Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas VII MTs THamrin Yahya Pada Tahun Ajaran 20152016

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

  

EVERYONE IS A TEACHER HERE (ETH) TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS

  

VII MTS THAMRIN YAHYA

Zulkarnain 1) , Hardianto M. Pd 2) , Jufri S. Pd. M. Mat 3) 1)

  

Fakultas Keguruan Daan Ilmu Pendidikan Univeersitas Pasir Pengaraian

Zulkarnain.mtk@gmail.com

2)

  

Fakultas Keguruan Daan Ilmu Pendidikan Univeersitas Pasir Pengaraian

3)

  

Fakultas Keguruan Daan Ilmu Pendidikan Univeersitas Pasir Pengaraian

ABSTRACT

  Given that the importance of outcomes achievement in students interested in applying one of a very good method to make students more active and to support outcomes achievement. In this case by using the learning model with the type of teacher everyone is here, because this type of learning is considered able to explore the level of activity of students, which activity will have an impact on student achievement. This study aims to determine: Increase achievement by type of cooperative learning model Everyone Is a Teacher Here (ETH) direction result student learning outcomes on the material up even fourside in MTs Thamrin Yahya Rambah Hilir. Possible see in from posttest that is average in class eksperimen (70%) more high from class control (56,41%). Keywords: Cooperative Learning, ETH, Student Learning Outcomes.

1. PENDAHULUAN

  Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya fikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit.

  Berdasarkan KTSP pembelajaran matematika di SMP memiliki tujuan sebagai berikut; (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara akurat, efisien dan tepat dalam menyelesaikan masalah. (2) menggunakan penalaran pada pola, melakukan sifat manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika. (3) memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, media lain yang memperluas keadaan atau masalah. (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah (Depdiknas, 2006: 2).

  Tujuan pembelajaran matematika tersebut memberikan makna bahwa pentingnya pembelajaran matematika bagi siswa sehingga peningkatan proses pembelajaran matematika di setiap jenjang pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut diperlukan suatu proses pembelajaran yang baik dan pada bidang ini guru sangat berperan penting meningkatkan kualitas dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pada kenyataannya saat ini guru masih banyak memiliki kekurangan pemahaman tentang tugas-tugas tersebut, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan kurang efektif serta banyak siswa yang kurang mengerti dan termotivasi dalam pembelajaran matematika, sehingga matematika dianggap mata pelajaran yang sulit oleh siswa. Sebenarnya matemattika adalah mata pelajaran yang menyenangkan jika guru mampu memotivasi siswa serta mengajak siswa ikut serta dalam pembelajaran matematika tersebut.

  Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 4 Januari 2016 terhadap guru bidang studi matematika kelas VII MTs THamrin Yahya, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Kurangnya kesiapan siswa

  Populasi Dan Sampel

  Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan sebelumnya maka desain atau model rencangan penelitian ini adalah The Statistic Group Comparison:

  Berdasarkan uraian tersebut, penulis atau melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe ETH terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII MTs THamrin Yahya semester II tahun pelajaran 2015/2016 pada materi bangun datar segiempat.

  2. METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimental yang merupakan salah satu dari penelitian eksperimen. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel- variabel yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (sugiyono, 2012: 114).

  Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan dengan memberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ETH (Everyone Is A

  Teacher Here) terhadap hasil belajar matematika pada

  kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol akan digunakan model pembelajaran sebagaimana model pembelajaran yang biasa dilakukan guru (model pembelajaran konvensional). Hal ini dilakukan agar dapat melihat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ETH (Everyone Is A Teacher Here) terhadap hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran konvensional.

  Rondomized Subjects Posttest Only Cotrol Group Design

  Teacher Here (ETH). Pemilihan pendekatan diharapkan

  yang dapat digambarkan pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Table 3.1 Posttest Only Control Group Design

  Kelas Perlakuan Tes Akhir Eksperimen

  X T Kontrol - T

  Keterangan : X = pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

  ETH

  T = tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

  dapat meningkatkan pembelajaran yang aktif dan bermakna sehingga siswa lebih menguasai dan memahami pembelajaran dan pada akhirnya hasil belajar siswa meningkat. Selain itu model pembelajaran aktif tipe ETH dapat menjadi motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar disekolah, maksudnya melalui pembelajaran ETH setiap siswa dapat bertindak sebagai guru dengan saling berbagi pengetahuan yang mereka miliki.

  Mencermati hal tersebut, penulis mencoba memberikan solusi yang akan memperbaiki cara pembelajaran tersebut. Adapun salah satu solusinya adalah penerapan model pembelajaran Everyone Is A

  dalam belajar matematika. 2) media pembelajaran masih terbatas. 3) kurangnya motivasi dari siswa. 4) Siswa masih enggan untuk bertanya kepada guru ataupun teman walaupun tidak dapat memecahkan masalah yang diberikan. 5) Dalam menyelesaikan masalah matematika, siswa jarang menjelaskan secara lisan maupun tulisan mengapa mereka memperoleh jawaban tersebut.

  39

  Kemampuan untuk memahami materi dan keaktifan siswa dalam mempelajari matematika juga berdampak kepada hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa. Hasil ulangan harian siswa kelas VII MTs THamrin Yahya berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  Table 1: Presentase Ketuntasan Siswa Kelas VII MTs THamrin Yahya Tahun Ajaran 2015/2016 Berdasarkan KKM Pada Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Matematika

  No Kelas Jumlah siswa

  KKM Jumlah siswa tuntas

  % ketuntasan

  1 VII a

  60 17 43,59

  Selanjutnya berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di dalam kelas diperoleh bahwa dalam proses belajar mengajar guru mendominasi kegiatan pembelajaran, metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Hal lain yang ditemukan ketika guru memberikan penjelasan masih banyak siswa yang tidak memperhatikan, bercerita dan mengganggu temannya. selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan soal yang ada pada buku pelajaran. Tetapi hanya siswa yang berkemampuan tinggi saja yang faham dengan soal-soal yang diberikan dan mengerjakan dengan serius, sedangkan siswa yang lain hanya menunggu jawaban dari temannya.

  2 VII b

  41

  60 17 41,46

  3 VII

  c

  41

  60 16 39,02 Sumber: guru matematika Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa KKM yang ditetapkan di MTs THamrin Yahya yaitu 60, terdapat 3 kelas yang tidak mencapai 50% diatas KKM. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika belum tercapai dengan baik, dan sangat mempengaruhi hasil belajar yang akan diperoleh.

  • = pembelajaran dengan menggunakan model konvensional.

1. Populasi

  L hitung < L tabel

  < L

  hitung

  L

  c

  berdistribusi normal. Selanjutnya untuk kelas VII

  b

  Berdasarkan tabel 3.7 terlihat pada kesimpulan untuk kelas VII a L hitung < L tabel yaitu 0,132 < 0,140. Berdasarkan kesimpulan ini dapat ditarik kesimpulan data kelas VII a berdistribusi normal. Begitu juga untuk kelas VII b L hitung < L tabel yaitu 0,130 < 0,140. Berdasarkan kesimpulan ini dapat ditarik kesimpulan data kelas VII

  L hitung < L tabel

  yaitu 0,086 < 0,140. Berdasarkan kesimpulan ini dapat ditarik kesimpulan data kelas

  Kesimpulan L hitung < L tabel

  0,132 0,130 0,086 L tabel 0,140 0,140 0,140

  hitung

  L

  c

  VII

  b

  VII

  tabel

  VII c berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran B.

  VII

  1 VII

  41 Jumlah 121

  3

  3 VII

  41

  2

  2 VII

  39

  1

  2 No. Kelas Jumlah siswa

  c.

  =

  2

  =

  2

  H :

  berikut: 1. Membuat Hipotesis statistik

  Barlett menurut Riduwan (2012) adalah sebagai

  Melakukan uji homogentias varians. Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai varians homogen atau tidak. Uji homogenitas pada varians ini menggunakan uji Barlett. Langkah-langkah uji

  a

  Populasi menurut Sugiyono (2012: 117) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi pada penelitian ini adalah kelas VII MTs THamrin Yahya.

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas VII MTs THamrin Yahya Pada Tahun Ajaran 2015/2016

  3. Menghitung nilai rata-rata setiap kelas populasi, dengan rumus: ̅ =

  Keterangan: S = Simpangan Baku

  ∑( − ̅)2 −1

  S = √

  = banyak data 4. Menghitung Simpangan Baku, dengan rumus:

  x i = data ke i

  Keterangan: ̅ = Rata-rata

  ∑

  normal 2. Menyusun data dari yang terbesar sampai yang terkecil pada table

  = data ke i ̅ = rata-rata = banyak data 5.

  1 : Data ulangan harian tidak berdistribusi

  H : Data ulangan harian berdistribusi normal H

  Melakukan uji normalitas terhadap data nilai Ulangan Harian matematika siswa. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors, langkah- langkah uji Liliefors sebagai berikut: 1. Membuat hipotesis statistik

  b.

  Nilai ulangan matematika dapat dilihat pada lampiran A.

  Mengumpulkan nilai harian mata pelajaran matematika siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya.

  Sampel Menurut Sugiyono (2012: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Berdasarkan rancangan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka pada penelitian ini ditetapkan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.

  Sumber: guru wali kelas 2.

  x i

  Menghitung nilai x pada nilai z, dengan rumus:

Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Populasi Kelas VII MTs Thamrin Yahya

  langkah f 10. Menentukan luas tabel liliefors (L

  maka data berdistribusi normal, begitu juga sebaliknya. Hasil uji normalitas untuk masing-masing kelas populasi dapat dilihat pada Tabel 3.4 dibawah ini:

  tabel

  < L

  maks

  ) = (n-1) 11. Kriteria kenormalan : jika L

  tabel

  ); (L

  tabel

  maks ) dari

  z i

  Menentukan luas maksimum (L

  8. Menghitung selisih luas z dengan nilai proporsi 9.

  Menentukan nilai proporsi data yang lebih kecil atau sama dengan data tersebut

  i dengan menggunakan tabel z i 7.

  ̅ = rata-rata nilai = simpangan baku sampel 6. Menghitung luas z

  X i = data hasil pengamatan

  Keterangan: Z i = bilangan baku

  = x − ̅

  Kelas H : paling sedikit ada dua varians yang tidak data yang diperoleh dari posttest soal

  1

  sama pemecahan masalah setelah penerapan model 2. pembelajaran tipe ETH. Taraf signifikan; = 0,05

  2

  3. dari masing-masing kelas

  b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Menghitung nilai Ulangan harian kelas VII MTs Thamrin 4. Menghitung nilai varians gabungan ( S Yahya. gabungan)

  ∑( −1) 2

  S =

  ∑( −1) 2.

  Instrumen Penelitian 5. Menghitung harga satuan B dengan rumus

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian

  2 B = (log S ) i – 1)

  ∑( adalah instrumen tes. Instrumen tes terdiri dari tes

  2

  6. (chi-kuadrat) Menghitung nilai

  ℎ pretest dan postest. Pretest dan postest dalam penelitian

  2

  2 = (In 10) [ B- ini berupa soal uraian.

  )

  ℎ ∑( ) (log

2 Langkah-langkah dalam menyusun tes adalah sebagai 7.

  Menentukan nila berikut: = 0,05;

  1) Membuat kisi-kisi soal

  Dan derajat bebas ( = n - 1)

  Sebelum menyusun soal tes, langkah pertama 8. Kriteria pengujian

  2

  2

  yang harus peneliti lakukan adalah menyusun kisi-kisi

  a. ( < = 0,05; dk), maka H

  ℎ

  soal tes. Penyusunan kisi-kisi soal tes berguna untuk diterima, memudahkan dalam penyusunan soal tes dan diharapkan

  2

  2

  b. ( ≥ = 0,05; dk), maka H

  ℎ

  ada kesesuaian antara tujuan indikator dengan materi ditolak. pelajaran. Keterangan:

  2) Melakukan validitas soal

  B = Nilai satuan uji barlet Validitas soal bertujuan untuk melihat bisa atau

  = varian tidaknya soal untuk diuji cobakan. Validator soal terdiri

  2

  = Statistik Chi-Kuadrat χ dari dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan k = jumlah kelas populasi.

  Guru Matematika di MTs THamrin Yahya.

  d.

  Hasil dari uji normalitas dan homogenitas data 3) Melakukan Uji coba tes populasi berdistribusi normal dan homogen,

  Untuk memperoleh instrumen test yang baik, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji maka soal-soal tersebut diujicobakan agar dapat kesamaan rata-rata. Untuk melakukan uji diketahui valid atau tidaknya, tingkat reliabilitas, tingkat kesamaan rata-rata digunakan uji ANOVA kesukaran dan daya pembeda. (sundayana, 2010 : 161).

  a) Validitas Instrumen Sundayana (2010) menyatakan bahwa validitas

Tabel 3.4 Anova

  adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau Jumlah Rata-rata kesahihan suatu instrumen. Sedangkan menurut Riduwan

  Sumber

  Dk Kuadrat jumlah Kuadrat

  (2004) valid itu mengukur apa yang hendak diukur Varians

  (JK) (RJK) (ketepatan). Untuk menguji validitas alat ukur

  Antar dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:

  K – 1 Jk (A) JK (A) / dk

  kelompok 1.

  Menghitung harga korelasi setiap butir alat Dalam ukur dengan rumus product moment, yaitu:

  N – k Jk (D) JK (D) / dk ∑ − ( ∑ )(∑ )

  kelompok

  r hitung = √( ∑ 2− (∑ )2)( ∑ 2− (∑ )2)

  ( Riduwan, 2004) e.

  Karena populasi sudah memiliki kesamaan rata- Keterangan: rata maka penarikan sampel dari populasi

  r = koefisien korelasi hitung

  dilakukan dengan teknik penarikan sampel n = Jumlah Responden secara acak sederhana (simple random

  X = skor item butir soal sampling). Y = jumlah skor total tiap soal A.

   Teknik Pengumpulan Data 2.

  Melakukan perhitungan dengan uji-t 1. Jenis Data

  ℎ √ −2

  t hitung = (Riduwan, 2004)

  a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari

  2 √1− ℎ pretest soal pemecahan masalah sebelum

  3. Distribusi (Tabel t) untuk = 0,05 dan derajat Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila bebas (db = n - 2)

  4. koefisien reliabelnya 0,30 atau lebih. Hasil pengukuran

  Membuat kesimpulan, dengan kriteria sebagai berikut : yang mempunyai koefisien reliabilitas 0,30 atau lebih cukup baik nilai kemanfaatannya, dalam arti

  Jika t hitung t tabel berarti valid, atau > instrumennya dapat diapakai untuk melakukan

  Jika t hitung t tabel berarti tidak valid ≤ Hasil analisis validitas soal uji coba dalam pengukuran (Budiyono, 2011). dengan df = N-2 = 27-2 = 25 dan taraf signifikan tabel 3.7.

  5% diperoleh r tabel = 0,396

Tabel 3.5 Hasil Analisis Validitas Item Soal

  r = 0,754 > r = 0,396 maka instrument dikatakan

  hitung tabel

  t tab Ket no soal Kr t hit reliabel. Perhitungan reliable dapat dilihat pada lampiran 1 0,658 4,369 1,708 Valid J. 2 0,475 2,699 1,708 Valid

  c) Daya Pembeda 3 0,702 4,929 1,708 Valid Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu 4 0,601 3,759 1,708 Valid soal untuk dapat membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang

  5 0,628 4,034 1,708 Valid berkemampuan rendah (Sundayana, 2010). 6 0,060 0,316 1,708 Tidak Valid

  −

  DP = 7 0,492 2,826 1,708 Valid Keterangan: 8 0,050 0,08 1,708 Tidak Valid DP = Daya Pembeda 9 0,394 2,143 1,708 Valid SA = Jumlah skor kelompok atas 10 0,625 4,004 1,708 Valid SB = Jumlah skor Kelompok Bawah 11 0.472 2,677 1,708 Valid

  IA = Jumlah skor ideal kelompok atas

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda

  Berdasarkan analisis validitas soal uji coba No Daya Pembeda (DP) Evaluasi Butiran Soal pada tabel 3.7. soal yang tidak valid tidak bisa dijadikan

  1 DP Sangat Jelek ≤ 0.00 sebagai tes akhir. Perhitungan analisis validitas item soal

  2

  0.00 Jelek <DP≤0.20 dapat dilihat pada lampiran I.

  3

  0.20 Cukup <DP≤0.40

  b) Uji Reliabilitas

  4

  0.40 Baik <DP≤0.70

  Menurut Sundayana (2010) Reliabilitas

  5

  0.70 Sangat Baik <DP≤ 1.00 instrumen adalah suatu alat yang memberikan hasil yang

  Budiyono (2011), Suatu butir soal dikatakan tetap sampai konsisten (ajeg). Dalam menguji reliabilitas mempunyaia daya pembeda yang baik apabila indeks instrumen pada penelitian ini, penulis menggunakan daya pembedanya sama atau lebih dari 0,30 (DP ≥0.30). rumus Crobach’s Alpha ( ) untuk tipe soal uraian.

  ∑ 2 r =(

  11

  ) (1- ) (Sundayana,

  d) Tingkat Kesukaran

  −1

2 Tingkat kesukaran adalah keberadaan suatu

  2010) butir soal apakah dipandang sukar, sedang, atau mudah keterangan: dalam mengerjakannya (Sundayana, 2010).

  r 11 = reliabilitas instrumen

  • n = banyaknya butir pertanyaan

  TK =

  • 2

  = jumlah varians item ∑

  Keterangan :

  2

  = varians total TK = Tingkat Kesukaran

  Koefisien reliabilitas yang dihasilkan, SA = Jumlah skor kelompok atas selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan SB = Jumlah skor kelompok bawah kriteria dari Guilford (Ruseffendi, 1994) :

  IA = Jumlah skor ideal kelompok atas

Tabel 3.6. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

  IB = Jumlah skor ideal kelompok Bawah No Koefisien Reliabilitas (r) Interpretasi

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

  1 Sangat rendah

  11

  0.00 <r ≤ 0.20 No Tingkat Kesukaran Evaluasi Butiran Soal

  2 Rendah

  11

  0.20 <r ≤ 0.40

  1 TK Terlalu Sukar ≤ 0.00

  3 Sedang/ cukup

  11

  0.40 <r ≤ 0.60

  2

  0.00 Sukar <TK≤0.30

  4 Tinggi

  11

  0.60 <r ≤ 0.80

  3

  0.30 Sedang/Cukup <TK≤0.70

  5 Sangat Tinggi

  11

  0.80 <r ≤ 1.00

  4

  0.70 Mudah <TK<1.00

  ( 1−1) 12+ ( 2−1) 22 1+ 2−2

  2

  1

  >

  2 H

  1

  :

  1

  ≤

  2

  1

  dan

  adalah rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rumus yang akan digunakan adalah rumus t-tes. Karena sampel berdistribusi normal dengan variansi yang homogen, maka digunakan rumus

  yang kurang baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

  =

  1 ̅̅̅̅− 2 ̅̅̅̅ √

  1 1+

  1

  2

  dengan S =

  5 TK = 1.00 Terlalu Mudah Menurut Budiyono (2011), kriteria yang baik digunakan dalam penelitian adalah 0.30

  Keterangan:

  1

  ̅̅̅ : Rata-rata nilai kelas eksperimen

  2

  Hipotesis dalam model statistik : H :

  1 = Pengaruh model pembelajaran tipe Everyone Is A Teacher Here (ETH) memberikan hasil belajar

  1

  1 jika t hitung < t tabel

  <TK≤0.70. Dari perhitungan validitas butir soal, daya pembeda soal dan tingkat kesukaran instrument hanya 8 soal yang bisa dipakai. Namun soal yang dibutuhkan dalam penelitian ini ada 6 soal. Dengan demikian butir soal yang dipakai dalam penelitian ini adalah 1, 2, 4, 7, 10, dan 11.

B. Teknik Analisis Data

  Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah nilai atau hasil belajar Matematika siswa. Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah memberikan

  treatment pada kelas eksperimen dengan menggunakan

  model pembelajaran kooperatif tipe ETH dan terakhir adalah dengan memberikan tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

  1. Uji Normalitas Uji normalitas skor pretest-postest dengan tujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi data. Uji yang digunakan adalah Uji liliefors (Riduwan, 2012). Langkah-langkah Uji Liliefors telah tercantum sebelumnya.

  2. Uji Homogenitas Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah varians data yang diperoleh homogen atau tidak. Pengujian dilakukan dengan uji F.

  Rumusnya adalah: F hitung = a. Membuat Hipotesis statistik b.

  didapat dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = (n

  1−

  mempunyai harga-harga lain, dimana

  > t tabel dan terima H dan tolak H

  H

  hitung

  jika t

  1

  Kriteria pengujian dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 : tolak H o dan terima H

  : Simpangan baku kelas kontrol S : Simpangan baku gabungan

  2

  : Simpangan baku kelas eksperimen

  1

  : Jumlah siswa kelas kontrol

  2

  : Jumlah siswa kelas eksperimen

  ̅̅̅ : Rata-rata nilai kelas kontrol

  • n

  (ETH) memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

  2 16,92

  S S

  2 X ma k

  X mi

  n

  Eksperim en

  4

  1 70,12

  5 286,46 100

Tabel 4.1 Hasil Analisis Tes

  50 Kontrol

  3

  9 64,51

  3 18,93

  6 358,57

  2 100

  40 Keterangan:

  Taraf signifikan; = 0,05 c. Kriteria pengujian

  Kelas N ̅

  konvensional pada kelas kontrol. Data hasil belajaran siswa ini diperoleh dari nilai tes akhir (posttes). Hasil analisis tes akhir dapat dilihat dari Tabel 4.1.

  Teacher Here

  F

  Adapun Hipotesis uraian : H = Pengaruh model pembelajaran tipe Everyone Is A

  Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa lebih baik dengan menggunakan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe ETH terhadap hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dari pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran yang konvensional. Uji yang digunakan adalah uji kesamaan rata-rata yang dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  = 1,69 F hitung < F tabel maka H diterima, sehingga kedua kelas sampel homogen.

  tabel

  = 1,411 F

  280,870 199,024

  = =

  hitung

  tabel , maka H ditolak.

  ETH pada kelas eksperimen dan model pembelajaran

  > F

  ℎ

  < , maka H diterima,

  ℎ

  1

  2 – 2) dengan peluang (1- ).

  3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa hasil belajar matematika siswa setelah diajarkan dengan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

3. Uji Hipotesis

  N = Banyak siswa ̅

  Hasil pengujian hipotesis adalah t

  2

  Pembahasan

  diterima. Sehingga hipotesis diterima. Dengan demikian ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe ETH terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya tahun pelajaran 2015/2016.

  tabel , maka H o

  ≥ t

  hitung

  yaitu untuk = 0,05. Karena t

  tabel

  ≥ t

  = Rata-rata nilai

  hitung

  ( = 1+ 2−2)

  Pelaksanaan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, siswa belum aktif dan cendrung hanya menerima informasi dari guru. Guru menjadi satu- satunya pusat pembelajaran dikelas. Ketika diberi latihan, beberapa siswa tidak mengerjakan dengan serius dan tidak termotivasi untuk meningkatkan lagi pemahaman konsep mereka.

  t tabel =

  tabel

  Menentukan nilai t

  2 a.

  ≠

  1

  H = Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe ETH terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya tahun pelajaran 2015/2016.

  H

  1

  = Tidak ada pegaruh model pembelajaran kooperatif tipe ETH terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya tahun pelajaran 2015/2016. Hipotesis dalam model statistik: H :

  1

  Kelas VII MTs Thamrin Yahya Rambah Hilir terdiri dari tiga kelas, yang dijadikan sebagai populasi dalam penelitian ini. Sebelum memilih kelas sampel terlebih dahulu diuji kesamaaan rata-rata populasi yang sudah normal dan homogen. Setelah rata-rata kelas populasi sama, maka dipilih dua kelas sebagai kelas sampel. Dari kedua kelas sampel tersebut, dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk kelas eksperimen diterapkan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe ETH.

  =

  2 H 1 :

  = Nilai terendah Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan nilai terendah pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari lampiran N.

  X

  mak

  = Nilai tertinggi

  X

  min

1. Analisis Data

  b.

  a.

  2

  ≠

  2

  1

  :

  Uji Homogenitas Hipotesis statistik yang diujikan:

  Seperti analisis pada data awal, di analisis data akhir juga dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas untuk mengetahui data akhir ini normal atau tidak dan homogen atau tidak.

  Uji Normalitas Uji normalitas pada tahap akhir ini dilakukan dengan uji lilifors.

  berdistribusi normal. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari lampiran O.

  Hasil analisis uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Lilifors Data Akhir

  Kelas N L hitung L tabel Kriteria Eksperimen 41 0,131 0,140 Normal

  2

  L

  hitung <

  L

  tabel untuk α = 0,05 yang berarti bahwa data

  Kontrol 39 0,130 0,140 Normal Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa nilai

2 Keterangan:

  Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, diketahui bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen, kemudian dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t pada kedua kelas sampel, dengan hipotesis: Hipotesis Uraian:

  : Variansi kelas eksperimen

  1

  Selain dari itu kendala lain yang dihadapi adalah pada saat mengerjakan LKS, siswa mencontek perkerjaan teman lain. Untuk hal itu siswa yang mencontek diberi teguran dan anggota kelompok dan anggota kelompok lainnya dilarang memberikan contekan. Kemudian siswa pun paham dengan

  Selama penelitian berlangsung, ditemukan beberapa kendala, pada saat pembagian kelompok, awalnya beberapa siswa kurang setuju dengan kelompok yang dibentuk, siswa yang pandai ingin kelompok dengan yang pandai begitu juga dengan siswa yang kurang pandai, ingin satu kelompok dengan siswa yang kurang pandai. Setelah diberi penjelasan akhirnya siswa mau menerima anggota kelompoknya.

  :

  1

  =

  1

  1

  2

  1

  c.

  2

  : Variansi kelas kontrol F

  = =

  358,572 286,460

  = 1,252 F

  tabel

  = 1,69 Hasil uji homogenitas adalah nilai F hitung < F tabel yaitu untuk α = 0,05. Karena F

  hitung < F tabel maka H o

  diterima, dapat disimpulkan bahwa kelas sampel memiliki variansi yang homogen.

  hitung menggunakan pengaruh model pembelajaran kooperatif Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan tipe ETH, yang sangat berpengaruh bagi siswa pada saat . Jakarta: Rineka Cipta.

  Pembelajaran mengumpulkan data dan menguji hipotesis. Diantara Isjoni. 2010. Cooperatve Learning. Bandung: Alfabeta.

  keunggulan pengaruh model pembelajaran kooperatif Kriswandani. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran tipe ETH adalah; mendorong siswa untuk berpikir dan Kooperatif Tipe Everyone Is A Teacher Here berkerja atas inisiatif sendiri dan memberikan kebebasan Terhadap Keaktifan Belajar Dan Hasil Belajar siswa untuk belajar sendiri. Siswa Kelas IX SMP N 2 Tuntang Semester 1

  Berdasarkan keterangan di atas dan hasil uji Tahun Ajaran 2014/2015 . UKSW. Jl. hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Diponegoro No. 52-60 Salatiga, Indonesia. strategi pembelajaran inkuri terhadap hasil belajar Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementaasi matematika siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Rambah Hilir tahun ajaran 2015/2016. Artinya hasil dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: belajar matematika siswa dengan strategi pembelajaran grafindo. inkuiri lebih baik dari pada hasil belajar matematika Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar siswa dengan konvensional. Sehingga hipotesis dari Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. penelitian ini diterima. Riduwan, M.B.A. 2012. Metode Dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

  4. Risnawati. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilaksanakaan, dapat Pekanbaru: Suska Pres.

  diambil kesimpulan yaitu: Roestiyah N.K, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe ETH Jakarta: Rineka Cipta. terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Thamrin Yahya Rambah Hilir tahun ajaran 2015/2016, yaitu: rata-rata hasil belajar matematika kelas ekperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

  ETH lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar

  matematika kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

  Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, peneliti ingin mengajukan beberapa saran yang berhubungan dengan pelaksanaan pengaruh model pembelajaran kooperatif ETH dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1.

  Model pembelajaran kooperatif tipe ETH dapat dijadikan salah satu alternative strategi pembelajaran pada mata pelajaran matematika bisa diterapkan disemua tingkat pendidikan.

  2. Bagi guru khususnya MTs Thamrin Yahya Rambah Hilir, model pembelajaran kooperatif tipe ETH dapat dijadikan sebagaai salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran matematika di kelas.

  3. Bagi peneliti agar dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe ETH dan strategi yang lain untuk memperoleh pengetahuan.

  5. REFERENSI

  Budiyono. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: Bahan Ajar. tidak diterbitkan. Depdiknas, 2006. Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan.

  Pusat kurikulum Balitbang. Jakarta: Depdiknas.

Dokumen yang terkait

Kompetensi Mahasiswa Dalam Merekonstruksi Pembe-Lajaran Terpadu/Tematis (Studi Inkuiri Naturalistik Pada Mahasiswa Semester Enam Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau)

0 0 12

Tindak Tutur Yang Digunakan Mahasiswa Tahun Satu Pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Riau

0 0 9

Pengaruh Metode pliometrik Terhadap Kecepatan Tendangan Sabit Pada Atlit Pencak Silat Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Islam Riau

0 0 7

Sistem Pendeteksian Cahaya Ruang Kelas Dengan Sistem Pakar

0 0 8

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Sumber Daya Air Dan Sumur Resapan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru

0 0 19

Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Di Desa Lubuk Siam Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

0 0 21

Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil di Keamatan Siak Hulu

0 0 13

Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. PENDAHULUAN - Kesantunan Tuturan Imperatif Mahasiswa Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau Angkatan 2007

0 1 8

KATA KUNCI: Ejaan, Tanda baca, Peraturan Daerah PENDAHULUAN - Analisis Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan Dalam Pertauran Daerah Provinsi Riau Tahun 2010

0 0 8

Keywords : learning motivation, learning outcomes PENDAHULUAN - Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMA Babussalam Pekanbaru

0 0 7