ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN DENGAN RIWAYAT GASTRITIS DI DUSUN GLONGGONGAN DESA SUMBERTEBU KECAMATAN BANGSAL MOJOKERTO
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN
DENGAN RIWAYAT GASTRITIS DI DUSUN GLONGGONGAN
DESA SUMBERTEBU KECAMATAN BANGSAL
MOJOKERTO
Mita Puspitasari
1514401010
Subject: Asuhan Keperawatan, Keluarga, Gastritis
Description
Gastritis jika dibiarkan akan semakin parah, jika tidak ada pengaturan pola makan teratur, cara mengatasi stress, maka akan menimbulkan kekambuhan dan perdarahan saluran cerna. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan riwayat gastritis dengan masalah yang berbeda.
Desain penelitian ini adalah studi kasus, jumlah responden 2 (dua) orang. Klien yang diambil di Dusun Glonggongan Desa Sumbertebu, selama 14 hari tanggal 02-14 juni 2018. Pengumpulan data dengan melakukan asuhan keperawatan keluarga yaitu pengkajian, analisis data, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Hasil pengkajian responden 1 keluhan nyeri perut setelah buka puasa. Tanda gejala dialami klien nyeri perut, pemeriksaan abdomen hypertympani, bising usus 16x/menit, adanya nyeri tekan, keluarga belum bisa menjaga pola makannya. Responden 2 mempunyai riwayat gastritis lebih dari 5 bulan, sering kambuh, terasa mual karena telat makan dan mengira penyakit biasa. Serta memikirkan anak pertama jarang pulang dan tidak ada kabar, bertambah anak keduanya bercerai. Didapatkan diagnosa keperawatan responden 1 muncul perubahan pemeliharaan kesehatan, gangguan rasa nyaman: nyeri, kurang pengetahuan, diagnosa responden 2 muncul perubahan pemeliharaan kesehatan, koping keluarga tidak efektif. Dilakukan intervensi dan implementasi responden 1 memberi penyuluhan tentang gastritis, cara penurunan nyeri, pengaturan pola makan, responden 2 memberi penyuluhan tentang gastritis, dampak dari stress, cara perawatan stress. Dengan hasil evaluasi kedua responden mampu menerapkan, pengetahuan keluarga meningkat tentang penyuluhan yang diberikan.
Hasil tindakan responden 1 dan 2 dilakukan intervensi yang berbeda ,implementasi 5x kunjungan selama 2 minggu pada waktu yang sama, evaluasi didapatkan masalah keperawatan teratasi, diharapkan keluarga tetap mempertahankan dan menerapkan.
Abstract
Gastritis if left will be more severe, if there is no arrangement in regular eatingpettern, how to cope with stress, it will cause the gastrointestinal bleeding and
recurrence. The purpose of this case study was to perform nursing care to clients
with a history of gastritis with different problems.The research design was a case study, the number of respondents were 2 (two).
Respondents were taken in the Dusun glonggongan, Sumbertebu, for 14 days on
June 02-14, 2018. The collection of data by performing family nursing care
inducling assessment, data analysis, diagnosis, intervention, implementation and
evaluation.The results of the study on respondent 1 obtained complaint of abdominal pain
after break the fast. Signs of symptoms experienced respondent namely abdominal
pain, onabdominal examination hypertympani, bowel sounds 16x / minute,
pressure pain, the family has not been able to maintain his diet. On respondent 2
has a history of more than 5 months gastritis, frequent relapses, nausea because
of having late meal and thought it was common diseases. As well as thinking
about the first child was never return and no news, and her second child got
divorced. Obtained nursing diagnoses appeared onrespondent l were health care
changes, impaired sense of comfort: pain, lack of awareness, diagnosis of
respondent 2 were appears change of health care, ineffective family coping.
Intervention and the implementation the respondents 1 were, provided education
about gastritis, told about to decrease the pain, eating pattern arranggement
(diet), onrespondent 2 were provided counseling about gastritis, the impact of
stress, stress treatments. With the results of the second evaluation the respondents
were able to apply and increase family knowledge about counseling given.The results of actions 1 and 2 respondents who different interventions and
implementation 5 x visits for 2 weeks at the same time, the evaluation obtained the
nursing issue is resolved, it is expected the family still retain and apply.Keywords: Nursing Care, Family, Gastritis Contributor : Dwiharini Puspitaningsih, S. Kep.,Ns., M. Kep
Eka Diah Kartiningrum, M.Kes
Date : 23 Agustus 2018 Type material : Laporan Tugas Akhir Identifier : -
: Open Document
Right
:
Summary Latar Belakang
Makanan sangat penting bagi tubuh kita. Tubuh kita membutuhkan asupan gizi berupa karbohidrat, protein dan senyawa-senyawa penting lainnya. Asupan makanan ini harus di dukung dengan pengaturan pola makan yang sesuai seperti pola makan yang teratur, sedangkan pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan permasalahan pada sistem pencernaan salah satunya Penyakit Gastritis. Penyakit gastritis jika dibiarkan akan semakin parah, terlebih jika tidak ada pengaturan pola makan yang baik dan benar, dan maka akan menimbulkan kekambuhan (Sulastri, 2012) dan menimbulkan dampak kerusakan produksi lambung atau perdarahan saluran cerna (Kusumaningtyas, 2015).
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO (2010) adalah 40,85 % dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Kasus gastritis umumnya terjadi pada penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun (Zhaoshen L,2010). Prevalensi gastritis di Jawa Timur pada tahun 2011 mencapai 44,5% dengan jumlah 58.116 kejadian. Menurut Maulidiyah (2006), di Kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%. Persentase angka kejadian gastritis di UPT Puskesmas Bangsal tahun 2017 sebanyak 100% dan menempati urutan ke empat dari 10 penyakit. Di Dsn. Glonggongan angka kejadian penyakit gastritis yang mengalami kekambuhan saat ini sebanyak 5,20%.
Masalah gastritis bisa muncul akibat diet pola makan yang tidak teratur, kebiasaan makan yang buruk dan mengkonsumsi makanan yang tidak hygiene (Wahyu,2011). Salah satunya mencakup frekuensi makan, apabila seseorang terlambat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih, sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung (Khasanah,2012). Sering mengkonsumsi jenis makanan yang berisiko seperti makanan yang pedas, bersantan dan mengandung gas (Rahma, Ansar dan Rismayanti,2013). Makan dalam jumlah yang terlalu banyak, makan terlalu cepat, tidak makan pada kondisi lapar (Heryanti, Rumdasih dan Paath,2005). Orang yang stress berkepanjangan merupakan salah satu faktor pemicu yang mengakibatkan peningkatan produksi asam lambung. Produksi asam lambung yang meningkat pada keadaan stress seperti beban kerja yang berlebihan, cemas, takut (Maulidiyah,2011).
Berdasarkan penelitian Sarafino (2005), bahwa dukungan keluarga berhubungan dengan kekambuhan gastritis. Pengawasan keluarga terhadap pola makan merupakan dukungan erat kaitannya dengan kekambuhan gastritis. Dalam hal ini keluarga berperan dalam menyiapkan dan mengatur menu makanan anggota keluarga terutama pada anggota yang memiliki riwayat penyakit gastritis dan menghindari penyajian makanan yang dapat menimbulkan kekambuhan, sehingga derajat kesehatan keluarga pun akan meningkat (Friedman,2003).
Gastritis dapat diatasi atau dicegah dengan cara memilih makanan dan minuman yang seimbang sesuai kebutuhan dan jadwal makan yang teratur. Memilih makanan yang lunak, mudah dicerna, makan dalam porsi kecil tapi sering (Muttaqin,2011), minimal setiap 2 jam sekali, menghindari makanan yang bersuhu panas sebab dapat melukai usus (Sarasvati dkk,2010). Frekuensi makan yang baik setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali makanan selingan (Hudha dalam Pratiwi,2013).
Metodologi Desain yang digunakan pada penelitian adalah studi kasus.
untuk mengeksplorasi masalah asuhan
Studi kasus ini adalah studi kasus
keperawatan keluarga pada Klien dengan riwayat gastritis di Dusun Glonggongan Desa Sumbertebu kecamatan bangsal mojokerto.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dengan cara mengajukan pertanyaan yang sistematis, observasi dengan mengkaji TTV, pemeriksaan fisik. Selain dari observasi langsung, observasi yang lain yaitu observasi pada responden yang sesuai dengan format asuhan keperawatan keluarga.
Uji keabsahan data untuk menguji kualitas data atau informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping intergritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen pertama), uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari 3 waktu data umum yaitu klien, perawat, dan keluarga klien sehingga nantinya didapat hasil yang relevan.
Hasil dan Pembahasan 1.
Pengkajian Pada pengkajian tanggal 02 juni 2018 pukul 20.00 WIB, responden 1 berusia 46 tahun dengan keluhan nyeri perut setelah berbuka puasa. Saat pengkajian tanda dan gejala yang dialami klien yaitu nyeri perut, pemeriksaan abdomen terdengar bunyi hypertympani, bising usus 15x/menit, dan adanya nyeri tekan, keluarga juga mengatakan Tn.s mempunyai riwayat penyakit yang sudah lama dan sering kambuh. Dengan adanya penyakit maag yang diderita, keluarga menganggap penyakit maag itu hanya penyakit yang tidak parah sehingga bisa diatasi dengan cara minum atau beli obat warung. Didalam keluarga Tn.S belum bisa menjaga pola makannya, sebelum puasa keluarga Tn.S sering menunda makan. Keluarga kurang mengetahui tentang penyakit gastritis, dari penyebabnya, tanda dan gejalanya, serta cara pencegahannya. Hasil kuesioner bahwa tingkat keluarga tidak tau tentang penyakit gastritis. Menurut Garson (2009), dampak keluarga tidak mengetahui tentang suatu penyakit didalam anggota keluarga, maka klien kurang mendapatkan perhatian keluarga sehingga untuk kembali pulih dalam keadaan semula sangat lambat dan sering kambuh.
Berdasarkan hasil pengkajian keluhan yang muncul dengan teori terdapat kesesuaian salah satu tanda dan gejala pada gastritis yaitu nyeri ulu hati, mual dan muntah, perut kembung, nafsu makan menurun. Pada responden 2 Tn.M sudah lebih dari 5 bulan mempunyai riwayat penyakit gastritis, sering kambuh karena telat makan dan mengira hanya penyakit biasa. Keluarga tidak mengetahui tentang penyakitnya karena Tn.M tidak pernah bercerita tentang permasalahan kesehatan yang dianggapnya penyakit biasa. Sehingga keluarga tidak mengetahui tentang penyakit gastritis, penyebab, tanda dan gejala, serta cara pencegahanya. Tn.M mengatakan memikirkan anak pertama yang tidak pernah pulang dan tidak pernah mengasih kabar,bertambah dengan Ny.S bercerai dengan suaminya setelah anak dari Ny.S meninggal. Keluarga Tn.M terutama Ny.S juga ikut stress karena memikirkan anaknya yang meninggal dan bercerai dengan suaminya. Orang yang stress berkepanjangan merupakan salah satu faktor pemicu yang mengakibatkan peningkatan produksi asam lambung. Produksi asam lambung yang meningkat pada keadaan stress seperti bebab kerja yang berlebihan, cemas, takut (Maulidiyah,2011).
Berdasarkan pengkajian ketidaktahuan masyarakat sangat rendah dan berdampak pada kesehatannya. Fungsi perawatan kesehatan pada keluarga didapatkan kedua responden keluarga mengalami ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan diagnosa keperawatan yang berbeda dari responden 1 dan responden 2. Responden 1 adalah perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, kurang pengetahuan tentang pola makan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Data yang mencakup dari masalah tersebut yaitu pengkajian fungsi perawatan kesehatan, pemeriksaan fisik dan TTV. Didapatkan pemeriksaan abdomen yaitu keluhan nyeri perut, nyeri tekan pada abdomen, terdapat bunyi hypertympani, bising usus 15x/menit dan pemeriksaan TTV yaitu T D:100/70mmHg, Nadi: 88x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,7˚c.
Hasil pengkajian fungsi perawatan kesehatan didapatkan keluarga mengatakan kesehatan sangat penting tetapi untuk penyakit maag hanya diatasi dengan cara sendiri. Berdasarkan pengkajian dan teori responden 1 keluarga tidak mampu melaksanakan tugas keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Menganggap hanya penyakit biasa yang tidak parah dan tidak perlu ke RS atau puskesmas hanya minum obat beli diwarung. Dapat menjadi keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga dengan gastritis. Dari hasil kuesioner pengetahuan terbaca masih belum mengerti tentang penyakit gastritis. Dan diagnosa responden 2 adalah perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, penurunan koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Data yang mencakup masalah tersebut yaitu pengkajian fungsi perawatan kesehatan, stress dan koping keluarga. Didapatkan dari pengkajian fungsi perawatan kesehatan yaitu mempunyai riwayat penyakit maag sudah lebih dari 5 bulan, sering kambuh, mengira hanya penyakit biasa, muncul karena telat makan dan kerja terlalu berat. Dari hasil kuesionar pengetahuan terbaca masih belum mengerti tentang penyakit gastritis.
Masalah keperawatan pada kedua responden berdasarkan yang ditemukan saat pengkajian, ternyata ditemukan masalah keperawatan yang berbeda dan etiologi yang berbeda.
3. Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada kedua responden berbeda yaitu:Pada responden 1 setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 5x kunjungan diharapkan keluarga mampu mengenal maslah kesehatan dan mampu merawat anggota keluarga yang sakit dengan Kriteria hasilnya yang pertama keluarga mampu mengerti tentang penyakit gastritis: definisi, penyebab, tanda gejala, cara pencegahan, kedua keluarga mengerti tentang cara penurunan nyeri dengan cara: pengalihan dengan musik, tarik nafas dalam, kompres hangat. Salah satu tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat untuk membantu klien yaitu dengan menggunakan managemen nyeri untuk menghilangkan atau mengatasi nyeri dengan menggunakan teknik relaksasi (Dermawan, 2015), ketiga keluarga mengerti tentang pengaturan diit pola makan dengan cara pola makan yang teratur dan memilih makanan yang lunak, makan dalam porsi kecil tapi sering, makan sehari 3 kali. Perlu juga dukungan keluarga yang berhubungan dengan pola makan merupakan dukungan erat dalam menyiapkan dan mengatur menu makanan anggota keluarga dan menghindari penyajian yang dapat menimbulkan kekambuhan, keempat keluarga mengerti cara untuk mengatasi gangguan maag dengan olahan sendiri dari bahan taoge, lidah buaya, jeruk nipis, temulawak, dengan bahan tersebut dapat mengatasi penyakit maag dengan aturan pemakaian 2 kali sehari pagi dan sore. kelima keluarga mampu menyebutkan kembali tentang penyakit gastritis, cara penurunan nyeri, pengaturan pola makan, cara untuk mengatasi gangguan maag, keluarga mengerti tentang penyuluhan kesehatan yang sudah diberikan dan mampu menerapkannya.
Upaya edukasi dilakukan untuk menambah pengetahuan keluarga tentang riwayat penyakit gastritis dan cara pencegahannya. Edukasi (pendidikan) merupakan salah satu yang mempengaruhi pengetahuan. Pendidikan keluarga dapat menerima informasi yang benar sehingga mempengaruhi pengetahuan (Kartiningrum,2015).
Pada responden 2 setalah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 5x kunjungan diharapkan mampu mengenal masalah kesehatan dan mampu merawat anggota keluarga yang sakit dengan kriteria hasil yang pertama keluarga mengerti tentang penyakit gastritis: definisi, penyebab, tanda dan gejala, cara pencegahan, kedua keluarga mengerti tentang dampak dari stress yaitu dapat meningkatkan asam lambung dan menyebabkan iritasi pada mukosa lambung, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.Cara perawatan untuk mengurangi stress dengan pertama dukungan keluarga, cara istirahat cukup, olahraga teratur, terapi relaksasi dan diet sesuai kebutuhan nutrisi, dengan hal ini hasil sesuai penelitian bahwa dapat mengatasi stress. Karena orang yang stress berkepanjangan merupakan salah satu faktor pemicu yang mengakibatkan peningkatan produksi asam lambung. Produksi asam lambung yang meningkat pada keadaan stress seperti bebab kerja yang berlebihan, cemas, takut (Maulidiyah,2011), ketiga keluarga mengerti dan faham tentang cara untuk mengatasi gangguan maag dengan olahan sendiri dari bahan taoge, lidah buaya, jeruk nipis, temulawak, dengan bahan tersebut dapat mengatasi penyakit maag dengan aturan pemakaian 2 kali sehari pagi dan sore. keempat keluarga mampu mengerti kembali tentang penyakit gastritis, kelima keluarga mengerti tentang kesehatan yang sudah diberikan dan mampu
Berdasarkan intervensi yang direncanakan terdapat kesesuaian yaitu memberikan pendidikan kesehatan penyuluhan selama 5x kunjungan mengenai penyakit gastritis, cara mengatasi gangguan maag, pengaturan pola makan, dan perawatan pengurangan strees pada anggota keluarga dengan riwayat gastritis. Menurut Suliha (2002), pengaruh penyuluhan dapat merubah proses perubahan perilaku secara terencana pada keluarga atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat dan penyuluhan pendidikan kesehatan termasuk bentuk intervensi keperawatan yang mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada responden 1 dengan perubahan pemeliharaan kesehatan, gangguan rasa nyaman nyeri, dan kurang pengetahuan tentang pola makan pada tanggal 02 juni 2018
- – 15 juni 2018 adalah menjelaskan
Berdasarkan fakta yang ada implementasi yang dilakukan terhadap responden sudah sesuai dengan teori sebagian dan kriteria hasil yang didapatkan setelah dilakukan implementasi sesuai teori. Pada perkembangan kedua responden sama-sama mengalami peningkatan pengetahuan dari hasil kuesioner pengetahuan tentang apa yang sudah diberikan.
Setelah membuat intervensi sesuai dengan teori, peneliti dapat menerapkan sebagai intervensi yang ada untuk dilakukan implementasi. Implementasi yang sudah diterapkan peneliti terhadap kedua responden sudah sesuai dengan teori yang ada menurut buku dan jurnal yang tersedia.
5. Evaluasi Evaluasi dilakukan secara sumatif atau dikerjakan dalam bentuk pengisian format SOAP dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh responden
(Setiadi,2008). Responden 1 keluarga menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan tentang definisi, penyebab, tanda gejala, cara pencegahan, pengaturan pola makan serta cara mengatasi gangguan maag, keluarga memahami dan mengerti. Pengetahuan keluarga Tn.S meningkat menjadi 100%. Ny.S mengatakan memahami penyuluhan pendidikan kesehatan yang diberikan. Keluarga sudah menerapkan yang sudah di berikan.
Responden 2 keluarga mengatakan memahami pendidikan kesehatan yang diberikan. Pengetahuan keluarga Ny.S meningkat dari 80% menjadi 100%. Keluarga sudah menyarankan kepada Tn.M untuk tidak terlalu stress, banyak istirahat, olahraga tiap pagi. Dan keluarga mampu menerapkan dan melaksanakannya.
Pada kenyataan yang ada dari hasil tindakan pada responden 1 dan 2 yang dilakukan intervensi dan implementasi selama 2 minggu, evaluasi yang didapatkan masalah keperawatan sudah teratasi.
Simpulan 1.
Pengkajian Dari data hasil pengkajian yang dilakukan didapatkn hasil yang berbeda antara responden 1 dan 2. Pada responden 1 dengan usia 46 tahun dengan keluhan nyeri perut setelah makan berbuka puasa, Tn.s mempunyai riwayat penyakit yang sudah lama dan sering kambuh, diatasi dengan cara minum atau beli obat warung.
Pada responden 2 dengan usia 58 tahun dengan keluhan mempunyai riwayat penyakit gastritis sudah lebih dari 5 bulan dan sering kambuh terasa mual karena telat makan dan mengira hanya penyakit biasa. Serta memikirkan anak pertama yang tidak pernah pulang dan tidak pernah mengasih kabar,bertambah dengan Ny.S bercerai dengan suaminya setelah anak dari Ny.S meninggal.
2. Diagnosa
Dari hasil pengkajian pada responden 1 ditegakkan diagnosa: perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, kurang pengetahuan tentang pola makan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Pada responden 2 ditegakkan diagnosa: perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, penurunan koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Intervensi
Intervensi yang dilakukan dari diagnosa keperawatan keluarga untuk kedua responden yang masing-masing mempunyai intervensi yang berbeda dengan waktu yang sama, yang sudah sesuai responden yang mengacu pada teori yang sudah ada.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga Tn.S dan Tn.M yaitu 5 kali kunjungan selama 14 hari sesuai dengan intervensi yang dibuat dengan waktu yang sama.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5x kunjungan menunjukkan bahwa kedua keluarga telah memahami dan mengerti segala hal yang sudah diberikan dan diajarkan. Pada responden 1 Pengetahuan keluarga Tn.S meningkat menjadi 100%. Ny.S mengatakan memahami pendidikan kesehatan yang diberikan. Keluarga sudah menerapkan yang sudah di berikan. Pada responden 2 Pengetahuan keluarga Tn.M meningkat dari 80% menjadi 100%. Keluarga sudah menyarankan kepada Tn.M untuk tidak terlalu stress, banyak istirahat, olahraga tiap pagi. Dan keluarga mampu menerapkan dan melaksanakannya.
Rekomendasi
Diharapkan klien dan keluarga mampu mempertahankan dan menerapkan apa yang sudah diberikan. Pada klien yang mempunyai riwayat gastritis diharapkan tidak mengalami kekambuhan. Untuk itu mencari informasi lebih lanjut agar lebih efektif untuk mencegah agar tidak terjadi perdarahan pada saluran cerna.
Daftar Pustaka Dermawan, 2013. Keterampilan dasar keperawatan (konsep dan prosedur).
Gosyen Publishing. Jogja. Heryati., Rumdasih, Y., dan Paath, E. F. (2005). Gizi dalam kesehatan reproduksi.
Jakarta: EGC. Khasanah, N. (2012). Waspadai beragam penyakit degeneratif akibat pola makan.
Yogyakarta: Laksamana. Maulidiyah U. 2011. Hubungan Antara Stress dan Kebiasaan Makan dengan Terjadinya Kekambuhan Penyakit Gastritis. Muttaqin, A., dan Sari, K. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Selemba Medika. Pratiwi, Wahyu.2013. Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Remaja di
Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanit, Tangerang. Skripsi FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. [internet]. Bersumber dari (diakses pada tanggal 19 Juli 2016, jam 11.30). Puspitaningsih, Dwiharini. Kartiningrum, Eka diah & Puspitasari, Widya. 2015.
Panduan studi kasus d3 Keperawatan . Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto.
Rahma, M., Ansar, J., dan Rismayanti.2013. Faktor resiko kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kampili. Skripsi. FKIK Universitas Hasanudin, Makasar. [internet]. Bersumber dari(diakses pada tanggal 20 Juli 2016 jam 9.05). Sarafino, E P.2005. Health Psycology :Biophysicial interaction.Australia. John Wiley and Sons. Saroinsong, M, dkk (2014). Hubungan Stress Dengan Kejadian Gatsritis. Jurnal Keperawatan. Vol 2 No 2. Sulastri.2012. Gambaran pola makan penderita gastritis di wilayah kerja
puskesmas kampar kiri hulu kecamatan kampar kiri hulu kecamatan kampar kiri hulu kabupaten kampar riau . Skripsi. Sumatera:Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU. Suliha. (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Wahyu, A. (2011). Maag dan gangguan pencernaan. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.
Alamat correspondensi
Email :
Alamat : Desa Sumengko Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik No. Hp : 085649844552