Hubungan Pola Makan dengan Kejadian CVA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT
(CVA) PADA USIA PRODUKTIF
DI POLI SARAF RSUD Dr. ISKAK
TULUNGAGUNG
Almira Kumala Ayu,
Dr.Ns.Ratna Hidayati,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat., dan Dina Zakiyyatul Fuadah, S.Kep.Ns.,M.Kep

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Karya Husada Kediri
Jl. Soekarno Hatta No 7, Kode Pos 153 Pare Kediri
Email : almira2a1@gmail.com

ABSTRAK
Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat modern saat ini
terutama di Indonesia, karena jumlah penderita CVA di Indonesia terbanyak di Asia. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian CVA usia produktif di poli saraf RSUD Dr. Iskak
Tulungagung. Metode yang digunakan adalah korelasi dengan pendekatan retrospektif. Tekhnik sampel dengan
total sampling sejumlah 30 orang. Alat ukur pada variabel independen adalah kuisioner dan variebel dependen
rekam medis, dan selanjutnya dianalisis dengan uji statistik Spearman Rho. Berdasarkan tabulasi silang
didapatkan hampir seluruhnya (83,3%) memiliki pola makan tidak sehat, untuk kejadian CVA sebagian besar
(66,7%) terjadi pada dewasa akhir. Hasil uji statistik didapatkan p-value= 0,046 ≤ α= 0,05, dengan r= -0,343.
Berarti ada hubungan pola makan dengan kejadian CVA pada usia produktif. Karena makanan yang dikonsumsi

setiap hari sangat berkontribusi pada kesehatan. CVA usia produktif dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
meliputi jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, olahraga, diabetes, hiperkolesterol,
obesitas dan hipertensi. Semakin sehat pola makan, maka resiko kejadian CVA usia produktif semakin rendah,
oleh sebab itu dianjurkan untuk mengubah pola makan dengan melakukan perencanaan makanan yang seimbang
antara frekuensi, jenis, jumlah serta mengontrol makanan yang dikonsumsi untuk menurunkan resiko CVA usia
produktif.

Kata Kunci: Cerebro Vascular Accident (CVA), Pola Makan, Usia Produktif.

ABSTRACT
Cerebro Vascular Accident (CVA) is a main healthy problem of todays modern society especially in Indonesia,
because Indonesia is claimed as a nation who has the most CVA sufferers in Asia. The purpose of this research
is to detect the relationship between eating pattern with CVA incident of productive age at nerve clinical room
of RSUD Dr. Iskak Tulungagung. The method used is correlative with retrospektive approach. Technique
sampel by total sampling is 30 people. Measuring instruments of independent variable and dependent varieble
are questionnaire and medical historical note respectively, the result is then analyzed using statistical test
Spearman Rho. Based on cross-tabulation it is found that most the samples (83,3%) has unhealthy eating
pattern, and for CVA most of it (66,7%) occurs at end maturation age. From the statistical test it is resulted that
p-value= 0,046 < α = 0,05, with r= -0,343. It means that there is a relationship between eating pattern with
CVA incident at productive age. It is because any foods consumed each day contributes highly to health. CVA

at productive age is influenced by several factors including sex, job, smoking habit, alcohol consumption,
exercise, diabetes, high cholesterol, obesity, and high blood pressure. The healthier the aeting pattern, the risk of
CVA incident at productive age is lower. Therefore it is suggested to change eating pattern using a balance
eating planning between frequency, type of food and control the food consumed to lower the risk of CVA at
productive age.
Keyword : Cerebro Vascular Accident (CVA), Eating Pattern, Productive Age.

1

LATAR BELAKANG
Cerebro Vasculer Accident atau lebih
dikenal dengan stroke merupakan suatu
kondisi gangguan fungsi otak, atau
gangguan sistem neurologis yang timbul
mendadak akibat gangguan aliran darah ke
otak (Black JM, 2005). CVA menjadi
masalah kesehatan utama yang dialami
masyarakat dewasa ini. CVA menjadi
masalah serius yang dihadapi hampir di
seluruh dunia (Handayani, 2013). Hal

tersebut dikarenakan serangan CVA dapat
mengakibatkan kematian, kacacatan fisik
dan mental (Junaidi, 201:7). Seseorang
menderita CVA karena memiliki perilaku
yang dapat meningkatkan faktor resiko
CVA (Stroke Organizations World , 2013).

Sebelumnya CVA banyak ditemukan
pada orang lanjut usia, namun seiring
dengan perubahan gaya hidup terutama
masyarakat di kota besar, CVA cenderung
mulai menyerang kelompok usia produktif
(Sitorus, 2008). Usia produktif merupakan
usia dimana manusia sudah matang secara
fisik dan biologis (Hurlock, 2005). Pada
usia inilah manusia sedang berapa pada
puncak aktifitasnya (Sitorus, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di poli saraf RSUD Dr. Iskak
Tulungagung, terdapat pasien CVA pada

usia 26-35 sebanyak 7 orang, sedangkan
usia 36-44 sebanyak 23 orang.
Usia muda merupakan populasi
terbesar di dunia yaitu sebesar 1,2 milyar.
Di Indonesia juga didominasi oleh usia
muda, adapun proporsi penduduk usia
muda yaitu sebesar 37,42% dari jumlah
penduduk Indonesia. Sehingga harus
mendapatkan perhatian khusus, karena
usia produktif merupakan aset negara dan
generasi penerus bangsa.

serat sehingga akan menumpuk lemak
jahat di dalam tubuh, makanan dengan
kolesterol tinggi inilah yang apabila
dibiarkan
terus
menumpuk
akan
menyebabkan

aterosklerosis
pada
pembuluh darah arteri, menimbulkan plak
pada dinding-dinding pembuluh darah otak
yang akan mengganggu suplai darah ke
otak (Debette et.al, 2011).
Pola
makan
dengan
banyak
mengkonsumsi
fast
food
yang
mengandung kadar garam yang tinggi
sehingga meningkatkan resiko hipertensi,
apabila tekanan darah terus meningkat,
maka pembuluh darah akan semakin
menipis dan mengecil yang akan
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah

otak (Bustan, 2007). Apabila seseorang
sudah terkena CVA maka tidak mungkin
kembali bekerja seperti pada saat sebelum
serangan.
Melihat pada generasi muda sekarang
ini yang menerapkan gaya hidup yang
tidak sehat seperti pola makan yang tinggi
lemak yang beresiko tinggi menyebabkan
CVA, maka harus menyeimbangkan antara
frekuensi, jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi agar tidak menumpuk menjadi
lemak dengan mengurangi berat badan
yang berlebihan, mengatur pola makan 3
kali sehari dengan mengurangi makanan
yang tinggi lemak dan kolesterol, dan
mengurangi konsumsi garam (Sitorus,
2008), mengganti cara memasak dengan
mengukus atau merebus dan memodifikasi
menu makanan.
TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara pola
makan dengan kejadian CVA pada usia
produktif di Poli Saraf RSUD Dr. Iskak
Tulungagung.

Kejadian CVA pada usia muda
berhubungan dengan gaya hidup yang
kurang sehat. Senang mengkonsumsi
makanan dengan tinggi kalori dan rendah
2

Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi pola makan pada
pasien CVA usia produktif di Poli Saraf
RSUD Dr. Iskak Tulungagung.
2. Mengidentifikasi kejadian CVA pada
usia produktif di Poli Saraf RSUD Dr.
Iskak Tulungagung.
3. Menganalisis hubungan antara pola

makan dengan kejadian CVA usia
produktif di Poli Saraf RSUD Dr. Iskak
Tulungagung.
METODE
Jenis penelitian ini adalah korelasi
dengan
desain
case-control
study
pendekatan
retrospektif.
Artinya
bagaimana faktor resiko dipelajari dengan
menggunakan pendekatan retrospektif dan
efeknya ditentukan berdasarkan perjalanan
waktu ke belakang (Hidayat, 2007).
SAMPEL dalam penelitian menggunakan
total sampling dengan pasien CVA usia
produktif di poli saraf RSUD Dr.Iskak
Tulungagung sejumlah 30 orang.

PROSES PENGUMPULAN DATA
1. Melakukan
pendekatan
dan
menyerahkan
lembar
persetujuan
kepada responden (informed consent).
2. Menjelaskan kepada responden tentang
penilaian dari kuisioner yang diberikan.
3. Menjelaskan kepada responden tentang
cara pengisian kuisioner.
4. Membagian
kuisioner
kepada
responden
yang
ditemui,
dan
memintanya untuk mengisi kuisioner.

PROSES ANALISA DATA untuk
mencari
hubungan antara
variable
independen dan dependen digunakan uji
korelasi Spearman Rho dengan taraf
signifikansi
0,05
menggunakan
komputerisasi. Sehingga jika p-value ≤ α
(0,05) maka H1 diterima.

HASIL
Tabel 1. Distribusi Data Umum
Variabel
Jumlah Prosentase
Jenis kelamin
Laki - laki
16
53,33%

Perempuan
14
46,66%
Pekerjaan
IRT
8
26,66%
PNS
7
23,33%
Kantor/Swasta
11
36,66%
Pekerjaan lain
4
13,33%
Kebiasaan Merokok
Tidak pernah
14
46,66%
Selalu
16
53,33%
Kebiasaan Minum
Alkohol

Tidak pernah
Kadang-kadang

26
4

86,66%
13,33%

17
13

56,66%
43,33%

12

40%

14
4

46,7%
13,3%

10
8
12

26,7%
33,3%
40%

19
7
4

63,3%
23,3%
13,3%

12
13
5

40%
40,3%
16,7%

Kebiasaan Olahraga

Tidak pernah
Kadang-kadang
Kejadian Diabetes
Normal
Pra DM
DM
Kejadian
Hiperkolesterol
Normal
Diwaspadai
Tinggi
Kejadian Obesitas
Normal
Kegemukan
Obesitas
Kejadian Hipertensi
Normal
Normal-tinggi
Hipertensi ringan

Tabel 2. Distribusi Data Khusus
Pola makan
Jumlah
Prosentase
Sehat
5
16,7%
Tidak sehat
25
83,3%
Total
30
100,0%
CVA usia
produktif
Dewasa awal
Dewasa akhir
Total

Jumlah

Prosentase

10
20
30

33,3%
66,7%
100,0%

3

Tabel 3. Analisa Hubungan Pola Makan
Dengan CVA Usia Produktif

Kejadian CVA
usia produktif
Pola
makan
Sehat Jumlah
(%)
Tidak Jumlah
sehat
(%)
Total Jumlah
(%)
p-value= 0,046

Dewasa Dewasa
awal
akhir
1
4
3,3% 13,3%
9
16

Total
5
16,7%
25

30,0% 53,3% 83,3%
10
20
30
33,3% 66,7% 100,0%
α= 0,05 r= -0,343

Berdasarkan tabel 1 tentang distribusi
data umum diperoleh
data
bahwa
sebagian besar (53,3%) berjenis kelamin
laki-laki. Hampir setengah dari responden
(36,7%) bekerja sebagai pekerja swasta.
Sebagian besar dari responden (53,3%)
selalu merokok. Hampir seluruhnya dari
responden (86,7%) memiliki kebiasaan
tidak pernah minum alkohol. Sebagian
besar dari responden (56,7%) memiliki
kebiasaan tidak pernah olahraga. Hampir
setengah
dari
responden
(46,7%)
mengalami kejadian pra diabetes. Hampir
setengah dari responden (40%) mengalami
kejadian kolesterol tinggi. Sebagian besar
dari responden (63,3%) tidak mengalami
obesitas, melainkan normal. Hampir
setengah responden (43,3%) mengalami
tekananan darah yang normal namun
cenderung tinggi.
Berdasarkan tabel 2 tentang distribusi data
khusus diketahui data
bahwa hampir
seluruhnya dari responden (83,3%)
memiliki pola makan tidak sehat. Untuk
kejadian CVA sebagian besar responden
(66,7%) terjadi CVA pada dewasa akhir
usia 36-44 tahun.
Berdasarkan tabel 3 tentang tabulasi silang
diketahui bahwa hampir seluruhnya dari
responden (83,3%) memiliki pola makan

yang tidak sehat, dan paling banyak
mengalami kejadian CVA pada dewasa
akhir. Selanjutnya setelah dilakukan
analisis uji spearman rho diketahui nilai pvalue = 0,046 pada taraf signifikansi α=
0,05, bahwa ada hubungan pola makan
dengan kejadian CVA pada usia produktif
DISKUSI
1. Mengidentifikasi Pola Makan
Pola makan adalah pola konsumsi pangan
merupakan susunan jenis dan jumlah
pangan yang dikonsumsi seseorang atau
kelompok orang pada waktu tertentu untuk
membangun tubuh yang ideal dan
proporsional (Baliwati dkk, 2009: 69).
Berdasarkan jenis kelamin laki-laki
sebagian besar dari responden (53,3%)
memiliki pola makan yang tidak sehat.
Pada responden laki-laki sering tidak
melakukan
perencanaan
makanan,
sehingga makanan yang dikonsumsi
sembarangan dan tidak memikirkan
dampak yang ditimbulkan (Aulia, 2008).
Pada responden laki-laki waktu makan
yang tidak terartur, seperti sering tidak
sarapan pagi sehingga waktu makan siang
makan dengan porsi yang berlebihan.
Dari pekerjaan pasien yang diteliti hampir
setengahnya (36,7%) bekerja sebagai
pegawai kantoran/swasta, karena pada
pekerja
kantoran/swasta
tergolong
memiliki aktivitas fisik rendah seperti
terlalu banyak duduk sehingga makanan
yang dikonsumsi tidak dibakar menjadi
energi, melainkan ditumpuk menjadi
lemak (Bhat et.al, 2008). Beberapa dari
mereka memiliki kebiasaan yang salah,
jarak antara makan malam dengan waktu
tidur kurang dari 3 jam karena akibat lelah
bekerja mereka langsung tidur, sehingga
jika dibiarkan terus menerus akan
meningkatkan lemak jahat di dalam
pembuluh darah. Terkadang akibat stress
pekerjaan karena tekanan dari kantor
mendorong seseorang melakukan hal yang
merugikan seperti ngemil berlebihan.
4

Orang yang tertekan atau stress terkadang
makanannya cenderung manis dan
berlemak karena pengaruh hormon kortisol
yang dikeluarkan berlebih saat stress
(Junaidi, 2011).
Berdasarkan
kebiasaan
merokok
didapatkan sebagian besar (53,3%) selalu
merokok. Merokok dapat menyebabkan
meningkatnya akumulasi lemak pusat,
selain itu seorang perokok memiliki
penurunan nafsu makan karena efek
nikotin jangka pendek dapat menekan
bahkan mengurangi nafsu makan, namun
ketika tidak merokok nafsu makannya
akan lebih tinggi (Lipska et.al, 2007).
Merokok juga menurunkan jumlah HDL
dan menurunkan kemampuan HDL dalam
mengurangi
kolesterol
LDL
yang
berlebihan, serta meningkatkan oksidasi
lemak yang berperan dalam perkembangan
aterosklerosis (Junaidi, 2011).
Alkohol merupakan racun, pada tingkatan
yang tinggi dapat menyebabkan otak
berhenti berfungsi (Mutmainna 2013).
Organ hati memfokuskan kerjanya untuk
menyingkirkan racun, akibatnya bahan lain
yang masuk ke dalam tubuh seperti
karbohidrat dan lemak yang bersirkulasi
dalam darah harus menunggu giliran
sampai proses pembuangan alkohol pada
kadar normal selesai dilakukan walaupun
kita mengkonsumsi makanan dalam
jumlah normal tapi tidak bisa diolah maka
seolah-olah tubuh kelebihan makanan,
karena tidak dimetabolisme sehingga
beresiko terkena penyakit CVA (Junaidi,
2011). Berbeda dari hasil penelitian yang
dilakukan menunjukan kebiasaan minum
alkohol
hampir
seluruhnya
tidak
mengkonsumsi alkohol (86,7%). Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Elizabeth (2013) yang menyebutkan tidak
ada hubungan antara konsumsi alkohol
dengan kejadian CVA usia produktif.
Berdasarkan kejadian diabetes hampir
setengah
dari
responden
(46,7%)
mengalami kejadian pra diabetes. Dari

hasil tersebut dapat diketahui bahwa
penderita diabetes pada usia produktif
masih kurang didapatkan kejadian diabetes
melitus sebagai faktor utamanya. Diabetes
menyebabkan
kadar
lemak
darah
meningkat karena konversi lemak tubuh
yang terganggu, sehingga diabetes
mempercepat terjadinya aterosklerosis
pada pembuluh darah (Muhammad, 2008).
Pada usia produktif memiliki kebiasaan
yang kurang sehat, seperti banyak
mengkonsumsi makanan yang manis,
makanan siap saji minuman manis, kurang
konsumsi air putih dan cenderung malas
bergerak. Diabetes lebih lazim di negaranegara maju, namun modernisasi dan
perubahan
pola
makan
cenderung
menyebabkan
diabetes pada negaranegara berkembang. Jika hal ini tidak
segera diatasi tentu akan memberikan
dampak yang negatif bagi kesehatan
masyarakat khususnya.
Berdasarkan kejadian kolesterol hampir
setengah dari responden (40%) mengalami
kolesterol tinggi. Kolesterol merupakan zat
di dalam aliran darah dimana makin tinggi
kolesterol semakin besar kemungkinan
tertimbun pada dinding pembuluh darah
sehingga menyebabkan saluran saluran
pembuluh darah menjadi lebih sempit dan
mengganggu suplai darah ke otak (Corwin
EJ, 2009). Selain itu tubuh bisa dibanjiri
kolesterol jika mengkonsumsi makanan
berbasis hewani, dan berlemak, sehingga
kolesterol inilah yang menempel pada
permukaan sebelah dalam pada dinding
pembuluh darah yang mirip dengan karat
yang makin menebal dan dapat
menyebabkan
penyempitan
dinding
pembuluh
darah
yang
disebut
aterosklerosis. Bila yang tersumbat adalah
pembuluh darah otak maka terjadilah
CVA.
Berdasarkasn kejadian obesitas sebagian
besar dari responden (63,3%) tidak
mengalami obesitas, melainkan normal.
Obesitas dapat meningkatkan kejadian
CVA terutama bila disertai dengan
dislipidemia atau hipertensi melalui proses
5

aterosklerosis. Obesitas juga dapat
menyebabkan CVA melalui efek snoring
dan sleep apneu karena terhentinya suplai
oksigen secara mendadak di otak (Junaidi,
2011). Seseorang terkena CVA karena
memiliki
perilaku
yang
dapat
meningkatkan faktor resiko CVA. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rico (2008) yang menyatakan tidak ada
hubungan yang signifikan antara obesitas
dengan kejadian CVA usia muda.

2. Mengidentifikasi Kejadian CVA
mendapatkan hasil
sebagian besar
responden (66,7%) terjadi CVA pada usia
produktif di dewasa akhir (36-44 tahun).
Pada usia ini seseorang menuju ke usia
pralansia, sehingga mengalami penurunan
fungsi organ tubuh. Sedikit demi sedikit
semakin bertambahnya usia, perubahan
fisik, dan menurunnya fungsi tubuh akan
mempengaruhi
metabolisme
dan
penyerapan
nutrisi
yang
dapat
menyebabkan gangguan kesehatan
Dari pekerjaan pasien yang diteliti hampir
setengahnya (36,7%) bekerja sebagai
pegawai kantoran/swasta. Tekanan di
kantor saat bekerja memicu timbulnya
stess pekerjaan. Stress jika tidak dikontrol
dengan baik akan menimbulkan kesan bagi
tubuh adanya keadaan bahaya sehingga
direspon oleh tubuh secara berlebihan
dengan mengeluarkan hormon-hormon
yang membuat tubuh waspada yang akan
berefek pada peningkatan tekanan darah
dan denyut jantung, apabila terlalu keras
akan merusak dinding pembuluh darah
sehingga dapat menyebabkan CVA
menyerang usia produktif (Junaidi, 2011).
Sebuah riset yang dilakukan oleh Journal
of
Occupatonal
and
Enviromental
Medicine menunjukan bahwa stress
psikologis
akibat
pekerjaan
bisa
meningkatkan resiko CVA 1,4 kali
dibanding orang yang tidak stress karena
pekerjaan (Kompas 2011).

Sebagian besar reponden laki-laki (53,3%)
selalu merokok. Orang-orang yang
merokok memiliki kadar fibrinogen darah
yang lebih tinggi dibanding orang yang
tidak merokok (Viveca et.al, 2008).
Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat
menyebabkan terjadinya penggumpalan
darah
pada
dinding
arteri
yang
meningkatkan resiko pmbentukan plak
atau trombus sehingga menyebabkan
gangguan aliran darah (Mutmainna, 2013).
Sehingga lebih banyak laki-laki usia
produktif yang merokok memiliki resiko
lebih besar terkena CVA usia produktif.
Berdasarkan
kebiasaan
olahraga
didapatkan sebagian besar (56,7%)
responden tidak pernah melakukan
olahraga. Tidak berolahraga menyebabkan
kekakuan otot dan pembuluh darah, selain
itu memiliki resiko mengalami kejadian
CVA usia produktif dibanding orang yang
melakukan olahraga secara teratur
(Dourman,
2013).
Olahraga
yang
dimaksud adalah aerobik yang tujuan
utamanya melatih jantung dan pembuluh
darah arteriyang dilakukan lebih dari 3 kali
seminggu selama 30 menit ( Junaidi,
2011). Dengan olahraga rutin selain dapat
membentuk
kemampuan
sistem
kardiovaskular,
menurunkan
tekanan
darah, menurunkan kolesterol LDL, dan
menurunkan berat badan, namun juga
dapat membantu mengurangi stess akibat
pekerjaan baik fisik atau psikis yang sering
terjadi pada usia produktif (Muhammad
2009).
Berdasarkan kejadian hipertensi hampir
setengah responden (43,3%) mengalami
tekananan darah yang normal namun
cenderung tinggi. Hipertensi menyebabkan
kerusakan dinding pembuluh darah karena
adanya tekanan darah yang melebihi batas
normal dan pelepasan kolagen sehingga
menyebabkan gumpalan darah yang stabil
dan bila pembuluh darah tidak kuat lagi
menahan tekanan darah yang tinggi akan
berakibat fatal pecahnya pembuluh darah
pada otak maka terjadilah CVA.
6

(Mutmainna, 2013). Pada usia produktif
yang biasanya dengan aktivitas yang tinggi
karena tuntutan pekerjaan yang dapat
memicu timbulnya stress pekerjaan baik
fisik maupun psikis, selain itu emosi yang
tidak terkontrol juga bisa menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Sehingga
membuat tubuh meningkatkan produksi
adrenalin yang berefek pada peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah yang
dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah sehingga mengakibatkan terjadinya
CVA usia produktif.
3. Menganalisa Hubungan Pola Makan
Dengan Kejadian CVA Pada Usia
Produktif
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
hampir seluruh responden (83,3%)
memiliki pola makan yang tidak sehat, dan
sebagian besar (66,7%) paling banyak
terkena CVA pada usia dewasa akhir.
Setelah dilakukan perhitungan dengan
menggunakan
uji
spearman
rho
didapatkan ρ-value= 0,046 dengan α=
0,05, sehingga ρ-value ≤ α berarti H1
diterima (r= -0,343).
Salah satu penyebab CVA pada usia
produktif adalah pola makan, karena pada
generasi muda sekarang memiliki gaya
hidup yang kurang sehat sehingga menjadi
penyebab
berbagai
penyakit
yang
menyerang usia produktif sehingga tubuh
menjadi rentan terhadap penyakit (Debette
et.al, 2011). Karena pola makan dapat
mempengaruhi resiko CVA melalui
efeknya
pada
tekanan
darah,
hiperkolesterol,
berat
badan
dan
aterosklerosis, sehingga menunjukan ada
keterkaitan antara pola makan dengan
kejadian CVA usia produktif.

lipid dalam tubuh. Jika konsentrasi lemak
berlebih maka akan menumpuk di dalam
tubuh dan mengalir pada dinding
pembuluh darah, memicu timbulnya plak
yang menyebabkan ateroskeloris, lama
kelamaan plak akan semakin menumpuk
dan menebal pada dinding pembuluh
darah, jika terletak di otak, pembuluh
darah akan menyempit dan mengganggu
suplai darah ke otak yang membawa
oksigen dan nutrisi sehingga menyebabkan
terjadinya CVA pada usia produktif.
Sehingga kita perlu mengontrol apa yang
sebaiknya dikonsumsi oleh tubuh kita.
Pola makan seseorang memiliki peran
penting dalam menentukan tingkat
kesehatan seseorang baik laki-laki maupun
perempuan sehingga sama-sama memiliki
resiko terkena CVA pada usia produktif,
karena makanan yang dikonsumsi setiap
hari sangat berkontribusi dalam kesehatan.
Hal ini didukung pendapat Shanty, 2011
yang menyatakan untuk mendapatkan
kesehatan yang prima jalan terbaik adalah
merubah gaya hidup yakni pola makan
yang terlihat dari aktifitas dengan menjaga
kesehatan.
KESIMPULAN
Hasil Penelitian Ini Menunjukkan:
1. Hampir seluruhnya responden CVA
usia produktif di poli saraf RSUD Dr.
Iskak Tulungagung memiliki pola
makan yang tidak sehat.
2. Sebagian besar responden di poli saraf
RSUD Dr. Iskak Tulungagung
mengalami kejadian CVA pada usia
produktif di dewasa akhir antara usia
36-44 tahun.
3. Pola makan berhubungan dengan
kejadian CVA pada usia produktif.

Pola makan yang tidak sehat meliputi
frekuensi makan yang tidak teratur, jenis
makanan
yang
berlemak,
jumlah
mengkonsumsi makanan yang berlebihan.
Apabila kebiasaan seperti ini berlangsung
lama dan dikonsumsi secara berlebihan
maka dapat mempengaruhi konsentrasi
7

DAFTAR PUSTAKA
Aulia. (2008). Gaya Hidup Dan Penyakit
Modern. Yogyakarta: Kanisius.
Baliwati,Y
Farida;
Khomsan,
Ali;
Dwiriani, C Meti. (2005). Pengantar
Pangan Dan Gizi Jakarta:. Penebar
Swadaya.
Bhat, et. al. (2008). Dose Response
Relationship Between Cigarrette
Smoking and Risk of Ischemic Stroke
Young Women. Journal of
The
American
Stroke
Association.
2008;39:2439-2443.
Black JM, Hawks JH. (2005). Medical
Surgical
Nursing.
Clinical
Management For Positive Outcomes.
Bustan, M.N. (2007).
Epidemologi
Penyakit Tidak Menular . Jakarta:
Rineka Cipta.

Debette

Hidayat,

Stephanie et. al. (2011).
Association of Vasculer Risk
Factor With Cervical Artery
Dissection and Ischemic Stroke in
Young
Adults.
(http://circ.ahajournals.org/conten
t/123/14/1537). Diakses tanggal
29 oktober 2015.
A Aziz Alimul. (2007).
Metodologi Penelitian Kebidanan
Dan Tekhnik Analisa Data .
Jakarta: Salemba Medika.

Neurosurg Psychiatry 2007; 78:
958-963.
Muhammad, As’adi. (2009). Waspadai
Kolesterol Tinggi . Jogjakarta:
Buku Biru.
Mutmainna B; Wahidduddin; Jumriani.
(2013). Faktor Resiko Kejadian
Stroke Pada Dewasa Awal (1840) Di Kota Makassar Tahun
2010-2012.
Shanty. (2011). Hubungan Pola makan
dengan Kejadian Stroke Non
Hemoragik Di RSUD DR. RD
Kandau Manado tahun 2005.
Sitorus, J Rico et al. (2008). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kejadian
Stroke pada Usia Muda Kurang
Dari
40
Tahun.
Jurnal
Epidemologi. 2008:1-13.
Stroke Organization World. (2013). Faktor
Resiko Penyebab Meningkatnya
Kejadian Stroke Pada Usia
Remaja Dan Usia Produktif.
Jurnal Profesi Volume 10/
September 2013- Februari 2014.
Viveca, M, Bhat, MD. et. al. (2008). DoseResponse Relationship Between
Cigarette Smoking and Risk of
Ischemic Stroke in Young Women.
Journal Of The American Stroke
Association.
(http://stroke.ahajournals.org/Stro
ke-2008-Bhat-2493-43.pdf)
Diakses tanggal 30 Oktober 2015.

Hurlock, B Elizabeth. (2005). Psikologi
Perkembangan.
Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka.
Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke Waspadai
Ancaman. Yogyakarta: Andi.
Lipska, K et. al. (2007). Risk Factors For
Acute Ischemic Stroke In Young
Adults In South India . J Neurol
8