PANDUAN PENYUSUNAN KTSP SMK KUR 2006 JAT
BAB I PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan mengacu kepada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Berdasarkan Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang disiapkan oleh BSNP, setiap satuan pendidikan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan SMK/MAK, diharapkan dapat menyiapkan kurikulum yang akan digunakan sebagai kurikulum operasional.
Direktorat Pembinaan SMK sesuai dengan tugas dan fungsinya berkewajiban untuk memberikan bimbingan teknis kepada setiap SMK melalui berbagai strategi dan pendekatan, agar pada saatnya setiap SMK memiliki kemampuan untuk menyiapkan kurikulum sebagaimana diharapkan.
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.
Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian yaitu : Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan
kurikulum yang dapat diterapkan pFada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 sebagaimana telah diubah menjadi PP No. 32 tahun 2013 dan PP No.
13 tahun 2015 tentang Standar nasional Pendidikan, serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP.
Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), jadi hendaknya hanya digunakan sebagai referensi. Kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan kepada
peserta didik :
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan menghayati; (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan; (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
B. Tujuan
Model KTSP-SMK ini disusun bertujuan untuk melengkapi panduan penyusunan KTSP bagi SMK yang belum mampu mengembangkan kurikulum secara mandiri. Model KTSP-SMK menjadi referensi bagi satuan pendidikan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan, sehingga harapan setiap SMK memiliki KTSP sendiri segera terwujud.
BAB II KOMPONEN KTSP
A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
B. Struktur dan Muatan KTSP SMK
Struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam Standar Isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut. (1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) Kelompok mata pelajaran estetika, dan (5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Kelima kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK disusun dengan memperhatikan kelompok mata pelajaran tersebut dengan cakupan sebagaimana tertuang pada tabel 1.
Tabel 1. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran
Kelompok Mata Mata Pelajaran/ No
Cakupan
Pelajaran Komponen Terkait
Agama, Pendidikan 1. Agama dan
Kelompok mata pelajaran agama
Kewarganegaraan, Akhlak Mulia
dan akhlak mulia dimaksudkan
Pengembangan Diri,
untuk membentuk peserta didik
IPA, Seni Budaya,
menjadi manusia yang beriman
IPS, Penjaskes,
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Matematika dan
Maha Esa serta berakhlak mulia.
Kejuruan.
Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Kelompok Mata Mata Pelajaran/ No
Cakupan
Pelajaran Komponen Terkait
2. Kewarganegaraan Kelompok mata pelajaran Agama, dan Kepribadian
kewarganegaraan dan kepribadian Kewarganegaraan, dimaksudkan untuk peningkatan
Bahasa Indonesia,
kesadaran dan wawasan peserta
Bahasa Inggris,
didik akan status, hak, dan
Seni Budaya,
kewajibannya dalam kehidupan
Penjaskes, dan
bermasyarakat, berbangsa, dan
Pengembangan Diri.
bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Ilmu Pengetahuan Kelompok mata pelajaran ilmu Bahasa Indonesia, dan Teknologi
pengetahuan dan teknologi pada
Bahasa Inggris,
SMK dimaksudkan untuk
Matematika, IPA,
menerapkan ilmu pengetahuan
IPS, Kejuruan,
dan teknologi, membentuk
KKPI, dan Muatan
kompetensi, kecakapan, dan
Lokal.
kemandirian kerja.
4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika Bahasa Indonesia, dimaksudkan untuk meningkatkan Bahasa Inggris, sensitivitas, kemampuan
Seni Budaya, KKPI,
mengekspresikan dan
Kejuruan dan
kemampuan mengapresiasi
Muatan Lokal.
keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
Kelompok Mata Mata Pelajaran/ No
Cakupan
Pelajaran Komponen Terkait
5. Jasmani, Kelompok mata pelajaran jasmani, Penjaskes, IPA, Olahraga dan
dan Muatan Lokal. Kesehatan
olahraga dan kesehatan pada
SMK dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat.
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah.
Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
1. Mata pelajaran
Merujuk pada penjelasan Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan menengah kejuruan utamanya adalah mempersiapkan peserta didik untuk mampu bekerja pada bidang tertentu.
Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta dapat mengembangkan keahlian dan keterampilan, peserta didik harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri, maka struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut .
Kurikulum SMK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 37, menyatakan bahwa kurikulum SMK wajib memuat:
a. Pendidikan Agama;
b. Pendidikan kewarganegaraan;
c. Bahasa;
d. Matematika;
e. Ilmu Pengetahuan Alam;
f. Ilmu Pengetahuan Sosial;
g. Seni dan budaya;
h. Pendidikan jasmasi dan olah raga;
i. Keterampilan/kejuruan, dan j. Muatan lokal.
Atas dasar itu, maka mata pelajaran wajib pada KTSP SMK terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Keterampilan/Kejuruan (terdiri atas Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dan Kewirausahaan). Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja.
Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran (dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan) yang dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar lain yang berlaku di dunia kerja, bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.
Struktur kurikulum SMK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang hingga empat tahun, mulai kelas X sampai dengan kelas
XII atau kelas XIII. Mata pelajaran beserta alokasi waktu pada struktur kurikulum SMK tercantum pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu pada Struktur Kurikulum SMK (Generik)
Durasi
Komponen
Waktu (Jam) A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 192 2. Pendidikan Kewarganegaraan
192 3. Bahasa Indonesia
192 4. Bahasa Inggris a) 440
5. Matematika
5.1 Matematika Kelompok Seni, Pariwisata, dan
330 a)
Teknologi Kerumahtanggaan
5.2 Matematika Kelompok Sosial, Administrasi
403 a)
Perkantoran, dan Akuntansi
5.3 Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan, dan 516 a)
Pertanian 6. Ilmu Pengetahuan Alam
6.1 IPA a) 192 6.2 Fisika
6.2.1 Fisika Kelompok Pertanian a) 192 6.2.2 Fisika Kelompok Teknologi a) 276
6.3 Kimia
6.3.1 Kimia Kelompok Pertanian a) 192 6.3.2 Kimia Kelompok Teknologi dan Kesehatan a) 192
6.4 Biologi
6.4.1 Biologi Kelompok Pertanian a) 192 6.4.2 Biologi Kelompok Kesehatan a) 192
7. Ilmu Pengetahuan Sosial a) 128 8. Seni Budaya a) 128 9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
192 10. Kejuruan
10.1 Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
192 10.3 Dasar Kompetensi Kejuruan b) 140
b)
10.4 Kompetensi Kejuruan c) 1044
B. Muatan Lokal
192 C. Pengembangan Diri d) (192)
Keterangan notasi:
a)
Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap program keahlian. Program keahlian yang memerlukan waktu lebih, jam tambahannya diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sama di luar jumlah jam yang dicantumkan.
b)
Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan setiap program keahlian.
c)
Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan standard kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang dari 1000 jam.
d)
Ekuivalen 2 jam pembelajaran (per minggu) . Durasi jam yang tertulis pada struktur kurikulum adalah jumlah jam
pembelajaran tatap muka. Dua jam pembelajaran praktIk di sekolah atau empat jam pembelajaran praktIk di DU/DI setara dengan satu jam tatap muka. Alokasi waktu untuk Praktik Kerja Industri (Prakerin) diambil dari durasi waktu mata pelajaran Kompetensi Kejuruan (1044 jam).
Implikasi dari struktur kurikulum di atas dijelaskan sebagai berikut.
a. Di dalam penyusunan kurikulum SMK mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif. Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan. Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Kelompok adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan dapat diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.
b. Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian untuk memenuhi standar kompetensi kerja di dunia kerja.
c. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu standar kompetensi atau beberapa penyelesaian kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
d. Pendidikan SMK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem ganda.
e. Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit.
f. Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri ekuivalen dengan 36 jam pelajaran per minggu.
g. Minggu efektif penyelenggaraan pendidikan SMK adalah 38 minggu dalam satu tahun pelajaran.
h. Lama penyelenggaraan pendidikan SMK tiga tahun, maksimum
empat tahun sesuai dengan tuntutan program keahlian. Berdasarkan acuan struktur kurikulum generik di atas disusun struktur
kurikulum untuk masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan karakteristiknya.
2. Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran yang ada dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, karena itu satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
Untuk memilih muatan lokal yang sesuai dengan potensi daerah dapat dilakukan langkah-langkah berikut ini:
Identifikasi Potensi dan Kebijakan Daerah
Analisis
Pilihan Muatan Lokal yang Mungkin Dikembangkan
Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal
Bersama Pihak Terkait
Penyusunan Silabus Muatan Lokal
Kurikulum Muatan lokal (Mulok) pada Tingkat Daerah yang dikembangkan oleh pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dan/atau satuan pendidikan dapat berbentuk sejumlah bahan kajian terhadap keunggulan dan kearifan daerah tempat tinggalnya yang menjadi:
1) bagian mata pelajaran dan/atau
2) mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal dalam hal pengintegrasian tidak dapat dilakukan.
Muatan kurikulum pada tingkat daerah yang dimuat dalam KTSP terdiri atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal yang ditentukan oleh daerah yang bersangkutan. Penetapan muatan lokal didasarkan pada keunggulan dan kearifan serta kebutuhan dan kondisi setiap daerah, baik untuk provinsi maupun kabupaten/kota, bahkan satuan pendidikan. Muatan lokal yang
berlaku untuk seluruh wilayah provinsi berlaku untuk seluruh wilayah provinsi
Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota, kemudian disiapkan Kurikulumnya meliputi Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) dan Silabus dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006.
Muatan lokal yang berlaku hanya untuk satuan pendidikan (mulok sekolah) ditetapkan Yayasan (bagi sekolah swasta), kemudian disiapkan Kurikulumnya meliputi Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) dan Silabus dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006.
Bahasa Jawa sebagai muatan lokal provinsi Jawa Tengah berdasarkan pada Peraturan Daerah (PERDA) Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra dn Aksara Jawa dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57 tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis tentang Perda Nomor 9 tahun 2012 sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri terpisah dan dimasukan dalam struktur kurikulum satuan pendidikan dengan alokasi waktu 2 jam per minggu untuk semua kelas (kelas X, XI dan XII) semester 1 dan semester 2.
Satuan pendidikan dapat memasukkan kompetensi berbasis lokal dan global ke dalam semua mata pelajaran.
3. Kegiatan pengembangan diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
Pengembangan diri pada SMK terutama ditujukan untuk pengem- bangan kreativitas dan bimbingan karir.
a. Pengembangan kreativitas Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui kegiatan
ekstrakurikuler antara lain pramuka, paskibra, PMR, karya ilmiah siswa, pameran hasil karya siswa, lomba karya ilmiah siswa, dan pentas seni.
b. Pengembangan karir. Pengembangan karir dapat dilakukan antara lain melalui
pemberian informasi lapangan kerja, bimbingan tata cara mancari pekerjaan, bimbingan profesi, pengenalan serta pengembangan kepribadian.
4. Pengaturan beban belajar
a. SMK kategori standar menggunakan pengaturan beban belajar dalam sistem paket dan dapat menggunakan pengaturan beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS).
SMK kategori mandiri menggunakan pengaturan beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS). Utuk SMK yang
menggunakan SKS diatur dalam Permendikbud Nomor 158
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester
Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.
b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum (Tabel 2). Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pelajaran per minggu secara keseluruhan. Penambahan 4 jam pelajaran per minggu dapat dilakukan terhadap satu atau lebih mata pelajaran yang ada, atau menambah mata pelajaran baru yang dianggap penting tetapi tidak terdapat pada struktur kurikulum yang tercantum pada standar isi.
Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
c. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SMK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
Istilah tentang penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dapat dilihat pada glosarium.
d. Dua jam pembelajaran kegiatan praktik di sekolah atau empat jam pembelajaran kegiatan praktik di luar sekolah setara dengan satu jam pembelajaran tatap muka yang tercantum pada struktur kurikulum.
5. Penilaian
Satuan pendidikan yang menggunakan Kurikulum 2006 dalam melaksanakan Penilaian berpedoman kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, beserta Pedoman yang dibuat oleh Dirjen Mandikdasmen dan Direktorat Pembinaan SMK.
6. Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan urgensi masing-masing kompetensi, tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Ketuntasan belajar kompetensi kejuruan ditetapkan mengacu kepada standar minimal penguasaan kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang bersangkutan.
Dari ketentuan di atas berarti KKM pada satuan pendidikan dapat ditetapkan di bawah KKM Ideal yaitu 75 (tujuhpuluh lima) dan secara bertahap meningkat mencapai KKM Ideal yaitu 75 (tujuhpuluh lima) berarti KKM maksimal adalah 75.
7. Kenaikan kelas dan kelulusan
a. Kenaikan Kelas
Kenaikan Kelas Dilaksanakan Pada Setiap Akhir Tahun Pelajaran. Kriteria Kenaikan Kelas Diatur Oleh Masing-Masing Direktorat Teknis Terkait. Ketentuan Mengenai kenaikan kelas mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional Nomor :
12/C/KEP/TU/ 2008 Tentang Bentuk Dan Tata Cara Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar Dan
Menengah (SD/Mi/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, dan SMA/MA/SMK/ SMALB)
b. Kelulusan
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;
c. lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
d. lulus Ujian Nasional. Ketentuan mengenai kelulusan dari satuan pendidikan, maka Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 ini telah diubah menjadi PP 32 tahun 2013 dan telah diubah lagi menjadi PP Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan. Syarat kelulusan dari satuan pendidikan lebih lanjut setiap tahun diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Prosedur Operasi Standar (POS) Ujian Nasional yang ditetapkan oleh BSNP.
Satuan pendidikan membuat ketentuan kelulusan pada Dokumen KTSP tahun berjalan mengacu kepada Ketentuan Kelulusan tahun sebelumnya, dengan catatan bahwa kalau ada perubahan mengikuti ketentuan yang terbaru.
8. Penjurusan
Penjurusan pada SMK didasarkan pada spektrum pendidikan kejuruan yang diatur oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Keputusan Dirjen Mandikdasmen Nomor 251/C/KEP/MN/2008 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan.
9. Mutasi
Satuan Pendidikan menetapkan pedoman untuk pelaksanaan mutasi bagi peserta didik dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku.
10. Pendidikan kecakapan hidup
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup yaitu pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri (penjelasan Pasal 26 ayat (3) UU Nomor 20 Tahun 2003).
b. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara khusus.
c. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan melalui kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan organisasi siswa dan atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal, seperti kegiatan kepemudaan, pemberdayaan perempuan, kursus, dan lain-lain.
11. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan atau dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
d. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.
C. Kalender Pendidikan
1). Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
2). Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
3). Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
4). Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
5). Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan
No Kegiatan
Alokasi Waktu
Keterangan
Digunakan untuk kegiatan Minggu efektif
Minimum 34 minggu
pembelajaran efektif pada setiap belajar
1. dan maksimum 38
satuan pendidikan Jeda tengah
minggu
Satu minggu setiap semester semester
2. Maksimum 2 minggu
3. Jeda antar semester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II Digunakan untuk penyiapan
Libur akhir tahun
kegiatan dan administrasi akhir pelajaran dan awal tahun pelajaran
4. Maksimum 3 minggu
Daerah khusus yang memerlukan libur keagamaan lebih panjang
Hari libur dapat mengaturnya sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
Hari libur Disesuaikan dengan Peraturan
6. Maksimum 2 minggu
umum/nasional
Pemerintah Untuk satuan pendidikan sesuai
7. Hari libur khusus
Maksimum 1 minggu
dengan ciri kekhususan masing- masing
Digunakan untuk kegiatan yang diprogramkan secara khusus oleh
Kegiatan khusus sekolah/madrasah tanpa
8. Maksimum 3 minggu
sekolah/madrasah mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
D. Pelaksanaan Penyusunan KTSP
1. Analisis Konteks
a). Analisis potensi serta kekuatan dan kelemahan yang ada di
sekolah, meliputi: peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, serta program-program yang ada di sekolah.
b). Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan
lingkungan sekitar, antara lain: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia usaha/industri, dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya.
c). Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2. Mekanisme Penyusunan a). Tim penyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh sekolah dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan provinsi.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK terdiri atas:
1). guru; 2). konselor; 3). kepala sekolah; 4). komite sekolah (sebagai wadah keterlibatan pihak du/di,
asosiasi, dunia kerja, dan anggota institusi pasangan lainnya), 5). nara sumber.
Kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, Dinas Pendidikan Provinsi bertindak sebagai koordinator dan supervisor.
Guru, konselor, komite sekolah (khususnya DU/DI, Asosiasi, Dunia Kerja, dan anggota Institusi Pasangan lainnya) dan nara sumber bertindak sebagai anggota tim penyusun KTSP.
1) Kegiatan
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah dan/atau kelompok sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pembelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan secara garis besar meliputi:
a) Penyiapan dan penyusunan draf;
b) Reviu dan revisi;
c) Finalisasi. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan
diselenggarakan oleh tim penyusun.
2) Pemberlakuan
Dokumen KTSP SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
Alur pelaksanaan penyusunan KTSP SMK adalah sebagai berikut.
ANALISIS KONTEKS
SWOT Analisis
Visi, Misi dan Tujuan
Identifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
PENYUSUNAN KTSP
Finalisasi Tim Penyusun
Pembentukan
Penyiapan dan
Review dan
Draf KTSP
KTSP
ISI KTSP
Tujuan Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Visi dan Misi SMK yang Bersangkutan
Tujuan SMK yang Bersangkutan Tujuan Program Keahlian
Standar Kompetensi Diagram Pencapaian kompetensi Struktur dan Muatan KTSP SMK yang Bersangkutan Kalender Pendidikan SMK yang Bersangkutan Silabus SMK yang Bersangkutan
Disahkan oleh Kepala Sekolah
Diketahui oleh Komite Sekolah dan Dinas Pendidikan Propinsi
3. Pengesahan KTSP
a. Kepala SMK dan ketua Komite Sekolah menandatangani dokumen kurikulum hasil pemantapan dan penilaian dan menetapkan pemberlakuan kurikulum tersebut di sekolahnya, b. KTSP yang sudah ditanda tagani Kepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah dikirim ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk dilakukan verifikasi/ validasi oleh Petugas yang ditunjuk. Apabila Dokumen I, Dokumen II dan Dokumen III hasil verifikasi sudah memenuhi ketentuan yang berlaku kemudian direkomendasikan ke Dinas Pendidikan Provinsi untuk mendapatkan pengesahan. Tetapi apabila belum mememuhi kriteria, maka Dokumen tersebut dikembalikan ke sekolah untuk dilakukan revisi KTSP. c. Dokumen KTSP yang sudah mendapat rekomendasi dari Dinas Pendidikan kab./kota selanjutnya dibawa ke Dinas Pendidikan Provinsi. Setelah disupervisi/diverifikasi oleh petugas dan telah memenuhi ketentuan yang berlaku kemudian dilakukan pengesahan, tetapi apabila belum memenuhi kritera/ketentuan yang ada, maka Dokumen KTSP tersebut dikembalikan ke kabupaten/kota dan/atau sekolah untuk dilakukan revisi kembali. Dokumen yang dibawa ke provinsi meliputi :
1) Dokumen I KTSP setiap Kompetensi Keahlian (dicetak rangkap 1) 2) Instrumen verifikasi/validasi oleh Dinas Pendidikan setiap Kompetensi Keahlian 3) Rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota 4) Dokumen sebagai arsip di Dinas Pendidikan Provinsi meliputi
a) Dokumen I, yaitu Buku KTSP masing-masing Kompetensi Keahlian b) Dokumen II (SK, KD dan Silabus semua mata pelajaran dan mulok setiap Kompetensi keahlian) dan c) Dokumen III (RPP semua mata pelajaran)
Dokumen I, Dokumen II dan Dokumen III dalam bentuk softcopy dan dimasukan dalam CD.
d. Dokumen yang sudah ditandatangani oleh Dinas Pendidikan Provinsi, siap untuk diberlakukan pada satuan pendidikan.
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Penyusunan KTSP
a. Merumuskan tujuan pendidikan menengah kejuruan
Rumusan tujuan pendidikan menengah kejuruan pada dasarnya merupakan tujuan yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai penjabaran dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 dan penjelasan Pasal
b. Merumuskan visi dan misi SMK
Setiap satuan SMK merumuskan visi dan misinya masing-masing dengan memperhatikan acuan operasional penyusunan KTSP. Rumusan visi dan misi secara jelas menggambarkan eksistensi SMK yang bersangkutan serta gambaran masa depannya.
c. Merumuskan tujuan SMK
Setiap satuan SMK merumuskan tujuan masing-masing mengacu kepada visi dan misi SMK yang telah ditetapkannya. Rumusan tujuan SMK menggambarkan tujuan institusional kehadiran satuan pendidikan yang bersangkutan.
d. Merumuskan tujuan program keahlian
Setiap program keahlian yang dibuka memiliki rumusan tujuan. Tujuan program keahlian merupakan kristalisasi dari kompetensi- kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk dapat bekerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar kompetensi kerja lain yang dijadikan acuan dan berlaku di dunia kerja, serta untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan program keahliannya.
e. Menetapkan standar kompetensi
Penetapan standar kompetensi dalam penyusunan KTSP SMK menggunakan acuan sebagai berikut.
1. Standar kompetensi lulusan, meliputi: a). Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-
SP), merupakan profil lulusan SMK yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
b). Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP), merupakan kompetensi minimum setiap mata pelajaran b). Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP), merupakan kompetensi minimum setiap mata pelajaran
23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan c). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD),
merupakan kompetensi minimum setiap substansi mata pelajaran yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Keseluruhan standar kompetensi lulusan tersebut adalah kompetensi minimum yang harus dilaksanakan, setiap satuan pendidikan dapat menambahkan kompetensi-kompetensi yang dinilai penting untuk menunjang mutu dan relevansi kompetensi lulusan.
2. Standar Kompetensi Kerja, digunakan untuk menetapkan:
a). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kompetensi
Kejuruan, diambil dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar kompetensi kerja lain yang berlaku di dunia kerja untuk level kualifikasi lulusan SMK.
b). Standar Kompetensi Mata Pelajaran pada Dasar Kejuruan disusun oleh SMK bersama Komite SMK berdasarkan tuntutan kebutuhan mata pelajaran kompetensi kejuruan.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal, disusun oleh Provinsi untuk Mulok Provinsi, disusun oleh Kabupaten/Kota untuk Mulok yang berlaku di kabupaten/kota dan disusun oleh satuan pendidikan (SMK) dan komite SMK bagi Mulok sekolah, sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah termasuk keunggulan daerah.
f. Menyusun diagram pencapaian kompetensi
Diagram pencapaian kompentensi merupakan tahapan atau tata urutan logis kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik dalam kurun waktu yang dibutuhkan, serta kemungkinan dilaksanakan multi entry-multi exit. Diagram pencapaian kompetensi cukup dibuat untuk mata pelajaran kompetensi kejuruan.
g. Menyusun struktur kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri yang harus ditempuh oleh Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri yang harus ditempuh oleh
Susunan mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok program, yaitu kelompok program normatif, program adaptif, dan program produktif. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, selaras dengan program keahlian yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran yang ada atau terlalu banyak sehingga perlu menjadi mata pelajaran tersendiri. Pengembangan diri meskipun bukan mata pelajaran dan dapat diperoleh dari kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan atau ekstrakurikuler yang ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan pelayanan bimbingan karir, tetap harus tercantum dalam struktur kurikulum.
Di dalam struktur kurikulum harus memuat durasi waktu, yaitu estimasi jumlah jam yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Kecakapan hidup, keunggulan lokal dan global, lingkungan hidup serta materi lain yang tidak termasuk dalam struktur kurikulm dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran.
h. Menetapkan beban belajar
Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah, dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri dengan jumlah 36-40 jam pelajaran per minggu @
45 menit. Penyelenggaraan pendidikan SMK maksimum 38 minggu efektif dalam satu tahun pelajaran.
Penetapan beban belajar di SMK dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut: Penetapan beban belajar di SMK dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:
b. mengkonversi jumlah jam praktik di sekolah dan praktik di industri ke dalam jumlah jam tatap muka dengan ketentuan 2 jam pembelajaran praktik di sekolah atau 4 jam pembelajaran di dunia kerja/industri setara dengan satu jam pembelajaran tatap muka (teori).
c. menetapkan jumlah jam mata pelajaran yang terdiri atas jam tatap muka (teori) dan jumlah jam hasil konversi pada butir 2) yang dicantumkan pada struktur kurikulum.
d. jumlah jam semua mata pelajaran dan muatan lokal menentukan lamanya penyelenggaraan pendidikan di SMK. Penyelenggaraan pendidikan ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 3 tahun atau dapat diperpanjang hingga 4 tahun.
i. Menetapkan kalender pendidikan
Setiap satuan pendidikan SMK dapat menyusun dan menetapkan kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pendidikan sistem ganda (pembelajaran di sekolah dan pembelajaran di dunia kerja), pembelajaran berbasis kompetensi, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut.
a. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
b. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah Kabupaten/Kota. Organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
c. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
d. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi dengan memperhatikan ketentuan dari Pemerintah/pemerintah daerah.
Langkah Kerja Pengembangan KTSP
1. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilaksanakan oleh Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah, dikoordinasikan oleh kepala sekolah dengan melibatkan komite sekolah, dan guru, serta pengawas pembina dengan pendampingan atau bimbingan dan kerjasama dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota,dan instansi lain yang terkait. 2. Kerjasama dengan dinas/instansi terkait dapat dilakukan untuk menambah atau memperkaya muatan kurikulum sekolah sesuai dengan karakteristik sekolah, keunggulan lokal, dan sosial budaya lingkungan setempat. 3. Kurikulum Sekolah yang telah disusun harus dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab oleh kepala sekolah, pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya di sekolah yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah setelah disahkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi. 4. Memperhatikan prosedur operasional dan langkah kerja seperti diatas, pengembangan KTSP jenjang SMA dapat digambarkan seperti pada bagan 1 berikut ini :
Supervisi/Veri
fikasi oleh Dinas
Pendidikan Kab./Kota, Rekomendasi,
Pengesahan Dinas
Bagan 1: Langkah Kerja Pengembangan KTSP Jenjang SMA
Pada bagan 1 di atas terdapat 5 (lima) besaran kegiatan yaitu; 1) Kegiatan Koordinasi dan Persiapan, 2) Pelaksanaan Pengembangan, 3) Supervisi,
4) Sosialisasi dan Implementasi, dan 5) Evaluasi.
BERIKUT INI TAHAPAN PENYUSUNAN SAMPAI DENGAN PENGESAHAN KTSP.
PELAKSANA
MUTU BAKU
NO
KEGIATAN KS
Kom TP
Di
Gu guru
Kelengkapan
Waktu
Output Keterangan
Mei Minggu SK Kasek Dilaksanakan dan menetap-
Agenda Kerja
ttg Tim oleh Sekolah kan TPK
KS
ke- 2
Peng. Kur. 2 Melakukan
Mei Minggu Laporan Dilakukan analisis
Regulasi
Analisis oleh sekolah konteks
SDM
ke- 3
Konteks 3 Menyiapkan
Sarpras
Mei Minggu Draft Dilakukan draft
Draft
Kurikulum oleh sekolah Kurikulum
pihak terkait 4 Review/Revi-
sebelumnya
Dokumen Dokumen si melalui
ATK
Juni
Kurikulum Pendukung : workrshop
Media
Minggu ke-
Sarpras
1 Hasil Undangan,
Regulasi
Riview dan Daftar Hadir,
terkait
Revisi, Notulen, dan Dokumen
Berita Acara pendukung 5 Finalisasi
Minggu ke-
Kurikulum
hasil review
2 Final
dan revisi
6 Pemantapan
Berita acara Validasi oleh dan Penilaian
Minggu ke-
Pemantapan Dinas Pend.
kurikulum dan
3 s.d. ke-4
dan Kab/Kota
Rekomendasi
penilaian Rekomendasi oleh Kadinas Kab/Kota
Minggu ke-
Penetapan
Dokumen
3 s.d. ke-4
Juli Minggu
Dokumen Oleh Kabid
Pengesahan
ke-1 s.d. ke- Kurikulum Dikmen
Dakumen
2 yang Sah Dinas
Kurikulum
Pendidikan Provinsi
9 Pemberlakuan
Dokumen Perpustakaan Dokumentasi
Berita acara
Juli Minggu
Kurikulun , Kurikulum
serah terima
ke-4(mulai
dokumen
awal tahun
yang Waka
kurikulum
ajaran baru)
berlaku Kurikulum, Prodi
BAB III PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP
A. PENGEMBANGAN SILABUS
1. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
2. Prinsip-prinsi Pengembangan Silabus
5. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
6. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
7. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
8. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
9. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
10. Aktual dan kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
11. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
12. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor).
3. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
Langkah-langkah pengembangan silabus disajikan pada diagram alir berikut.
Diagram Alir Penyusunan Silabus Mata Pelajaran
Pengkajian
Standar Kompetensi Lulusan (SKL
dan SKKNI) SMK
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran
Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Penyusunan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Komponen silabus
Komponen-komponen pengembangan silabus mencakup unsur-unsur di bawah ini. Sistem penomoran yang ada bukan merupakan urutan sedangkan urutan pengembangan silabus disajikan pada diagram alir di atas.
4. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a). urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak selalu harus sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi;
b). keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c). keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
5. Mengidentifikasi materi pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
a). Potensi peserta didik; b). tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik ; c). kebermanfaatan bagi peserta didik; d). struktur keilmuan; e). aktualitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran; f). relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan,
khususnya dunia kerja; g). alokasi waktu.
6. Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.