KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SEROJA KABUPATEN LUMAJANG

  

KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SEROJA KABUPATEN

LUMAJANG

Theodorik Rizal Manik, Dimas Wisnu Adrianto, Aris Subagiyo

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

  

Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

  

Kawasan Agropolitan Seroja merupakan kawasan strategis ekonomi Kabupaten Lumajang. Pengembangan

Kawasan Agropolitan Seroja bertujuan untuk mengembangkan agribisnis yang berwawasan lingkungan,

meningkatkan nilai tambah dan daya saing, mendayagunakan sumber daya, meningkatkan pendapatan

masyarakat dan PDRB, serta melakukan re-positioning pemasaran di tingkat nasional dan global. Berdasarkan

hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik Kawasan Agropolitan Seroja,

mengetahui perkembangan Kawasan Agropolitan Seroja, serta menyusun strategi dan arahan pengembangan

Kawasan Agropolitan Seroja. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis kebijakan,

analisis potensi ekonomi, analisis kesesuaian lahan, analisis penentuan komoditas unggulan, analisis linkage

sistem, analisis kelembagaan, analisis partisipatif, analisis evaluasi kawasan terhadap konsep kawasan

agropolitan, analisis potensi masalah, dan analisis SWOT. Bila dilihat dari hasil penelitian, terdapat 3

komoditas unggulan yang baik untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Seroja yaitu komoditas pisang,

komoditas durian, dan komoditas sukun. Komoditas pisang dalam pelaksanaan sistem agribisnis dapat

dikatakan telah berjalan dengan baik dan berkembang dengan disertai dukungan pemerintah. Komoditas durian

dan komoditas sukun belum mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Lumajang dalam

pengembangannya. Pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja secara berkelanjutan membutuhkan strategi

dan arahan berupa, pengembangan sub sistem agribisnis sesuai komoditas unggulan, arahan tata ruang

Kawasan Agropolitan Seroja, pengembangan sistem usaha tani konservasi di pegunungan, pengembangan

infrastuktur pendukung agropolitan, serta pengembangan sumber daya manusia.

  Kata Kunci : Evaluasi, Pengembangan, Agropolitan.

  

ABSTRACT

Seroja’s Agropolitan Region is an economic’s strategic area of Lumajang Regency. Seroja’s Agropolitan Region

development aims to develop agribusiness that environmentally sound, increase added value and

competitiveness, leverage resources, increase household incomes and GDP, as well as re-positioning of

marketing at the national and global. Based on this background, the purpose of this research was to identify the

characteristics of the Seroja’s Agropolitan Region, determine the development of Seroja’s Agropolitan Region,

and creates strategy and direction of Seroja’s Agropolitan Region development. The analysis uses descriptive

method, policy analysis, economic potential analysis, suitability of land analysis, determination of commodities

analysis, linkage system analysis, institutional analysis, participatory analysis, region evaluation of the

agropolitan region concept analysis, the analysis of potential problems, and SWOT analysis. When viewed from

the research results, there are 3 good commodities to be developed in Seroja’s Agropolitan Region that are

banana commodity, durian commodity, and breadfruit commodity. Banana commodity in the implementation of

the agribusiness system can be said to have run well and developed with government support. Durian commodity

and breadfruit haven’t received support from the Regional Government of Lumajang Regency. Seroja’s

Agropolitan Region sustainable development requires a strategy and direction such as development of

appropriate sub-systems agrobusiness commodities, spatial direction of Seroja’s Agropolitan Region,

development of conservation farming systems in the mountains, development of supporting infrastructure

agropolitan, and human resource development.

  Keywords: Evaluation, Development, Agropolitan.

  (agrobisnis) di wilayah sekitarnya. Menurut

  PENDAHULUAN

  Estiadi (2008), konsep agropolitan adalah sebuah pendekatan pengembangan suatu kawasan Agropolitan adalah kota pertanian yang pertanian perdesaan yang mampu memberikan tumbuh dan berkembang karena berjalannya berbagai pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sistem dan usaha agribisnis serta mampu melaya-

  Masyarakat di kawasan produksi pertanian di ni, mendorong kegiatan pembangunan pertanian

KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SEROJA KABUPATEN LUMAJANG

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  sekitarnya, baik pelayanan yang berhubungan dengan sarana produksi, jasa distribusi, maupun pelayanan sosial ekonomi.

  Kawasan Agropolitan Seroja merupakan kawasan agropolitan yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Lumajang sesuai dengan

  Gambaran Umum Kawasan Agropolitan Seroja

  Kabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak pada posisi 7°52’ - 8°23’ LS dan 112°50’ - 113°22’ BT dengan luas wilayahnya 1.790,90 km2 atau 3,74% dari luas Provinsi Jawa Timur. Luasan tersebut terbagi dalam 21 kecamatan yang meliputi 197 desa dan 7 kelurahan. Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam pembangunan Kabupaten Lumjang. Sektor pertanian menyumbang pemasukan sbesar 33,97 % dari total PDRB Kabupaten Lumajang di tahun 2009. Setiap tahunnya sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pada pemasukan PDRB Kabupaten Lumajang dengan rata-rata 33% - 34% dari total pemasukan PDRB Kabupaten Lumajang.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Lumajang

  2. Analisis Evaluatif terdiri dari analisis evaluasi kawasan terhadap konsep kawasan agropolitan, analisis kebijakan, analisis LQ, analisis growth share ,dan analisis kesesuaian lahan terhadap kawasan lindung dan komoditas

  1. Analisis Deskriptif terdiri dari analisis statistika deskriptif, analisis kelembagaan, analisis partisipatif, analisis linkage sistem, dan analisis potensi masalah.

  Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  Metode Analisis

  wawancara dilakukan di kedua Kecamatan yaitu di Kecamatan 3 Senduro dan Kecamatan Pasrujambe dengan narasumber tokoh-tokoh utama pengembangan kawasan agropolitan baik dari masyarakat, tokoh keagamaan dan pejabat terkait di kedua kecamatan.

  purposive snowball sampling. Pelaksanaan

  dalam penelitian ini adalah dengan metode

  sampling . Metode pangambilan narasumber

  Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan survei primer dan survei sekunder. Survei primer dilakukan dengan observasi lapangan serta wawancara tidak terstruktur dengan menggunakan metode nonprobability

  Metode Pengumpulan Data

  Kawasan Agropolitan Seroja Kabupaten Lumajang” ini termasuk ke dalam penelitian perkembangan (development). Penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu:

  Penelitian tentang “Kajian Pengembangan

  Untuk mencapai tujuan sebagai kawasan strategis ekonomi Kawasan Agropolitan Seroja sesuai dengan RTRW Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2028, maka dibutuhkan sebuah kajian pengembangan kawasan agropolitan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan arahan pengembangan kawasan Agropolitan Seroja di Kabupaten Lumajang dengan mengatasi permasalahan yang ada serta mengembangkan komoditas yang diunggulkan di dalam kawasan Agropolitan Seroja Kabupaten Lumajang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik Kawasan Agropolitan Seroja di Kabupaten Lumajang, mengetahui perkembangan Kawasan Agropolitan Seroja di Kabupaten Lumajang serta menyusun strategi dan arahan pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja di Kabupaten Lumajang.

  Dalam RTRW Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2028, Kabupaten Lumajang menetapkan kawasan strategis pengembangan ekonomi salah satunya berada di Kawasan Strategis Ekonomi Agropolitan Seroja dengan luas 25.061,28 ha. Pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja ini bertujuan untuk mengem- bangkan agribisnis pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perika- nan yang berwawasan lingkungan guna mening- katkan nilai tambah dan daya saing, mendayagu- nakan sumber daya agribisnis kawasan agropoli- tan seroja, meningkatkan pendapatan masyarakat agribisnis di sekitar kawasan, meningkatkan kontribusi dalam pertumbuhan PDRB, melaku- kan re-positioning pemasaran daerah Kabupaten Lumajang di pasar nasional maupun global.

  Kabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang tumbuh dan berkembang dengan konsep agropolitan. Kabupaten Lumajang menetapkan kawasan pengembangan agropolitan yang diarahkan pada Kawasan Agropolitan Seroja yang terdiri dari 8 desa yang berada di Kecamatan Senduro dan Kecamatan Pasrujambe yang meliputi Desa Senduro, Desa Kandangtepus, Desa Kandangan, Desa Burno, Desa Argosari, Desa Jambekumbu, Desa Pasru- jambe, dan Desa Jambearum.

3. Analisis Pengembangan terdiri atas analisis SWOT.

METODE PENELITIAN

  Theodorik Rizal Manik, Dimas Wisnu Adrianto, Aris Subagiyo Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  • Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian khususnya pangan, yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar atau yang disebut komoditas unggulan.
  • Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara keseluruhan.

  67

  masterplan kawasan agropolitan tahun 2003 yang terletak di Kecamatan Senduro dan Kecamatan Pasrujambe yang terdiri dari 8 desa yaitu Desa Senduro, Desa Kandang Tepus, Desa Kandangan, Desa Burno, Desa Argosari, Desa Jambekumbu, Desa Pasrujambe, dan Desa Jambearum. RTRW Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2028 menetapkan Kawasan Agropolitan Seroja sebagai kawasan strategis ekonomi pertanian.

  Gambar 1. Peta Administrasi Kawasan

  Agropolitan Seroja Kawasan Agropolitan Seroja terletak pada ketinggian antara 400 - 2.000 meter dpl dengan curah hujan tahunan di sebesar 2.140 mm/tahun di Kecamatan Senduro dan 2.171 mm/tahun di Kecamatan Pasrujambe. Temperatur Kawasan Agropolitan Seroja berkisar antara 18°C – 33°C. Tekstur tanah Kawasan Agropolitan di seluruh desa adalah tekstur tanah sedang (lempung) dengan efektivitas kedalaman tanah yang bervariasi di masing-masing desa.

  Berdasarkan Masterplan Kawasan Agropolitan Seroja Tahun 2003, Kota Tani Utama terletak di Desa Senduro dan Kota Tani terletak di Desa Kandang Tepus dan Desa Jambearum. Sedangkan Desa Argosari, Desa Burno, Desa Kandangan, Desa Pasrujambe, dan Desa Jambekumbu menjadi hintterland .

  Penggunaan lahan budidaya kawasan agropolitan didominasi oleh kawasan pertanian baik sawah, ladang, atau perkebunan dengan luasan mencapai 7.920,26 ha. Lokasi Kawasan Agropolitan Seroja yang berada di Pegunungan Bromo Tengger Semeru menyebabkan sebagian besar penggunaan lahan berupa hutan dengan luasan mencapai 9.084,73 ha.

  Fasilitas-fasilitas pendukung yang ada dalam sistem agropolitan ini terdiri dari fasilitas perdagangan, industri, dan pendidikan. Fasilitas perdagangan yang ada di Kawasan Agropolitan Seroja terdiri dari pasar kecamatan dan pasar agropolitan yang terletak di Desa Senduro serta dua pasar desa yang terletak di Desa Kandang Tepus dan Desa Pasrujambe. Industri yang terdapat di Kawasan Agropolitan Seroja ini berupa industri kecil dengan jumlah 16 industri kecil yang didominasi oleh industri pengolahan komoditas pisang. Fasilitas pendidikan yang ada di kawasan Agropolitan Seroja meliputi 40 SD, 5 SMP, dan 2 SMA. Secara umum bila dilihat dari jenis kelaminnya perbandingan antara penduduk pria dan wanita yang ada di Kawasan Agropolitan Seroja pada tahun 2009 hampir sama jumlahnya yaitu pria sebanyak 25.302 jiwa dan wanita 25.554 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak berada di Desa Pasrujambe sebanyak 12.039 jiwa dan kepadatan penduduk tertinggi berada di Desa Jambearum dengan 1.118 jiwa/km2. Hampir sebagian besar masyarakat di Kawasan Agropolitan Seroja ini bermata pencaharian di sektor pertanian baik sebagai petani sebesar 6.440 orang dan buruh tani16.289 orang.

  Kajian Pengembangan Kawasan Agroplitan Seroja Kebijakan

  Pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja didukung oleh pemerintah melalui RTRW Kab. Lumajang tahun 2008 tentang penetapan kawasan ekonomi strategis. Namun kebijakan pemerintah dalam menetapkan komoditas unggulan dapat ditinjau ulang dengan menggunakan analisis LQ, analisis growth share, dan analisis kesesuaian lahan terhadap komoditas untuk menentukan komoditas unggulan. Selain itu kondisi infrastruktur yang mengalami kerusakan dapat segera diperbaiki untuk mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja.

  Kajian persyaratan kawasan agropolitan

  Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu agropolitan harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  Untuk mengetahui komoditas unggulan, maka dilakukan analisis potensi ekonomi dengan menggunakan Analisis LQ dan Analisis Growth

  Share . Komoditas yang dihasilkan dari analisis

  ekonomi akan disesuaikan dengan syarat tumbuh komoditas untuk mendapatkan komoditas unggu- lan yang sesuai dengan agroklimat kawasan.

KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SEROJA KABUPATEN LUMAJANG

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  Penentuan delineasi daerah peka terhadap longsor menggunakan overlay dari peta curah hujan, peta bahan induk, peta kelerengan, peta kandungan tanah liat, peta laju infiltrasi serta peta ke dalam lapisan kedap air. Kesesuaian kawasan lindung

  19.

  20. Salak Petai Mentimun Manggis Kacang Panjang Bawang Daun Cabe Rawit Cabe Besar Rambutan Sukun Pisang Kubis Sawi Terung Pepaya Tomat Alpukat Durian Tebu Sirsak

  7,07 3,61 3,39 2,69 2,68 1,83 1,83 1,72 1,71 1,51 1,48 1,42 1,35 1,33 1,31 1,31 1,28 1,27 1,25 1,09

  Berdasarkan pada hasil klasifikasi ditinjau dari analisis growth share, maka dapat diklasifi- kasi potensi pengembangan tiap komoditas yang ada di Kabupaten Lumajang, yakni: komoditas unggulan meliputi durian, pepaya, pisang, sukun, kubis, cabe besar, cabe rawit, sawi, tomat, dan tebu komoditas potensial meliputi alpukat, manggis, rambutan, salak, sirsak, petai, kentang, bawang daun, kacang panjang, terung, mentimun, dan kopi.

  Kesesuaian Lahan Daerah peka terhadap longsor

  Delineasi kesesuaian lahan terhadap kawasan lindung dengan mengoverlay peta delineasi daerah peka terhadap longsor dengan peta penggunaan lahan kawasan agropolitan.

  Berdasarakan RTRW Kabupaten Luma- jang Tahun 2008-2028, penetapan kawasan lindung meliputi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan perlindungan bawahan, dan kawasan perlindungan setempat.

  17.

  Gambar 2. Peta kepekaan terhadap longsor Gambar 3. Peta kesesuaian lahan terhadap

  kawasan lindung Kesesuaian komoditas unggulan

  Dengan adanya persyaratan fisiologis dan agronomis tanaman, maka terdapat 3 komoditas unggulan yang baik untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Seroja. Komoditas tersebut meliputi komoditas tanaman buah-buahan meliputi durian, pisang, dan sukun. Sementara komoditas yang tidak sesuai seperti pepaya, cabe, sawi, kubis, tomat, dan tebu akan membutuhkan input yang besar agar memberikan keuntungan bagi petani.

  Berdasarkan hasil overlay kelas kesesuaian lahan terhadap komoditas unggulan, tedapat 3 jenis kelas yaitu S1, S2, dan N dan menghasilkan 4 zona, yaitu:

  2. Zona 2 yang merupakan kelas lahan S1 untuk komoditas pisang serta kelas S2 untuk komoditas durian dan sukun.

  18.

  16.

  Analisis kesesuaian lahan terhadap kawasan lin- dung berfungsi untuk mengetahui lokasi konser- vasi alam dan kelestarian lingkungan hidup di Kawasan Agropolitan Seroja dengan melakukan identifikasi daerah yang peka terhadap longsor.

  6.

  Analisis Potensi Ekonomi Berdasarkan hasil perhitungan LQ pertani- an sektor perkebunan dapat dilihat bahwa komo- ditas yang memiliki nilai LQ > 1 adalah komodi- tas tebu. Rekapitulasi hasil perhitungan LQ dida- pat 20 komoditas dengan nilai LQ > 1, untuk sek- tor buah-buahan terdapat 10 komoditas, sektor sayur-sayuran 9 komoditas dan sektor perkebu- nan 1 komoditas.

  Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan LQ Komoditas Pertanian Kabupaten Lumajang Tahun 2009 No Komoditas LQ 1.

  2.

  3.

  4.

  5.

  7.

  15.

  8.

  9.

  10.

  11.

  12.

  13.

  14.

1. Zona 1 yang merupakan kelas lahan S1 untuk komoditas pisang, durian, dan sukun.

  Theodorik Rizal Manik, Dimas Wisnu Adrianto, Aris Subagiyo Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  69 3.

  Zona 3 yang merupakan kelas lahan S2 untuk komoditas pisang, durian, dan sukun.

  4. Zona 4 yang merupakan kelas lahan N yang tidak sesuai untuk komoditas pisang, durian, dan sukun karena memiliki faktor pembatas yang berat.

  Kondisi eksisting zona N merupakan lahan pertanian sayuran hortikultura berupa kentang dan bawang daun. Kondisi eksisting tersebut tetap dipertahankan disertai dengan pelaksanaan sistem usaha tani konservasi untuk meminimalisir terjadinya longsor.

  Gambar 4. Kesesuaian Lahan Terhadap

  Komoditas Unggulan Penentuan Komoditas Unggulan

  Berdasarkan hasil perhitungan LQ,

  Growth Share , analisis kesesuaian lahan terhadap

  komoditas, serta kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja Kabupaten Lumajang dike- tahui bahwa komoditas unggulan utama adalah komoditas pisang. Komoditas sukun dan durian dapat diarahkan menjadi komoditas unggulan, namun belum mendapat dukungan kebijakan dari pemerintah.

  Tabel 2. Komoditas Unggulan dan Komoditas Potensial Kawasan Agropolitan Seroja Kabupaten Lumajang Komodi tas Hasil Analisis LQ Hasil Analisis Growth Share Hasil Analisis Kesesuaian Dukungan Pemerin- tah Pisang 1,48 Komoditas Unggulan Sesuai Ada Sukun 1,51 Komoditas Unggulan Sesuai Tidak Ada Durian 1,27 Komoditas Unggulan Sesuai Tidak Ada Bawang Daun 1,83 Komoditas Potensial Sesuai Ada Kentang 0,92 Komoditas Potensial Sesuai Ada Kopi 0,62 Komoditas Potensial Sesuai Ada

  Oleh karena itu diharapkan pemerintah dapat memberikan dukungan kebijakan pada kedua komoditas tersebut. Untuk komoditas potensial yang dapat dikembangkan adalah komoditas kopi dan sayuran hortikultura berupa kentang dan bawang daun.

  Kajian ciri-ciri kawasan agropolitan seroja

  Untuk mengetahui ciri-ciri Kawasan Agropolitan Seroja, dapat dilihat bagaimana subsistem agropolitan yang telah berjalan dengan utuh dan dipadukan dengan kegiatan masyarakat di tiap-tiap sektor yang meliputi sektor pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, dan peternakan. Ciri-ciri kawasan agropolitan seroja tersebut dapat diketahui melalui analisis linkage system Kawasan Agropolitan Seroja.

  Linkage Sistem Analisis linkage sistem komoditas pisang, durian, dan sukun mencakup keterkaitan sub sistem agropolitan untuk pengembangan komoditas pisang, durian, dan sukun. Analisis sistem komoditas mencakup tahapan agribisnis hulu, agribisnis usaha tani, agribisnis hilir, agro output serta sub sistem pemasaran dan sub sistem sarana penunjang.

  Gambar 5. Linkage System komoditas pisang

KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SEROJA KABUPATEN LUMAJANG

  dalamnya. Sistem kawasan yang berjalan di Kawasan Agropolitan Seroja sudah berjalan sesuai dengan pedoman yang ada. Keterkaitan fungsional didalam kawasan saling berhubungan antara kawasan lahan pertanian dengan kawasan lainnya sehingga membentuk suatu sistem kawasan agropolitan dalam sistem tata ruang Kawasan Agropolitan Seroja.

  Kajian tipologi kawasan agropolitan seroja

  Kawasan Agropolitan Seroja memiliki tipologi kawasan dengan sektor usaha pertanian hortikultura dan perkebunan.

  Kawasan Agropolitan Seroja memiliki sektor usaha pertanian dengan jenis hortikultura dan perkebunan dengan komoditas ungulan berupa komoditas pisang, durian, dan sukun. Tipologi kawasan agropolitan yang berada di dataran sedang dan tinggi dengan tekstur berbukit memiliki persyaratan agroklimat yang sesuai dengan komoditas unggulan yang ada.

  Kajian infrastruktur dan fasilitas penunjang kawasan agropolitan seroja

  Infrastruktur dan fasilitas penunjang

  Gambar 6. Linkage Sistem komoditas durian dan

  diarahkan untuk mendukung pengembangan sukun sistem dan usaha agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan menyeluruh pada kawasan agropolitan. Untuk mengetahui

  Kajian sistem kawasan agropolitan seroja

  ketersediaan infrastruktur dan fasilitas penunjang Sistem kawasan agropolitan dapat terdiri dalam pengembangan kawasan, maka dilakukan atas : analisis ketersediaan dukungan infrastruktur dan 1. Kawasan lahan pertanian (hinterland) berupa fasilitas penunjang pada subsistem agribisnis kawasan pengolahan dan kegiatan pertanian hulu, subsistem usaha tani dan subsistem yang mencakup kegiatan pembenihan, agribisnis hilir. budidaya dan pengelolaan pertanian.

  1. Infrastruktur dan fasilitas penunjang 2. Kawasan pemukiman yang merupakan subsistem agribisnis hulu sudah tersedia. kawasan tempat bermukimnya para petani

  Diharapkan kondisi infrastruktur dan dan penduduk kawasan agropolitan. fasilitas yang ada tetap diperthankan untuk 3. Kawasan pengolahan dan industri yang pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan kawasan tempat penyeleksian Seroja). dan pengolahan hasil pertanian sebelum 2.

  Dukungan infrastruktur dan fasilitas untuk dipasarkan dan dikirim ke terminal menunjang subsistem usaha tani berupa agribisnis atau pasar, atau diperdagangkan. jaringan jalan dibutuhkan perbaikan,

  Dikawasan ini bisa berdiri pergudangan dan sedangkan sub terminal pengumpul yang ada industri yang mengolah langsung hasil pertanian menjadi produk jadi.

  3. Dukungan infrastruktur dan fasilitas yang 4. Kawasan pusat prasarana dan pelayanan ada telah menunjang subsistem agribisnis umum yang terdiri dari pasar, kawasan hilir pada komoditas pisang. Diperlukan perdagangan, lembaga keuangan, terminal pembangunan infrastruktur dan fasilitas agribisnis dan pusat pelayanan umum penunjang untuk pengembangan sistem lainnya. agribisnis durian dan sukun.

5. Keterkaitan antara kawasan sentra produksi

  Kajian kelembagaan kawasan agropolitan

  pangan (agropolitan) dengan kawasan

  seroja lainnya.

  Sistem Kawasan Agropolitan Seroja Kelembagaan adalah suatu ketentuan ditetapkan berdasarkan kebutuhan ruang untuk berupa sistem pengelolaan yang menjembatani mewadahi kegiatan agribisnis yang ada di

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  Theodorik Rizal Manik, Dimas Wisnu Adrianto, Aris Subagiyo Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  Masalah utama dalam pengembangan Kawasan Agropolitas Seroja adalah subsistem agribisnis hilir komoditas durian dan sukun yang belum berjalan. Kondisi jaringan jalan yang rusak juga menyebabkan permasalahan dalam distribusi pemasaran produk pertanian.

  Arahan pengembangan sub sistem agribisnis

  5. Terbentuknya sumber daya manusia yang unggul.

  4. Pengembangan Lingkungan.

  3. Terbangunnya infrastruktur dan fasilitas penunjang mendukung kegiatan agribisnis.

  Terbangunnya sistem agribisnis yang utuh. Kelembagaan yang bersinergi.

  Strategi/upaya pokok dalam mengembangkan Kawasan Agropolitan Seroja Kabupaten Lumajang yang berkelanjutan, yaitu: 1.

  Strategi dan Arahan Pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja

  Potensi utama Kawasan Agropolitan Seroja adalah komoditas unggulan berupa pisang, durian, dan sukun. Dengan adanya komoditas unggulan dari sektor pertanian mampu menjadi penggerak kegiatan perekonomian di bidang pertanian. Komoditas unggulan yang berupa pisang, durian, dan sukun merupakan komoditas yang dapat diolah menjadi produk yang lebih berharga apabila pemasaran dalam bentuk buah segar tidak terserap pasar, akan tetapi pada saat ini permintaan akan komoditas unggulan tersebut cukup tinggi. Selain adanya komoditas unggulan, kerjasama petani melalui kelompok tani yang mengadakan kemitraan merupakan potensi dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja.

  71

  Potensi dan masalah

  Kawasan Agropolitan Seroja dalam pengembangannya sudah siap untuk dikembangkan dengan konsep kawasan agropolitan berdasarkan Pedoman Pengelolaaan Ruang Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional dan Daerah. Komoditas unggulan utama dalam Pengembangan Kawasan Agropoltan Seroja adalah komoditas pisang sudah berjalan dengan utuh dan terintegrasi. Komoditas durian dan sukun masih memerlukan pengembangan agar sistem agribisnis pada komoditas tersebut dapat mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja.

  Evaluasi pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja terhadap kriteria kawasan agropolitan bertujuan untuk mengetahui kondisi Kawasan Agropolitan Seroja dalam pengembangannya sudah berjalan sesuai dengan konsep pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan Pedoman Pengelolaaan Ruang Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional dan Daerah. Kriteria yang dikaji meliputi: persyaratan kawasan agropolitan, ciri-ciri kawasan, sistem kawasan, tipologi kawasan, infrastruktur, dan kelembagaan.

  Kajian pengembangan kawasan agropolitan seroja terhadap konsep kawasan agropolitan

  Gambar diagram venn diatas dapat dilihat bahwa petani dan kelompok tani memiliki peran terbesar dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja. Para petani dan kelompok tani membuka jaringan kemitraan dengan perusahaan untuk memasarkan hasil pertanian petani dan kelompok tani juga menjalin kerjasama dengan perbankan untuk mengatasi permasalah permodalan. Pemerintah Kabupaten Lumajang bertugas mendampingi petani dan kelompok tani melalui UPTD Dinas pertanian agar para petani dan kelompok tani dapat mengembangkan kawasan agropolitan seroja sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama. Keberadaan industri rumah tangga berfungsi untuk menyerap hasil pertanian yang tidak terserap pasar untuk diolah mejadi produk yang lebih bernilai dan tahan lama.

  Gambar 7. Diagram Venn Kelembagaan

  berbagai kepentingan antara instansi tekait atau disebut protokol. Protokol diarahkan kepada pengaturan hubungan antara pemangku kepentingan. Pihak-pihak stakeholders yang berkepentingan dan terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan adalah Pemerintah Kabupaten Lumajang, petani, UPTD Dinas Pertanian dan kelompok, pedagang, perusahaan, dan lembaga keuangan

  Komoditas Unggulan Berdasarkan hasil analisis perekonomian dan kesesuaian lahan terhadap komoditas yang telah dilakukan, komoditas yang dapat diarahkan

KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SEROJA KABUPATEN LUMAJANG

  Bantuan dari pemerintah baik ditingkat kota, provinsi maupun pusat dalam bentuk kredit dengan bunga yang rendah.

   Peningkatan penguasaan teknologi modern.

  Peningkatan Pasca Panen  Diversifikasi produk olahan.

  Sub Sistem Pemasaran Pengembangan sub sistem agro output dan pemasaran mencakup pengembangan produk hasil pertanian dan hasil pengolahan, limbah, serta sistem pemasaran yang mencakup sarana prasarana pemasaranan serta informasi pasar. Komoditas Pisang 1.

  5. Bekerja sama dengan pemerintah melalui dinas perindustrian untuk melakukan penelitian dan pengembangan diversivikasi produk komoditas sukun dan durian.

  4. Pelatihan pemanfaatan teknologi dalam proses pengolahan pisang.

  3. Pengadaan sarana pengolahan sukun seperti: peralatan pengolahan, tempat pengemasan produk olahan, dan gudang penyimpanan.

  2. Pengadaan sarana pengolahan durian seperti: peralatan pengolahan, tempat pengemasan produk olahan, dan gudang penyimpanan.

  1. Mempertahankan sarana pengolahan yang telah ada.

  Peningkatan sarana produksi dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan hasil produksi pengolahan pisang. Peningkatan sarana produksi dapat dilakukan dengan cara:

  5. Melakukan kemitraan dengan perusahaan.

  4. Bekerja sama dengan pihak pemerintah untuk mendatangkan investor dari luar kawasan.

  3. Bekerja sama dengan kelompok tani untuk mendapatkan modal usaha.

  2. Pinjaman modal usaha dengan kredit lunak ke pihak perbankan yang mendukung usaha kecil menengah.

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  menjadi komoditas unggulan dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja adalah komoditas tanaman pisang, durian, dan sukun. Sub sisten Agribisnis tanaman pisang telah berjalan sesuai dengan konsep pengembangan kawasan agropolitan. Sub sistem agribisnis pisang yang ada tetap dipertahankan. Untuk sub sistem agribisnis pada komoditas durian dan sukun baru berjalan hingga tahap sub sistem agribisnis usaha tani. Arahan untuk komoditas durian dan sukun adalah peningkatan sub sistem agribisnis hilir dengan melakukan derivatisasi produk untuk meningkatkan nilai produk. Sub Sistem Agribisnis Hilir

  3. Komoditas Sukun  Sukun segar  Keripik sukun  Tepung sukun  Pati sukun  Tape sukun  Bahan obat herbal  Bahan pembuatan kue  Kayu sukun yang kuat dan elastis dapat digunakan sebagai bahan bangunan, papan selancar, dan perabot rumah tangga.

   Tuak durian.  Lempok durian.  Tepung durian yang dibuat dari bijinya.  Keripik durian yang dibuat dari bijinya.

  2. Komoditas Durian  Durian segar.

   Keripik pisang.  Sale pisang.  Selai pisang.  Cuka pisang.  Tepung pisang.  Makanan ringan/Snack.

  1. Komoditas Pisang  Pisang Segar.

  Diversifikasi produk olahan perlu dilakukan untuk menyerap hasil produksi pertanian yang tidak terserap oleh pasar dan meningkatkan harga komoditas tersebut. Diversifikasi komoditas unggulan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

  5. Peningkatan efisiensi proses produksi.

  4. Peningkatan kualitas produk industri pengolahan.

  3. Peningkatan penguasaan teknologi dalam industri pengolahan.

  2. Peningkatan skala produksi dengan efisiensi proses produksi.

  1. Melakukan inovasi dan diversifikasi produk olahan.

  Pelatihan teknik pembuatan produk komoditas unggulan mulai sortasi hingga produksi serta peningkatan keberagaman atau diversifikasi produk olahan hasil komoditas unggulan sampai dengan pengenalan teknik pengemasan dengan cara:

  Pengembangan agribisnis hilir meliputi Sumber Daya Manusia (SDM industri), diversifikasi produk, ruang dan sarana produksi, serta modal produksi.

  Peningkatan modal usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan modal usaha adalah sebagai berikut: 1.

  Theodorik Rizal Manik, Dimas Wisnu Adrianto, Aris Subagiyo Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

   Peningkatan penguasaan teknologi modern.  Standarisasi produk dengan menggunakan SNI untuk meningkatkan kualitas hasil produksi dengan orientasi pasar regional dan nasional.

  Gambar 9. Peta arahan pemanfaatan lahan

  Pemanfaatan lahan budidaya Kawasan Agropolitan Seroja diarahkan sebagai kawasan pertanian. Total luasan yang dapat digunakan untuk pertanian adalah seluas 7.208,81 ha.

  Gambar 8. Peta arahan struktur tata ruang

  Kota Tani Utama yang diarahkan menjadi area pelayanan sebagai penggerak agribisnis komoditas tetap dipusatkan di Desa Senduro dan Kota Tani terletak di Desa Kandang Tepus dan Desa Jambearum. Sedangkan Desa Argosari, Desa Burno, Desa Kandangan, Desa Pasrujambe, dan Desa Jambekumbu menjadi hintterland.

  Struktur tata ruang Kawasan Agropolitan Seroja Kabupaten Lumajang yang ada tetap dengan berdasarkan kebutuhan ruang dengan membagi wilayah-wilayah yang berhubungan secara fungsional dalam satu sistem kegiatan.

  Arahan tata ruang kawasan agropolitan seroja kabupaten lumajang

   Pembentukan kemitraan antara petani- kelompok tani dengan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusi.

  3. Perluasan Jaringan Pemasaran  Promosi produk olahan komoditas sukun pada tingkat regional dan nasional untuk memperluas pangsa pasar.

  2. Pengolahan limbah dilakukan untuk mencegah pencemaran lingkungan. Limbah hasil pertanian berupa sisa tanaman dapat diolah kembali menjadi pakan ternak dan bahan pembuatan pupuk organik.

  Peningkatan Pasca Panen  Diversifikasi produk olahan.

  73

   Pembentukan kemitraan antara petani- kelompok tani dengan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusi. Komoditas Sukun 1.

  3. Perluasan Jaringan Pemasaran  Promosi produk olahan komoditas durian pada tingkat regional dannasional untuk memperluas pangsa pasar.

  2. Pengolahan limbah dilakukan untuk mencegah pencemaran lingkungan. Limbah hasil pertanian berupa sisa tanaman dapat diolah kembali menjadi pakan ternak dan bahan pembuatan pupuk organik.

   Peningkatan penguasaan teknologi modern.  Standarisasi produk dengan menggunakan SNI untuk meningkatkan kualitas hasil produksi dengan orientasi pasar regional dan nasional.

  Peningkatan Pasca Panen  Diversifikasi produk olahan.

   Mempertahankan kemitraan antara petani-kelompok tani dengan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusi. Komoditas Durian 1.

  3. Perluasan Jaringan Pemasaran  Promosi produk olahan komoditas unggulan pada tingkat nasional dan internasional untuk memperluas pangsa pasar.

  2. Pengolahan limbah dilakukan untuk mencegah pencemaran lingkungan. Limbah hasil pertanian berupa sisa tanaman dapat diolah kembali menjadi pakan ternak dan bahan pembuatan pupuk organik.

   Standarisasi produk dengan menggunakan SNI atau ISO untuk meningkatkan kualitas hasil produks dengan orientasi pasar nasional dan internasional.

  Pemanfaatan lahan pertanian diarahkan menjadi 3 zona tanam komoditas unggulan

KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SEROJA KABUPATEN LUMAJANG

  hintterland , industri menengah diarahkan di Kota

  Kawasan Agropolitan Seroja merupakan kawasan yang dipilih oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk menjadi kawasan strategis ekonomi. Hal ini merupakan salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk mengembangkan potensi wilayah dengan berdasarkan komoditas unggulan yang ada di Kawasan Agropolitan Seroja. digunakan sebagai lahan pertanian memiliki luasan sebesar 7.920,26 Ha dengan komoditas unggulan berupa pisang, durian, dan sukun. Kerjasama petani melalui kelompok tani yang mengadakan kemitraan merupakan potensi dalam pengembangan kawasan agropolitan seroja. sub sistem agribisnis hilir komoditas durian dan sukun yang belum berjalan. Kreativitas masyarakat untuk melakukan diversifikasi produk olahan masih minim khususnya pada tanaman durian dan sukun serta belum adanya

  SIMPULAN

  Pengembangan sumber daya manusia (SDM) pertanian dapat ditempuh melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan baik sektor pertanian maupun industri rumah tangga. Pengembangan SDM dilaksanakan agar SDM mampu berkembang secara dinamis. SDM diharapkan mampu berinovasi, berkreasi dan turut berpartisipasi dalam pengembangan kawasan agropolitan seroja.

  Arahan pengembangan sumber daya manusia

  Pengembangan sarana pendidikan adalah pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan dengan keahlian yang mendukung pengembangan kawasan agropolitan seperti keahlian bidang pertanian, teknologi pertanian, dan industri pertanian.

  Tani, dan industri dengan skala besar di Kota Tani Utama.

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  berdasarkan kelas kesesuaian lahan. Zona A dapat ditanami komoditas unggulan pisang, sukun, dan durian. Zona B hanya dapat ditanami komoditas unggulan pisang. Sedangkan Zona N yang berada di Desa Argosari diarahkan menjadi kawasan agrowisata dengan konsep kawasan wisata alam dan tetap mempertahankan kondisi eksisting komoditas potensial yang sudah ada di zona N.

  Pengembangan jaringan jalan di dalam Kawasan Agropolitan Seroja adalah dengan memperbaiki kondisi jalan yang rusak berat maupun rusak khususnya akses jalan menuju Desa Argosari.

  Gambar 11. Peta Arahan SUT Konservasi Arahan pengembangan infrastruktur dan fasilitas pendukung kawasan agropolitan

  Budidaya pertanian pada lahan pegunungan di Kawasan Agropolitan Seroja Kabupaten Lumajang yang sesuai dengan kondisi alam sebaiknya menerapkan sistem usahatani (SUT) konservasi yang tepat. Budidaya pertanian di lahan pegunungan meliputi dua kegiatan pokok, yaitu kegiatan usahatani dan konservasi. Kedua kegiatan pada sebidang lahan pertanian terintegrasi menjadi sistem usahatani (SUT) konservasi. Teknologi SUT menggunakan faktor kemiringan lahan, kedalaman tanah, dan kepekaan tanah terhadap erosi sebagai kriteria pengembangan model-model SUT konservasi.

  Arahan pengembangan sistem usaha tani konservasi

  unggulan

  Gambar 10. Peta arahan zona tanam komoditas

  Pengembangan sarana perindustrian dapat dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta atau investor yang mau menanamkan modal di Kawasan Agropolitan Seroja. Pengembangan sarana industri diarahkan pada industri pengolahan komoditas unggulan. Pengembangan industri rumah tangga diarahkan pada

  Theodorik Rizal Manik, Dimas Wisnu Adrianto, Aris Subagiyo

  kelompok tani komoditas durian dan sukun. Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kondisi jaringan jalan yang rusak juga Lumajang. 2003. Masterplan menyebabkan permasalahan dalam distribusi

  Kawasan Agropolitan Seroja pemasaran produk pertanian. Kabupaten Lumajang Tahun 2003 .

  Perlu adanya strategi dan arahan dalam Lumajang: Bappekab Lumajang. pengembangan kawasan agropolitan dengan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten melaksanakan pengembangan sub sistem Lumajang. 2008. Rencana Tata agribisnis, pengenmbangan tata ruang Kawasan Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang Agropolitan Seroja, pengembangan sistem usaha Tahun 2008/2009- 2028/2029 . tani konservasi untuk mengatasi kepekaan Lumajang: Bappekab Lumajang. longsor, infrastruktur pendukung agropolitan, dan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten pengembangan sumber daya manusia. Dengan Lumajang. 2009. Ekspose Kegiatan pelaksanaan strategi dan arahan tersebut Pengembangan KAS 2009 . Lumajang: diharapkan kawasan agropolitan seroja dapat Bappekab Lumajang. berkembang secara berkelanjutan. Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Saran Lumajang Dalam Angka 2010 .

  1. Lumajang: BPS.

  Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan kawasan Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri agropolitan berdasarkan sektor peternakan, Pertanian Nomor : kehutanan (agroforestry), dan wisata 47/Permentan/OT.140/10/2006 pertanian (agrowisata) untuk mewujudkan Tentang Pedoman Umum Budidaya pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja Pertanian Pada Lahan Pegunungan . Kabupaten Lumajang yang integratif antar Jakarta: Deptan. sektor. Muliaanggun, Asianidharma. 2002. Penyusunan 2.

  Pedoman Pengelolaan Ruang

  Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap sub sistem agribisnis komoditas durian dan Kawasan Sentra Produksi Pangan komoditas sukun. Nasional dan Daerah (Agropolitan) .

  3. Jakarta : Dirjen Penataan Ruang.

  Perlu adanya kebijakan yang mendukung pengembangan komoditas durian dan Rustiadi, E., Saefulhakim, S. & Panuju, D.R. komoditas sukun. 2009. Perencanaan Dan

  Pengembangan Wilayah . Jakarta:

DAFTAR PUSTAKA Crestpent Press dan Yayasan Obor

Indonesia.

  Ashari, Sumeru. 2006. Meningkatkan Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi

  Keunggulan Bebuahan Tropis Penelitian . Jakarta: CV Rajawali. Indonesia . Yogyakarta: C.V Andi

  Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Offset.

  kualitatif dan R & D . Bandung: Alfabeta.

  Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  75

KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SEROJA KABUPATEN LUMAJANG

  Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013