Tugas akhir bu hermin sispro

Proposal Penelitian

Persepsi Masyarakat tentang Pelayanan Publik
pada Masa Kepemimpinan
Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kalla
(Analisis Isi Surat Pembaca SKH Kompas periode 2 Januari 2005 – 30 Juni 2005)

Tugas Akhir
Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Analisis Isi
Dosen: Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni

Nama: Daru Nupikso
No. Mahasiswa: 21647/PS/MAP/06

Sekolah Pasca Sarjana
Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada
2007

Latar Belakang
Salah satu ciri negara demokrasi adalah adanya kebebasan masyarakat

dalam berekspresi, mengemukakan pendapat dan ide baik lisan maupun tulisan.
Oleh karena itu dalam negara yang demokratis media massa menjadi wahana
yang penting untuk penyaluran aspirasi masyarakat, dan sekaligus melakukan
kontrol sosial. Dalam era otoritarian masyarakat tidak memiliki ruang untuk
mengekspresikan aspirasi mereka yang berlawanan dengan kehendak penguasa
(rezim), dan media massa pun hanya memberitakan hal-hal yang disenangi pihak
penguasa. Dengan demikian media massa menjadi tolok ukur dalam melihat ciri
sebuah negara yang demokratis.
Berbagai kalangan menilai, sejak era reformasi (1998) pers Indonesia
mengalami kemajuan yang signifikan. Hal itu ditandai dengan berbagai
deregulasi berbagai produk hukum, salah satunya perundangan bidang pers.
Deregulasi perundangan bidang pers muncul semasa pemerintahan Presiden B.J
Habibie sejak pertengahan 1998. Lahirnya UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
menggantikan Undang undang No. 21 tahun 1982 merupakan karya monumental
yang memberikan jaminan kebebasan bagi pers. Lahirnya undang-undang pers
Nomor 40/1999 menjadi payung hukum bagi praktik pers bebas yang lahir sejak
runtuhnya

rezim


Soeharto.

Sejak

saat

itu

pers

Indonesia

menemukan

kemerdekaannya, pers berani menampilkan pola pemberitaan yang tidak kita
temukan sebelumnya. Pers yang semula terpenjara dalam pemberitaan satu
nada (monotony) menjadi liputan yang penuh hiruk pikuk (cachopony). (Lukas
Suwarso, 2001:124).

Bahkan karena sangat besarnya kebebasan yang dimiliki


maka muncul pendapat tentang pers sekarang yang dianggap sudah kebablasen.
Salah satu wujud adanya kebebasan tersebut adalah meningkatnya fungsi
pers

sebagai

kontrol

sosial.

Sebagaimana

diketahui,

UU

No.

40/1999


menyebutkan bahwa fungsi pers nasional adalah sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan, dan media kontrol sosial. Selama era Orde Baru pers hanya
menjadi corong penguasa, dan informasi yang disampaikan bersifat tunggal
karena pers tidak cukup leluasa untuk bisa mengakses narasumber bukan
pemerintah. Pers di era Orde Baru adalah pers yang jinak dan sudah terhegemoni
oleh kekuasaan sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya secara optimal.

1

Sensor ketat yang dilakukan oleh aparatus negara menjadikan pers tidak berani
bertindak macam-macam atau melanggar rambu-rambu yang telah ditetapkan,
yakni harus menyukseskan pemerintahan Orde Baru – yang identik dengan rezim
Soeharto. Dengan rambu-rambu tersebut pers tidak berani memberitakan hal-hal
yang dapat menimbulkan konotasi adanya kegagalan pembangunan, bahkan
sebaliknya pers harus mampu membalut informasi yang mengesankan bahwa
proses pembangunan lancar dan sukses. Di era Orde Baru informasi berkembang
hanya satu arah, sehingga ada kesenjangan dan tidak balance. Waktu itu
informasi dari pemerintah wajib diketahui oleh masyarakat meskipun belum
tentu mereka membutuhkannya. Media massa pada kala itu dapat dikatakan

hanya melayani informasi dari pemerintah, tetapi di sisi lain masyarakat
kesulitan untuk menyampaikan informasi yang seharusnya juga didengar oleh
pemerintah. Oleh karenanya muncul pameo bahwa “apa yang disampaikan
pemerintah adalah yang dibutuhkan dan wajib diketahui oleh masyarakat”.
Akan tetapi era Reformasi telah menjadikan pers merdeka, dan tidak lagi
mendapat tekanan dari penguasa. Bahkan sebaliknya pers menjadi lebih dominan
dan bebas melakukan kontrol terhadap pemerintah melalui pemberitaan yang
kritis dan lugas. Di era Reformasi semua ketimpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan pembangunan tidak lepas dari pantauan pers. Hal itu dengan
sendirinya berpengaruh terhadap cara kerja jurnalis yang semula banyak
mengandalkan berita-berita seremonial beralih ke pola investigatif. Kebebasan
pers dalam pemberitaan kini tampak dalam berbagai ruang rubrik seperti berita
langsung (straight news), feature, tajuk rencana, artikel, dan surat pembaca.
Ruang-ruang rubrik tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu (1) ranah internal redaksi media, dan (2) ranah publik. Ruang rubrik
kategori pertama adalah wilayah yang sepenuhnya menjadi otoritas redaksi
untuk menentukan topik-topik permasalahan yang akan diberitakan tanpa
mengajak keikutsertaan khalayak untuk mengambil keputusan akhir. Tulisantulisan yang muncul dalam ruang rubrik kategori pertama seperti berita
langsung, feature dan tajuk rencana mencerminkan politik redaksional dari suatu
media. Bahkan tajuk rencana sendiri dipahami sebagai suara resmi dari media

yang bersangkutan terhadap permasalahan sosial yang sedang terjadi di

2

masyarakat. Setiap media tentu memiliki kebijakan redaksional sendiri sehingga
ekspresi pemberitaannya pun berbeda satu dengan lainnya.
Adapun ruang rubrik kategori kedua adalah representasi dari proses dialog
antara publik dan pihak redaksi dengan memperhitungkan aspek lingkungan
sosial setempat. Di media cetak ruang publik itu termanifestasikan dalam rubrik
opini yang dalam penerapannya dibedakan menjadi dua, yaitu jenis artikel dan
surat

pembaca.

Opini

dalam

arti


artikel

adalah

tulisan

dari

masyarakat/tokoh/pakar yang disusun panjang lebar tentang suatu topik
tertentu (Sumadiria, 2005: 4). Ada pula yang mengatakan bahwa artikel adalah
kajian ilmiah yang dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidangnya atas
suatu permasalahan dan disajikan secara populer sehingga mudah untuk
dipahami oleh masyarakat luas. Sedangkan surat pembaca adalah opini singkat
yang ditulis oleh pembaca dan dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca (Ibid,
hal.:4). Tulisan di rubrik surat pembaca umumnya tidak ilmiah, dapat berupa
keluhan mengenai masalah pribadi, masukan, kritik, maupun saran dari pembaca
ditujukan kepada pihak lain yang umumnya mempunyai keterkaitan dengan
kepentingan publik.
Tulisan-tulisan yang muncul di ruang publik tidak selalu mencerminkan
kepentingan (interest) redaksi, namun juga tidak sepenuhnya merupakan

keputusan khalayak. Tulisan di rubrik surat pembaca adalah hasil dialog antara
publik dan pihak redaksi dengan memperhitungkan konteks sosial mereka. Pada
prinsipnya pembaca bebas menuliskan aspirasi yang ingin disampaikan kepada
masyarakat melalui ruang publik, namun tulisan pembaca itu dimuat atau tidak
sangat tergantung pada keputusan redaksi. Proses seleksi yang dilakukan oleh
redaksi lebih pada menimbang aspek bobot permasalahan berdasarkan sudut
pandang kepentingan umum, dan implikasi yang mungkin ditimbulkan dengan
dimuatnya suatu tulisan.
Perubahan drastis yang terjadi di era reformasi telah mendorong
terwujudnya demokratisasi komunikasi, yaitu suatu proses dimana a). individu
sebagai partner yang aktif bukan hanya sebagai obyek komunikasi; b)
keanekaragaman pesan yang dipertukarkan bertambah; serta c) adanya dorongan
dan perkembangan kualitas partisipasi masyarakat di dalam proses komunikasi

3

(Effendy, 2000:163). Gejala demokratisasi komunikasi juga tampak jelas pada
rubrik surat pembaca yang dimuat oleh Surat Kabar Harian (SKH) Kompas yang
terbit di Jakarta dan beredar secara nasional. Selama era Reformasi rubrik surat
pembaca Kompas yang berlabel ”Redaksi Yth” sering memuat tulisan dari warga

masyarakat yang berisi kritik terhadap pelayanan publik dan penyelenggaraan
pemerintahan yang disampaikan secara lugas. Keberanian yang demikian itu
tidak kita temukan di era Orde Baru. Pada masa kepemimpinan Susilo Bambang
Yudoyono dan Jusuf Kalla (SBY-JK) yang merupakan hasil pemilu langsung,
keberanian masyarakat untuk menyatakan aspirasinya secara terbuka semakin
kuat. Masyarakat tidak lagi takut untuk ditangkap hanya karena melakukan kritik
terhadap pemerintah seperti yang terjadi pada masa Orde Baru.
Berpijak dari uraian di atas, maka penelitian tentang suara masyarakat
yang dimuat dalam surat pembaca SKH Kompas yang terkait dengan pelayanan
publik dan penyelenggaraan pemerintahan

pada masa kepemimpinan SBY-JK

menjadi penting untuk dilakukan.

Permasalahan penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab sejumlah permasalahan yang
diajukan sebagai berikut.
1.


Bagaimana kecenderungan rubrik ”Redaksi Yth” SKH Kompas dalam
memuat tulisan masyarakat mengenai pelayanan publik dan penyelenggaraan
pemerintahan SBY-JK periode 2 Januari sampai dengan 30 Juni 2006?

2.

Bidang apa saja yang ditulis masyarakat dalam rubrik ”Redaksi Yth” SKH
Kompas mengenai pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan SBYJK pada periode yang sama?

3.

Aspirasi apa yang ditulis masyarakat dalam rubrik tersebut, dan siapa yang
menulis?

Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai isi surat
pembaca yang ditulis masyarakat di rubrik ”Redaksi Yth” SKH Kompas terkait
dengan pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan di bawah

4


kepemimpinan SBY-JK. Gambaran tersebut diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan masukan bagi pemerintah selaku penyelenggara layanan publik untuk bisa
mengidentifikasi permasalahan serta aspirasi yang berkembang di masyarakat
dan kemudian direspon menjadi kebijakan publik.

Definisi Operasional
Persepsi
Menurut situs wikipedia Indonesia, persepsi adalah proses pemahaman
ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus
didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubunganhubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.
Rudolp F.Verdeber, (Communicate, 1978) mendefinisikan persepsi sebagai
interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif obyek eksternal. Proses
menafsirkan informasi indrawi. Jika persepsi kita tidak akurat kita tidak mungkin
bisa berkomunikasi secara efektif (trainersclub.co.id).
Persepsi pada prinsipnya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal. Selain
itu masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses persepsi, yaitu faktor
stimulus itu berlangsung, dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan
lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai sebagai faktor internal
saling berinteraksi dalam individu melahirkan persepsi (Walgito,1991:54).
Dari berbagai definisi tersebut maka persepsi merupakan gambaran dan
pemahaman yang timbul dari hasil oleh pikir dan dari berbagai pengalaman,
keinginan, keperluan, kehendak dan emosi seperti rasa suka atau tidak suka
terhadap kejadian/peristiwa. Kesemua perkara ini membentuk persepsi dan
diterjemah melalui gaya komunikasi kita dengan orang lain.
Sehingga yang dimaksud persepsi masyarakat dalam penelitian ini adalah
persepsi atas pelayanan publik yang oleh masyarakat diwujudkan dalam tindakan
maupun sikap yang dituangkan melalui tulisan surat pembaca di harian Kompas.

5

Pelayanan Publik
Pelayanan publik merupakan tanggungjawab yang melekat dan menjadi
tugas pokok pemerintah. Mengacu pada RUU Pelayanan Publik, maka yang
dimaksud dengan pelayanan publik adalah “kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap
warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”. (bab I pasal
1 ayat 1)
Sementara menurut Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara No.81 tahun 1993 masih disebut pelayanan umum, yaitu segala bentuk
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di tingkat
pusat, daerah, dan di lingkungan BUMN dalam bentuk barang atau jasa, baik
dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.
Dengan demikian secara normatif pelayanan publik merupakan kewajiban
pemerintah yang harus diberikan kepada setiap warga negara tanpa memandang
atribut yang dimilikinya. Oleh karena itu untuk membangun pelayanan publik
yang baik diperlukan sejumlah prasyarat sebagai berikut.
1. berbasis pada kedaulatan rakyat, di mana terdapat ruang bagi rakyat
untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan politik
yang berorientasi pada konsensus rakyat.
2. pembentukan kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan, potensi,
kondisi obyektif, dan karakter sosial ekonomi dan budaya rakyat.
3. perimbangan kekuasaan dalam hubungan antar lembaga yang dapat
melakukan ceck and balance.
4. pembagian kewenangan yang jelas di antara bidang-bidang pemerintahan
yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, namun memiliki sinergi satu
dengan lainnya.
5. fungsi manajemen pemerintahan yang berdasarkan pada rasionalitas,
obyektifitas, efektivitas, efisiensi dan transparansi.
6. lembaga legislatif yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam hal
melakukan fungsi kontrol, legislasi dan perumusan kebijakan pemerintah.

6

7. kemampuan lembaga legislatif untuk menjalankan fungsi kontrol terhadap
eksekutif,

dan

fungsi

legislasi

yang

senantiasa

didasarkan

pada

pemahaman dan pengakuan terhadap heterogenitas dan aspirasi rakyat.
8. visi, misi dan tujuan yang jelas dalam menetapkan strategi kebijakan
pemerintah yang responsif terhadap perubahan rakyat.
9. penerapan prinsip akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan.
(Pengantar Hukum Administrasi Indonesia / Introducti-on to the Administrative
Law.1993).
Terkait dengan poin kelima, salah satu faktor kunci pelayanan publik yang
baik adalah transparansi. Banyak warga yang akan memanfaatkan pelayanan
publik sering tidak memiliki akses informasi mengenai berbagai hal yang terkait
dengan pelayanan publik yang mereka perlukan. Itu sebabnya, menurut Dwiyanto
(2005: 238) pelayanan publik di Indonesia ibarat hutan belantara yang tidak
diketahui isinya karena kurang ada transparansi. Lebih lanjut Dwiyanto
menjelaskan tentang indikator pelayanan publik yang transparan. Pertama,
adanya keterbukaan proses pelayanan publik yang meliputi persyaratan, biaya,
waktu, serta cara yang dilakukan. Kedua, adanya pemahaman yang sama antara
masyarakat dan stakeholders terhadap peraturan dan prosedur pelayanan.
Ketiga, adanya kemudahan untuk memperoleh informasi mengenai berbagai
aspek penyelenggaraan pelayanan publik.
Dalam teori ekonomi, pelayanan publik diwujudkan dengan menyediakan
barang maupun jasa publik. Sehingga secara umum penyedia barang dan jasa
publik tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga sektor swasta. Dalam
penelitian ini yang di maksud pelayanan publik adalah penyediaan barang dan
jasa publik yang dilakukan dan disediakan pemerintah.
Peran Pers dan Surat pembaca
Undang-undang Pers telah memberikan 5 (lima) peran kepada Pers
Nasional (Media dan Otonomi Daerah 2006:5). Dalam peran ketiga disebutkan
“mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat
dan benar”. Di sini media berperan dalam mengangkat dan menginformasikan

7

permasalahan publik melalui surat pembaca, kolom opini dan tajuk rencana,
serta analisis.
Salah satu cara untuk menyampaikan permasalahan publik adalah melalui
surat pembaca. Masyarakat dapat menyampaikan berbagai macam permasalahan
publik kepada siapa saja melalui surat pembaca
Fokus penelitian ini adalah surat pembaca mengenai permasalahan publik
yang terkait dengan pelayanan publik oleh Penyelenggara pelayanan publik.
Adapun yang dimaksud dengan penyelenggara pelayanan publik menurut RUU
Pelayanan Publik (pasal 1 butir 2) adalah penyelenggara negara, penyelenggara
ekonomi negara dan korporasi penyelenggara pelayanan publik, serta lembaga
independen yang dibentuk oleh pemerintah.
Surat Pembaca dalam sebuah suratkabar pada hakekatnya adalah ruang
publik dan dalam harian Kompas halaman tersebut diberi nama rubrik Opini.
Nama rubrik yang sama dipakai oleh harian JawaPos dan Kedaulatan Rakyat.
Sedang harian Suara Merdeka dan Bernas memberi nama rubrik Wacana. Harian
Solopos memberi rubrik ini Gagasan. Meskipun mempunyai nama rubrik yang
berbeda, namun esensi dari isinya sama, yaitu sebagai ruang publik yang
menampung opini masyarakat dan institusi media pers.
Surat pembaca sebagai salah satu bagian dari ruang publik di suratkabar
dapat dipergunakan sebagai sarana informasi dan komunikasi oleh berbagai
pihak. Banyak pihak mempunyai kepentingan terhadap rubrik ini, sebab isi dan
muatannya yang bebas dan tidak terbatas pada hal-hal yang spesifik.
Bagi masyarakat, rubrik ini dapat dipergunakan sebagai media penyalur
aspirasi sekaligus sebagai sumber informasi. Banyak fakta membuktikan bahwa
sebuah

permasalahan

akhirnya dapat

selesai

setelah

salah

satu

pihak

menyampaikan lewat rubrik surat pembaca. Dalam kasus semacam itu, rubrik
surat pembaca sering dipergunakan sebagai alternatif final bila suatu
permasalahan sebelumnya sulit diselesaikan lewat cara lain. Sehingga surat
pembaca menjadi rubrik penekan bagi yang berkepentingan.
Bagi pihak yang menjadi sasaran, surat pembaca dapat dipergunakan
sebagai

media

klarifikasi

sekaligus

sarana

pemulihan

nama

baik

perusahaan/lembaga, instansi pemerintah atau pribadi seseorang.

8

Kepentingan masyarakat yang terkait dengan pelayanan publik oleh
pemerintah juga dapat diakomodir dan disampaikan lewat surat pembaca.
Sebaliknya, pemerintah dapat melihat secara langsung berbagai permasalahan
yang terjadi di tengah masyarakat, sebab tidak tertutup kemungkinan isi surat
pembaca

yang

disampaikan

seorang

anggota

masyarakat

merupakan

permasalahan yang dialami oleh banyak orang.
Rubrik surat pembaca bagi pengelola suratkabar dapat dipergunakan
untuk melihat attention pembaca sekaligus sebagai feed-back terhadap muatan
suratkabar.
Dilihat dari idealisme pers, maka rubrik ini menjadi bagian dari fungsi
pers dalam mengemban misi kontrol sosial (social control mass media).

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi media. Alasannya dengan
analisis isi akan mudah terungkap isi surat pembaca.
Analisis isi sebagaimana dirumuskan secara klasik adalah teknik penelitian
untuk menguraikan isi dari komunikasi secara obyektif, sistematik dan
kuantitatif (Klaus Krippendorff: 1993).
Suatu teknik yang sistematis, kuantitatif dan memaparkan secara obyektif
teks media, hal itu bermanfaat untuk menggolongkan informasi guna tujuan
tertentu, melihat pengaruh dan perbandingan antara media dari waktu ke waktu
atau antara isi media dan " kenyataan". Analisis isi tidak cocok untuk menemukan
arti dasar (maksud yang sesungguhnya) dari isi media, walaupun dapat
memberikan indikator yang dapat dipercaya terhadap mutu suatu media.
(McQuail, 2005: 551).

Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah surat pembaca yang dimuat di rubrik “Redaksi
Yth” SKH Kompas edisi nasional (rubrik opini) yang isinya menyangkut pelayanan
publik dan penyelenggaraan pemerintahan.
Pemilihan Kompas sebagai obyek penelitian didasarkan pada alasan bahwa
harian tersebut merupakan suratkabar terunggul dalam peta pengelolaan pers

9

nasional. (Sabam L Batubara dalam Humanisme dan Kebebasan Pers, 2001: 45).
Sehingga Kompas menjadi referensi berbagai kalangan, termasuk para pejabat
pemerintahan.
Periode penelitian adalah penerbitan harian Kompas dari tanggal 1
Januari 2005 sampai dengan 30 Juni 2005. Alasan pemilihan periode waktu
tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa periode tersebut adalah 6 bulan
pertama Susilo Bambang Yudhoyono memangku jabatan sebagai presiden yang
dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga diasumsikan banyak aspirasi masyarakat
yang berkembang dan menaruh harapan besar kepada presiden Susilo Bambang
Yudhoyono untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa.
Teknik analisis isi menggunakan data kualitatif dan mengubahnya menjadi
menjadi data kuantitatif, sehingga dalam analisis akan muncul argum tabel
frekuensi dari surat pembaca harian Kompas, Sehingga penelitian ini merupakan
deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif hanya melukiskan secara sistematis
fakta atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji
hipotesa atau membuat prediksi tertentu. (Djalaludin Rakhmat, 1998:24)
Dalam

penelitian

ini

penulis

akan

membatasi

kajian

dengan

mengelompokan ke dalam beberapa kategori. Kategori pertama mengenai
pembidangan, terdiri dari: (1) Bidang politik, yaitu berbagai hal yang terkait
dengan kehidupan demokrasi dan kebijakan politik serta yang terkait dengan
militer. (2) Bidang hukum, yaitu masalah penyimpangan dan atau pelanggaran
hukum dalam pelayanan publik dan supermasi hukum serta permasalahan
kamtibmas. (3) Bidang sosial yaitu yang berhubungan dengan pelayanan
keagamaan, pendidikan dan kesehatan dan pelayanan umum lainnya (4) Bidang
ekonomi, yaitu berhubungan dengan iklim invertasi kebijakan ekonomi dan
kinerja BUMN/D (5) Bidang Komunikasi/Informasi yang berhubungan pelayanan
institusi komunikasi/informasi dan

kebijakan dibidang pers, komunikasi,

informatika serta telekomunikasi.
Kemudian

kategori

mengenai

isi/bentuk

surat

pembaca

(1)

ide/pandangan, yaitu berupa sumbangan pemikiran terhadap topik tertentu; (2)
kritik, yaitu ungkapan yang mengandung korektif atas sesuatu permasalahan
disertai dengan argumentatif; (3) klarifikasi, yaitu permintaan penjelasan atas

10

suatu permasalahan dan penjelasan atas permasalahan yang muncul di surat
pembaca (4) keluhan, yaitu perasaan tidak puas dan kontradiktif atau sikap
protes terhadap suatu permasalahan/kejadian dan (5) saran/usul, yaitu
sumbangan

pemikiran

untuk

meningkatkan

pelayanan

pemerintah

dan

penyelenggaraan pemerintahan. Dalam satu surat pembaca dapat berisi
beberapa bentuk.
Kategori pengirim surat pembaca yang berupa jenis kelamin (1) pria dan
(2) perempuan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui komposisi gender
pengirim surat pembaca.
Sedangkan kategori lingkup pemerintahan yang menjadi tujuan surat
pembaca adalah (1) kabupaten/kota, yaitu lingkup pemerintahan tingkat
kabupaten/kota, BUMD dana lembaga/institusi sampai ditingkat kelurahan/desa.
(2) provinsi, yatu lingkup pemerintahan tingkat provinsi dan BUMD serta (3)
pusat,

yaitu

lingkup

pemerintahan

dari

lembaga

kepresidenan

sampai

kementrian, Lembaga, Institusi, Badan dan BUMN.

Daftar Bacaan
Alamudi, Abdullah “Media dan Otonomi Daerah”, Penerbit Indonesia Media Law
& Policy Centre, Jakarta, 2006
Dwiyanto, Agus (editor), “Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik”, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 2005
Effendy, Onong U, Dinamika Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2000
______________ Humanisme dan Kebebasan Pers, Kompas, Jakarta, 2001
Krippendorff, Klaus, “Analisa Isi”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993
Philipus M Hadjon, et. All, “Pengantar Hukum Administrasi Indonesia /
Introducti-on
to the Administrative Law. Gajah Mada
University: Yogyakarta, 1993
Rakhmat, Jalaluddin. ‘Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung ,1998
________________ RUU tentang Pelayanan Publik

11

Sumadiria, Haris “Menulis Artikel dan Tajuk Rencana” – Penerbit: Simbiosa
Rekatama Media, Bandung 2005
Thoha, Miftah

Birokrasi dan Politik di Indonesia, Raja Grafindo Persada,
Jakarta. 2003

Walgito, Bimo., Psikologi Sosial, Andi Offset, Yogyakarta, 1991
_______________ Undang – undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
________________ www.bisnis.com
________________ www. iklanriaupos.com
_______________ www.kompas.co.id
________________ www.pantau.or.id
________________ www.pikiran-rakyat.com

12