360712289 Hakekat Belajar Dan Pembelajaran 1
Tugas Mata KuliahTeori-Teori Pembelajaran
HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
WAHYUDI
162050801029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
1. Jelaskan pendapat Anda tentang belajar!
Oemar Hamalik (2008) dalam bukunya menjelaskan bahwa belajar adalah modifikasi
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda
dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh
pengetahuan; belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan
seterusnya.
Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang
menyatakanbahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan.Belajar dapat diartikan pula sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar
diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi
dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru, dan
lain-lain.
Berkaitan dengan belajar sebagai suatu proses, Muhibbin (2003) mengemukakan
bahwa belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar
yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Menurut Gage (1984) seperti yang dikutip Syaiful Sagala dalam bukunya, belajar
adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses
yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang
membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang
tertentu. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.
Berdasarkan uraian tersebut, maka secara umum belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sehingga menimbulkan perubahan dari aspek
kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif (tingkah laku).
2.
Deskripsikan dan jelaskan karakteristik dari belajar!
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik.
Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain menurut Surya
(1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantaranya ciri-ciri perubahan khas
yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau
praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan
kebetulan. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa siswa-siswi menyadari
akan adanya perubahan yang dialami, atau ia sekurang-kurangnya ia merasakan
adanya perubahan pada dirinya seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap
dan pandangan sesuatu, keterampilan, dan seterusnya. Karena secara fitrah individu
yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaanya.
b. Perubahan Positif dan Aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif, positif
artinya baik, bermartabat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa
perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan,yakni diperolehnya sesuatu
yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari pada
sebelumnya. Adapun perubahan yang terjadi dengan sendirinya seperti karena proses
kematangan (misalnya, bayi yang bias merangkak setelah bias duduk), karena usaha
anak itu sendiri.
c. Perubahan Efektif Dan Fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil
guna. Artinya, perubahan tersebut membawa makna dan manfaat tertentu bagi siswa
dan siswi. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti
bahwa ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut
dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan
memberi manfaat yang luas misalnya ketika siswa-siswi menempuh ujian dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Selain itu, perubahan efektif dan fungsional biasanya bersifat
dinamis dan mendorong timbulnya perubahan positif lainnya.
Sebagai contoh, jika seorang siswa/siswi belajar menulis, maka di samping ia
akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan
memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan,mengarang surat, dan bahkan
menyusun karya sastra atau karya ilmiah. Hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain karakteristik belajar dan motivasi belajar. Karakteristik belajar yaitu
kebiasaan belajar yang baik dan motivasi belajar yaitu keseluruhan kekuatan dan daya
penggerak/pendorong agar tujuan belajar tercapai optimal.
3. Dalam pengertian kualitatif, mengajar diartikan sebagai “the facilitation of
learning”.
a.
Berikan penjelasan mengenai pengertian tersebut!
Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam
pengertian yaitu:
Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of
knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu
menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan
sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab
pengajar.
Pengertian institusional yaitu mengajar berarti the efficient orchestration of
teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam
hal ini guru dituntut untuk selalu siapmengadaptasikan berbagai teknik mengajar
terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat ,
kemampuan dan kebutuhannya.
Pengertian kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of
learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari
makna dan pemahamannya sendiri
b. Menurut Anda, kendala-kendala apa saja yang mungkin muncul dalam
implementasi?
Guru tidak bisa menangani semua peserta didik dalam kelas karena setiap peserta
didik memiliki karakter yang berbeda
Gaya belajar yang berbeda sehingga media yang digunakan mesti disesuaikan
dengan kondisi peserta didik
Tingkat pemahaman dari peserta didik berbeda sehingga tidak semua masalah
peserta didik bisa diselesaikan dengan waktu yang cepat dan metode yang seragam
Guru terkadang acuh dalam mengurus peserta didik yang malas di dalam kelas dan
memiliki pemahamanan yang rendah
Kreativitas guru sebagai fasilitator terkadang masih rendah
4. Belajar dapat diarahkan untuk menghasilkan “instructional effect” dan “nurturant
effect”.
a.
Jelaskan mengenai hal ini!
Secara umum tujuan pembelajaran itu ada dua yaitu instructional effect dan
nurturant effect. Instructuional effect yaitu tujuan yang ingin dicapai melalaui
pembelajaran tertentu biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan
nurturant effect yaitu tujuan pembelajaran yang lebih merupakan hasil sampingan dari
hasil pembelajaran, tercapainya karena siswa menghadapi sistem lingkungan belajar
tertentu misalnya siswa mampu berpikir kritis, bersifat terbuka menerima pendapat orang
lain, kreatif, disiplin dan sebagainya karena siswa menghayati pengalaman diskusi
kelompok atau diskusi kelas.
Menurut Sudirman (1987:92), dalam pemilihan metode mengajar harus
mengandung dampak langsung (Instuctional effects atau tujuan instruksional) dan dampak
penyerta/pengiring (nurturant effects atau tujuan pengiring). Pendekatan dan strategi
pengelolaan kelas sebagai bagian dari proses dalam kegiatan belajar mengajar memiliki
efek atau dampak terhadap peningkatan prestasi belajar, baik dampak langsung maupun
dampak tidak langsung.
b. Deskripsikan antara tujuan belajar tersebut dan tujuan belajar menurut Bloom
dkk
Prestasi/keberhasilan belajar ini bukanlah semata-mata keberhasilan dari segi
kognitif dan psikomotorik saja, akan tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lain, seperti
aspek afektif. Pengevaluasian satu aspek saja akan menyebabkan pengajaran kurang
memiliki makna yang bersifat komprehensif. Ketiga aspek ini merupakan unsur-unsur
pendukung hasil/prestasi belajar. Dikatakan terdiri dari berbagai aspek pendukung, sebab
kalau kita kembalikan pada istilah pendidikan itu sendiri sangatlah kompleks, yaitu
meliputi seluruh pembahasan tingkah laku, baik cita, rasa, dan karsa. Berikut akan
dijelaskan lebih rinci mengenai dampak strategi manajemen kelas dalam pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa:
1) Dampak Langsung (Instuctional effects atau Tujuan Instruksional)
Menurut Sudirman (1987:94) dampak langsung adalah tujuan yang secara
langsung akan dicapai melalui pelaksanaan program pengajaran (satuan pelajaran)
yang dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan peristiwa belajar mengajar.
Hasil yang akan dicapai biasanya berkenaan dengan Cognitive Domain (pengetahuan)
dan psycho-motor domain (keterampilan). Kedua domain ini bisa diukur secara
kongkrit, pasti, dan karenanya dapat langsung dicapai ketika itu.
Hasil yang dirumuskan dalam tujuan instruksional dan ingin dicapai melalui
proses belajar-mengajar (pertemuan), tidaklah dapat dicapai seluruhnya secara
langsung dan dapat diukur dengan mudah, karena hasilnya tidak selalu dalam bentuk
yang nyata dan secara pasti dapat dinyatakan telah dimiliki (dikuasai) siswa
sepenuhnya. Akan tetapi hasil belajar itu ada yang bersifat konkrit dan secara pasti
dapat dinyatakan telah dimiliki (dikuasai) siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru menggunakan strategi-strategi dalam
menciptakan dan mempertahankan kelas agar kondisi tetap kondusif dan
menyenangkan. Hal ini merupakan suatu upaya guru dalam meningkatkan
hasil/prestasi belajar siswa dan akan memberikan efek langsung terhadap keberhasilan
belajar siswa yang berkenaan dengan pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotorik).
Tipe Prestasi Belajar Bidang Kognitif
Tingkatan-tingkatan tipe hasil belajar bidang kognitif mencakup: (a) Pengetahuan
(knowlage): Pengetahuan ini mencakup aspek-aspek faktual dan ingatan (sesuatu
hal yang harus diingat kembali); (b) Pemahaman (comprehention): Pemahaman
memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep; (c)
Penerapan (Aplikasi): Tipe prestasi belajar ini merupakan kesanggupan
menerapkan dan mengabstraksikan suatu konsep, ide, rumus, hukum, dalam
situasi yang baru; (d) Analisis: Tipe prestasi belajar analisis merupakan
kesanggupan memecahkan, menguraikan suatu integritas menjadi unsur-unsur
atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Analisis merupakan tipe prestasi belajar
yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi; (e) Sintesis: Sintesis merupakan lawan
analisis. sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur-unsur atau baian menjadi
satu integritas. Sintesis juga memerlukan hafalan, pemahaman, aplikasi dan
analisis. Melalui sintesis dan analisis maka berpikir kreatif untuk menemukan
sesuatu yang baru (inovatif) akan mudah dikembangkan; (f) Evaluasi:
Kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgmen
yang dimiliki dan kriteria yang digunakannya. Tipe prestasi belajar evaluasi
tekanannya pada pertimbangan pada sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat
tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu. Untuk melakukan evaluasi
diperlukan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis.
Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotorik
Tipe prestasi ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan
bertindak seseorang. Adapun tingkatannya Menurut Sudirman (1987:88) meliputi:
(a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering tidak disadari karena
sudah merupakan kekuasaan); (b) Keterampilan ada gerakan-gerakan dasar; (c)
Kemampuan perspektual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan
auditif, motorik, dan lain-lain; (d) Kemampuan dibidang fisik: kekuatan,
keharmonisan, dan ketepatan; (e) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill,
mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; (f)
Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan
ekspresif dan interpretatif.
2) Dampak penyerta/pengiring (nurturant effects atau tujuan pengiring)
Dampak pengiring adalah hasil pengajaran yang sebaiknya dirumuskan agar
lebih jelas dan terarah dalam program pengajaran (satpel) karena hasil ini tidak perlu
langsung dicapai ketika selesai suatu pertemuan peristiwa belajar mengajar, tetapi
diharapkan hasilnya Akan berpengaruh kepada siswa dan akan mengiringi atau
menyertai belakangan, mungkin masih memerlukan waktu atau tahapan-tahapan
pertemuan peristiwa belajar mengajar selanjutnya. Biasanya dampak pengiring ini
berkenaan dengan effective domain (sikap dan nilai).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dampak pengiring itu berupa
hasil yang tidak langsung diukur dan tidak pasti dicapai ketika berakhirnya suatu
pertemuan peristiwa belajar mengajar. Hasil itu dapat berupa: (1) sikap dan nilai; (2)
hasil dimana siswa menjadi modelling (dapat meniru), contagion (tertulari), osmosis
(dirembesi) tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari kondisi belajar, baik
yang diprogram oleh guru maupun yang tidak diprogram oleh guru.
Hasil dalam bentuk abstrak dan sulit sekali secara pasti dinyatakan langsung
dimiliki (dikuasai) siswa setelah berakhirnya suatu pertemuan. Namun yakin akan
mempengaruhi atau ada hasilnya pada siswa, baik sebagian maupun seluruhnya
menyertai atau mengikuti hasil (tujuan) yang langsung dicapai ketika itu (dampak
langsung), mungkin juga masih memerlukan waktu atau beberapa pertemuan
peristiwa belajar mengajar selanjutnya untuk lebih memantapkan hasilnya, itu
sebabnya hasilnya disebut dampak pengiring.
Strategi-strategi yang dilakukan, sebagai upaya guru dalam meningkatkan
keberhasilan belajar dalam pembelajaran juga memberikan dampak yang menyertai
dan mengiringi hasil/prestasi belajar, walaupun hal itu melalui waktu dan tahapan
tertentu. Dampak tidak langsung yang ingin dicapai itu berkenaan dengan prestasi
sikap dan nilai (afektif). Ada kecenderungan bahwa prestasi belajar bidang afektif
kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru cenderung lebih memperhatikan atau
tekanan pada bidang kognitif semata. Tipe prestasi belajar bidang afektif tampak pada
siswa dalam berbagai tingkah laku seperti atensi atau perhatian terhadap pelajaran,
disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar, dan lainlain. Meskipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, tetapi bidang afektif harus
menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus tampak dalam proses belajar
dan prestasi belajar yang dicapai. Tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe
prestasi belajar mencakup: (1) Receiving atau attending Yakni kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah,
situasi, dan gejala; (2) Responding atau jawaban Yakni reaksi yang diberikan
seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar; (3) Valuing (penilaian) Yakni
berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan tarhadap gejala atau stimulus; (4)
Organisasi Yakni pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk
menentukan hubungan suatu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, priorita nilai
dimilikinya; (5) Karakterstik internalisasi nilai Yakni keterpaduan dari semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
perilakunya.
Tipe-tipe prestasi belajar seperti yang dikemukakan di atas tidak berdiri
sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain. Dalam proses belajar-mengajar di
sekolah misalnya, seorang siswa secara kognitif dalam mata pelajaran bahasa inggris
baik/bagus, tetapi dalam segi afektif dan psikomotor kurang baik, sehingga banyak
diantara mereka yang tidak bisa mempraktikkan/bicara menggunakan bahasa inggris
secara baik. Dalam pengelolaan kelas akan tampak peraturan dan tata tertib sebagai
faktor penunjang dalam proses pembelajaran. Namun demikian kondisi tertib yang
ditanamkan hendaknya diusahakan agar merupakan langkah yang diterima oleh
siswa. Dengan adanya pengembangan potensi-potensi yang ada di dalam kelas dan
dilingkungan sekolah, maka akan tercipta situasi kelas dan sekolah yang kondusif.
Menurut Carrol bahwa semua anak mampu belajar dan juga mau belajar, memang
pada dasarnya kemampuan anak berbeda, tetapi apabila kepada mereka diberi layanan
yang sesuai dengan keadaan masing-masing, maka hasilnya akan sama. Benjamin S.
Bloom menanggapi pendapat ini dengan pentingnya penciptaan suasana kelas untuk
memenuhi kondisi belajar yang kondusif. Dari titik tolak kedua pendapat ini dapat
disimpulkan bahwa kondisi belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan belajar anak.
Dalam proses pembelajaran yang ada di sekolah, keadaan dan suasana kelas,
maupun lingkungan masyarakat sekolah mempunyai kedudukan penting dalam
pencapaian tujuan pembelajaran dan berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
Manajemen kelas menjadi bagian manajemen pendidikan di sekolah. Tanpa adanya
penciptaan lingkungan belajar yang kondusif, pemanfaatan sarana secara maksimal,
menjaga keterlibatan siswa, dan penguasaan kelas dalam penyampaian materi, maka
pembelajaran tidak dapat terlaksana secara efektif dan efisian. Hal ini yang akan
berpengaruh pada prestasi belajar sisw
5. Deskripsikan dan jelaskan tentang prinsip-prinsip belajar!
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan
dan penguatan, serta perbedaan individual.
a.
Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan seharihari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang
digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri,
“motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an
organism to initiate and direct behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran.
Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar
sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu
bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul
motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilainilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku
dan motivasinya.
b.
Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan
kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri.
John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan
siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri.Guru sekedar pembimbing
dan pengarah.Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif,
jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.
Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu.
Dalam proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah,
mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat
berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis
misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
c.
Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan
dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah
belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar
mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan,
dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik
individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya
keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan
kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilainilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan keterampilan.
d.
Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike
mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan
pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons
benar.
Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus
saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil
berhenti pada saat lampu merah.Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat
menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut,
karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip
pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
e.
Tantangan
Teori Medan dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar
berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu
tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar
tersebut.Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu
dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode
eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara
lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang
siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang
tidak menyenangkan.
f.
Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan
oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang
diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah
responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike. Siswa belajar
sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu
mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant
conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada
waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk
belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning. Format
sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya
merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
g.
Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di
sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,
kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
WAHYUDI
162050801029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
1. Jelaskan pendapat Anda tentang belajar!
Oemar Hamalik (2008) dalam bukunya menjelaskan bahwa belajar adalah modifikasi
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda
dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh
pengetahuan; belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan
seterusnya.
Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang
menyatakanbahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan.Belajar dapat diartikan pula sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar
diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi
dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru, dan
lain-lain.
Berkaitan dengan belajar sebagai suatu proses, Muhibbin (2003) mengemukakan
bahwa belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar
yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Menurut Gage (1984) seperti yang dikutip Syaiful Sagala dalam bukunya, belajar
adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses
yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang
membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang
tertentu. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.
Berdasarkan uraian tersebut, maka secara umum belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sehingga menimbulkan perubahan dari aspek
kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif (tingkah laku).
2.
Deskripsikan dan jelaskan karakteristik dari belajar!
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik.
Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain menurut Surya
(1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantaranya ciri-ciri perubahan khas
yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau
praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan
kebetulan. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa siswa-siswi menyadari
akan adanya perubahan yang dialami, atau ia sekurang-kurangnya ia merasakan
adanya perubahan pada dirinya seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap
dan pandangan sesuatu, keterampilan, dan seterusnya. Karena secara fitrah individu
yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaanya.
b. Perubahan Positif dan Aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif, positif
artinya baik, bermartabat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa
perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan,yakni diperolehnya sesuatu
yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari pada
sebelumnya. Adapun perubahan yang terjadi dengan sendirinya seperti karena proses
kematangan (misalnya, bayi yang bias merangkak setelah bias duduk), karena usaha
anak itu sendiri.
c. Perubahan Efektif Dan Fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil
guna. Artinya, perubahan tersebut membawa makna dan manfaat tertentu bagi siswa
dan siswi. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti
bahwa ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut
dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan
memberi manfaat yang luas misalnya ketika siswa-siswi menempuh ujian dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Selain itu, perubahan efektif dan fungsional biasanya bersifat
dinamis dan mendorong timbulnya perubahan positif lainnya.
Sebagai contoh, jika seorang siswa/siswi belajar menulis, maka di samping ia
akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan
memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan,mengarang surat, dan bahkan
menyusun karya sastra atau karya ilmiah. Hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain karakteristik belajar dan motivasi belajar. Karakteristik belajar yaitu
kebiasaan belajar yang baik dan motivasi belajar yaitu keseluruhan kekuatan dan daya
penggerak/pendorong agar tujuan belajar tercapai optimal.
3. Dalam pengertian kualitatif, mengajar diartikan sebagai “the facilitation of
learning”.
a.
Berikan penjelasan mengenai pengertian tersebut!
Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam
pengertian yaitu:
Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of
knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu
menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan
sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab
pengajar.
Pengertian institusional yaitu mengajar berarti the efficient orchestration of
teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam
hal ini guru dituntut untuk selalu siapmengadaptasikan berbagai teknik mengajar
terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat ,
kemampuan dan kebutuhannya.
Pengertian kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of
learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari
makna dan pemahamannya sendiri
b. Menurut Anda, kendala-kendala apa saja yang mungkin muncul dalam
implementasi?
Guru tidak bisa menangani semua peserta didik dalam kelas karena setiap peserta
didik memiliki karakter yang berbeda
Gaya belajar yang berbeda sehingga media yang digunakan mesti disesuaikan
dengan kondisi peserta didik
Tingkat pemahaman dari peserta didik berbeda sehingga tidak semua masalah
peserta didik bisa diselesaikan dengan waktu yang cepat dan metode yang seragam
Guru terkadang acuh dalam mengurus peserta didik yang malas di dalam kelas dan
memiliki pemahamanan yang rendah
Kreativitas guru sebagai fasilitator terkadang masih rendah
4. Belajar dapat diarahkan untuk menghasilkan “instructional effect” dan “nurturant
effect”.
a.
Jelaskan mengenai hal ini!
Secara umum tujuan pembelajaran itu ada dua yaitu instructional effect dan
nurturant effect. Instructuional effect yaitu tujuan yang ingin dicapai melalaui
pembelajaran tertentu biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan
nurturant effect yaitu tujuan pembelajaran yang lebih merupakan hasil sampingan dari
hasil pembelajaran, tercapainya karena siswa menghadapi sistem lingkungan belajar
tertentu misalnya siswa mampu berpikir kritis, bersifat terbuka menerima pendapat orang
lain, kreatif, disiplin dan sebagainya karena siswa menghayati pengalaman diskusi
kelompok atau diskusi kelas.
Menurut Sudirman (1987:92), dalam pemilihan metode mengajar harus
mengandung dampak langsung (Instuctional effects atau tujuan instruksional) dan dampak
penyerta/pengiring (nurturant effects atau tujuan pengiring). Pendekatan dan strategi
pengelolaan kelas sebagai bagian dari proses dalam kegiatan belajar mengajar memiliki
efek atau dampak terhadap peningkatan prestasi belajar, baik dampak langsung maupun
dampak tidak langsung.
b. Deskripsikan antara tujuan belajar tersebut dan tujuan belajar menurut Bloom
dkk
Prestasi/keberhasilan belajar ini bukanlah semata-mata keberhasilan dari segi
kognitif dan psikomotorik saja, akan tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lain, seperti
aspek afektif. Pengevaluasian satu aspek saja akan menyebabkan pengajaran kurang
memiliki makna yang bersifat komprehensif. Ketiga aspek ini merupakan unsur-unsur
pendukung hasil/prestasi belajar. Dikatakan terdiri dari berbagai aspek pendukung, sebab
kalau kita kembalikan pada istilah pendidikan itu sendiri sangatlah kompleks, yaitu
meliputi seluruh pembahasan tingkah laku, baik cita, rasa, dan karsa. Berikut akan
dijelaskan lebih rinci mengenai dampak strategi manajemen kelas dalam pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa:
1) Dampak Langsung (Instuctional effects atau Tujuan Instruksional)
Menurut Sudirman (1987:94) dampak langsung adalah tujuan yang secara
langsung akan dicapai melalui pelaksanaan program pengajaran (satuan pelajaran)
yang dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan peristiwa belajar mengajar.
Hasil yang akan dicapai biasanya berkenaan dengan Cognitive Domain (pengetahuan)
dan psycho-motor domain (keterampilan). Kedua domain ini bisa diukur secara
kongkrit, pasti, dan karenanya dapat langsung dicapai ketika itu.
Hasil yang dirumuskan dalam tujuan instruksional dan ingin dicapai melalui
proses belajar-mengajar (pertemuan), tidaklah dapat dicapai seluruhnya secara
langsung dan dapat diukur dengan mudah, karena hasilnya tidak selalu dalam bentuk
yang nyata dan secara pasti dapat dinyatakan telah dimiliki (dikuasai) siswa
sepenuhnya. Akan tetapi hasil belajar itu ada yang bersifat konkrit dan secara pasti
dapat dinyatakan telah dimiliki (dikuasai) siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru menggunakan strategi-strategi dalam
menciptakan dan mempertahankan kelas agar kondisi tetap kondusif dan
menyenangkan. Hal ini merupakan suatu upaya guru dalam meningkatkan
hasil/prestasi belajar siswa dan akan memberikan efek langsung terhadap keberhasilan
belajar siswa yang berkenaan dengan pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotorik).
Tipe Prestasi Belajar Bidang Kognitif
Tingkatan-tingkatan tipe hasil belajar bidang kognitif mencakup: (a) Pengetahuan
(knowlage): Pengetahuan ini mencakup aspek-aspek faktual dan ingatan (sesuatu
hal yang harus diingat kembali); (b) Pemahaman (comprehention): Pemahaman
memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep; (c)
Penerapan (Aplikasi): Tipe prestasi belajar ini merupakan kesanggupan
menerapkan dan mengabstraksikan suatu konsep, ide, rumus, hukum, dalam
situasi yang baru; (d) Analisis: Tipe prestasi belajar analisis merupakan
kesanggupan memecahkan, menguraikan suatu integritas menjadi unsur-unsur
atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Analisis merupakan tipe prestasi belajar
yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi; (e) Sintesis: Sintesis merupakan lawan
analisis. sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur-unsur atau baian menjadi
satu integritas. Sintesis juga memerlukan hafalan, pemahaman, aplikasi dan
analisis. Melalui sintesis dan analisis maka berpikir kreatif untuk menemukan
sesuatu yang baru (inovatif) akan mudah dikembangkan; (f) Evaluasi:
Kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgmen
yang dimiliki dan kriteria yang digunakannya. Tipe prestasi belajar evaluasi
tekanannya pada pertimbangan pada sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat
tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu. Untuk melakukan evaluasi
diperlukan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis.
Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotorik
Tipe prestasi ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan
bertindak seseorang. Adapun tingkatannya Menurut Sudirman (1987:88) meliputi:
(a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering tidak disadari karena
sudah merupakan kekuasaan); (b) Keterampilan ada gerakan-gerakan dasar; (c)
Kemampuan perspektual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan
auditif, motorik, dan lain-lain; (d) Kemampuan dibidang fisik: kekuatan,
keharmonisan, dan ketepatan; (e) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill,
mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; (f)
Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan
ekspresif dan interpretatif.
2) Dampak penyerta/pengiring (nurturant effects atau tujuan pengiring)
Dampak pengiring adalah hasil pengajaran yang sebaiknya dirumuskan agar
lebih jelas dan terarah dalam program pengajaran (satpel) karena hasil ini tidak perlu
langsung dicapai ketika selesai suatu pertemuan peristiwa belajar mengajar, tetapi
diharapkan hasilnya Akan berpengaruh kepada siswa dan akan mengiringi atau
menyertai belakangan, mungkin masih memerlukan waktu atau tahapan-tahapan
pertemuan peristiwa belajar mengajar selanjutnya. Biasanya dampak pengiring ini
berkenaan dengan effective domain (sikap dan nilai).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dampak pengiring itu berupa
hasil yang tidak langsung diukur dan tidak pasti dicapai ketika berakhirnya suatu
pertemuan peristiwa belajar mengajar. Hasil itu dapat berupa: (1) sikap dan nilai; (2)
hasil dimana siswa menjadi modelling (dapat meniru), contagion (tertulari), osmosis
(dirembesi) tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari kondisi belajar, baik
yang diprogram oleh guru maupun yang tidak diprogram oleh guru.
Hasil dalam bentuk abstrak dan sulit sekali secara pasti dinyatakan langsung
dimiliki (dikuasai) siswa setelah berakhirnya suatu pertemuan. Namun yakin akan
mempengaruhi atau ada hasilnya pada siswa, baik sebagian maupun seluruhnya
menyertai atau mengikuti hasil (tujuan) yang langsung dicapai ketika itu (dampak
langsung), mungkin juga masih memerlukan waktu atau beberapa pertemuan
peristiwa belajar mengajar selanjutnya untuk lebih memantapkan hasilnya, itu
sebabnya hasilnya disebut dampak pengiring.
Strategi-strategi yang dilakukan, sebagai upaya guru dalam meningkatkan
keberhasilan belajar dalam pembelajaran juga memberikan dampak yang menyertai
dan mengiringi hasil/prestasi belajar, walaupun hal itu melalui waktu dan tahapan
tertentu. Dampak tidak langsung yang ingin dicapai itu berkenaan dengan prestasi
sikap dan nilai (afektif). Ada kecenderungan bahwa prestasi belajar bidang afektif
kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru cenderung lebih memperhatikan atau
tekanan pada bidang kognitif semata. Tipe prestasi belajar bidang afektif tampak pada
siswa dalam berbagai tingkah laku seperti atensi atau perhatian terhadap pelajaran,
disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar, dan lainlain. Meskipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, tetapi bidang afektif harus
menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus tampak dalam proses belajar
dan prestasi belajar yang dicapai. Tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe
prestasi belajar mencakup: (1) Receiving atau attending Yakni kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah,
situasi, dan gejala; (2) Responding atau jawaban Yakni reaksi yang diberikan
seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar; (3) Valuing (penilaian) Yakni
berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan tarhadap gejala atau stimulus; (4)
Organisasi Yakni pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk
menentukan hubungan suatu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, priorita nilai
dimilikinya; (5) Karakterstik internalisasi nilai Yakni keterpaduan dari semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
perilakunya.
Tipe-tipe prestasi belajar seperti yang dikemukakan di atas tidak berdiri
sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain. Dalam proses belajar-mengajar di
sekolah misalnya, seorang siswa secara kognitif dalam mata pelajaran bahasa inggris
baik/bagus, tetapi dalam segi afektif dan psikomotor kurang baik, sehingga banyak
diantara mereka yang tidak bisa mempraktikkan/bicara menggunakan bahasa inggris
secara baik. Dalam pengelolaan kelas akan tampak peraturan dan tata tertib sebagai
faktor penunjang dalam proses pembelajaran. Namun demikian kondisi tertib yang
ditanamkan hendaknya diusahakan agar merupakan langkah yang diterima oleh
siswa. Dengan adanya pengembangan potensi-potensi yang ada di dalam kelas dan
dilingkungan sekolah, maka akan tercipta situasi kelas dan sekolah yang kondusif.
Menurut Carrol bahwa semua anak mampu belajar dan juga mau belajar, memang
pada dasarnya kemampuan anak berbeda, tetapi apabila kepada mereka diberi layanan
yang sesuai dengan keadaan masing-masing, maka hasilnya akan sama. Benjamin S.
Bloom menanggapi pendapat ini dengan pentingnya penciptaan suasana kelas untuk
memenuhi kondisi belajar yang kondusif. Dari titik tolak kedua pendapat ini dapat
disimpulkan bahwa kondisi belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan belajar anak.
Dalam proses pembelajaran yang ada di sekolah, keadaan dan suasana kelas,
maupun lingkungan masyarakat sekolah mempunyai kedudukan penting dalam
pencapaian tujuan pembelajaran dan berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
Manajemen kelas menjadi bagian manajemen pendidikan di sekolah. Tanpa adanya
penciptaan lingkungan belajar yang kondusif, pemanfaatan sarana secara maksimal,
menjaga keterlibatan siswa, dan penguasaan kelas dalam penyampaian materi, maka
pembelajaran tidak dapat terlaksana secara efektif dan efisian. Hal ini yang akan
berpengaruh pada prestasi belajar sisw
5. Deskripsikan dan jelaskan tentang prinsip-prinsip belajar!
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan
dan penguatan, serta perbedaan individual.
a.
Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan seharihari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang
digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri,
“motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an
organism to initiate and direct behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran.
Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar
sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu
bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul
motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilainilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku
dan motivasinya.
b.
Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan
kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri.
John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan
siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri.Guru sekedar pembimbing
dan pengarah.Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif,
jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.
Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu.
Dalam proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah,
mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat
berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis
misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
c.
Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan
dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah
belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar
mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan,
dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik
individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya
keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan
kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilainilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan keterampilan.
d.
Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike
mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan
pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons
benar.
Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus
saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil
berhenti pada saat lampu merah.Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat
menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut,
karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip
pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
e.
Tantangan
Teori Medan dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar
berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu
tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar
tersebut.Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu
dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode
eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara
lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang
siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang
tidak menyenangkan.
f.
Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan
oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang
diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah
responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike. Siswa belajar
sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu
mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant
conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada
waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk
belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning. Format
sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya
merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
g.
Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di
sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,
kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.