PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM PESERTA DIDIK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Data di SMAN 1 Kedungwaru Kabupaten Tulungagung

a. Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual (Contekstual Teaching And Learning) di SMAN 1 Kedungwaru meliputi (1) membuat keterkaitan yang bermakna, (2) pembelajaran mandiri (3) melakukan pekerjaan yang berarti, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian autentik.

1) Membuat keterkaitan yang bermakna Pembelajaran PAI di SMAN 1 Kedungwaru senantiasa mengaitkan materi dengan kehidupan nyata dan bagaimana cara mengaitkannya tergantung pada sub bahasannya dan tidak hanya dilihat dari aspek religious saja namun juga aspek aspek yang lain seperti aspek sosiologis, psikologis, pendidikan bahkan kesehatan yang sebagaimana yang diungkapkan oleh Istiqomah salah satu GPAI di sekolah tersebut bahwa :

Tergantung materinya bu…misalnya materi tentang pergaulan bebas, anak-anak diberi tugas untuk mencari akar masalah dari materi tersebut baik dari aspek sosiologi, psikologi, religious juga aspek pendidikan dan kesehatan kemudian dapat dibuat kliping. Materi wakaf, siswa mencari undang-undang yang Tergantung materinya bu…misalnya materi tentang pergaulan bebas, anak-anak diberi tugas untuk mencari akar masalah dari materi tersebut baik dari aspek sosiologi, psikologi, religious juga aspek pendidikan dan kesehatan kemudian dapat dibuat kliping. Materi wakaf, siswa mencari undang-undang yang

lingkungan rumah atau masyarakat . Untuk materi zakat anak berlatih dengan memberikan dan menginfakkan 2,5 persen dari

uang saku setiap minggunya pada saat pembelajaran. 1

Menurut Nunik yang juga salah seorang GPAI di sekolah ini membuat keterkaitan materi agar lebih bermakna dapat dilakukan dengan memanfaatkan media yang ada di sekolah, seperti LCD, dengan mengamati tayangan yang disesuaikan dengan materinya maka anak akan lebih menjiwai terhadap materi dan tidak gampang lupa sehingga akan lebih mudah mempraktekkannya dalam kehidupannya sehari-hari sebagaimana diunkapkannya bahwa :

Klo saya dengan memutarkan video anak mempelajari dengan cara mengamati kemudian mempraktekkannya. Karena dengan langsung praktek, anak-anak lebih menjiwai materi sehingga tidak gampang lupa karena belajar itu akan lebih bermakna dengan

mempelajari kemudian memprakktekkan. 2

cara

melihat,

Hal senada juga diungkapkan oleh Suryani salah seorang GPAI sekaligus pembina ekstrakurikuler remaja masjid ; Saya biasanya menggunakan media terlebih dahulu seperti

internet atau tayangan video untuk menunjukkan kejadian yang sebenarnya sebelum anak melaksanakan kegiatan praktek, dengan begitu mereka akan lebih cepat menguasai materi dan

mampu mempraktekkannya dengan baik. 3

2) Pembelajaran Mandiri Pembelajaran secara mandiri juga diterpakan di sekolah ini. Dalam kegiatan belajar mengajar adakalnya peserta didik ditugaskan

2 W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015. 3 W. NM.GPAI, SMAN 1 Ked., 29-4-2015. W. SY,GPAI, SMAN 1 Ked., 6-5-2015.

menyiapkan dan mempelajari materinya sendiri yang bisa diperoleh dari berbagai sumber sebelumnya yang kemudian dipelajari bersama-sama. Sebagaimana diungkapkan Nunik bahwa :.

Dalam pelaksanaan pembelajaran mandiri, sebagai guru PAI saya senantiasa menerapkan pembelajaran mandiri contohnya ketika mempelajari satu bagian tema dari materi PAI terlebih dahulu siswa saya tugaskan mencari materi sendiri bisa dari internet, buku-buku yang ada di perpustakaan atau sumber- sumber lain yang relevan yang kemudian dipresentasikan di dalam kelas. Disamping itu kegiatan mandiri juga terlihat pada

kegiatan siswa tadarus di hari Jum‟at pagi. 4

Pembelajaran mandiri tidak hanya diterapkan di saat KBM di dalam kelas namun dalam kegiatan Jum‟at pagi, dimana setiap hari Jum‟at pukul 06.30 sampai dengan pukul 07.00 peserta didik

melaksanakan tadarus (membaca) Al Qur‟an terlebih dahulu. Kegiatan ini dipandu oleh peserta didik sendiri yang tergaung dalam Remaja Masjid. Remaja Masjid ini bertugas memandu, menjalankan

dan menertibkan kegiatan tadarus Al Qu‟an secara mandiri sedang GPAI hanya mengawasi dan mengevaluasinya saja. Hal ini

sebagaimana yang diungkapkan Suryani salah satu GPAI yang juga Pembina Ekstrakurikuler Remaja Masjid di SMAN 1 Kedungwaru ini bahwa :

Saya senantiasa mngarahkan anak untuk belajar mandiri, setiap pembelajaran di kelas mereka juga saya anjurkan mempelajari materi terlebih dahulu. Untuk kegiatan di luar kelas seperti

setiap hari Jum‟at pagi sebelum KBM jam 06.30-07.00 ada kegiatan mengaji bersama yang di pandu oleh anak-anak remus sendiri sedang GPAI hanya mengawasi dan mengontrol kegiatan ini, mereka semua sangat antusias menjalankan program ini, terlihat mereka juga menerapkan sangsi bagi siswa-siswi yang terlambat tidak ikut dalam kegiatan membaca

Al Qur‟an ini. Sangsinya dengan mengulangi kegiatan tadarus di waktu siangnya di hari Jum‟at itu juga ditambah dengan menulis Al Qur‟an. Namun jika sangsi ini membuat anak tidak

4 W. NM.GPAI, SMAN 1 Ked., 29-4-2015.

jera maka akan diserahkan kepada GPAI untuk memberikan sangsinya. 5

Dalam kegiatan tadarus ini dilaksanakan di dalam kelas dengan cara monitoring. Mentornya terdiri dari dua atau tiga remaja Masjid dalam satu kelas, mereka yang memandu dan mengabsen kehadiran peserta didik. Hal ini di ungkapkan oleh Mohammad Sahrian sebagai ketua remaja Masjid bahwa :

Kita senantiasa dilatih untuk mandiri selain belajar di dalam kelas juga kegiatan membaca Al Qur ‟an di hari Jum‟at pagi dilaksanakan dengan cara monitoring, yakni setiap 2 sampai 3 remaja masjid mendampingi membaca Al Qur‟an di kelas sesuai dengan pembagian masing-masing, remaja masjid tersebut bertugas memimpin pelaksanaan kegiatan membaca Al Qur‟an yang dilaksanakan secara bersama-sama kemudian mengabsensi kehadiran para siswa. 6

Selanjutnya Rahmat Ali sebagai wakil ketua remaja Masjid menjelaskan tentang sangsi jika mereka tidak hadir atau terlambat mengikuti kegiatan ini yaitu bahwa :

Bagi mereka yang tidak hadir atau terlambat dalam kegiatan jum‟at pagi maka akan diberi sangsi, diantara sangsinya adalah membaca dan menulis Al Qur‟an yang dilaksanakan setelah

sholat Jum‟at. Namun Jika masih tidak melaksanakannya, maka yang memberi sangsi adalah guru agama masing-

masing. 7

Data diatas juga didukung oleh observasi peneliti tentang kegiatan me mbaca Al Qur‟an di hari Jum‟at yang berjalan dengan lancar dengan penuh hikmat. Sudah sejak pagi remaja masjid berkumpul di emperan masjid untuk melakukan koordinasi . Mereka sudah menyiapkan Al Qur‟an dan kotak amal yang dijajar secara rapi

5 W. SY.GPAI, SMAN 1 Ked., 6-5-2015. 6 W. MS.PS, SMAN 1 Ked., 8-5-2015. 7 W. RA,PS, SMAN 1 Ked., 8-5-2015.

untuk kemudian di bawa kekelas sesuai tugas masing-masing. Meski hanya dipandu oleh peserta didik sendiri yang tergabung dalam remaja masjid namun peserta didik kelihatan sangat antusias dan tertib. Kemandirian mereka sangat terlihat dalam mensukseskan pembelajaran ini. Di dalam kelas remaja masjid memandu kegiatan dengan penuh percaya diri dan semua peserta didik mengikuti pembacaan Al Qur‟an dengan tertib. Sedang guru hanya bertugas mengontrol pelaksanaan pembelajaran ini dan mengevaluasinya. 8

Gambar 4 : 9 Persiapan Kegiatan Mandiri Tadarus Al Qur„an

3) Melakukan pekerjaan yang berarti Peserta didik juga diajarkan melakukan pekerjaan yang berarti dalam kehidupannya. Hal ini yang sering diterapkan dalam materi yang berkaitan dengan zakat, infaq dan sodaqoh. Karena materi ini akan melibatkan dari orang-orang yang lemah ( kaum dhuafa ) yang

8 O. Kegiatan Tadarus Al Qur‟an, SMAN 1 Ked., 8-5-2015. 9 D. Kegiatan Mandiri Tadarus Al Qur‟an, 8-5-2015.

meliputi fakir miskin, anak yatim dan orang-orang cacat ataupun orang-orang jompo. Peserta didik diharapkan tidak hanya mengetahui pengertian dari sodaqoh namun mereka menyadari pentingnya bersodaqoh. Peserta didik diajarkan mengumpulkan dari uang saku sedikit demi sedikit setiap hari sehingga tidak memberatkan mereka sehingga akan terkumpul sangat banyak di akhir tahun dan ini akan diberikan kepada kaum dhuafa sesuai dengan usulan mereka sebagaimana dituturkan Solehah salah seorang GPAI yang paling senior di sekolah ini bahwa :

Sebagai implementasi dari materi sodaqoh setiap hari anak dianjurkan untuk menyisihkan uang saku seratus rupiah, dalam seminggu uang itu terkumpul enam ratus rupiah dan dalam sepuluh bulan akan terkumpul sekitar enam juta untuk masing-amasing anak dan itu masih dikalikan jumlah siswa di sekolah ini. Namun kadang ada anak-anak yang tidak telaten mengumpulkan uang sedikit demi sedikit namun mereka langsung mengumpulkan lebih banyak di akhir waktunya. Dana itu akan disalurkan sesuai keinginan anak diantaranya ke fakir, miskin atau anak yatim yang ada disekitar sini dan itu biasa kita sebut dengan peduli famia dan biasanya diberikan dalam bentuk uang atau sembako.Kegitan ini sudah menjadi

rutinitas para peserta didik di sekolah ini tiap tahunnya. 10

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Istiqomah, bahwa; Untuk materi zakat anak berlatih dengan memberikan dan

menginfakkan 2,5 persen dari uang saku setiap minggunya pada saat pembelajaran untuk diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu, disamping itu mereka juga

menyumbangkan seragam mereka ketika lulus dari sekolah. 11

11 W. SK.GPAI, SMAN 1 Ked., 8-5-2015. W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015.

Gambar 5 : Pemberian Santunan kepada Anak Yatim 12

4) Kerjasama Bentuk kerjasama antara siswa juga diterapkan dalam pembelajaran PAI, kerjasama bisa berupa kerja kelompok, dalam satu kelas murid dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini diungkapkan oleh Suryani “ Bentuk kerjasamanya dengan cara berkelompok bu, guru memberi arahan dan siswa secara berkelompok mencari data

dari internet, perpus, atau aplikasi Al Qur‟an di HP”. 13 Selanjutnya Istiqomah juga menjelaskan tentang kerjasama dalam penyampaian

materi tentang wakaf yang disajikan dengan perpaduan seni drama dimana peserta didik dibagi secara berkelompok untuk bermain peran dalam proses pelaksanaan wakaf sebagaimana diungkapkan oleh Istiqomah bahwa :

12 D. Kegiatan Santunan Anak Yatim, 2015. 13 W. SY.GPAI, SMAN 1 Ked., 6-5-2015.

Dalam materi wakaf kemarin anak-anak saya beri tugas untuk bermain peran dalam tatacara pelaksanaan wakaf, anak-anak membentuk kelompok dan membagi perannya masing-masing, diantaranya siapa yang menjadi wakif, mauquf dan nadzir dan bagaimana melafalkan sighotnya dalam penyerahan harta wakafnya dan siapa saja pihak-pihak yang terkait dalam proses ini, sehingga dari sini akan terlihat jika ana-anak melakukan kerjasama dengan baik maka akan mendapatkan hasil yang baik pula dan Alhamdulillah mereka dapat melaksanakan

dengan sangat baik. 14

Hal senada diungkapkan oleh Nunik bahwa kerjasama dapat diterapkan dengan cara berkelompok dalam mempraqktekkan tatacara pengurusan jenazah namun sebelumnya peserta didik mengamati video bagaimana memandikan, menkafani, mensholatkan dan mengkuburkan jenazah secara benar sebagaimana diungkapkannya :

Bentuk kerjasamanya secara berkelompok contohnya dalam materi jenazah, anak-anak diperlihatkan tontonan video tentang materi jenazah baik itu memandikan, mengkafanni, mensholatkan dan menguburkan, kemudian mereka membagi tugas untuk mempraktekkannya dan hasilnya akan bagus jika

kerjasama mereka juga bagus 15 ”.

5) Berpikir kritis dan kreatif Menurut Nunik berpikir kritis dan kreatif itu sangat diperlukan di zaman sekarang karena untuk bisa bertahan hidup dan mampu bersaing dengan manusia lain. Menurutnya berpikir kritis dalam pembelajaran PAI dapat dengan mau bertanya dan banyak mengkaji kandungan Al Qur‟an sedangkan kreatif peserta didik dapat

14 W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015. 15 W. NM.GPAI, SMAN 1 Ked., 29-4-2015.

menyajikan tugasnya dengan dikemas agar menjadi lebih menarik sebagaimana diungkapkannya bahwa :

Berpikir kritis dan kreatif itu diperlukan dalam pembelajaran PAI, karena pada zaman sekarang orang yang akan survive dalam hidup adalah orang yang kritis dan juga kreatif, dan untuk menumbuhkan kritis pada pembelajaran PAI misalnya dengan memberi kesempatan anak untuk bertanya dan mengungkapkan pengetahuannya dari yang sudah mereka kaji sebelumnya, sebagai contoh bagaimana memaknai Al Qur‟an dalam konteks zaman dulu dengan zaman sekarang yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.Sedang untuk kreatif misalnya di akhir semester siswa mengumpulkan dan

menyusun tugas-tugasnya hingga menjadi sebuah modul. 16

Disamping itu untuk menjadikan peserta didik yang mampu berpikir kritis dan kreatif harus dimulai dari memberi motivasi, memberi kesempatan bertanya, mencari sumber materi yang lain dan member kesempatan mengkomunikasikan di hadapan teman- temannya. Sedangkan menurut Istiqomah bahwa :

Untuk menciptakan siswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif dimulai dari memberi motivasi, kemudian diberi kesempatan bertanya, mengumpulkan data kemudian mengkomunikasikan atau mendiskusikan diantara mereka sehingga siswa mampu membuat kesimpulan dari materi yang diberikan sedangkan guru sifatnya hanya menguatkan saja dan mengamati proses pembelajaran apakah sudah sesuai dengan

yang dikehendaki dari RPP. 17

Data diatas juga didukung oleh observasi peneliti bahwa berpikir kritis sangat terlihat ketika peserta didik melakukan diskusi materi yang sedang dipelajari, mereka berdiskusi secara berkelompok. Disini terlihat peserta didik saling berebut mengajukan pertanyaan kepada para penyaji materi. Jika penyaji mampu menjawab akan dijawab secara langsung namun jika belum bisa

17 W. NM.GPAI, SMAN 1 Ked., 29-4-2015. W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015.

menjawab secara langsung mereka meminta waktu atau menundanya untuk mencari jawabannya dari berbagai macam sumber atau

literature. 18

Gambar 6 : Suasana Diskusi di Kelas 19

6) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang Membantu peserta didik untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal merupakan tanggungjawab seorang guru. Untuk dapat membantu tumbuh dan kembang peserta didik dengan baik maka perlu mengenal peserta didik terlebih dahulu. Mengenal peserta didik dapat dilakukan dari proses pembelajaran yang dilakukan sehari-hari. Dari gaya belajar dan keaktifan peserta didik di dalam kelas tentunya juga dapat diamati selain melakukan pendekatan emosional yang lain sebagaimana diungkapkan Nunik bahwa:

18 O. Diskusi di dalam kelas, 2-5-2015. 19 D. Diskusi di dalam kelas, 2-5-2015.

Biasanya saya mengenal siswa dari proses pembelajaran di dalam kelas yang kita lakukan sehari-hari, sebagai contoh jika terdapat salah satu siswa yang tugasnnya kurang atau tidak mengumpulkan tugas saya panggil, saya adakan pendekatan emosional dengan cara saya tanya alasan-alasannya yang membuat mereka melakukan itu. Dari sini saya juga melakukan pendekatan individual terhadap siswa. Sehingga akan terlihat anak yang membutuhkan untuk pendalamn materi/remidi.Ini saya lakukan agar anak yang mempunyai masalah dan tidak mempunyai masalah dalam belajar supaya

dapat berkembang dengan baik dan optimal. 20

Dalam rangka membantu peserta didik untuk tumbuh dan berkembang selain dapat dilakukan melalui proses pembelajaran juga dapat dilakukan melalui proses penilaian. Dalam pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual yang menekankan pada proses, maka bentuk penilaian dapat berupa penilaian diri sendiri dan penilaian teman sejawat untuk mengetahui sikap peserta didik, ujian tulis untuk mengetahui kemampuan kognitif peserta didik maupun ujian lesan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyampaikan ide-idenya. Sebagaimana diungkapkan oleh Istiqomah bahwa :

Untuk mengenal siswa dapat saya lakukan dengan cara mengamatinya dalam proses pembelajaran yang berlangsung setiap harinya, disamping itu melalui proses penilalian, penilaian itu ada berbagai macam bentuknya yaitu penilaian sikap atau penilaian afektif, penilaian kemampuan atau kognitif dan penilaian psikomotorik atau penilaian ketrampilan. Untuk penilaian sikap selain observasi diantaranya ada lembar penilaian diri dan penilaian teman sejawat ini digunakan untuk mengetahui perkembangan sikap anak dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu ada ujian tulis untuk mengetahui kemampuan kognitif anak, ujian lesan untuk mengetahui kemampuan anak dalam beretorika dan masih banyak instrumen- instrumen penilaian lain yang ada dalam kurikulum 2013 yang semuanya dapat membantu kita mengenal anak lebih dalam. Memang sangat sulit untuk

20 W. NM.GPAI, SMAN 1 Ked., 29-4-2015.

mengetahui masing-masing karakteristik anak apalagi beban mengajar guru yang banyak yaitu 24 jam pelajaran perminggu,

namun begitu tetap bisa dilakukan tapi tidak bisa sempurna. 21

Hal yang sama juga diungkapkan Suryani, bahwa : Saya mengenal dan menghafal siswa dari proses pembelajaran

di kelas, dari sini saya tahu kelebihan dan kekurangan siswa untuk kemudian diberikan arahan, disamping juga mengadakan

pendekatan individual terhadap mereka. 22

7) Mencapai standar yang tinggi Di sekolah ini mempunyai standar ketercapaian pembelajaran yang tinggi. Dalam aspek kognitif peserta didik tidak hanya harus mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) namun harus melebihi nilai KKM bahkan mendekati nilai sempurna. Sedang aspek sikap dan ketrampilan peserta didik juga harus mampu menerapkannya. S ebagaimana diungkapkan Nunik, “ Targetnya ya sampai bisa melakukan bu untuk praktek dan sikapnya …untuk nilai ya harus mendekati sempurna tidak hanya melebihi KKM saja 23 ”. Hal senada diungkapkan Suryani bahwa, “ Anak bisa, tidak hanya nilai akademik lebih dari KKM tetapi perubahan kearah yang lebih

baik 24 ”. Istiqomah juga mengungkapkan bahwa;

KKM itu hanya batas minimal nilai siswa untuk mencapai keuntasan dalam pembelajaran, dan untuk menjadikan siswa mempunyai nilai standar yang tinggi tidak hanya mampu mencapai batas minimum nilai ketuntasan dalam belajar

21 W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015. 22 W. SY.GPAI, SMAN 1 Ked., 6-5-2015. 23 W. NM.GPAI, SMAN 1 Ked., 29-4-2015.

24 W. SY.GPAI, SMAN 1 Ked., 6-5-2015.

namun mencapai nilai yang lebih tinggi dari itu baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 25

Data ini di dukung oleh observasi peneliti yakni dalam rangka pencapaian standart tinggi peserta didik dibiasakan ketika ulangan harian mereka secara bergantian. Sebagian peserta didik dalam satu kelas sedang mengerjakan ulangan harian, sedangkan sebagian yang lain menunggu dan belajar di luar. Ini dimaksudkan agar peserta didik mampu mengerjakan sendiri tanpa ada kesempatan meminta bantuan kepada temannya.Dan ini dapat diterapkan dengan baik di sekolah ini sehingga peserta didik mampu mencapai standar nilai

yang tinggi. 26

8) Menggunakan Penilaian Autentik Di sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 tentu saja menggunakan penilaian proses. Penilaian proses dalam Kurikulum 2013 merupakan penilaian menyeluruh meliputi penilaian dalam aspek kognitif (pengetahuan) yaitu berupa tes formatif dan tes sumatif. Kedua penilaian afektif (sikap) yaitu berupa pengamatan, penilaian diri serta penilaian antarteman dan ketiga penilaian psikomotorik yang berupa penilaian praktek, unjuk kerja, penilaian produk dan potofolio sebagaimana diungkapkan Istiqomah bahwa :

Penilaiannya yang kita gunakan meliputi 3 aspek yaitu yaitu pertama aspek kognitif itu kita dapatkan dari ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan semester, kedua aspek afektif, yaitu dengan melakukan observasi terhadap

25 W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015. 26 O. Pelaksanaan Ulangan Harian, 29-4-2015.

perilaku siswa sehari-hari, ada lembar penilaian diri juga penilaian sejawat atau antar teman, ketiga penilaian psikomotorik seperti praktek ibadah sholat, membaca Al Qur‟an dan lainnya, unjuk kerja, membuat produk dan

portofolio, pokoknya pinilaiannya benar-benar menyeluruh bu. 27

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Nunik, bahwa ; Penilaiannya menyeluruh bu…mulai dari penilaian sikap,

praktek atau ketrampilan, dan pengetahuan, melalui penilaian antar teman, pengamatan perilaku,praktek ibadah, penilaian

produk , porto folio, tes lesan maupun tes tulis. 28

Suryani juga mengungkapakan hal yang senada, “ Karena kita menerapkan kurikulum 2013, maka kita menggunakan penilaian

autentek meliputi, aspek kognitif, af 29 ektif dan psikomotor”.

b. Implikasi Pembelajaran Contekstual teaching And Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual berakar dari progressivisme Dewey dengan landasan filosofis konstruktivisme pada tahun 1916. Intinya peserta didik akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui serta proses belajar mengajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Di SMAN 1 Kedungwaru pembelajaran dengan pendekatan Contekstual Teaching And Learning (CTL) dalam Pendidikan Agama Islam sudah diterapkan. Pelaksanaan pembelajaran ini banyak memberikan implikasi khusunya bagi peserta didik dan semua yang berhubungan dengan proses pendidikan.

27

28 W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015. 29 W. NM.GPAI, SMAN 1 Ked., 29-4-2015. W. SY.GPAI, SMAN 1 Ked., 6-5-2015.

Pembelajaran yang menekankan pada keaktifan peserta didik tentunya mempunyai dampak yang berbeda dari pembelajaran tradisional dimana pembelajaran tradisional hanya berpusat pada guru saja (teacher oriented). Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai banyak komponen yang mengarah pada keaktifan peserta didik. Komponen tersebut ialah membuat keterkaitan yang bermakna, pembelajaran mandiri, melakukan pekerjaan yang berarti, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik. Menurut Harim Soejatmiko selaku Kepala Sekolah pendekatan kontekstual diterapkan dalam semua materi pelajaran, hal ini dianggap memiliki implikasi penting bagi proses pendidikan yaitu mendidik tidak hanya bertujuan mentransfer materi pelajaran namun lebih dari itu bagaimana peserta didik bisa berempati, bersimpati, bersyukur atas kenikmatan yang diperoleh sebagaimana diungkapkan beliau bahwa :

Semua pembelajaran di sekolah ini menggunakan pendekatan kontekstual, tidak hanya mata pelajaran Agama saja. Mengapa demikaian..ya karena dengan pembelajaran kontekstual kita bertujuan menjadikan anak mampu berempati terhadap apapun tidak hanya sekedar bersimpati saja yang pada akhirnya empati ini akan bermuara pada sikap pensyukuran. Dalam pembelajaran PAI kita sering mengunjungi tempat-tempat sebagai sumber belajar seperti panti asuhan, panti jompo sehingga pembelajaran tidak sekedar melihat dan mendengar ceramah da‟i, tapi anak-anak

benar-benar menyadari dan merasakan. Jadi ilmu itu tidak sekedar sebuah teori namun bagaimana ilmu itu bisa membumi. 30

Waka Kurikulum Nur Khosim mengungkapakan;

30 W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015.

Pendekatan kontekstual berimplikasi pada proses pembelajaran tidak hanya mentransfer pengetahuan namun juga memberikan pendidikan yang mendalam bagi anak. dan membentuk karakter anak didik, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa

menjadi bisa dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. 31

Hal diatas diperkuat oleh ungkapan Istiqomah, bahwa ;

Komponen-komponen yang ada dalam pendekatan kontekstual jika benar-benar diterapkan akan berdampak pada proses pembelajaran yang tidak hanya pada kegiatan mentransfer pengetahuan saja

namun juga pada pembentukan sikap dan ketrampilan anak. 32

Gambar 7 : Melatih Peserta Didik Terampil Berpidato 33 Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan

kontekstual di Sekolah ini diberi keleluasaan fasilitas untuk keberhasilan dalam pembelajaran PAI, kreatifitas dan ide yang muncul dari para guru sangat dihargai dan semua kegiatan yang positif akan didukung oleh Kepala Sekolah, bahkan dukungan itu juga datang dari pihak luar yaitu sponsor. Hal ini sebagaimana diungkapakan Kepala Sekolah bahwa :

31 W. NK.WKU, SMAN 1 Ked.,1-7-2015. 32 W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015.

33 D. Berlatih Pidato, 2-5-2015.

Di sekolah ini kreatifitas guru sangat dihargai, ide banyak muncul dari guru PAI sedang saya sangat mendukung terhadap kegiatan- kegiatan yang positif dan sebisa mungkin memberikan fasilitas. Disamping dari pihak sekolah kegiatan di sekolah ini banyak di dukung dari pihak luar atau dari pihak sponsor sebagai contoh alumni dari sekolah ini memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid, dan masjid disini masih baru dan baru juga

diresmikan tahun lalu oleh Bapak Bupati Syahri Mulyo. 34

Gambar 8 : Peresmian Masjid Sumbangan Alumni

oleh Bupati Tulungagung 35

Hal yang sama juga diungkapkan Sholehah, bahwa ;

Disini kalau ingin mengadakan kegiatan yang melibatkan anak dan itu positif bagi pendidikan anak, sekolah sangat mendukung misalnya dengan memberikan fasilitas jadi ide yang kita usulkan di beri apresiasi yang baik oleh pihak sekolah terutama Kepala

Sekolah, sehingga kita sebagai guru tambah bersemangat. 36

Hal ini diperkuat oleh ungkapan Waka Kurikulum ;

Untuk menerapkan proses pembelajaran yang lebih baik, maka juga harus menyediakan fasilitas yang mendukung bagi terlaksananya pembelajaran tersebut. Fasilitas bisa berupa media, dana maupun

waktu. 37

34 W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015.

36 D. Peresmian Masjid oleh Bupati Tulungagung, 2014. W. SK.GPAI, SMAN 1 Ked., 8-5-2015. 37 W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015.

Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual supaya berjalan dengan baik Kepala Sekolah senantiasa mengevaluasi dengan mengadakan supervise kepada Guru PAI, supervise ini tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas dengan mengevaluasi perangkat

pembelajaran 38 dan kegiatan belajar mengajar namun juga ketika guru melasanakan proses pembelajaran yang ada di luar sekolah seperti

kegiatan social atau yang lainnya sebagaimana diungkapkan beliau : Saya senantiasa melaksanakan supervise terhadapa guru PAI baik

di dalam maupun di luar kelas, kita evaluasi mulai dari perangkat pembelajarannya seperti RPP namun diluar sekolah saya juga pernah mengikuti kegiatan pembelajaran yang diadakan sekolah ini seperti praktek sholat khusu‟ yang di selenggarakan di Masjid Al Muslimun baru-baru ini dan saya benar-benar merasakan

hikmahnya. 39

Hal senada juga diungkapkan Waka Kurikulum, bahwa ; Saya selalu mengikuti kegiatan keagamaan siswa, istigosah,

pengajian, praktek sholat khusu‟ dan kegiatan-kegiatan yang lain selama itu kegiatan positif apalagi ibadah, saya mendukungnya. Disitu selain ingin turut menanamkna nila-nilai agama, juga untuk

mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah ini. 40

Hal ini diperkuat oleh ungkapan Nunik bahwa ; “Supervisi biasanya dilakukan di dalam kelas seperti mengevaluasi perangkat

pembelajaran dan proses pembelajaran, namun Kepala Sekolah ikut aktif mengikuti kegiatan yang dilakukan siswa dil 41 uar sekolah”.

Di SMAN 1 Kedungwaru pendekatan kontekstual dalam pembelajaran PAI banyak memberikan implikasi sebagaimana tersebut

38 D. Contoh RPP Terlampir, 2014.

40 W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015. 41 W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015. W. NM.GPAI, SMAN 1 Ked., 29-4-2015.

diatas disamping itu juga membawa implikasi kepada peserta didik, diantaranya memberikan pengalaman yang mendalam, daya kreatifitasnya meningkat, nilai yang mencangkup aspek pengetahuannya meningkat, mampu berkomunikasi dengan baik, kedisiplinannya juga bertambah sebagaimana diungkapkan Suryani bahwa :

Pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual membuat anak lebih berkesan terhadap materi yang sedang dipelajari,karena mereka belajar tidak hanya teorinya saja, namun juga belajar dengan pengalaman, karena anak berkesan sehingga daya kreatifitas anak bertambah, nilai akademik yaitu aspek kognitifnya juga semakin baik, anak lebih mahir dalam berkomunikasi dengan orang lain, yang tak kalah pentingnya menjadikan anak lebih

disiplin. 42

Ungkapan diatas diperkuat oleh Istiqomah bahwa pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual memberikan implikasi dalam aspe- aspek kehidupan peserta didik, disamping aspek religious, peserta didik juga lebih menjaga hubungan antar teman dikarenakan adanya penilaian antar teman, berikut pemaparannya ;

Dengan pembelajaran kontekstual memberikan implikasi di berbagai aspek kehidupan anak, aspek religiustik anak dalam mengerjakan sholat dhuha semakin tekun, senantiasa melakukan ibadah puasa baik yang diwajibkan maupun sunnah dan ibadah- ibadah yang lain, aspek social adanya hubungan antar sesame saling menghargai dikarenakan adanya penilaian antar teman, sopan santun terhadap guru karena ada penilaian sikap dan observasi yang dilakukan oleh guru, karena pendekatan kontekstual itu juga menggunakan scientific sehingga pada prinsipnya semua aspek dinilai sehingga anak terbiasa berperilaku jujur sehingga

berimplikasi pada perubahan perilaku anak. 43

42 W. SY.GPAI, SMAN 1 Ked., 6-5-2015. 43 W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015.

Gambar 9 : Peserta Didik Sholat Dhuha pada Jam Istirahat 44 Hal senada juga diungkapkan oleh peserta didik di SMAN 1

Kedungwaru ini,mereka menjelaskan berbagai implikasi pembelajaran PAI dengan menggunakan pendekatan kontekstual, mereka lebih mengetahui manfaat materi secara nyata, mampu mempraktekkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana Rahmat Ali salah seorang siswa klas XI Mia 1 mengungkapkan, bahwa :

Dengan pembelajaran PAI yang senantiasa mengaitkan materi dengan kehidupan nyata saya lebih mengetahui manfaat dari materi yang sedang dipelajari, disamping itu lebih bisa menerapkannya atau mempraktekannya, disamping itu kita tahu dengan lebih nyata, karena jika materi hanya diberikan melalui teori saja maka kita

hanya mengangan-angannya saja. 45

Mohammad Syahrian klas XI Mia 3 juga mengungkapkan manfaat pembelajaran PAI dengan kontekstual disamping mereka dapat mempraktekkan apa yang dipelajari dengan lebih baik, mereka juga lebih

44 D. Sholat dhuha, 2-5-2015. 45 W. RA.PS, SMAN 1 Ked., 8-5-2015.

mandiri, bertanggungjawab, khusu‟ dan disiplin, sebagaimana unkapannya, bahwa :

Kita dapat mempraktekkan apa yang kita pelajari dengan lebih baik, disamping itu kita lebih mandiri, bertanggungjawab, khusu‟

dalam beribadah, meninkatkan rasa kekeluargaan dan keakraban dengan sesame serta meningkatkan kedisipilinan kita. 46

Data diatas juga didukung oleh pangamatan peneliti ketika sedang berada di SMAN 1 Kedungwaru ketika anak-anak remas akan melaksanakan aktivitasnya seperti biasa yaitu membaca Al Quran‟an pada hari Jum‟at pagi sebelum kegiatan belajar mengajar. Mereka dengan penuh semangat dan bertanggungjawab berkumpul di Masjid melakukan koordinasi. Hubungan mereka terlihat harmonis dan kekeluargaan. Ketua Remas membagi tugas dan segera mempersilahkan para anggotanya untuk segera masuk kelas sesuai tugasnya masing-masing. Disini begitu

terlihat anak-anak belajar dengan cara mandiri dan penuh kedisiplinan. 47 Implikasi pembelajaran PAI tidak hanya pada peserta didik namun

juga terhadap guru. Guru tidak hanya mengajar dan menjadi fasilitator saja namun harus mampu menjadi action for example atau menjadi suri tauladan bagi anak didiknya, dan guru harus senantiasa belajar agar bisa memberikan yang terbaik kepada peserta didik. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Sekolah bahwa :

Dengan kontekstual guru tidak sekedar mendidik namun lebih pada action for example , jadi guru menjadi sumber contoh atau sumber tauladan bagi anak, sehingga guru dituntut untuk berperilaku sama dengan anak maksudnya sama-sama belajar sebagai contoh guru

46 W. MS.PS, SMAN 1 Ked., 8-5-2015. 47 O. Kegiatan Rutin Tadarus Alqur‟an di Hari Jum‟at, 8-5-2015.

melarang merokok anak namun dia sendiri merokok, guru mengajarkan bagaimana wirausaha yang baik maka seorang guru mampu menata kehidupan ekonomunya dengan baik pula. Disamping hal itu perkembangan keilmuwannya guru tidak boleh

berhenti harus dinamis dan selalu diasah. 48

Hal senada juga diungkapkan oleh Waka Kurikulum ;

Sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di Kabupaten Tulungagung, karena itu harus memilih cara belajar yang senantiasa mampu membentuk kepribadian murid dan juga menjadi pedoman bagi guru berperilaku. Pendekatan kontekstual menjadikan guru untuk senantiasa menjadi contoh atau tauladan bagi anak didiknya.Dan ini terlihat pada kekompakan guru disini setiap dua bulan sekali mengadakan anjangsana untuk menjalin silaturrahmi dimana dalam kegiatan itu selalu diselingi siraman

rohani. 49

Hal tersebut diatas diperkuat oleh Islami Ayang Nofikasi siswa kelas XI MIA 6 yang menyatakan bahwa ; “ Bapak dan ibu guru disini banyak yang memberikan contoh kepada kita, seperti rajin beribadah dan

ikut aktif dalam kegiatan keagamaan siswa”. 50

c. Alasan Penerapan Pembelajaran PAI dengan pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching And Learning) di SMAN 1 Kedungwaru

Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah senantiasa diarahkan pada pembentukan kepribadian yang lebih baik. Begitu juga pembelajaran PAI diharapkan mampu menjadikan peserta didik yang memiliki kepribadian muslim. Dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual memberikan implikasi kepada peserta didik, seperti mandiri, tanggungjawab, tekun, disiplin, mampu bekerjasama, menghargai, cerdas, kritis, kreatif dan inovatif menjadi insane yang taat

49 W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015. W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015. 50 W. IA.PS, SMAN 1 Ked., 1-7-2015.

beribadah dan mempunyai kepribadian yang berdasarkan nilai-nilai Islam sebagaimana tertuang dalam visi misi sekolah ini. 51 Hal ini dikarenakan

pendekatan kontekstual dalam pembelajaran PAI merupakan sebuah proses pendidikan untuk membentuk kepribadian peserta didik sebagaimana Harim selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Kedungwaru mengungkapkan bahwa:

Begini … ketika berbicara teori-teori yang bagus dan kita bisa menerapkan sebuah teori tersebut dengan cara yang baik pula pasti akan mendapatkan hasil sesuai yang kita inginkan, kita ingat pada sebuah batu karang jika ditetesi air terus menerus pasti akan berlubang juga. Apalagi disaat sekarang dimana sebagian orangtua yang kurang memperhatiakan perkembangan kepribadian anak dan masyarakat permissive atau tidak mau ikut bertanggungjawab terhadap pendidikan, mungkin dikarenakan masyarakat yang sangat heterogen sehingga pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual menjadi alternative proses pendidikan yang tepat dalam

membantu penbentukan kepribadian muslim anak. 52

Berhubungan dengan hal diatas Nunik mengungkapkan bahwa komponen-komponen yang ada dalam pendekatan kontekstual membawa pengaruh bagi pembentukan kepribadian muslim peserta didik, komponen-komponen itu merupakan sebuah proses dalam rangka membentuk kepribadian peserta salah satunya komponen yang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata, berikut ungkapannya ;

Sangat berpengaruh pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual dikarenakan ada perbandingan nyata antara teori dengan kehidupan sehari-hari disamping itu anak mengetahui secara dalam materi sehingga anak mampu mengambil nilai nilai yang ada dalam setiap materi pelajaran dan mereka akan menerapkan nilai-nilai itu atas keikhlasan mereka sendiri, dengan

52 D. Profil Sekolah Terlampir, 2015 W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015.

begitu lambat laun anak menjadi seorang pribadi muslim yang lebih baik dan mempun 53 yai akhlak yang lebih baik pula”.

Hal diatas diperkuat oleh Solihah bahwa mengaitkan materi dengan kehidupan nyata seperti kegiatan sosial yang dilakukan peserta didik mengadakan santunan langsung berkunjung kepada fakir miskin ataupun panti jompo merupakan proses pendidikan yang sangat mendalam dan tepat, peserta didik tidak hanya menyumbang namun juga berempati atas keadaan mereka tersebut, sebagaimana diungkapkannya, bahwa :

Dengan pendekatan kontekstual salah satunya dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata misalnya dengan mengadakan kegiatan santunan langsung kepada fakir miskin yang akhirnya mereka menyumbang dengan hati atau ”trenyuh“ karena melihat

sendiri seperti juga santunan yang diadakan di panti jompo anak akan berfikir kelak jika mereka menjadi tua, mereka akan juga merasakan seperti mereka.Hal ini merupakan proses pendidikan yang dapat membentuk karakter atau kepribadian anak menjadi

pribadi muslim. 54

Gambar 10: Pembelajaran dengan Mengunjungi Panti Jompo 55

53 W. NM.GPAI, SMAN 1 Ked., 29-4-2015. 54 W. SK.GPAI, SMAN 1 Ked., 8-5-2015.

55 D. Kunjungan ke Panti Jompo, 2015.

Pendekatan Kontekstual sangat sesuai diterapkan dalam pembelajaran PAI dikarenakan komponen-komponennya dapat dengan mudah dan menyenangkan peserta didik untuk dilaksanakan, hal ini diungkapkan Istiqomah sebagai berikut :

Untuk memperdalam pengetahuan anak selain informasi yang di dapat dari guru, anak harus juga belajar mandiri sehingga ketiga aspek dapat dicapai yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dan juga dengan pendekatan ini lebih mengena

karena tidak melangit dan menyenangkan bagi peserta didik. 56

Waka Kurikulum Nur Khosim menambahkan ;

Karena pendekatan kontekstual salah satunya mengaitkan materi dengan kehidupan nyata sehingga dalam proses pembelajaran akan menyenangkan, sehingga materi lebih mudah diserap oleh siswa, mudah dipahami sehingga juga mudah diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. 57

Hal diatas diperkuat oleh ungkapan Islami Ayang Nofikasi siswa kelas XI MIA 6 bahwa ; “ Saya lebih suka jika dalam proses pembelajaran tidak hanya ceramah saja, namun ada kegiatan diskusi,

praktek atau melihat kehidupan nyata melalui internet maupun video”. 58

56 W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015.

57

58 W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015. W. IA.PS, SMAN 1 Ked., 1-7-2015.

Gambar 11 : 59 Praktek Sholat Khusu‟ Pembelajaran kontekstual dalam PAI penilaiannya menggunakan

penilaiana autentik yaitu penilaian menyeluruh dari peserta didik, karena semua aspek dinilai peserta didik senantiasa membiasakan diri berperilaku yang baik sehingga semakin lama menjadikan kepribadian mereka lebih baik . Dalam hal ini Istiqomah mengungkapkan bahwa “

Karena pendekatan kontekstual itu juga menggunakan scientific sehingga pada prinsipnya semua aspek dinilai sehingga anak terbiasa dan membiaskan dirinya berperilaku baik sesuai nilai-nilai Islam yang pada akhirnya perilaku ini mampu membentuk kepribadian anak menjadi pribadi muslim yaitu pribadi yang

berdasarkan nilai- 60 nilai Islam”.

Hal senada juga diungkapkan Waka Kurikulum, Nur Khosim, bahwa ;

Dalam Kurikulum 2013 setiap aspek itu ada evaluasinya yang meliputi sikap, Pengetahuan dan ketrampilan, aspek pengetahuan meliputi proses pembelajaran di kelas, aspek sikap meliputi perilaku di dalam dan di luar kelas disamping ada penilaian diri, dan penilaian antar teman, dan aspek ketrampilan yang meliputi

60 D . Praktek Sholat Khusu‟, 2015. W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015.

kegitan praktek dan hasil karya siswa, semua ini membuat siswa menjadi lebih pandai, terampil dan kepribadiannya menjadi lebih

baik. 61

Hal ini diperkuat oleh ungkapan Suryani, bahwa ;

Karena dalam penilaian menggunakan penilaian autentik yang merupakan penilaian yang nyata dan menyeluruh maka anak berusaha untuk menjadi insane kamil sesuai dengan syari‟at Islam.Meskipun pada awalnya termotivasi karena adanya penilaian tapi lama-kelamaan menjadi sebuah kebiasaan dan kebutuhan

anak. 62 Sedangkan menurut Mohammad Syahrian siswa kelas XI MIA 3

menyebutkan beberapa perubahan akhlak yang ada pada dirinya kearah yang lebih baik setelah menerapkan pembelajaran PAI dengan pendekatan yang menuntut mereka untuk senantiasa aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana diungkapkannya, bahwa ;

Karena pembelajaran dengan diskusi, praktek, penugasan, observasi, melakuakan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain seperti santunan ke masyarakat dan bekerjasama dengan kelompok maka kita menjadi lebih mandiri, bertanggungjawab, khusu‟ dalam beribadah, meninkatkan rasa kekeluargaan dan keakraban dengan

sesame serta meningkatkan kedisipilinan. 63

Hal ini diperkuat oleh Istiqomah, bahwa ;

Karena pembelajarannya senantiasa mengaitkan langsung dan berhubungan dengan amalan sehari-hari menjadikan siswa harus aktif dalam pembelajaran sehingga timbul pembiasaan yang berkesinambungan sehingga membentuk karakter siswa menuju

masa depannya. 64

Data ini di dukung observasi peneliti diketahui bahwa dengan pembelajaran dengan praktek kotbah dalam rangka pembelajaran mandiri

61 W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015. 62 W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015.

64 W. MS.PS, SMAN 1 Ked., 8-5-2015. W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015.

yang dilakukan di Masjid dan diskusi di dalam kelas dalam rangka melatih berpikir kritis dan kreatif anak menjadi lebih semangat, disiplin

dan bertanggung jawab dalam belajar. 65 Hal lain yang nampak di sekolah ini, bahwa ketika jam istirahat

yakni jam 10.00-10.15 masjid tampak ramai. Peserta didik banyak yang melaksanakan sholat dhuha di jam istirahat tersebut atas kesadaran mereka sendiri bahkan ada yang menyempatkan diri untuk membaca Al

Qur‟an. 66

2. Deskripsi Data di SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung

a. Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual

Untuk melaksanakan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual ada beberapa komponen pembelajaran yang dapat dilakukan, diantaranya membuat keterkaitan yang bermakna, pembelajaran mandiri melakukan pekerjaan yang berarti, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik. Di sekolah ini juga menerapkan pembelajaran dengan komponen-komponen tersebut, diantaranya ;

a. Membuat keterkaitan yang bermakna Berbagai cara digunakan oleh guru untuk mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari agar mendapatkan makna dari

65 O. Kegiatan Belajar Mengajar, 2-5-2015. 66 O. Kegiatan di Masjid pada Jam Istirahat, 2-5-2015.

pembelajaran, materi pembelajaran PAI dapat dikaitkan dengan peristiwa yang baru atau sering terjadi dalam lingkungan kehidupan sehari-hari baik yang kita ketahui dari kehidupan sekeliling kita maupun peristiwa yang sering kita lihat dari media, hal ini sangat menarik bagi peserta didik dan meningkatkan semangat belajar mereka, sebagaimana diungkapan oleh Wildan Hanson bahwa :

Pembelajaran PAI dengan cara mengaitkan hal yang paling actual maksudnya yang marak terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita misalnya materi tentang pengendalian diri ini bisa dikatkan dengan perkelahian antar pelajar yang sering terjadi akhir akhir ini. Baik yng diketahuinya dari kehidupan disekitarnya maupun yang dilihat melalui media elektronik seperti tawuran anak SMP,SMA bahkan anak SD, disamping itu kekerasan yang ada di lembaga wakil rakyat sebagai contoh DPR yang melaksanakan sidang dengan baku hantam karena

betapa pentingnya pengendalian diri dan pemahaman bahwa pada dasarnya tidak ada penyelesaian suatu masalah dengan emosi yang

kurang

memahaminya

menghasilkan keputusan yang bijaksana. 67

Sedangkan Musowidin juga memberikan contoh cara mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari disekitar kita, bahwa ilmu itu sering diketahui oleh manusia hanya setengah- setengah saja tidak mendalam sehingga berakibat kurang baik dalam kehidupan manusia tersebut, maka dari itu untuk bisa hidup lebih baik peserta didik harus mengetahui ilmu secara mendalam agar kelak jika hidup ditengah masyarakat mampu survive, berikut ungkapannya :

67 W. WH.GPAI, SMAN 1 Boy., 28-4-2015.

Contoh mengaitkan materi PAI dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kita atau yang bisa kita ketahui dari televise atau media internet contohnya dalam hal pernikahan, banyak masyarakat yang menikah tapi tidak tahu makna menikah, pengetahuan tentang pernikahan seharusnya tidak hanya menyangkut hokum nikah saja yakni sunah, mubah, wajib, haram tapi bagaimana menyangkut hubungan suami istri itu halal, kadang apabila sudah menjatuhkan talaq satu yang mestinya mereka itu masih bisa rujuk tapi mereka tidak mengerti, anggapan mereka talaq satu harus menunggu masa iddah yang kemudian harus mbangun nikah lagi. Contoh lain dalam hal ilmu Faraid, pemerintah dalam menetapkan pembagian harta warisan hanya dari segi materi saja,sedang pembagian warisan dalam Islam berlandaskan dari berbagai unsure, dan saya menjelaskan ke anak-anak orang yang mendapat harta warisan tidak dengan menggunakan hokum agama maka hidupnya dipastikan akan sengsara atau tidak bahagia. Untuk meyakinkan hal ini anak- anak saya beri tugas observasi di lingkungan sekitar anak atau lingkungan keluarga kemudian hasil pengamatan itu

dipresentasikan. 68

Hal diatas juga di dukung oleh Nena siswi kelas XI MIA 8, sebagaimana diungkapkannya, bahwa ; Biasanya kita mengaitkan materi dengan mengamati kejadian

di sekitar kita atau diputarkan video dan internet sehingga kita bisa mempraktekkan langsung dalam kehidupan sehari- hari, dikarenakan kalo sekedar teori kita tidak lansung bisa

dan takut salah. 69

68 W. MW.GPAI, SMAN 1 Boy., 30-4-2015. 69 W. NN.PS, SMAN 1 Boy., 6-5-2015.

Gambar 12 : Mengaitkan Materi melalui Media Internet 70

b. Pembelajaran Mandiri Pembelajaran mandiri merupakan salah ciri pembelajaran aktif . Peserta didik senantiasa dilatih kemandirian agar kelak senantiasa hidup dengan mandiri tanpa selalu mengharap belas kasihan orang lain. Dalam pembelajaran kontekstual perlu adanya pembelajaran mandiri. Bentuk-bentuk pembelajran mandiri dapat dilakukan dengan cara peserta didik mencari materi yang akan dipelajari terlebih dahulu dari sumber yang relevan melalui media

yang tersedia di sekolah seperti internet dan fasilitas lainnya 71 yang kemudian didiskusikan bersama di dalam kelas, dengan usahanya

sendiri ini peserta didik lebih semangat dalam pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh Musowidin bahwa :

70 D. Menggunakan Media Internet.2015. 71 D. Sarana Praktek Penunjang Pembelajaran.

Kebetulan kita sebagai guru titik-titik bisa IT, agar anak mandiri anak mencari sumber materi sendiri bisa dilakukan dengan browsing dari internet karena dunia ini sudah dekat dengan anak kemudian hasilnya akan dipresentasikan dan ditayangkan di LCD sebagai contoh bagaimana penerapan hukuman zina di Arab, Afganistan dan Negara Islam lainnya, anak sangat tertarik mencari materi ini sendiri.dan kejadian nyata yang lain di dunia ini yang dapat ditemukan dari masing-masing anak, inilah pentingnya pembelajaran mandiri karena akan menemukan lebih banyak pengetahuan baru

lainnyal. 72

Hal senada juga diungkapkan oleh Wildan dengan mengacu pada kurikulum 2013 dimana peserta didik melakukan proses mengamati,

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN - IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF UDANAWU BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 23

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data - IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF UDANAWU BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 35

BAB V PEMBAHASAN - IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF UDANAWU BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

BAB 1 PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MTS NEGERI BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MTS NEGERI BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository

0 0 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MTS NEGERI BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Desain Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (kecerdasan majemuk) Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MTs Negeri Bandung Tulungagung - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN M

0 0 67

BAB V PEMBAHASAN A. Desain Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (kecerdasan majemuk) Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MTs Negeri Bandung Tulungagung - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) PADA MATA PELAJAR

0 1 13

Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual dalam Membentuk Kepribadian Muslim Peserta Didik di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung. A. Pendahuluan - PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MEMBE

0 0 18

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM PESERTA DIDIK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 97