sebagai
bahan dasar pembuatan pupuk organik pril dengan berbagai merk dagang. Pemberian
BO berupa pukan dan pril dapat menurunkan residu senyawa POPs, dan penambahan
mikroba pada BO dapat meningkatkan persentase penurunan residu senyawa POPs.
Pukan ayam
+ mikrcba dapat menurunkan residu
DDT sampai 8l,60/o; sedangkan
pemberian petroganik + mikoba dapat menurunkan residu heptaklor sampai 9l,57o/o.
(Sumber: http ://balingtan. itbang.deptan. go. id)
I
3 Istilah dan definisi
3.1 pestisida
zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh), organisme reniK
virus dan lain-lain yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian
tanaman
3.2.residu pestisida
zat tertentu yang terkandung dalam hasif pertanian baik sebagai akibat
fangsung
maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida, mencakup senyawa turunan
pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaKi, dan zat
pengotor yang dapat memberikan pengaruh toksikologik
3.3. batas maKimum residu (BMR) pestisida
tingkat bahaya residu pestisida pada suatu bahan digambarkan BMR yaitu konsentrasi
maksimum residu pestisida yang secara hukum diizinkan atau diketahui sebagai
konsentrasi yang dapat diterima pada hasif pertanian yang dinyatakan dalam millgram
residu pestisidaper kilogram hasil pertanian.
Conbh:
Jenis pestisida
ALDRIN DAN
DIELDRIN
Komoditas (B.Ind)
Komoditas
(B.Inggris)
BMR
(mg/kg)
Akar dan umbi
sayuran
Root and tuber
vegetables
0r1
Komoditas pakan
ternak primer
Primary feed
commodities
0,01
Jeruk
Jeroan mamalia
Citrus fruits
Edible offal
(mammalian)
0,05
Daging unggas
Poultry meat
0,2
(faD
Meat (from
mammals
other than marine
mammals)
012
Ket: BMR: Batas Maksimum Residu
0,2
(fat)
ket
Pestisida berkontribusi pada polusi udara ketika disemprotkan melalui pesawat
terbang. Pestisida dapat tersuspensi di udara sebagai paftikulat yang terbawa oleh
angin ke area selain target dan mengkontaminasinya.g Pestisida yang diaplikasikan ke
tanaman dapat menguap dan ditiup oleh angin sehingga membahayakan ekosistem di
luar kawasan pertanian.HKondisi cuaca seperti temperatur
dan kelembaban juga
menjadi penentu kualitas pengaplikasian pestisida karena seperti halnya fluida yang
mudah menguap, penguapan pestisida amat ditentukan oleh kondisi cuaca.
Kelembaban yang rendah dan temperatur yang tinggi mempermudah penguapan.
Pestisida yang menguap ini dapat terhirup oleh manusia dan hewan di sekitar. Selain
itu, tetesan pestisida yang tidak larut atau tidak dilarutkan oleh air dapat bergerak
sebagai debu sehingga dapat mempengaruhi kondisi cuaca dan kualitas presipitasi.
Penyemprotan pestisida dekat dengan tanah memiliki resiko persebaran lebih rendah
dibandingkan penyemprotan dari udara. Petani dapat menggunakan zona penyangga di
sekitar tanaman peftanian yang terdiri dari lahan yang kosong atau ditumbuhi tanaman
non-pertanian seprti pohon yang berfungsi sebagai pemecah angin yang menyerap
pesggda dan mencegah persebaran ke area lain. Di Belanda, para petani diperintahkan
untuk membangun pemecah angin.
Berbagai senyawa kimia yang digunakan sebagai pestisida merupakan bahan
pencemar tanah yang persisten, yang dapat beftahan selama beberapa dekade.
Penggunaan pestisida mengurangikeragaman hayati secara umum
di tanah.
Tanah
yang tidak disemprot pestisida diketahui memiliki kualitas yang lebih baik H dan
mengandung kadar organik yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kemampuan
tanah dalam menahan air. Hal ini diketahui memiliki dampak positif terhadap hasil
peftanian di musim kering. Telah diketahui bahwa peftanian organik menghasilkan 20-
40o/o
lebih banyak dibandingkan peftanian konvensional ketika musim
kering
berlangsung. Kadar organik yang rendah juga meningkatkan kemungkinan pestisida
meninggalkan lahan dan menuju perairan, karena bahan organik tanah mampu
mengikat pestisida. Bahan organik tanah juga bisa mempercepat proses pelapukan
bahan kimia pestisida.
Tingkat degradasi dan pengikatan merupakan faKor yang memrengaruhi tingkat
persistensi pestisida di tanah. Tergantung pada sifat kimiawi pstisida, proses tersebut
mengendalikan perpindahan pestisida dari tanah ke
berpindah
air secrra langsung, yang
lalu
ke tempat lainnya termasuk udara dan bahan pangan. Pengikatan
mempengaruhi bioakumulasi pestisida yang tingkat aKivitasnya bergantung pada kadar
organik tanah. Asam organik yang lemah diketahui memiliki kemampuan pengikatan
oleh tanah yang rendah karena tingkat keasaman dan struKurnya. Bahan kimia yang
telah terikat oleh partikel tanah juga telah diketahui memiliki dampak yang rendah bagi
mikrorganisme,
dan bahan organik tanah mempercepat pengikatan tersebut.
Mekanisme penyimpanan dan pelapukan pestisida
di tanah masih belum diketahui
banyak, namun lamanya waKu singgah (residence time) di tanah sebanding dengan
peningkatan resistensi degradasi pestisida.
(DARI BERBAGAI SUMBER)
vp.
(MArA KULIAH, KIMIA PERTANIAN, SENIN 4 NOVEMBER 2013)
Teknologi Menurunkan Residu Pestisida di Lahan Peftanian
Dewasa ini pestisida sudah menjadi mentafitas petani, aftinya ada atau tidak ada OPT
di lapangan pestisida tetap digunakan. Ketika berjumpa dengan
sekelompok orang
petani yang sedang berkumpul istirahat saya mengajukan pertanyaan, berapa kali
menyemprot pestisida dalam satu musim tanam padi?. Jawabnya beragam ada yang
menjawab
4 kali, ada yang menjawab 3 kali dan bahkan ada yang menjawab 7 kali.
Keuka pertanyaan saya ajukan kepada petani sayuran kacang panjang, jawabnnya
sangat mengejutkan karena rata-rata mereka menjawab lebih dari 25 kali. Tentunya
mereka memiliki alasan masing-masing terkait dengan penggunaan pestisida, namun
gambaran tersebut setidaknya mengingatkan kita betapa tingginya penggunan
pestisida di tingkat petani.
Penggunan pestisida kimia merupakan sarana pengendalian OPT yang paling banyak
digunakan oleh petani
di
Indonesia (95,29o/o) karena dianggap efektif, mudah
digunakan dan secara ekonomi menguntungkan.Penggunaan pestisida yaang demikian
dipastikan dapat mencemari lingkungan dan pada gilirannya dapat meninggalkan residu
pestisida pada produk pertanian.
makro dan
Di lingkungan residu pestisida dapat mematikan
miko organisme serta menrusak keseimbangan alam. Sedangkan
pada
produk pertanian residu pestisida dapat mengganggu kesehatan manusia, sepefti
menurunnya sistem imun, gangguan fungsi ginjal dan hati, memacu peftumbuhan
kanker, dan gangguan fungsi kerja syaraf.
Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh residu pestisida diperlukan teknologi yang
dapat menurunkan sehingga konsentrasinya tidak berdampak buruk
terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia. Keberadaan cemaran residu pestisida di lingkungan
dapat diturunkan dengan berbagai teknologi, sepefti penggunaan arang aKif dan
penggunaan mikoba. Hasil penelitian Balai Penelitian Lingkungan Pertaniian, telah
diperoleh teknologi yang dapat menurunkan residu pestisida di lingkungan:
1. Teknologi penggunaan arang
alcif
Arang aRif (AA) dapat dibuat dari fimbah pertanian seperti sekam padi, tongkoljagung,
tempurung kelapa, dan cangkang /tempurung kelapa sawit yang bedungsi untuk
menurunkan residu pestisida. Aplikasinya dapat dilakukan secara langsung ke tanah
ataupun diformulasikan dengan pupuk urea sebagai pelapis (coating). AA sebagai
pelapis urea selain dapat meningkatkan efisiensi nitrogen dari pupuk urea juga dapat
befungsi sebagai rumah dan sumber karbon bagi mikroba pendegradasi pestisida.
2. Penggunaan bahan oryanik (BO)
Penggunaan BO limbah pertanian seperti pupuk kandang (pukan) sapidan ayam telah
digunakan sejak lama terutama pada lahan sayuran dan lahan sawah tadah hujan.
Sejak diberlakukannya subsidi pupuk organilg kedua pupuk ini semakin populer sebagai
bahan dasar pembuatan pupuk organik pril dengan berbagai merk dagang. Pemberian
BO berupa pukan dan pril dapat menurunkan residu senyawa POPs, dan penambahan
mikroba pada BO dapat meningkatkan persentase penurunan residu senyawa POPs.
Pukan ayam
+ mikrcba dapat menurunkan residu
DDT sampai 8l,60/o; sedangkan
pemberian petroganik + mikoba dapat menurunkan residu heptaklor sampai 9l,57o/o.
(Sumber: http ://balingtan. itbang.deptan. go. id)
I
3 Istilah dan definisi
3.1 pestisida
zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh), organisme reniK
virus dan lain-lain yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian
tanaman
3.2.residu pestisida
zat tertentu yang terkandung dalam hasif pertanian baik sebagai akibat
fangsung
maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida, mencakup senyawa turunan
pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaKi, dan zat
pengotor yang dapat memberikan pengaruh toksikologik
3.3. batas maKimum residu (BMR) pestisida
tingkat bahaya residu pestisida pada suatu bahan digambarkan BMR yaitu konsentrasi
maksimum residu pestisida yang secara hukum diizinkan atau diketahui sebagai
konsentrasi yang dapat diterima pada hasif pertanian yang dinyatakan dalam millgram
residu pestisidaper kilogram hasil pertanian.
Conbh:
Jenis pestisida
ALDRIN DAN
DIELDRIN
Komoditas (B.Ind)
Komoditas
(B.Inggris)
BMR
(mg/kg)
Akar dan umbi
sayuran
Root and tuber
vegetables
0r1
Komoditas pakan
ternak primer
Primary feed
commodities
0,01
Jeruk
Jeroan mamalia
Citrus fruits
Edible offal
(mammalian)
0,05
Daging unggas
Poultry meat
0,2
(faD
Meat (from
mammals
other than marine
mammals)
012
Ket: BMR: Batas Maksimum Residu
0,2
(fat)
ket
Pestisida berkontribusi pada polusi udara ketika disemprotkan melalui pesawat
terbang. Pestisida dapat tersuspensi di udara sebagai paftikulat yang terbawa oleh
angin ke area selain target dan mengkontaminasinya.g Pestisida yang diaplikasikan ke
tanaman dapat menguap dan ditiup oleh angin sehingga membahayakan ekosistem di
luar kawasan pertanian.HKondisi cuaca seperti temperatur
dan kelembaban juga
menjadi penentu kualitas pengaplikasian pestisida karena seperti halnya fluida yang
mudah menguap, penguapan pestisida amat ditentukan oleh kondisi cuaca.
Kelembaban yang rendah dan temperatur yang tinggi mempermudah penguapan.
Pestisida yang menguap ini dapat terhirup oleh manusia dan hewan di sekitar. Selain
itu, tetesan pestisida yang tidak larut atau tidak dilarutkan oleh air dapat bergerak
sebagai debu sehingga dapat mempengaruhi kondisi cuaca dan kualitas presipitasi.
Penyemprotan pestisida dekat dengan tanah memiliki resiko persebaran lebih rendah
dibandingkan penyemprotan dari udara. Petani dapat menggunakan zona penyangga di
sekitar tanaman peftanian yang terdiri dari lahan yang kosong atau ditumbuhi tanaman
non-pertanian seprti pohon yang berfungsi sebagai pemecah angin yang menyerap
pesggda dan mencegah persebaran ke area lain. Di Belanda, para petani diperintahkan
untuk membangun pemecah angin.
Berbagai senyawa kimia yang digunakan sebagai pestisida merupakan bahan
pencemar tanah yang persisten, yang dapat beftahan selama beberapa dekade.
Penggunaan pestisida mengurangikeragaman hayati secara umum
di tanah.
Tanah
yang tidak disemprot pestisida diketahui memiliki kualitas yang lebih baik H dan
mengandung kadar organik yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kemampuan
tanah dalam menahan air. Hal ini diketahui memiliki dampak positif terhadap hasil
peftanian di musim kering. Telah diketahui bahwa peftanian organik menghasilkan 20-
40o/o
lebih banyak dibandingkan peftanian konvensional ketika musim
kering
berlangsung. Kadar organik yang rendah juga meningkatkan kemungkinan pestisida
meninggalkan lahan dan menuju perairan, karena bahan organik tanah mampu
mengikat pestisida. Bahan organik tanah juga bisa mempercepat proses pelapukan
bahan kimia pestisida.
Tingkat degradasi dan pengikatan merupakan faKor yang memrengaruhi tingkat
persistensi pestisida di tanah. Tergantung pada sifat kimiawi pstisida, proses tersebut
mengendalikan perpindahan pestisida dari tanah ke
berpindah
air secrra langsung, yang
lalu
ke tempat lainnya termasuk udara dan bahan pangan. Pengikatan
mempengaruhi bioakumulasi pestisida yang tingkat aKivitasnya bergantung pada kadar
organik tanah. Asam organik yang lemah diketahui memiliki kemampuan pengikatan
oleh tanah yang rendah karena tingkat keasaman dan struKurnya. Bahan kimia yang
telah terikat oleh partikel tanah juga telah diketahui memiliki dampak yang rendah bagi
mikrorganisme,
dan bahan organik tanah mempercepat pengikatan tersebut.
Mekanisme penyimpanan dan pelapukan pestisida
di tanah masih belum diketahui
banyak, namun lamanya waKu singgah (residence time) di tanah sebanding dengan
peningkatan resistensi degradasi pestisida.
(DARI BERBAGAI SUMBER)
vp.