9. PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM IKAN

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

  Luas wilayah negara Indonesia kira-kira dua per tiga daerahnya adalah perairan laut yang terdiri dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya banyak sekali terkandung sumberdaya alam.

  Selain merupakan sumberdaya Sumberdaya alam laut yang paling nyata

  Selain merupakan sumberdaya alam yang bisa diperbaharui ikan manfaatnya bagi kita adalah ikan. Ikan alam yang bisa diperbaharui ikan juga tergolong sumberdaya milik merupakan sumberdaya yang dihasilkan juga tergolong sumberdaya milik umum (common resouces). Sifat oleh alam secara terus-menerus atau umum (common resouces). Sifat yang terakhir ini cenderung dengan kata lain ikan merupakan yang terakhir ini cenderung menyebabkan terjadinya kesalahan sumberdaya alam yang bisa menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengelolaan sumberdaya diperbaharui. dalam pengelolaan sumberdaya ikan. ikan.

SIFAT SUMBERDAYA ALAM IKAN SIFAT SUMBERDAYA ALAM IKAN

  berkaitan dengan sumberdaya alam ikan ada dua golongan penting yang perlu diperhatikan.

  Pertama, ikan tergolong sumberdaya alam yang bisa diperbaharui (renewable), Pertama, ikan tergolong

  sumberdaya alam yang bisa diperbaharui (renewable),

  kedua, ikan tergolong juga pada sumberdaya alam milik umum (common resources). kedua, ikan tergolong juga

  pada sumberdaya alam milik umum (common resources).

  sumberdaya alam ikan terhadap dua penggolongan tersebut akan berimplikasi terhadap kelestariannya

  Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Renewable Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Renewable Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Renewable Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Renewable Sumberdaya alam ikan merupakan Reproduksi ini bisa terjadi jika ikan Sumberdaya alam ikan merupakan Reproduksi ini bisa terjadi jika ikan sumberdaya alam yang tergolong yang dieksploitasi sebagian (tidak sumberdaya alam yang tergolong yang dieksploitasi sebagian (tidak dapat dipulihkan (renewable). Sifat seluruhnya), sehingga sisa ikan yang dapat dipulihkan (renewable). Sifat seluruhnya), sehingga sisa ikan yang dapat dipulihkan berarti tertinggal mempunyai kemampuan dapat dipulihkan berarti tertinggal mempunyai kemampuan sumberdaya alam yang dengan untuk memperbaharui dirinya sumberdaya alam yang dengan untuk memperbaharui dirinya proses alamiah (biologis) bisa dengan berkembang biak. proses alamiah (biologis) bisa dengan berkembang biak. memperbanyak dengan sendirinya memperbanyak dengan sendirinya atau reproduksi. atau reproduksi.

  

Populasi atau persediaan ikan dapat sangat berfluktuasi

Populasi atau persediaan ikan dapat sangat berfluktuasi

dan tidak dapat diramalkan disebabkan karena adanya dan tidak dapat diramalkan disebabkan karena adanya perubahan-perubahan iklim. perubahan-perubahan iklim.

  

Populasi ikan juga dapat mengikuti suatu kecenderungan (trend)

sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan.

  Upaya untuk menjaga proses pemulihan Upaya untuk menjaga proses pemulihan (renewable)

  (renewable) sumberdaya alam ikan dapat dilakukan dengan cara sumberdaya alam ikan dapat dilakukan dengan cara Penutupan musim penangkapan ikan Penutupan musim penangkapan ikan

  Menurut Beddington dan Retting (1983), paling tidak ada bentuk penutupan musim penangkapan ikan, yaitu: Menutup musim penangkapan ikan pada waktu tertentu untuk memungkinkan ikan dapat memijah dan berkembang. Contoh dari bentuk ini adalah perikanan ikan teri (anchovi) di Peru yang biasanya menutup kegiatan penangkapan pada awal tahun ketika juvenil dan ikan ukuran kecil sangat banyak di perairan.

  Menutup musim penangkapan ikan pada waktu tertentu untuk memungkinkan ikan dapat memijah dan berkembang. Contoh dari bentuk ini adalah perikanan ikan teri (anchovi) di Peru yang biasanya menutup kegiatan penangkapan pada awal tahun ketika juvenil dan ikan ukuran kecil sangat banyak di perairan.

  Penutupan kegiatan penangkapan karena sumberdaya ikan telah mengalami degradasi dan ikan yang ditangkap semakin sedikit. Oleh karena itu, kebijakan penutupan musim harus dilakukan untuk membuka peluang pada sumberdaya ikan yang masih tersisa memperbaiki populasinya.

  Penutupan kegiatan penangkapan karena sumberdaya ikan telah mengalami degradasi dan ikan yang ditangkap semakin sedikit. Oleh karena itu, kebijakan penutupan musim harus dilakukan untuk membuka peluang pada sumberdaya ikan yang masih tersisa memperbaiki populasinya.

  

Penutupan musim penangkapan ikan akan efektif jika dapat membedakan dengan jelas

antara musim dan bukan musim ikan. Musim ikan terjadi bisa dilihat dari hasil ikan per

  Penutupan daerah penangkapan ikan Pendekatan penutupan daerah penangkapan berarti menghentikan kegiatan penangkapan ikan di suatu perairan. Biasanya pada musim tertentu atau secara permanen.

  

Kebijakan penutupan penangkapan Kebijakan ini tidak lain kebijakan

Kebijakan penutupan penangkapan Kebijakan ini tidak lain kebijakan

zonasi atau pembagian wilayah ikan dapat juga dilakukan secara zonasi atau pembagian wilayah ikan dapat juga dilakukan secara penangkapan ikan sesuai dengan selektif dengan cara mengkhususkan penangkapan ikan sesuai dengan selektif dengan cara mengkhususkan

daerah yang bersangkutan bagi kondisi sumberdaya ikan dan jenis

daerah yang bersangkutan bagi kondisi sumberdaya ikan dan jenis

kelompok nelayan dengan skala usaha teknologi yang digunakan dalam

kelompok nelayan dengan skala usaha teknologi yang digunakan dalam

atau alat penangkapan ikan tertentu. memanfaatkan sumberdaya itu atau alat penangkapan ikan tertentu. memanfaatkan sumberdaya itu Contoh kebijakan seperti ini sangat Contoh kebijakan seperti ini sangat populer di negara berkembang yang populer di negara berkembang yang dikenal dengan nama coastal belt atau dikenal dengan nama coastal belt atau fishing belt. fishing belt.

  Fishing belt Fishing belt di Indonesia dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu di Indonesia dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu

  Di Indonesia, kebijakan Di Indonesia, kebijakan fishing belt fishing belt juga diberlakukan meskipun tidak juga diberlakukan meskipun tidak begitu efektif karena banyaknya pelanggaran yang disebabkan begitu efektif karena banyaknya pelanggaran yang disebabkan

kurangnya pengawasan lapangan atau miskinnya penegakan hukum.

kurangnya pengawasan lapangan atau miskinnya penegakan hukum.

  (Victor, 2002): (Victor, 2002):

  • Perairan pada radius 4 mil laut dari garis pantai
  • Perairan pada radius 4 mil hingga 12 mil laut dari pantai • Perairan di atas 12 mil laut.

  Secara resmi pembagian fishing belt seperti ini telah diakomodasikan dalam Undang-Undang (UU) No.32 tahun 2004 tentang pemerintah

daerah. Pasal 3 UU 33 tahun 2004 menyebutkan bahwa wilayah daerah

propinsi terdiri dari wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai.

  Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Milik Umum

  Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Milik Umum

Sumberdaya alam milik umum (common resources) mempunyai

dua ciri pokok yaitu: pertama, tidak terbatasnya cara-cara pengambilan pertama, tidak terbatasnya cara-cara pengambilan kedua, terdapat interaksi diantara para pemakai kedua, terdapat interaksi diantara para pemakai

  sumberdaya itu sehingga terjadi saling berebut

  sumberdaya itu sehingga terjadi saling berebut

  satu sama lain dan terjadi eksternalitas dalam

  satu sama lain dan terjadi eksternalitas dalam

  biaya yang sifatnya disekonomi

  biaya yang sifatnya disekonomi Satu istilah yang berlaku bagi sumberdaya alam milik umum adalah “every one’s and no one’s property is every one property” artinya bahwa karena sumberdaya alam tersebut milik semua

orang maka justru karena itu tidak seorangpun yang memilkinya. Memang dalam banyak hal ada banyak peraturan yang mengatur atau membatasi, namun peraturan tersebut pada dasarnya tidak efektif dan efisien, sehingga timbul hal-hal sebagai berikut:

  • Penangkapan akan berlebihan
  • Punahnya populasi ikan akan lebih pasti dibanding dengan di bawah pemilikan perorangan

    • Dapat menjadikan biaya penangkapan mahal (Suparmoko, 1987).

  

Sedangkan menurut (Victor, 2002) pengelolaan sumberdaya alam

milik umum akan meninbulkan dilema dalam pengelolaannya.

  Dilema yang pertama adalah eksternalitas, eksternalitas muncul ketika nelayan mengambil ikan dari laut tanpa memperhitungkan akibat

pengambilan ikan tersebut bagi nelayan lain. Dilema muncul karena

ketika nelayan yang mengambil ikan memetik keuntungan, nelayan lain ternyata mengalami kerugian karena berkurangnya ikan. Dilema kedua yang sering dihadapi nelayan adalah adanya eksternalitas teknologi. Kondisi ini terjadi ketika nelayan saling melakukan intervensi di lokasi penangkapan ikan yang pada

  

Dilema ketiga berkaitan dengan masalah penentuan lokasi penangkapan

ikan. Oleh karena ikan biasanya berkumpul atau berkonsentrasi di lokasi

dan perairan tertentu, seperti lokasi berlindung ikan, mereka yang memang diberikan izin untuk menangkap ikan di lokasi itu pasti akan memiliki produktivitas yang relatif lebih tinggi. Masalah muncul ketika harus menentukan dan cara menentukan siapa yang memiliki akses ke lokasi tersebut.

KONDISI SUMBERDYA ALAM IKAN KONDISI SUMBERDYA ALAM IKAN

  Luas teritorial wilayah laut Indonesia keseluruhannya berkisar 2 3,1 juta km .

  Selain itu, Indonesia juga Dengan demikian, Indonesia dapat memiliki hak pengelolaan dan pemanfaatan ikan di Zone memanfaatkan sumberdaya alam hayati Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu dan non hayati di perairan perairan yang berada 12 hingga 200 mil dari garis yang luasnya sekitar 5,8 2 juta km . pantai titik-titik terluar kepulauan Indonesia. Luas ZEE Indonesia sekitar 2,7 juta 2 Dari luas perairan teritorial maupun ZEE, diperkirakan ada potensi ikan km .

  sebesar 6,1 juta ton yang dapat ditangkap secara lestari sepanjang tahun. Pemanfaatan potensi ini sudah sekitar 60 %.

  

Prosentase ini sebenarnya sudah merupakan suatu peringatan, karena berdasarkan tanggung jawab komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat Food and Agriculture Organization (FAO) dan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), hanya sekitar 80% ikan yang boleh Kondisi Sumberdaya Alam Ikan di Indonesia

Jika dipotret setiap perairan, Gambaran indikasi over fishing

umumnya dapat dikatakan bahwa dapat dilihat dari produksi perairan teritorial di kawasan tangkapan ikan laut pada barat Indonesia seperti Malaka, tahun 1999 telah mencapai

Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut 3,68 juta ton atau sekitar 60%

Cina Selatan, telah mengalami dari perkiraan MSY (Maximum

atau menunjukkan gejala tangkap Sustainable Yield) sekitar 6,1 lebih (over fishing) bagi jenis- juta ton. jenis ikan yang tinggi nilai ekonomisnya.

  Akan tetapi jika tolak ukurnya bukan MSY, tapi TAC (Total Allowable Catch) yang memperkirakan potensi ikan di Indonesia sekitar 5 juta ton, maka sebetulnya pada akhir tahun 1999 sumberdaya ikan laut Indonesia telah dimanfaatkan sekitar 74% dari potensi yang tersedia.

  Meskipun secara agregat nasional baru 74% sumberdaya ikan Meskipun secara agregat nasional baru 74% sumberdaya ikan Indonesia yang dimanfaatkan, namun distribusinya Indonesia yang dimanfaatkan, namun distribusinya berdasarkan daerah sangat tidak seimbang. berdasarkan daerah sangat tidak seimbang.

  Sebagai refleksi, dari banyaknya nelayan di Pantai Utara Jawa, Selat malaka, dan Sulawesi Selatan, perairan yang berbatasan dengan ketiga pantai tersebut cenderung telah mencapai status tangkap penuh (full- exploitation) atau bahkan tangkap lebih (over- exploitation).

  Sebagai refleksi, dari banyaknya nelayan di Pantai Utara Jawa, Selat malaka, dan Sulawesi Selatan, perairan yang berbatasan dengan ketiga pantai tersebut cenderung telah mencapai status tangkap penuh (full-

  exploitation) atau bahkan

  tangkap lebih (over- exploitation).

  Perairan yang berindikasi telah mencapai status tangkap penuh atau tangkap lebih adalah Laut Jawa, Selat Malaka, dan Laut Flores. Selain itu, sumberdaya udang di Laut Arafura diindikasikan telah mencapai status tangkap penuh. Demikian juga, ikan tuna dan cakalang di perairan utara timur Indonesia cenderung dimafaatkan secara penuh dilihat dari semakin kurangnya produksi, semakin kecilnya ukuran ikan yang ditangkap, dan semakin jauhnya daerah penangkapan (fishing ground).

  Perairan yang berindikasi telah mencapai status tangkap penuh atau tangkap lebih adalah Laut Jawa, Selat Malaka, dan Laut Flores. Selain itu, sumberdaya udang di Laut Arafura diindikasikan telah mencapai status tangkap penuh. Demikian juga, ikan tuna dan cakalang di perairan utara timur Indonesia cenderung dimafaatkan secara penuh dilihat dari semakin kurangnya produksi, semakin kecilnya ukuran ikan yang ditangkap, dan semakin jauhnya daerah penangkapan (fishing

  ground).

  Kondisi Sumberdaya Alam Ikan Dunia Kondisi Sumberdaya Alam Ikan Dunia Hasil penelitian terakhir yang dilakukan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) mengungkapkan bahwa produksi ikan dunia cenderung stabil atau meningkat dengan prosentase yang kecil yaitu sekitar 1,5% per tahun selam lima tahun terakhir.

  Produksi ikan dari kegiatan penangkapan di laut justru menunjukkkan gejala mulai menurun, yaitu dari 84,7 juta ton pada tahun 1994 menjadi 84,1 juta ton pada tahun 1999.

  Produksi ikan dari kegiatan penangkapan di laut justru menunjukkkan gejala mulai menurun, yaitu dari 84,7 juta ton pada tahun 1994 menjadi 84,1 juta ton pada tahun 1999.

  Kestabilan produksi ikan dunia lebih disebabkan kontribusi positif dari kegiatan budidaya perikanan yang meningkat sekitar 10 % per tahun pada periode 1994 sampai dengan 1999, dari sekitar 28,8 juta ton pada tahun 1994 menjadi 32,9 juta ton pada tahun 1999.

  Kestabilan produksi ikan dunia lebih disebabkan kontribusi positif dari kegiatan budidaya perikanan yang meningkat sekitar 10 % per tahun pada periode 1994 sampai dengan 1999, dari sekitar 28,8 juta ton pada tahun 1994 menjadi 32,9 juta ton pada tahun 1999.

  Dengan demikian, jika pola ini tetap berjalan, ketergantungan produksi pada kegiatan penangkapan ikan makin kecil. Sebaliknya, ketergantungan pada budi daya ikan semakin besar.

  

FAO juga mengevaluasi status pemanfaatan sumberdaya ikan menurut

perairan-perairan penting di dunia. Untuk itu, perairan di seluruh dunia

dikelompokkan menjadi 16 perairan yang terdiri:

  6 wilayah perairan di Samudera 6 wilayah perairan di Samudera Atlantik Atlantik 2 wilayah perairan di Samudera 2 wilayah perairan di Samudera Indonesia Indonesia 6 wilayah perairan di Samudera 6 wilayah perairan di Samudera Pasifik, Pasifik, masing-masing 1 wilayah untuk masing-masing 1 wilayah untuk perairan Laut Mediteranea dan perairan Laut Mediteranea dan perairan Antartik perairan Antartik

  Hasil evaluasi FAO berdasarkan rasio produksi pada tahun 1998 dengan potensi lestari MSY (Maximum Sustainable Yield) atau rasio produksi dengan MLTAY (Maximum Long-Term Average Yield) menunjukkan bahwa : •Empat wilayah perairan telah mencapai puncak pemanfaatan sumberdaya. Keempat wilayah perairan tersebut termasuk perairan Indonsia dan Pasifik Barat Daya (Southwest Pacific)

  • Delapan perairan lainnya telah dimanfaatkan sekitar lebih dari 70%
  • Sementara 4 perairan lainnya telah dimanfaatkan antara 10% hingga 50%

KRITERIA PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM IKAN KRITERIA PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM IKAN

  Kriteria dan indikator pengelolaan sumberdaya alam ikan yang baik setidaknya ada tiga yaitu antara lain: kriteria dan indikator kriteria dan indikator efisiensi efisiensi kriteria dan indikator kriteria dan indikator berkelanjutan berkelanjutan kriteria dan indikator pemerataan kriteria dan indikator pemerataan

  Kriteria dan Indikator Efisiensi Kriteria dan Indikator Efisiensi Kriteria efisiensi disebut juga dengan produktivitas, yaitu Kriteria efisiensi disebut juga dengan produktivitas, yaitu

kriteria penilaian kinerja pengelolaan dengan melihat besaran

kriteria penilaian kinerja pengelolaan dengan melihat besaran

  (magnitude) output yang dihasilkan rezim tersebut secara (magnitude) output yang dihasilkan rezim tersebut secara

relatif dibandingkan output pengelolaan lain atau biaya yang

relatif dibandingkan output pengelolaan lain atau biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh output itu. dikeluarkan untuk memperoleh output itu.

  Kriteria dan Indikator Berkelanjutan Kriteria dan Indikator Berkelanjutan Kriteria berkelanjutan suatu manajemen pengelolaan sumberdaya Kriteria berkelanjutan suatu manajemen pengelolaan sumberdaya alam ikan dapat dinilai dari sisi sikap masyarakat untuk menjaga alam ikan dapat dinilai dari sisi sikap masyarakat untuk menjaga lingkungan dan sumberdaya lingkungan dan sumberdaya (stewardship)

  (stewardship) dan kelenturan dan kelenturan

  (resilience) (resilience) sistem. Sikap atau tindakan masyarakat yang sistem. Sikap atau tindakan masyarakat yang stewardship stewardship adalah kecenderungan masyarakat untuk adalah kecenderungan masyarakat untuk mempertahankan produktivitas serta karakteristik ekologi mempertahankan produktivitas serta karakteristik ekologi sumberdaya. sumberdaya. Stewardship Stewardship dapat dibagi menjadi tiga komponen dapat dibagi menjadi tiga komponen yaitu: horizon waktu, pemantauan, dan penegakan hukum. yaitu: horizon waktu, pemantauan, dan penegakan hukum. Kiteria dan Indikator Pemerataan Kiteria dan Indikator Pemerataan Kriteria pemerataan adalah yang paling banyak disoroti Kriteria pemerataan adalah yang paling banyak disoroti

mayarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak puas mayarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak puas

dengan apa yang terjadi, yang mereka terima, dan yang mereka dengan apa yang terjadi, yang mereka terima, dan yang mereka

alami. Ketidakpuasan masyarakat disebabkan karena adanya

alami. Ketidakpuasan masyarakat disebabkan karena adanya

ketimpangan di tengah-tengah mereka atau antara mereka ketimpangan di tengah-tengah mereka atau antara mereka dengan orang atau kelompok luar. dengan orang atau kelompok luar.

  Menurut Hann (1994) kriteria pemerataan memiliki empat Menurut Hann (1994) kriteria pemerataan memiliki empat komponen utama, yaitu: komponen utama, yaitu:

  • • Representasi: suatu pengelolaan yang lebih adil harus mampu mewakili

  • Representasi: suatu pengelolaan yang lebih adil harus mampu mewakili

  keseluruhan keinginan dan mengakomodasi seluruh keragaman yang ada dalam keseluruhan keinginan dan mengakomodasi seluruh keragaman yang ada dalam masyarakat. masyarakat.

  • Kejelasan proses: proses manajemen harus memiliki tujuan yang jelas dan
  • Kejelasan proses: proses manajemen harus memiliki tujuan yang jelas dan pelaksanaannya dilakukan secara transparan. pelaksanaannya dilakukan secara transparan.
  • Harapan yang homogen: seluruh pihak yang terlibat atau semua pemegang
  • Harapan yang homogen: seluruh pihak yang terlibat atau semua pemegang

  kepentingan harus memiliki kesepakatan tentang proses dan tujuan pengelolaan kepentingan harus memiliki kesepakatan tentang proses dan tujuan pengelolaan sumberdaya. sumberdaya.

  • Dampak distribusi: proses dan pelaksanaan manajemen harus mampu
  • Dampak distribusi: proses dan pelaksanaan manajemen harus mampu

  memberikan perubahan distribusi barang dan jasa. Hal tersebut harus memberikan perubahan distribusi barang dan jasa. Hal tersebut harus merupakan suatu opini yang perlu dipertimbangkan sejak awal. merupakan suatu opini yang perlu dipertimbangkan sejak awal.