Delapan Prinsip Kode Etik yang Harus Dim

1

MAKALAH ETIKA PROFESI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
“Delapan Prinsip Kode Etik yang Harus Dimiliki oleh Seorang Anggota
Akuntan Profesional”
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Soemarno, MS.

Oleh:
Nama

: Dyah Arum Purwaningtyas

NIM

: 155040201111168

Kelas

:N


MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu dan tanpa ada halangan yang berarti. Makalah
ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS)
mata kuliah Etika Profesi, Minat Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya.

Ucapan terimakasih


penulis

ucapakan

kepada

dosen pengampu

matakuliah Etika Profesi Prof.Dr.Ir. Soemarno, MS. yang telah membimbing
penulis dalam mata kuliah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca.

Malang, 29 Mei 2018

Pemakalah

2


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
1.

2.

3.

PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1.

Latar Belakang.......................................................................................1

1.2.

Rumusan Masalah..................................................................................2

1.3.


Tujuan.....................................................................................................2

PEMBAHASAN............................................................................................3
2.1.

Pengertian Etika Profesi Akuntasi...........................................................3

2.2.

Tujuan Profesi Teknisi Akuntansi............................................................4

2.3.

Prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi...................................................5

2.4.

Studi Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi..................................7

2.5.


Analisis Kasus........................................................................................8

PENUTUP...................................................................................................9
3.1.

Kesimpulan.............................................................................................9

3.2.

Saran......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

1

1.

PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Etika profesi berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Krisis multidimensi yang terjadi di Indonesia memberikan pengaruh
maupun motivasi kepada masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis dalam
bekerja. Seringnya perilaku etis ini diabaikan sehingga perlu kesadaran
masyarakat untuk berperilaku tidak menyimpang dari hukum. Maka dari itu etis
menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi dan sangat perlu untuk
diterapkan dalam kehidupan. Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika
yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu sebagai pola
aturan, tata cara, tanda, maupun pedoman etis dalam berperilaku dan
melakukan suatu pekerjaan. Sebagai anggota suatu profesi, akuntan mempunyai
tanggung jawab untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada
organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri
mereka sendiri.

Akuntan mempunyai tanggung jawab untuk kompeten dan menjaga
integritas dan obyektif dalam pekerjaan mereka. Kewajiban untuk menjaga
standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntunan masyarakat
terhadap peran profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik.
Masyarakat yang merupakan pengguna jasa profesi membutuhkan seorang

akuntan yang profesional. Label profesional disini mengisyaratkan suatu
kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada kepentingan klien dan
keinginan yang tulus membantu permasalahan yang dihadapi klien sehingga
profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat. Dalam melaksanakan
profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik
akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan akuntan dengan para
klien, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat
(Sihwahjoeni, 2000).

Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh
kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan
kewajaran

laporan

keuangan

yang

disusun


dan

disajikan

oleh

klien.

2

Pelanggaran-pelanggaran seakan menjadi titik tolak bagi masyarakat pemakai
jasa profesi akuntan publik untuk menuntut mereka bekerja secara lebih
profesional dengan mengedepankan integritas diri dan profesinya sehingga hasil
laporannya benar-benar adil dan transparan. Hal ini semakin mempengaruhi
kepercayaan terhadap profesi akuntan dan masyarakat semakin menyangsikan
komitmen akuntan terhadap kode etik profesinya. Oleh sebab itu, tanggung
jawab akuntan professional tidak terbatas hanya pada kepentingan klien atau
pemberi kerja. Akuntan professional harus memperhatikan dan mematuhi
ketentuan kode etik dalam bertindak bagi kepentingan publik.


1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Etika Profesi Akuntansi?
2. Bagaimana tujuan Profesi Teknisi Akuntansi?
3. Apa sajakah prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi?

1.3. Tujuan
2. Untuk mengetahui pengertian Etika Profesi Akuntansi.
3. Untuk mengetahui tujuan Profesi Teknisi Akuntansi.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi.

3

2.
2.1.

PEMBAHASAN

Pengertian Etika Profesi Akuntasi


Etika adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar
dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Secara metodologis, tidak setiap
hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap
kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah
laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat
dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Etika Profesi
Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus sebagai Akuntan. Mulyadi (2002) menyatakan, etika profesional
dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam
menjalankan profesinya di masyarakat dan etika profesional bagi praktik akuntan
di Indonesia disebut dengan istilah kode etik dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia sebagai organisasi profesi akuntan.

Di bawah naungan profesi, akuntan memposisikan diri sebagai penjual

jasa, oleh karena itu akuntan diwajibkan mempunyai kepedulian yang tinggi
secara teknis menguasai dan mampu melaksanakan standar nilai yang
dikeluarkan asosiasi profesi. Standar tersebut minimal harus dipenuhi oleh setiap
anggota profesi karena dengan standar tersebut akuntan dapat menjaga
kemampuan teknis dan profesionalnya dalam menjual jasanya, seorang akuntan
bukan hanya sekedar ahli tetapi dia harus dapat melaksanakan pekerjaan
profesinya dengan hati-hati dan selalu menjunjung tinggi standar yang telah
ditetapkan. Sehubungan dengan profesionalisme, maka disyaratkan profesi
akuntan

agar

berpengetahuan,

berkeahlian

dan

berkarakter.

Karakter

menunjukkan nilai-nilai yang dimiliki individu yang diwujudkan dalam sikap dan
tindakan etisnya, sedangkan sikap dan tindakan etis akuntan akan sangat
menentukan kepercayaan masyarakat sebagai pengguna jasanya (Dania, 2000).

4

2.2. Tujuan Profesi Teknisi Akuntansi
Kode Etik Teknisi Akuntansi digunakan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota yang bekerja di lingkungan dunia usaha pada instansi
pemerintah maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung
jawab profesionalnya. Tujuan profesi teknisi akuntansi adalah memenuhi
tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat
kinerja tertinggi, dengan orientasi pada kepentingan publik. Untuk mencapai
tujuan tersebut terdapat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, diantaranya yaitu:
1)

Profesionalisme. Profesionalisme perlu diterapkan oleh masingmasing individu yang dengan jelas dapat diidentifikasi oleh
pemakai jasa teknisi akuntansi sebagai professional di bidang

2)

akuntansi.
Kualitas Jasa. Persepsi dari masing-masing individu bahwa semua
jasa yang diperoleh dari teknisi akuntansi pada standar kinerja
tertinggi.

3)

Kepercayaan. Pemakai jasa teknisi akuntansi harus dapat merasa
yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi
pemberian jasa oleh teknisi akuntansi.

Kode Etik Teknisi Akuntansi terdiri dari tiga bagian:

1)

Prinsip Etika. Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan
Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberi jasa pofesional oleh
anggota. Prinsip Etika disahkan dan berlaku bagi seluruh anggota.

2)

Aturan Etika. Aturan Etika ditetapkan hanya untuk mengikat
anggota dari organisasi yang bersangkutan.

3)

Interpretasi Aturan Etika.

Interpretasi Aturan

Etika

merupakan

interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh

5

Himpunan setelahmemperhatikan tanggapan dari anggota, dan
pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam
menerapkan Aturan Etiks, tanpa dimaksudkan untuk membatasi
lingkup dan penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
Interprestasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interprestasi baru untuk menggantikannya. kepatuhan terhadap Kode Etik,
seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung
terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Selain itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adannya pemaksaan oleh sesama
anggota dan oleh pendapat publik. Pada akhirnya terdapat mekanisme
pemerosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi terhadap anggota yang
tidak mentaatinya. Anggota juga harus memperhatikan standar etik yang
ditetapkan

oleh

badan

pemerintah

yang

mengatur

bisnis

klien

atau

menggunakan laporan untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2.3. Prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi
Kode Etik Akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika menurut
Mulyadi (2001), diantaranya yaitu:

1)

Tanggung Jawab Profesi
Sebagai seorang tenaga ahli yang professional, setiap akuntan harus

mampu mempertanggung jawabkan tugas, kewajiban maupun laporan yang
dibuatnya. Pekerjaan dan tindakan yang dilakukan harus dilaksanakan dengan
pertimbangan moral dan profesionalisme yang tinggi. Seorang akuntan
professional harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pemakai jasanya
tersebut. Setiap anggota juga harus memliki tanggung jawab dalam bekerja
sama antar sesame anggota dan menjaga kepercayaan dari masyarakat sendiri.
Masyarakat yang dimaksud adalah pemegang saham, karyawan, kreditur,
pemerintahan maupun pemangku kepentingan yang lain.
2) Kepentingan Publik
Setiap anggota memiliki kewajiban untuk bertindak dalam pelayanan
kepada publik atau masyarakat banyak dan orang-orang yang memakai jasanya.

6

Seorang anggota yang professional harus memberikan kontribusi dalam
mensejahterakan masyarakat dalam tugas-tugasnya. Selain itu, juga harus
bertanggung jawab dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan profesional,
dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan
jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan
berbagai jasa yang dilakukan secara professional.
3) Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas digunakan sebagai pedoman oleh semua
anggota dalam mengambil keputusan. Dalam menjunjung tinggi integritas
tersebut harus dilandasi dengan kejujuran, keadilan, keterbukaan, menerima
kesalahan ketidak sengajaan, mampu mempertanggung jawabkan apa yang
dikerjakan dan tidak merugikan pemakai jasanya.
4) Obyektivitas
Objektivitas mengharuskan seorang yang professional dapat bersikap jujur,
adil, tidak berprasangka, dan tidak berada di bawah tekanan ataupun pengaruh
dari pihak lain. Bukan hanya obyektivitas yang perlu dimiliki oleh seorang
akuntan namun seorang akuntan juga harus berkerja sama dengan orang-orang
yang objektif dan professional sehingga akuntan tidak mendapatkan tekanan dan
gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi kualitas prinsip objektivitas yang
dimilikinya.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan
mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung
jawabnya. Kompetensi seorang anggota diperlukan guna memenuhi tanggung
jawab tugasnya da menjalankan kewajibannya terhadap publik. Kompeten disini
dimaksudkan seorang professional harus memiliki pendidikan yang tinggi di
bidangnya

dan

memiliki

pengalaman

untuk

menunjukan

bukti

profesionalismenya, setiap anggota harus dengan tekun dan teliti dalam
menjalankan pekerjaannya.
6) Kerahasiaan
Seorang anggota berkewajiban menjaga kerahasiaan informasi informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Anggota bisa mengungkapkan kerahasiaan apabila anggota
mempunyai hak atau kewajiban professional berlandaskan hukum yang
mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan akan terus berlanjut meskipun
hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7) Perilaku Profesional

7

Setiap

anggota

harus

menjalankan

profesinya

dengan

sikap

profesionalisme, sikap itu harus dijunjung tinggi karena sangat bersangkutan
dengan nama baik banyak hal yang bersangkutan dengan profesinya. Bila
seorang akuntan tidak memiliki sikap profesionalisme dengan melanggar prinsipprinsip yang ada bisa saja, anggota akan kehilangan kepercayaan masyarakat.
8) Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan dengan kehati-hatian.
Anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas. Bila anggota tidak menjalankan tugasnya dengan sistem dan
struktur yang ada, sama saja mereka tidak melakukannnya dengan standar yang
dikeluarkan

oleh

lkatan Akuntan

Indonesia,

International

Federation

of

Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
2.4. Studi Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi

“Kasus Pelanggaran SPAP Oleh KAP Mitra Winata”

Kasus pelanggaran atas Standar Profesional Akuntan Publik yang
melibatkan Drs Petrus M. Winata dari KAP Drs. Mitra Winata dan Rekan selama
2 tahun yang terhitung sejak 15 Maret 2007, Menkeu memberikan sanksi
pembekuan atas pelanggaran atas SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik).
Pelanggaran tersebut berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan audit
terhadap Laporan Keuangan PT. Muzatek Jaya pada tahun buku 31 December
2004 yang dijalankan oleh Petrus. Selain itu Petrus juga melakukan pelanggaran
terhadap pembatasan dalam penugasan audit yaitu Petrus malaksanakan audit
umum terhadap laporan keuangan PT. Muzatek Jaya. PT Muzatek Jaya telah
malakukan pelanggaran moral dan etika dalam dunia bisnis dengan melakukan
suap terhadap Akuntan Publik Petrus Mitra Winata agar Akuntan Publik Petrus
Mitra Winata hanya mengaudit laporan keuangan umum. PT Muzatek Jaya akan
mendapatkan keuntungan dari kecurangan tersebut dan Akuntan Publik Petrus
Mitra Winata akan mendapatkan keuntungan yang sesuai karna telah melakukan
pekerjaan seperti keinginan klien.

8

Tindakan manipulasi tersebut telah membuat masyarakat berprasangka
buruk terhadap kualitas PT Muzatek Jaya dan akan berpengaruh terhadap citra
nama baik perusahaan tersebut. Pada Kasus PT Muzatek Jaya, Akuntan Publik
Petrus Mitra Winata melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit
umum dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya.
Sehingga Akuntan Publik tersebut dilarang memberikan jasa atestasi termasuk
audit umum, review, audit kinerja dan audit khusus serta juga dilarang menjadi
pemimpin rekan atau pemimpin cabang KAP namun tetap bertanggungjawab
atas jasa-jasa yang telah diberikan, serta wajib memenuhi ketentuan mengikuti
Pendidikan Profesional Berkelanjutan (Mauludy et al., (2017).
2.5. Analisis Kasus
Sikap auditor dalam pelaksanaan auditnya harus menjunjung tinggi sikap
indepedensi, bentuk gratifikasi seperti pemberian sesuatu diluar upah audit yang
semestinya harusnya ditolak untuk menghindari sikap tidak independensi.
Pemberian opini auditor merupakan hal yang menjadi tujuan utama, sikap auditor
yang menyalahi aturan akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
kredibiltas auditor sebagai profesi yang memberikan penilaian kewajaran atas
suatu entitas. Maka dari itu, auditor harus menjunjung kode etik profesinya. Jelas
perbuatan yang dilakukan oleh Drs. Petrus M. Winata merupakan pelanggaran
etika profesi dan sangat bertentangan dengan kode etik profesi akuntan.

Sebagai seorang professional, setiap anggota harus menggunakan
pertimbangan moral di setiap kegiatan yang dilakukan. Dari kasus yang telah
disebutkan, perbuatan Drs. Petrus M. Winata tidak didasari pertimbangan moral
karena menerima suap dan melakukan pembatasan adit merupakan perbuatan
yang melanggar kode etik profesi. Dalam kasus tersebut, Petrus tidak
menunjukkan integritas yang seharusnya digunakan dalam bertindak. Petrus
berpikir bahwa kepentingan dirinya lebih utama daripada kepentingan publik.
Obyektivitas yang seharusnya diterapkan oleh individu-individu juga tidak
dilakukan oleh Petrus dalam melakukan audit keuangan. Apabila dilihat dari
kasus yang telah disebutkan, jelas terlihat bahwa Petrus telah melanggar prinsip
kode etik profesi akuntan.

9

3.

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Tujuan profesi teknisi
akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme
tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi pada kepentingan
publik. Terdapat 8 prinsip etika profesi akuntan yang perlu diterapkan dalam
aktivitas akuntansi yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan public, integritas
obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian professional, kerahasiaan perilaku
profesional, dan standar teknis. Dalam penerapan bidang keilmuannya, seorang
akuntan tidak boleh melanggar prinsip-prinsip dari profesinya tersebut.
3.2. Saran
Harapan kepada para pembaca makalah ini, semoga bisa dijadikan
sebagai sumber referensi. Adanya pengetahuan dari makalah ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran pelaku profesi untuk menerapkan kode etik
masing-masing profesi dalam melakukan kegiatannya dan menghasilkan karya
ilmiah ataupun makalah yang berkualitas dan mempunya dasar nilai dan
pengetahuan yang tinggi.

10

DAFTAR PUSTAKA

Dania, V. 2002. Pengaruh Pendidikan Etika Profesi Akuntan Terhadap Persepsi
Mahasiswa Akuntansi tentang Kode Etik Akuntan Indonesia. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Press.

Mauludy, M., Evi, L., Christy, N., Prayitno, P. 2017. Analisis Kasus Pelanggaran
Standar Profesional Akuntan Publik Oleh Kap Winata. Prosiding Seminar
Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan Bisnis: 196-201.

Mulyadi. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Jakarta: Salemba
Empat.

Mulyadi. 2002. Auditing, Edisi keenam, Cetakan pertama , Jakarta: Salemba
Empat.

Sihwahjoeni. 2000. Persepsi Akuntan Terhadap Kode Etik Akuntan. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia Vol.3: 168-184.