189525134 Proposal Debbie Cynthia Erdy 2411 006

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
SCRIPT PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
DI KELAS VIII MTsN MATUR

Proposal Penelitian

Disusun oleh:

Debbie Cynthia Erdy
NIM.2411.006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013 M/ 1434 H

BAB I

2


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan kita,
baik kehidupan individu, kelompok, bangsa maupun negara. Pendidikan pada
dasarnya merupakan suatu upaya dalam memberikan pengetahuan, ilmu baru,
keahlian

dan

keterampilan

tertentu

kepada

individu-individu

guna


mengembangkan bakat serta kepribadian individu tersebut. Pendidikan
bertugas mengembangkan sikap dan prilaku manusiawi dalam kehidupan
masyarakat, sehingga relevan manusia yang berpendidikan dengan kehidupan
kesehariannya.
Semakin

tinggi

pendidikan

seseorang

semakin

banyak

ilmu

pengetahuan yang ia peroleh yang dapat diamalkan dalam kehidupan
kesehariannya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-taubah ayat

122.
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.”1
Berdasarkan surat At-taubah ayat 122 di atas tersurat bahwa ilmu
pengetahuan mempunyai peranan penting dalam kehidupan, ilmu pengetahuan
yang wajib diperdalam terutama adalah ilmu pengetahuan tentang agama.
Akan tetapi agama adalah sebuah sistem hidup yang mencakup seluruh aspek
1Departemen Agama Republik Indonesia, AL-QUR’AN dan Terjemahannya, (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2006), juz 11, h.164

3

dan mencerdaskan kehidupan manusia. Jadi, setiap ilmu pengetahuan yang
berguna dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama wajib untuk
untuk dipelajari.
Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional juga menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2 Menurut Ki Hajar
Dewantara dalam buku Darul Ilmi, pendidikan berarti daya upaya untuk
memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran
(intelek) agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan anakanak selaras dengan dunianya.3
Pendidikan merupakan suatu sarana yang mampu menciptakan sumber
daya menusia secara kritis, mandiri, menyeluruh dan berkualitas. Pemerintah
telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
seperti perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana sekolah, kualifikasi
guru, perbaikan kurikulum dan peningkatan standar kelulusan bagi setiap
siswa yang akan menamatkan pendidikannya disetiap jenjang pendidikan.
Perbaikan mutu pendidikan bertujuan untuk meningkatkan persentase
kelulusan peserta didik dan hasil belajar, salah satu hasil belajar yang perlu
ditingkatkan yaitu hasil belajar matematika, karena matematika merupakan
2Dinas Pendidikan Nasional uu no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(Bandung:Fokus Media,2003),hal.3
3Darul Ilmi. Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran. (Bukittinggi:STAIN Bukittinggi,

2009), hal. 2

4

salah satu mata pelajaran yang menjadi penentu kelulusan peserta didik
dijenjang pendidikan.
Pembelajaran matematika bertujuan untuk meningkatkan penalaran dan
daya fikir yang rasional, efektif, logis dalam menghadapi suatu masalah. 4
Penguasaan akan ilmu matematika dapat mempersiapkan siswa dalam
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menuntut siswa untuk
dapat mandiri dalam pembelajaran. Matematika adalah bahasa simbol,
matematika adalah ilmu yang abstrak, matematika adalah ilmu tentang
bilangan dan ruang.5 Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan,
maka matematika sangat diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan.
Pada jenjang pendidikan SMP/MTs pembelajaran

matematika


memberikan penekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa.
Memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari
ilmu pengetahuan lainnya. Siswa memiliki pengetahuan matematika di
SMP/MTs sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah atas.
Penulis memilih MTsN Matur sebagai tempat penelitian karena lokasi
MTsN Matur dekat dengan tempat tinggal penulis. Penulis memilih kelas
VIII sebagai sampel penelitian

karena di kelas VIII terdapat berbagai

permasalahan dalam proses pembelajaran yang memungkinkan dilakukan
4Erman Suherman. Strategi Pembelajaran, Matematika Kontemporer, (Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2004), hal.57
5Erman Suherman, Strategi Pembelajaran, …hal.15

5

eksperimen, sedangkan kelas IX telah selesai melaksanakan proses

pembelajaran dan kelas VII masih pada tahap penyesuaian diri dengan
lingkungan dan teman-temanya. Dari hasil, menjelaskan bahwa matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat sulit. Belajar matematika
mengharuskan siswa manghafal rumus yang diberikan guru. Siswa kurang
memahami konsep dari materi yang mereka pelajari dan siswa kurang aktif
dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga aktivitas siswa rendah.
Tanggapan siswa terhadap apa yang sudah dijelaskan guru masih
kurang. Selain itu, siswa kurang kreatif dalam menganalisa soal latihan yang
diberikan guru, menurut siswa contoh soal yang diberikan guru mudahmudah, sedangkan soal-soal untuk latihan sulit-sulit. Jika soal yang diberikan
tidak mirip dengan contoh soal sebelumnya akhirnya siswa cendrung tidak
bisa menyelesaikannya sendiri, maka pada akhirnya guru dan siswa bersamasama mengerjakan soal tersebut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti melihat bahwa proses
pembelajaran masih terpusat pada guru, guru belum melibatkan siswa dalam
menemukan konsep yang dipelajari. Guru lebih mendominasi proses
pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa sangat kurang. Siswa yang
kelihatannya aktif hanyalah siswa yang pintar saja, sedangkan siswa yang lain
hanya diam mendengarkan pengarahan guru dan setelah itu mencatat
penjelasan guru tersebut.
Permasalahan lain yang terlihat adalah disaat guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya hanya satu atau dua orang saja yang

mau bertanya. Sebagian siswa menyatakan bahwa mereka lebih suka
bertanya kepada teman di sebelah mereka duduk dari pada bertanya langsung

6

pada guru. Saat siswa diminta oleh guru untuk berdiskusi mengerjakan
latihan, hanya beberapa siswa yang mau mengerjakan, sedangkan temanteman yang lain lebih senang menyalin hasil diskusi atau hasil latihan
temannya.
Menurut guru mata pelajaran matematika kelas VIII MTsN Matur yaitu
Ibu Juni Erna melalui hasil wawancara, menjelaskan bahwa kendala yang
dihadapi siswa saat belajar adalah kurangnya minat siswa dalam belajar
matematika, terutama dalam mengerjakan latihan-latihan. Siswa lebih suka
bermain dan tidak serius ketika pembelajaran matematika berlangsung. Siswa
mengangap bahwa belajar itu adalah suatu beban. Ini menyebabkan siswa
kurang memahami materi pelajaran dan juga soal-soal yang diberikan oleh
guru. Dari ibu Juni Erna didapat data bahwa persentase ketuntasan hasil
belajar siswa masih banyak dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM).
Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Nilai Ujian Mid Semester II pada Mata
Pelajaran Matematika Siswa Kelas VIII MTsN Matur

KK
M

Kelas Jumlah Tuntas Tidak
Persentase Ketuntasan
Siswa
tuntas
Tuntas %
Tidak Tuntas %
VIII1
28
10
18
35.71
64.28
70
VIII2
28
9
19

32.14
67.85
VIII3
30
13
17
43.33
56.66
Sumber : Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII MTsN Matur
Proses pembelajaran yang tidak optimal tersebut dapat diatasi dengan
banyak cara seperti, menggunakan berbagai model pembelajaran, metode
pembelajaran, strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran dan media
pembelajaran.

Banyak

model

pembelajaran


yang

ditemukan

untuk

7

meningkatkan mutu pendidikan, terutama untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar matematika siswa. Model yang diperkirakan dapat mengatasi
masalah di atas adalah dengan menggunakan model

pembelajaran

Cooperative Script.
Model pembelajaran Cooperative Script adalah model pembelajaran
dimana siswa bekerja berpasangan dan mengikhtisarkan secara lisan bagianbagian dari materi yang dipelajari.6 Siswa bersama dengan pasangannya
memecahkan masalah secara bersama-sama dan membuat ringkasannya.
Dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Script siswa diberi peran
sebagai pembicara dan pendengar, pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya,
Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok yang
kurang lengkap dan membantu mengingat dan menghafal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.7
Pada model pembelajaran Cooperative Script masalah yang dipecahkan
bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu, guru
mengontrol siswa selama pembelajaran berlangsung dan guru memberikan
pengarahan jika siswa mengalami kesulitan. Pada interaksi siswa selama
pembelajaran berlangsung terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan
pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan
konsep yang disimpulkan dan membuat kesimpulan bersama.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti proses
pembelajaran dengan model Cooperative Script ini dalam suatu penelitian
6 Taufina Taufik, Mozaik Pembelajaran Inovatif, (Padang : Sukabina Press, 2011), hal.156
7 Taufina Taufik, Mozaik …hal.156

8

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script pada
Mata Pelajaran Matematika Di Kelas VIII MTsN Matur.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Siswa kurang memahami konsep dari materi yang mereka pelajari
2. Aktivitas siswa rendah
3. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru
4. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika
5. Hasil belajar siswa masih banyak dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun
(KKM).

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang cakupannya luas maka berbagai
masalah yang ada dalam latar belakang dibatasi menjadi:
1. Aktivitas belajar matematika siswa di kelas VIII MTsN Matur
2. Hasil belajar matematika siswa di kelas VIII MTsN Matur
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana
aktivitas siswa yang mengikuti model pembelajaran
Cooperative Script di kelas VIII MTsN Matur ?
2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

model

pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada hasil belajar
matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas
VIII MTsN Matur ?
E. Tujuan Penelitian

9

1. Untuk mengetahui aktivitas siswa yang mengikuti model pembelajaran
Cooperative Script di kelas VIII MTsN Matur.
2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model
pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada hasil belajar
matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas
VIII MTsN Matur.

F. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memahami skripsi ini maka
peneliti akan menjelaskan beberapa istilah di bawah ini:
1. Model pembelajaran Cooperative Script adalah model belajar dimana
siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan
bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
2. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang dilakukan
secara klasikal dengan metode ekspositori dan pemberian tugas secara
individu dengan pembelajaran yang masih terpusat pada guru.
3. Aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa secara
individu atau berkelompok untuk menyelesaikan permasalahan matematika
atau untuk menemukan konsep dasar matematika. Aktivitas yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah siswa membuat ringkasan dari materi yang
telah didiskusikan, siswa bertanya sewaktu pelajaran, siswa menjawab
pertanyaan, siswa mengeluarkan pendapat saat berdiskusi kelompok, siswa

10

menggambar bangun ruang dan bangun datar dan siswa menyelesaikan soal
yang diberikan guru.
4. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
siswa menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar pada penelitian ini
ditinjau dari ranah kognitif yang dilihat atau diukur dengan diadakannya
tes hasil belajar.

G. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a. Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang model
pembelajaran Cooperative Script.
b. Peneliti mampu mengidentifikasi kelemahan penyebab rendahnya
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Matur.
2. Bagi Guru
a. Dapat membantu tugas guru dalam meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa selama proses pembelajaran secara efektif dan efisien.
b. Dapat memberikan masukan bagi guru, yaitu cara untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar matematika siswa.
c. Mempermudah guru melaksanakan proses pembelajaran.
3. Bagi Sekolah

Dapat memberi kontribusi dalam meningkatkan kualitas sekolah.

11

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.8
Belajar juga didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif
permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh
obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta
mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.9 Belajar juga diartikan
sebagai perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan

8 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta,
2003)hal. 2
9 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,1997), hal.197

12

misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya.10
Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang
belajar dan perubahan itu menyangkut segala aspek organisme dan tingkah
laku. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai - nilai.
Adapun ciri – ciri tingkah laku yang dimiliki oleh orang yang telah
belajar adalah:
1. Perubahan terjadi secara sadar
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan berkelanjutan
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan
yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi kehidupan maupun proses belajar berikutnya.
3. Perubahan bersifat menetap
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah
belajar akan bersifat menetap.
4. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
Perubahan-perubahan positif itu senantiasa bertambah dan tertuju
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu, makin banyak
dan makin baik perubahan yang diperoleh
5. Perubahan terjadi secara terarah dan bertujuan
10Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2004), hal.21

13

Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari. Perubahan tingkah laku terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai.
6. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan aspek tingkah laku. Jika
seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. 11
Dalam proses pendidikan di sekolah belajar merupakan kegiatan yang
paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
tergantung pada bagaimana proses yang dialami siswa sebagai peserta didik.
Dalam belajar siswa memerlukan bimbingan dari orang yang lebih
berpengalaman, untuk itu diperlukan guru sebagai orang yang mengajar.
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Belajar menunjukkan apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai subjek yang menerima pelajaran. Sedangkan mengajar menunjukkan
apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar, mengajar juga diartikan
sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkann
terjadinya proses belajar. Dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat
diperolah siswa, yaitu objek lansung dan objek tidak lansung. 12 Objek lansung
berupa fakta, konsep, keterampilan dan aturan, sedangkan objek tidak lansung
berupa kemampuan menyalidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri,
bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya
belajar.13
11Slameto, Belajar dan Faktor…hal.3
12Erman Suherman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika, (Bandung: JICA University
Pendidikan Indonesia, 2001),hal. 35
13Erman Suherman dkk, Strategi…,hal 35

14

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pada saat belajar
siswa akan menemukan bagaimana semestinya belajar, memiliki kemampuan
menyelidiki ,belajar sendiri dan memecahkan masalah. Selain itu siswa
memperoleh berbagai macam fakta, aturan, konsep, serta keterampilan.
Kemampuan tersebut menuntut siswa untuk belajar aktif, karena keaktifan
siswa dipengaruhi oleh usaha guru dalam membelajarkan siswa.
Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar secara aktif. Salah satu usaha guru dalam melakukan
proses belajar mengajar berkenaan dengan kesiapan siswa menghadapi bahan
belajar, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mengoptimalkan
media dan sumber belajar dan memaksimalkan peran sebagai guru.
Keterpaduan proses belajar siswa dengan proses pembelajaran guru dapat
dioptimalkan, sehingga interaksi dalam pembelajaran tidak datang begitu saja
dan tidak dapat tumbuh tanpa pengaturan dan perencanaan yang seksama.
Pengaturan sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan
variabel yang harus ada dalam proses pembelajaran tersebut sehingga
memungkinkan terselenggaranya pembelajaran yang efektif.14
Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta
belajar dengan pengajar/instruktur dan atau sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu. 15 Pembelajaran
adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program
14Nana Sudjana, Dasar –dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2002), hal. 29
15Hamzah B Uno, Model Pembelajaran (Gorontalo: Bumi Aksara, 2007), hal 54

15

belajar tumbuh dan berkembang secara optimal16. Pembelajaran matematika
merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian
maupun dalam penalaran suatu pengertian – pengertian tertentu.17
Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang untuk
menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan kegiatan belajar
matematika dan proses tersebut tidak berpusat pada guru.
Tujuan pembelajaran matematika menurut garis-garis besar program
pengajaran (GBPP) matemetika adalah:
a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
dalam kehidupan dan didunia yang selalu berkembang melalui latihan,
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, cermat, jujur,
efektif dan efisien
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
ilmu pengetahuan.18
Berdasarkan pernyataan diatas tujuan pembelajaran matematika lebih
menitikberatkan pada kesiapan siswa, baik dalam menghadapi perkembangan
ilmu pengetahuan, maupun pengembangan pola pikir siswa sehingga siswa
terampil dalam menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam mempelajari ilmu lain yang berhubungan dengan matematika.
Dalam penelitian ini diharapkan proses pembelajaran matematika dapat
berjalan lancar. Proses belajar siswa dapat maksimal apabila keterpaduan
belajar mengajar antara guru dan siswa terlaksana terutama dalam
menerapkan model pembelajaran Cooperative Script.
B. Model Pembelajaran Cooperative Script
16 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran ..., hal. 8
17 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran…,hal . 55
18Erman Suherman, Strategi Pembelajaran…,hal.56

16

Cooperative Script berasal dari dua kata yaitu Cooperative artinya
bekerjasama dan Script artinya naskah tulisan. Cooperative Script adalah
Suatu cara bekerja sama dalam membuat naskah tulisan dengan berpasangan.
Model pembelajaran Cooperative Script yaitu model belajar dimana siswa
bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagianbagian dari materi yang dipelajari.19 Pembelajaran Cooperative Script adalah
pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa seperti ilustrasi
kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam
keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.20
Model pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian
materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana/materi pelajaran kepada
siswa, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk memahaminya
sejenak dan memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru
kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam meteri yang ada
secara bergantian sesama pasangan masing-masing.21
Jadi, model pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian
materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau materi pelajaran
kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk
membaca, memahami dan membuat ringkasan/kesimpulan.

19Taufina Taufik, Mozaik Pembelajaran Inovatif, (Padang : Sukabina Press, 2011), hal.156
20Http://Model Pembelajaran Cooperative Script, (download 7 Februari 2013)
21 http://www.scribd.com/doc/87504062/Model-Pembelajaran-Cooperative-Script.
(download 2 Mei 2013)

17

Dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Script siswa dibagi
berpasangan, pada saat pembelajaran siswa diberi peran sebagai pembicara
dan pendengar, kemudian mereka melaksanakan peran yang ditentukan guna
mencapai pembelajaran yang efektif.22 Pembagian siswa secara berpasangan
ditentukan oleh peneliti dan bantuan dari guru matematika berdasarkan ratarata kemampuan siswa, yaitu setiap pasangan siswa terdiri dari satu siswa
yang mempunyai kemampuan akademik lebih dibanding pasangannya.
Langkah-langkah pembelajaran
Cooperative Script:

dengan

model

pembelajaran

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok yang kurang
lengkap dan membantu mengingat dan menghafal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas
6. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
7. Penutup.23

Berdasarkan langkah-langkah di atas, penulis menyimpulkan langkahlangkah pembelajaran dengan
dalam penelitian ini adalah:
22Taufina Taufik, Mozaik, …, hal 156
23Taufina Taufik, Mozaik …hal.156

model

pembelajaran Cooperative Script

18

1. Guru meminta siswa untuk duduk dengan pasangannya masing-masing
2. Guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk dibuat
ringkasan/penyelesaiannya
3. Guru membimbing siswa yang sedang berdiskusi, dan mengarahkan
siswa jika ada kesalahan dalam diskusi
4. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan yang berperan sebagai pendengar
5. Guru mengingatkan tugas pembicara, yaitu pembicara menjelaskan hasil
ringkasannya, dengan menambahkan informasi lain yang mereka punya
6. Guru mengingatkan tugas pendengar, yaitu

pendengar menyimak,

mengoreksi dan menambahkan penjelasan yang kurang dari pembicara
7. Bertukar peran, yang semula jadi pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya
8. Diskusi kelas yang dipimpin oleh guru
9. Guru memberikan ulasan dan penekanan konsep dari materi yang telah
dipelajari
10. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah di pelajari
Manfaat dari penerapan model pembelajaran Cooperative Script
diantaranya :
1. Meningkatkan keefektifan pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini
bahwa materi yang terlalu luas cakupannya dapat dibagikan kepada
siswa untuk mempelajarinya melalui kegiatan diskusi, membuat
rangkuman, menganalisis materi baik yang berupa konsep maupun
aplikasinya.
2. Memperluas cakupan perolehan materi pelajaran, karena siswa akan
mendapatkan transfer informasi pengetahuan dari pasangannya
untuk materi yang tidak dipelajarinya di kelas.

19

3. Melatih keterampilan berfikir siswa. Melalui kegiatan
dirancang pada Cooperative Script siswa akan dituntut untuk
menyelesaikan semua kegiatan dengan upaya efektif agar
menyelesaikan semua kegiatan dengan waktu yang
disediakan.24

yang
dapat
dapat
telah

Kelebihan model pembelajaran Cooperative Script:
1. Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
2. Setiap siswa mendapat peran dalam diskusi, setiap siswa
mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan ide atau
pendapatnya.
3. Melatih siswa mengevaluasi hasil diskusi untuk diselesaikan
bersama25.
Kekurangan model pembelajaran Cooperative Script:
1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
2. Membutuhkan waktu yang relatif lama26.
C. Pembelajaran Konvensional
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konvensional artinya berdasarkan
kebiasaan. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang
dilakukan secara klasikal yang terpusat pada guru, dimana hampir semua
kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru.27
Pembelajaran yang dimaksudkan dalam pembelajaran ini adalah model
pembelajaran yang biasa dilaksanakan disekolah dengan metode ekspositori.
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan
memberikan keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi
pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam
24http://eprints.uny.ac.id/1938/1/Skripsi_Khayyizatul_Muniroh.pdf, (download 7 Februari
2013)
25Taufina Taufik, Mozaik …, hal 157
26 Taufina Taufik, Mozaik …hal. 157
27Tengku Zahara Zjaffar, Kontribusi Strategi Pembelajaran terhadap Hasil Belajar,
(Jakarta: UNP, 2001), hal 3

20

bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan.28 Siswa mengikuti
pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode
ekspositori

merupakan

metode

pembelajaran

mengarah

kepada

tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Pada pembelajaran dengan metode ekspositori kegiatan siswa tidak
hanya mendengarkan, membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi
mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam kegiatan ini siswa saling
bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang
siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan
latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan
menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang masih banyak
pekerjaan siswa belum sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara
klasikal.29
Dari beberapa pendapat di atas, bahwa metode ekspositori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mengobinasikan metode ceramah,
tanya jawab dan pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan guru berupa
soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan secara individual atau kelompok.
Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah pengetahuan,
keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa. Pada umumnya alat evaluasi
hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atau tes buatan
guru.30
28Erman Suherman, Strategi Pembelajaran…171
29Erman Suherman, Strategi Pembelajaran …171
30Http:// Pembelajaran Metode Ekspositori, (download 22 Maret 2013)

21

Menurut Nasution ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:
1. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik ke dalam kelakuan yang
dapat diukur
2. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas secara
keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individu
3. Bahan pelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis
dan media lain menurut pertimbangan guru
4. Berorientasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan belajar.
5. Siswa kebanyakan bersifat pasif mendengar uraian guru
6. Semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru
7. Penguatan umumnya diberikan setelah dilakukan ujian atau ujian
8. Keberhasilan belajar umumnya dinilai guru secara subjektif
9. Pengajar umumnya sebagai penyebar atau penyalur informasi utama.
10. Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai
bahan yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan
itulah nilai rapor yang diisikan.31
Kelemahan dari pembelajaran konvensional antara lain:
1. Keberhasilan belajar siswa sangat tergantung pada keterampilan dan
kemampuan guru semata
2. Kecepatan siswa dalam belajar disamakan dengan guru
3. Metode mangajar yang aktual (selalu digunakan) belum sepenuhnya
sesuai untuk mengajarkan keterampilan dan sikap yang diinginkan
4. Dalam kegiatan pendidikan dan latihan aktivitas belajar sangat
tergantung pada jadwal waktu yang kaku, karna kurangnya perhatian
terhadap kondisi tersebut
5. Dalam
sistim
pembelajaran
guru
cendrung
bersifat
memberi/menyerahkan pengetehuan dan membatasi jangkauan siswa
sehingga siswa terbatas memilih topik yang disukai dan relavan
dengan keterampilan yang dipelajarinya.32
Kelebihan dari pembelajaran konvensional :
1. Umumnya lembaga pendidikan yang menerapkan pembelajaran
konvensional posinya cukup mantap, karena dipengarui oleh siswa,
guru dan staf administrasi yang sudah biasa melakukannya
2. Memudahkan lembaga pendidikan dalam mengefisienkan akomodasi
dan sumber-sumber peralatan, jadwal yang efektif dan semua bahan
belajar tercakup

31Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:Bumi aksara,
2000), hal.
32Tengku Zahara Zjaffar, Kontribusi Strategi,...hal. 5

22

3. Guru dapat membuat situasi belajar yang berbeda untuk semua
siswa.33
D. Komparasi Antara Model Pembelajaran Cooperative Script dengan
Pembelajaran Konvensional
Berdasarkan kajian teori sebelumnya perbandingan antara model
pembelajaran Cooperative Script dengan pembelajaran konvensional terlihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Perbandingan Model Pembelajaran Cooperative Script dengan
Pembelajaran Konvensional
No
Model Pembelajaran
Pembelajaran Konvensional
.
Cooperative Script
1.
Siswa aktif berdiskusi dan Siswa pasif dalam pembelajaran
bertanya dalam pembelajaran
2.
Siswa lebih fokus untuk Siswa menjadi tidak fokus
berdiskusi dan mengerjakan apabila mereka telah bosan untuk
tugas yang diberikan
mendengar penjelasan dari guru.
3.
Siswa
dituntut
untuk Siswa dituntut untuk mendengar
menemukan,
menggali, dan mencatat sendiri penjelasan
berdiskusi, tentang materi yang dari guru
dipelajari dengan bimbingan
guru.
4.
Keberhasilan
siswa
dinilai Keberhasilan siswa dinilai secara
secara objektif
subjektif
5.
Mudah
mengembangkan Sulit
mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan siswa dalam hal
kemampuan sosialisasi (diskusi) kemampuan sosialisasi (diskusi)
6.
Setiap siswa mendapat peran Peran siswa dalam pembelajaran
dalam
pembelajaran
yaitu sama, fokus terhadap apa yang
penbicara dan pendengar.
disampaikan guru
E. Aktivitas Belajar
Prinsip

belajar

pada

hakeketnya

adalah

melakukan

aktivitas.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sadirman A.M bahwa setiap orang
yang belajar harus aktif, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak
33Tengku Zahara Zjaffar, Kontribusi Strategi …, hal 4

23

mungkin terjadi34. aktivitas merupakan hal yang paling penting dalam belajar
matematika. Aktivitas belajar matematika yang di maksud adalah seluruh
kegiatan yang dilakukan siswa secara individu atau berkelompok untuk
menyelesaikan permasalahan matematika atau untuk menemukan konsep
dasar matematika.
Paul B Diedrich mengelompokan macam-macam kegiatan peserta
didik yang meliputi kegiatan jasmani dan aktivitas jiwa :
a.

Visual activities (aktifitas melihat), seperti: membaca, percobaan,
memperhatikan gambar demonstrasi
b. Oral activities (aktifitas membaca), seperti : menyatakan,
merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara dan diskusi
c. Listening activities (aktifitas mendengar), seperti: mendengarkan
uraian, percakapan, diskusi, musik dan pidato
d. Writing activities (aktifitas menulis), seperti : menulis cerita,
karangan, laporan, angket, dan menyalin
e.

Drawing activities (aktifitas menggambar), seperti: membuat peta,
grafik dan diagram

f.

Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,
berkebun, beternak

g.

Mental activities (aktifitas mental), seperti :menanggapi ,
mengingat, memecahkan soal, menganalisa dan mengambil
keputusan

h. Emotional activities (aktifitas emosional), seperti : menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bergairah, berani, tenang dan gugup.35

34 Sardiman.A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar, (jakarta: PT Raja Algesindo),hal.96
35 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,2004), hal. 8

24

Setelah disesuaikan dengan model pembelajaran Cooperative Script
aktivitas yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seperti yang terlihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Aktivitas yang akan diamati
N
o
1

Writing activities

2

Oral activities

3

Drawing
activities
Mental activities

4

Indikator aktivitas

Aktivitas yang akan diamati
Siswa membuat ringkasan dari materi yang
telah didiskusikan
Siswa bertanya sewaktu pelajaran
Siswa menjawab pertanyaan
Siswa mengeluarkan pendapat saat berdiskusi
kelompok
Siswa menggambar bangun ruang dan bangun
datar
Siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru

Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik
aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif
dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia
tidak hanya duduk dan mendengarkan. Aktivitas psikis adalah jika daya
jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka
pengajaran.

F. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah siswa menerima pengalaman belajarnya.36 Hasil belajar adalah suatu
perubahan pada individu yang belajar, dengan kata lain bila seseorang telah

36 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:PT Remaja Rosda
Kayra), hal.22

25

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.
Perubahan yang didapat setelah pembelajaran adalah perubahan
pengetahuan, pengalaman, keterampilan, nilai dan sikap. Hasil belajar
merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat
keberhasilan siswa dalam memahami suatu mata pelajaran. Tujuan penilaian
hasil belajar adalah

untuk dapat mengetahui siswa mana yang berhak

melanjutkan pelajaran karena sudah berhasil menguasai materi dan siswa
mana yang belum berhasil menguasai materi. Penilaian juga bertujuan untuk
mengetahui apakah model pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau
belum dan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa atas materi yang telah
diberikan.37
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap yang diperoleh siswa setelah ia menerima
perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni
faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa . Dari pendapat ini
faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa adalah perubahan
kemampuan yang dimilikinya, seperti yang dikemukakan oleh Clark
menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga
37Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar evaluasi pendidikan,(Jakarta:Bumi Aksara,2002),hal. 7

26

faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa
kualitas pembelajaran.38
Menurut Bloom dalam Sudjana menjelaskan tiga tingkat kemampuan
yang dapat dikuasai oleh siswa, antara lain:39
1. Kemampuan Kognitif adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek
intelektual. Kawasan ini terdiri dari Pengetahuan, Pemahaman,
Penerapan, Analisis, Sintesis dan evaluasi.
2. Kemampuan Afektif adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek
emosional. Kawasan ini meliputi kemampuan menerima, sambutan,
penghargaan, pengorganisasian, karakteristik nilai.
3. Kemampuan psikomotor adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek
keterampilan. Kawasan ini meliputi persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing dan kreatifitas.
Hasil belajar pada hakekatnya adalah kemampuan perubahan tingkah
laku yang mencakup tiga kemampuan diatas, namun pada penelitian ini
penulis hanya melihat hasil belajar melalui kemampuan kognitif siswa. Hasil
belajar dapat dilihat dengan mengadakan test hasil belajar.
G. Penelitian Relevan
Penelitian Khayyizatul Muniroh (2010) dengan judul implementasi
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Cooperative Script
sebagai usaha untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII MTs Wahid
Hasyim Sleman. Penelitian ini diterapkan pada pokok bahasan aljabar.
Penelitian ini memfokuskan pada kreativitas siswa dalam pembelajaran
matematika yang memberikan kesimpulan bahwa tingginya kreativitas siswa
dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script pada pokok
bahasan aljabar dan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran
38Nana Sudjana, Penilaian Hasil…hal.39
39 Nana Sudjana, Penilaian Hasil …, hal. 22

27

Cooperative Script lebih baik daripada hasil belajar siswa yang tidak
mengikuti model pembelajaran Cooperative Script.
H. Kerangka Konseptual
Model Pembelajaran yang digunakan oleh guru selama ini kurang
bervariasi dan monoton. Ini menyebabkan pembelajaran hanya berpusat pada
guru sehingga siswa pasif dalam belajar dan bahkan siswa mempunyai
keterbatasan dalam mengembangkan ide-ide dan siswa cenderung menghafal
materi pelajaran. Untuk itu, perlu suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model yang dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran
Cooperative Script. Hasil belajar yang diperoleh siswa yang mengikuti model
pembelajaran Cooperative Script dibandingkan dengan hasil belajar siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Proses Pembelajaran

Kelas Eksperimen
Model Pembelajaran
Cooperative Script

Kelas Kontrol
Pembelajaran
Konvensional

28

Aktivitas
Belajar

Hasil Belajar

Hasil Belajar

Dideskripsikan

Dibandingkan

Gambar 2.1 Skema kerangka konseptual
I. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori di atas maka yang
menjadi hipotesis adalah: “Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti
model pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada hasil belajar
matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas VIII
MTsN Matur”.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan kajian teori yang diuraikan pada bab I
dan bab II, maka jenis penelitian yang penulis gunakan ini tergolong kepada
penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang adanya

29

perlakuan atau treatmen yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. 40 Penelitian
eksperimen yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimen. Penelitian praeksperimen adalah penelitian yang mengandung beberapa ciri eksperimental
dalam jumlah yang kecil.41
Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Group
Comparison Design. Berdasarkan jenis penelitian di atas, penelitian ini
dilakukan terhadap dua kelas yaitu, kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen merupakan kelas yang mengikuti

model pembelajaran

Cooperative Script, dan kelas kontrol merupakan kelas yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Adapun rancangan dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Rancangan penelitian The Static Group Comparison Design:42
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Treatment
X1
X2

Posttest
O
O

Keterangan:

X1 = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu model
pembelajaran Cooperative Script

40 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (
Bandung: Alfa Beta, 2009) hal. 107
41 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada : 2004)
hal.99
42Syamsuddin & Vismaia, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007) hal. 158

30

X2 = Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu pembelajaran
konvensional.
O=

Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
diakhir penelitian

B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan memberi
informasi yang berguna bagi penelitian.43 Populasi dalam penelitian ini
adalah, seluruh siswa kelas VIII MTsN Matur yang terdiri dari 3 kelas.
Untuk lebih jelasnya sebaran populasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas VIII MTsN Matur
No
1
2
3

Kelas
VIII1
VIII2
VIII3
Jumlah
(Sumber: Tata Usaha MTsN Matur)

Jumlah
28
28
30
86

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, segala karakteristik populasi
tercermin dalam sampel yang di ambil.Sampel penelitian adalah sebagian
dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betulbetul mewakili populasinya44.

43Sumadi suryabrata, MetodologiPenelitian...hal.84
44Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian…hal..84

31

Agar sampel dapat mewakili dan menggambarkan sifat serta
karakteristik dari populasi, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mengumpulkan nilai ujian Mid matematika semester II kelas VIII
MTsN Matur.
b. Melakukan Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal
atau tidak, sehingga langkah selanjutnya tidak menyimpang dari
kebenaran.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 = Populasi berdistribusi normal
H1 = Populasi berdistribusi tidak normal
Untuk melihat populasi berdistribusi normal, digunakan uji
Liliefort dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Data x1, x2, x3, …, xn yang diperoleh disusun dari data yang terkecil
sampai yang terbesar.
2) Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus
X − X́
sebagai berikut: zi= i
S
Keterangan:

s = Simpangan Baku
x́ = Skor rata-rata
xi= Skor dari tiap soal

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
hitung peluang F (zi) = P (z ≤ zi)
4) Menghitung jumlah proposi skor baku yang lebih baku atau sama
zi yang dinyatakan dengan s (zi) dengan menggunakan rumus:
Banyaknya z 1 , z 2 , … , z n yang ≤ z i
S ( zi ) =
n
5) Menghitung selisih F(zi) – S(zi), kemudian ditentukan nilai
mutlaknya.
6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu

32

diberi simbol L0. L0 = maks |F ( z i )−S ( z i )|
7) Kemudian bandingkan L0 dengan nilai kritis yang diperoleh dari
daftar nilai kritis untuk uji Lilifors pada taraf α = 0.05. Kriterianya
adalah terima H0 jika L0 ≤ Ltabel dan tolak H0 jika L0 ¿ Ltabel.
Dari hasil analisis data pada taraf nyata α = 0.05 diperoleh L0
masing-masing kelas populasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Kelas Populasi
No
1
2
3

Kelas
VIII1
VIII2
VIII3

L0
0.115
0.136
0.122

Ltabel
Keterangan
1.161 Data populasi berdistribusi normal
1.161 Data populasi berdistribusi normal
1.161 Data populasi berdistribusi normal

c. Melakukan Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett dengan langkahlangkah sebagai berikut:45
a. Membuat hipotesis, yaitu:
H0 : populasi mempunyai variansi homogen
H1 : populasi mempunyai variansi tidak homogen
b. Menghitung variansi masing-masing kelompok
c. Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan
ni
∑ (¿−1)
rumus:
n −1 ) S i2
2 ∑( i
S=
¿
d. Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:
ni
(¿−1)
B=( log S2 ) ∑ ¿
e. Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:
2
X2 = (ln 10) {B−∑ ( ni−1 ) log Si }
f. Membandingkan X 2h itung dengan X 2tabel dengan kriteria bila
2
2
X h itung < X tabel untuk taraf α maka terima H0 artinya populasi
homogen.46
45Sudjana,Metode … , hal. 261
46Sudjana, …, h.263

33

Setelah dilakukan perhitungan dengan Uji Barlett

diperoleh

X2hitung = 0.69. Jika α = 0.05, dari daftar Chi-kuadrat dengan dk = 2
didapat

X 20.95 (2 ) = 5.99. Ternyata X2hitung<

X 20.95 (2 )

sehingga

hipotesis H0 diterima dalam taraf α = 0.05 dengan kesimpulan bahwa
populasi mempunyai variansi homogen.
Langkah-langkah untuk melihat kesamaan rata-rata populasi yaitu:
1) Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan
H 0 : μ 1=μ2=μ3
H 1 : sekurang-kurangnya dua rata-rata yang tidak sama

2) Tentukan taraf nyatanya (α)
3) Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus:
f > f α [ k−1, N−k ]
4) Tentukan perhitungan melalui tabel:
Tabel 3.5 Data hasil belajar siswa kelas populasi
Populasi
1
2
3
X11
X21
X31
X12
X22
X32



X1n
X2n
X3n
Total
T1
T2
T3
T…

Nilai Tengah
X́ 1
X́ 2
X́ 3

Perhitungan dengan menggunakan rumus:
3

Jumlah Kuadrat Total (JKT) =

ni

2

∑ ∑ X 2i , j− TN
i=1 j=1

Jumlah

Kuadrat

untuk

nilai

tengah

Kolom

(JKK)

=

k

∑ T i2

T …2

n
N
Jumlah kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKK
Masukkan data hasil perhitungan ke dalam tabel berikut:
i=1

Tabel 3.6 Analisis Ragam Data Hasil Belajar Siswa Kelas
Populasi

34

Sumber
Keragaman

Jumlah
kuadra
t

Derajat
bebas

Nilai tengah
kolom

JKK

k–1

Galat

JKG

N–k

Total

JKT

N–1

Kuadrat
tengah

f hitung

JKK
S=
k −1
JKG
2
S 2=
N−k

S 21
S 22

2
1

5) Keputusannya:
Diterima H0 jika f ≤ f α [ k−1, N −k ]
Ditolak H0 jika f > f α [ k−1, N−k ] .
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh fhitung = 0.14

dan

f 0,05(3−1,86−3)=3.11 , sehingga fhitung < f 0,05(2,83) . Jadi, hipotesis H0
diterima artinya populasi memiliki kesamaan rata-rata.
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh populasi berdistribusi
normal,

homogen

serta

memiliki

kesamaan

rata-rata,

maka

pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak. Pengambilan sampel
yang peneliti lakukan adalah dengan cara menulis nama kelas di kertas
dan menggulungnya. Kemudian peneliti mengundi gulungan kertas
dan mengambil dua gulungan secara acak. Kertas yang pertama
terambil adalah kelas VIII1 kelas ini peneliti jadikan sebagai kelas
eksperimen sedangkan untuk pengambilan kedua terambil kelas VIII 2
dan kelas ini peneliti jadikan sebagai kelas kontrol.

C. Variabel dan Data
1. Variabel

35

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang
dimungkinkan berpengaruh terhadap variabel lain, sedangkan variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
1) Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan yang diberikan
kepada kelas eksperimen dengan model pembelajaran Cooperative
Script dan perlakuan pada kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional.
2) Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika
siswa yang mengikuti model pembelajaran Cooperative Script dan hasil
belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional
2. Data
a.

Jenis data
1) Data primer yaitu data tentang hasil belajar matematika siswa yang
diperoleh setelah mengikuti model pembelajaran Cooperative
Script.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
c.

Sumber data

36

1)

Sumber data primer adalah seluruh siswa kelas VIII
MTsN Matur.

2)

Sumber data sekunder

adalah guru bidang studi

matematika MTsN Matur.
D. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
1) Tahap Persiapan
a. Menetapkan tempat dan jadwal penelitian. Penelitian ini
dilakukan di MTsN Matur dan dilaksanakan selama lima
kali pertemuan .
b. Mengumpulkan data nilai ujian Mid matematika kelas
VIII.
c. Merancang perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)..
d. Membuat kisi-kisi soal uji coba.
e. Menyusun soal uji coba berdasarkan kisi- kisi yang telah dibuat.
f. Membuat kunci jawaban soal uji coba.
g. Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa.
2)

Tahap Pelaksanaan
Jumlah pertemuan selama penelitian adalah lima kali pertemuan
termasuk tes akhir. Pada kelas eksperimen peneliti melaksanakan
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Cooperative Script,
S