Fungsi fungsi Manajemen konvens Pendidikan
Mata Kuliah: Profesi Kependidikan
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN
Dosen Pengampu:
Dr. Sudirman, M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok VI
Fedirman Lase (7152142004)
Dwi Citra
(7153342007)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1
1.2 Rumusan Masalah1
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
3
2.1 Fungsi Manajemen Pendidikan
3
2.1.1
Perencanaan (Planning)
5
2.1.2
Pengorganisasian (Organizing)
6
2.1.3
Penyusunan Pegawai (Staffing)
7
2.1.4
Pengarahan (Directing)
7
2.1.5
Koordinasi (Coordinating)
7
2.1.6
Pencatatan dan Pelaporan (Recording and Reporting)
2.1.7
Pengawasan (Controlling)
8
8
BAB III PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia menganut konsep pendidikan seumur hidup. Oleh sebab
itu pendidikan menjadi tanggungjawab semua pihak termasuk di dalamnya pemerintah,
keluarga, dan masyarakat. Agar tujuan pendidikan nasional dapat terwujud, maka
pendidikan itu sendiri membutuhkan pengelolaan secara baik. Pengelolaan pendidikan
baik oleh pemerintah dan swasta untuk jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah pada
setiap jenis dan jenjang pendidikan sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan
nasional.
Sehingga
di
harapkan
dapat
menghasilkan
generasi
yg
berperadaban,bermutu, efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan memainkan peranan yang amat penting
dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan.
Manajemen sistem pendidikan sangat penting karena proses penataan
sumber daya pendidikan (pengelolaan tenaga kependidikan, kurikulum
dan pembelejaran, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, serta
keterlibatan secara terpadu dan simultan antara pemerintah, sekolah
dan
masyarakat) perlu
ditata
dan
di
manage
secara
professional,sehingga bisa di katakan keberhasilan suatu sekolah
tergantung dari hasil manajemennya.
Artinya seluruh sumber daya pendidikan yang ada, tidak akan
berpengaruh
dalam
pembangunan
manajemen pendidikannya
lemah.
SDM
yang
bermutu,
apabila
Dengan demikian, manajemen
pendidikan yang professional merupakan salah satu kunci penting
dalam membangun system pendidikan Nasional.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bagaimana pelaksanaan fungsi planning pada manajemen pendidikan?
Bagaimana pelaksanaan fungsi organizing pada manajemen pendidikan?
Bagaimana pelaksanaan fungsi staffing pada manajemen pendidikan?
Bagaimana pelaksanaan fungsi directing pada manajemen pendidikan?
Bagaimana pelaksanaan fungsi coordinating pada manajemen pendidikan?
Bagaimana pelaksanaan fungsi recording and reporting pada manajemen pendidikan?
1
7. Bagaimana pelaksanaan fungsi controlling pada manajemen pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari tulisan ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi planning pada manajemen pendidikan.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi organizing pada manajemen pendidikan.
Untuk mengtahui pelaksanaan fungsi staffing pada manajemen pendidikan.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi directing pada manajemen pendidikan.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi coordinating pada manajemen pendidikan.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi recording and reporting pada manajemen
pendidikan.
7. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi controlling pada manajemen pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fungsi Manajemen Pendidikan
Seperti yang disebutkan oleh S.L Sharma (2009), “educational management is a
field of study and practice concerned with the operation of educational organizations.”
Dapat dikatakan bahwa manajemen pendidikan memiliki konsentrasi penuh terhadap
tujuan pendidikan. Proses penentuan tujuan dalam organisasi tersebut merupakan inti dari
manajemen pendidikan. Pengertian proses mengacu kepada serangkaian kegiatan
2
yang dimulai dari penentuan sasaran (tujuan) sampai akhirnya sasaran tercapainya tujuan.
Rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan perumusan tujuan–perencanaan, lalu
dilanjutkan dengan pelaksanaan, dan selama pelaksanaan dilakukan pengawasan dan atau
penilaian, dan diakhiri dengan pemberian umpan balik/tindak lanjut (follow up).
Rangkaian kegiatan tersebut sering disebut dengan fungsi manajemen atau proses
manajemen. Fungsi, artinya kegiuatan atau tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam usaha
mencapai tujuan.
Beberapa ahli telah mengemukakan fungsi-fungsi manajemen, di antaranya adalah:
1. William H. Newman mengklasifikasikan fungsi manjemen atas lima kegiatan dengan
akronim POASCO, yakni:
1) Planning (perencanaan)
2) Organizing (pengorganisasian)
3) Assembling resource (pengumpulan sumber)
4) Supervising (Pengendalian)
5) Controlling (pengawasan)
2. Dalton E. Mc. Farland, membagi tiga fungsi manajemen dengan akronim POCO yakni:
1) Planning
2) Organizing
3) Controlling
3. H. Koontz & O’Donnell, mengklasifikasikannya atas lima proses dengan akronim
PODiCo, yakni
1) Planning
2) Organizing
3) Staffing
4) Directing
5) Controling
4. Luther Gulick membaginya atas tujuh fungsi dengan akronim POSDCoRB, yakni
1) Planning
2) Organizing
3) Staffing
4) Drecting
5) Coordinating
6) Reporting
7) Budgeting
3
5. George R. Terry, mengklasifikasikannya atas empat fungsi dengan akronim POAC,
yakni:
1) Planning
2) Organizing
3) Actuating
4) Controling
6. Robbins dan Coulter, mengklasifikasikannya atas empat fungsi dengan akronim POCL,
yakni :
1) Planning
2) Organizing
3) Leading
4) Controling
Dari klasifikasi fungsi-fungsi manajemen di atas, tampak bahwa di antara para ahli
ada kesamaan pandangan tentang fungsi manajemen. Seluruh ahli sependapat bahwa
fungsi pertama dari manajemen adalah perencanaan, kemudian ditindak lanjuti dengan
pengorganisasian. Gulick menambahkan satu fungsi lagi, yang tidak disinggung ahli lain,
yang akan berjalan dengan baik jika disertai dengan usaha pembiayaan dalam bentuk
rencana anggaran, dan pengawasan anggaran. masing-masing fungsi manajemen yang
dikemukakan di atas, akan dipaparkan pada bagian berikut dengan mengacu pada
pengklasifikasian dari Luther Gulick (POSDCORB).
2.1.1
Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang kata dasarnya “rencana” pada dasarnya merupakan tindakan
memilih dan menetapkan segala aktifitas dan sumberdaya yang akan dilaksanakan dan
digunakan di masa yang akan datyang untuk mencapai tujuan tertentu.
Perencanaan mengacu pada pemikiran dan penentuan apa yang akan dilakukan di
masa depan, bagaimana melakukannya, dan apa yang harus disediakan untuk
melaksanakan aktivitas tersebut untuk mencapai tujuan secar maksimal.
Tahap-tahap perencanaan :
a. Perumusan tujuan, pada tahap ini penyususn perencanaan harus merumuskan tujuan
yang hjendak di capai di masa yang akan datang.
4
b. Perumusan kebijaksanaan, yakni merumuskan bagaiaman usaha untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan dalam bentuk tindakan-tindakan yang terkoordinir terarah dan
terkontrol.
c. Perumusan prosedur, yakni menentukan batas-batas dari masing-masing komponen
(sumberdaya).
d. Perencanaan skala kemajuan, merumuskan standar hasil yang yang akan diperoleh
melalui pelaksanaan aktivitas pada waktu tertentu.
e. Perencanaan bersifat menyeluruh, maksudnya setelah tahap a s/d
d dirumuskan
dengan baik.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam setiap membuat perencanaan meliputi:
a. Harus didasarkan pada tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen perencanaan
dikembangkan dengan berorientasi pada tujuan yang jelas.
b. Bersifat sederhana, realistis, dan praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat tidak
bersifat muluk-muluk.
c. Terperinci, maksudnya harus memuat segala uraian dan klasifikasi rangkaian tindakan
yang akan dilaksanakan.
d. Memiliki fleksibilitas artinya perencanaan yang dibuat tidak bersifat kaku.
e. Terdapat perimbangan antara unsure atau komponen yang terlibat dalam pencapaian
tujuan
f. Diupayakan adanya penghematan sumber daya serta kemungkinan diadakannya
sumberdaya tersebut di masa-masa aktivitas sedang berlangsung.
g. Diusahakan agar tidak terduplikasi dalam pelaksanaan.
Di bidang persekolahan, perencanaan sekolah merupakan proses penentuan visi,
misi, tujuan, sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman, dan
kesepakatan (commitment) yang menghasilkan program-program sekolah yang terus
berkembang. Perencanaan sekolah harus luwes, mampu menyesuaikan diri terhadap
kebutuhan, dapat dipertanggungjawabkan, dan menjadi penjelas dari tahap-tahap yang
dikehendaki dengan melibatkan sumber daya dalam pembuatan keputusan.
Komponen perencanaan sekolah mencakup kesiapan sumber daya manusia yang
terkait dengan upaya mengelola sekolah, kualitas dan status sekolah, peraturan maupun
kebijakan dan garis besar pedoman pelaksanaannya meliputi kerangka nasional dan
otonomi sekolah, yaitu kebijakan pendidikan pada semua level dan jenis pendidikan
5
mengacu pada tujuan pendidikan nasional dalam konteks kesatuan dan persatuan bangsa
dengan kualitas yang mengglobal.
2.1.2
Pengorganisasian (Organizing)
Pengoganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang
yang terlibat dalam kerja sama di sekolah. Kegiatan pengorganisasian menentukan siapa
yang
akan
melaksanakan
tugas
sesuai
pronsip
pengorganisasian.
Sehingga
pengorganisasian dapat disebut sebagai keseluruhan proses memilih orang-orang serta
mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk memunjang tugas orang-orang itu dalam
organisasi dan mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan.
Efesiensi dalam pengorganisasian adalah pengakuan terahadap sekolah-sekolah
pada penggunaan waktu dan uang dan sumber daya yang terbatas dalam mencapai tujuan,
yaitu alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana dan sumber daya sekolah.
Keefektifan dalam pengorganisasian sekolah menggambarkan ketepatan pembagian
tugas, hak, tanggung jawab, hubungan kerja bagian-bagian organisasi, dan menentukan
personal (guru dan non guru) melaksanakan tugasnya.
Keunggulan dalam pengorganisasian kemampuan organisasi dan kepala sekolah
melaksanakan fungsi dan tugasnya sehingga dapat meningkatkan harga diri dan kualitas
sekolah.
Beberapa hal pokok atau prinsip yang dapat dipedomani dan diperhatikan dalam
pengorganisasian sekolah yaitu prinsip pengorganisasian mempunyai tujuan yang jelas,
tujuan organisasi dapat dipahami dengan jelas oleh setiap anggota organisasi, tujuan
organisasi harus dapat diterima oleh setiap anggota organisasi. Prinsip lainnya adanya
kesatuan arah dari berbagai bagian organisasi, adanya kesatuan perintah, adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, adanya pembagian tugas yang jelas,
struktur organisasi disusun seserdehana mungkin, adanya jaminan terhadap jabatan-jabatan
dalam organisasi, adanya balas jasa yang setimpal, dan penempatan orang yang bekerja
dalam organisasi sesuai dengan kemampuannya (profesional).
2.1.3
Penyusunan Pegawai (Staffing)
Seperti fungsi-fungsi manajemen lainnya, staffing juga merupakan fungsi yang
tidak kalah pentingnya. Tetapi agak berbeda dengan fungsi lainnya, penekanan dari fungsi
ini lebih difokuskan pada sumber daya yang akan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah
direncakan
dan
diorganisasikan
secara
jelas
pada
fungsi
perencanaan
dan
6
pengorganisasian. Prinsip the “the right man on the right place” menjadi pegangan utama
dalam fungsi manajemen ini. Aktifitas yang dilakukan dalam fungsi ini, antara lain
menentukan, memilih, mengangkat, membina, membimbing sumber daya manusia dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan sumber daya manusia.
2.1.4
Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan
terdapat para petugas yang terlibat, baik secara structural maupun fungsional agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan pengarahan staff yantg telah
diangkat dan dipercayakan melaksanakan tugas di bidangnya masing-masing tidak
menyimpang dari garis program yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaannya pengarahan ini seringkali dilakukan bersamaan dengan
controlling sambil mengawasi, manajer sering kali memberi petunjuk atau bimbingan
bagaimana seharusnya pekerjaan dikerjakan.
Jika pengarahan yang disampaikan manajer sesuai dengan kemauan dan
kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasi untuk memberdayakan potensinya
dalam melaksanakan kegiatannya.
2.1.5
Koordinasi (Coordinating)
Pengkoordinasian merupakan suatu aktivitas manajer membawa orang-orang yang
terlibat organisasi ke dalam suasana kerjasama yang harmonis. Dengan adanya
pengoordinasian dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan
kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai
tujuan organisasi.
Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk
bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan. Koordinasi diperlukan untuk
mengatasi kemunginan terjadinya duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan wewenang
atau saling merasa lebih penting di antara bagian dengan bagian yang ada dalam
organisasi. Pengorganisasian dalam suatu organisasi, termasuk organisasi pendidikan,
dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti :
1) Melaksanakan penjelasan singkat,
2) Mengadapat rapat kerja, dan
3) Memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan.
7
2.1.6
Pencatatan dan Pelaporan (Recording and Reporting)
Segala kegiatan organisasi pendidikan mulai dari perencanaan hingga pengawasan,
bahkan pemberian umpan balik tidak memiliki arti jika tidak direkam secara baik melalui
pencatatan-pencatatan yang benar dan tepat. Semua proses dan atau kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan dalam organisasi formal, sperti lembaga pendidikan, pada
umumnya selalu dipertanggung jawabkan. Pertanggung jawaban ini tidak dapat dilakukan
jika tiudak didukung dengan data-data tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan
dalam organisasi tersebut, data-data tersebut dapat diperoleh bila dilakukan pencatatan dan
pengdokumentasian yang baik.
Fungsi ini memegang peranan penting dalam memberhasilkan kegiatan manajemen
pendidikan, fungsi ini umumnya lebih banyak ditangani oleh bagian ketatusahaan. Hasil
catatan ini akan digunakan manajer untuk membuat laporan tentang apa telah, sedang dan
akan dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Fungsi recording and
reporting ini akan berhasil jika tata kearsipan dapat dikelola secara efektif dan efesien.
2.1.7
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan pada dasarnya dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengevaluasi,
mengendalian kegiatan sesuai dengan rencana organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pengawasan dilakukan untuk memastikan anggota organisasi melaksanakan
apa yang dikehendaki seseuai dengan tujuan organisasi, dengan cara mengumpulkan,
menganalisis dan mengevaluasi informasi dengan tujuan untuk mengendalikan kegiatan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Gibson et al (1982) merumuskan
pengawasan sebagai kegiatan manajerial untuk menjamin bahwa hasil dapat dicapai sesuai
dengan rencana dengan cara menyelesaikan urutan pekerjaan secara logis dengan
melakukan penempatan, pemeriksaan bahan, evaluasi kerja, dan teknik manajerial.
Pengawasan atau controlling terdiri dari unsur-unsur tindakan korektif, karena
controlling itu sebenarnya dapat berarti pula pengendalian. Jadi dapat dikatakan
pengawasan adalah standar atau tolok ukur, yang paling tidak mengandung tiga segi, yaitu
sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan, sesuai dengan peraturan perundangundangan dan ketentuan lain yang berlaku serta memenuhi prinsip-prinsip daya guna
(efisiensi) dan hasil guna (efektifitas). Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi,
implementasi rencna, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan
lebih baik.
8
Penampilan mengindikasikan bahwa secara langsung berhubungan dengan strategi
sekolah (seperti input siswa, mutu pengelola, mutu lulusan, respon masyarakat, dan
seterusnya) mun/gkin biasa menyediakan sinyal peringatan awal dari perjalanan panjang
yang efektif. Pengawasan strategi sekolah sering disebut “pengawasan strategi”. Sebab
fokusnya pada kegiatan yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan strategi, sehingga
menjadi sekolah lebih bermutu. Pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatan
mengetahui realisasi perilaku personal sekolah dan apakah tingkat pencapaian tujuan
sesuai yang dikehendaki, dan dari hasil pengawasan apakah dilakukan perbaikan.
Kenyataan menunjukkan, pengawasan dalam institusi pendidikan dilihat dari
praktek menunjukkan tidak dikembangkan untuk mencapai efektivitas, efesiensi, dan
produktifitas, tetapi lebih dititik beratkan pada kegiatan pendukung yang bersifat progress
checking, tentu saja hal yang demikian bukanlah jawaban yang tepat untuk mencapai visi
dan misi pendidikan. Yang ujung-ujungnya perolehan mutu yang kompetitif menjadi tidak
terwujud.
Prinsip-prinsip pengawasan yang perlu diperhatikan menurut Massie (1973) adalah:
1) tertuju kepada strategi sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan,
2) pengawasan harus menjadi umpab balik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan,
3) harus fleksibel dan responsive terhadap perubahan-perubahan kondisi dan lingkungan,
4) cocok dengan organisasi pendidikan misalnya organisasi sebagai system terbuka,
5) merupakan control diri sendiri,
6) bersifat langsung yaitu pelaksanaan control di tempat pekerja, dan
7) memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personl pendidikan.
Membandingkan prestasi kerja dengan standar yang telah ditetapkan lebih dahulu
adalah penting, untuk menentukan apakah ada penyimpangan (deviation) dan mencatat
besar kecilnya penyimpangan, kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk
memastikan, bahwa semua sumber sekolah dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Hal ini
dapat dipahami melalui skema berikut.
Standar dan
metode yang
ditetapkan
untuk
mengukur
prestasi
Tidak
Apakah prestasi memenuhi standar?
Mengukur
prestasi
kerja
Mengukur
prestasi
kerja
Ya
9
Tidak
berbuat
apa-apa
Gambar: Langkah Dasar dalam Proses Pengawasan oleh Stoner (1982)
Stoner (1982) mengintrodusi pendapat Mockler (1972) yang membagi pengawasan
dalam empat langkah yaitu:
1) Menetapkan standar dan metode untuk mengukur prestasi, langkah ini mencakup
penetapan standar dan ukuran untuk segala macam keperluan, mulai dari target
pencapaian kurikulum sampai pada target pencapaian mutu lulusan dikaitkan dengan
konteks manajemen sekolah agar pengawasan dapat berfungsi secara efektif, standar
kinerja sekolah harus diperinci dalam istilah-istilah yang dapat dipahami dan diterima
oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, supervisor dan karyawan sekolah,
metode pengukurannya juga harus jelas dan dapat diterima sebagai yang akurat.
2) Mengukur prestasi kerja, langkah ini merupakan proses yang berkesinambungan,
berulang-ulang (repetitif) yang frekuensinya tergantung jenis aktivitas yang sedang
diukur. Kesalahan yang harus dicegah adalah membiarkan berlalunya jangka waktu
yang terlalu lama antara pengukuran dengan prestasi.
3) Membandingkan hasil yang telah diukur dengan sasaran dan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya. Jika hasil-hasil itu memenuhi standar, kepala sekolah dapat
mengasumsi bahwa segala sesuatunya telah berjalan secara terkendali.
4) Mengambil tindakan korektif, jika hasil-hasil yang dicapai tidak memenuhi standar dan
analisis menunjukkan perlunya diambil tindakan. Tindakan korektif ini dapat berupa
mengadakan perubahan terhadap satu atau lebih banyak aktivitas dalam operasi
sekolah, atau terhadap standar yang telah ditetapkan semula.
Pengawasan dan pengendalian sekolah dilakukan oleh kepala sekolah, pengawasan
layanan belajar harus dilakukan oleh supervisor, dan pengawasan layanan teknis
kependidikan dilakukan oleh tenaga kependidikan yang diberi wewenang untuk itu.
Pengendalian dan pengawasan penggunaan anggaran dalam penyelanggaraan sekolah yang
dapat dipergunakan untuk menjalankan operasi sekolah dan banyak metode pengendalian
yang mencakup anggaran belanja (budget), perhitungan rugi laba, dan sarana-sarana
keuangan lainnya agar pelaksanaan operasi sekolah dapat berhasil dengan baik. Kualitas
layanan belajar akan diawasi melalui metode pengawasan kualitas menurut ilmu statistic
10
dan ilmu pendidikan dalam pengukuran kemajuan belajar dan kinerja sekolah secara
keseluruhan.
Kegiatan monitoring dan pengawasan adalah kegiatan untuk mengumpulkan data
tentang penyelenggaraan suatu kerja sama antara guru, kepala sekolah, konselor,
supervisor dan petugas sekolah lainnya dalam instituasi sekolah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terdapat tujuh fungsi manajemen pendidikan yaitu: 1) perencanaan (planning),
2) pengorganisasian (organizing), 3) penyusunan pegawai (staffing), 4) pengarahan
(directing), 5) koordinasi (coordinating), 6) pencatatan dan pelaporan (recording and
reporting), serta 7) pengawasan (controlling). Ketujuh fungsi manajemen pendidikan
terbut merupakan sebuah rangkaian proses yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
11
Pelaksanaan fungsi perencanaan di sekolah dapat terlihat dalam proses penentuan
visi, misi, tujuan, sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman, dan
kesepakatan (commitment) yang menghasilkan program-program sekolah yang terus
berkembang. Pengorganisasian sekolah harus memperhatikan efisiensi, keefektifan, dan
keunggulan. Prinsip the “the right man on the right place” menjadi pegangan utama dalam
fungsi manajemen staffing. Koordinasi diperlukan untuk mengatasi kemunginan terjadinya
duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan wewenang atau saling merasa lebih penting di
antara bagian dengan bagian yang ada dalam organisasi. Fungsi recording and reporting
ini akan berhasil jika tata kearsipan dapat dikelola secara efektif dan efesien. Pengawasan
dan pengendalian sekolah dilakukan oleh kepala sekolah, pengawasan layanan belajar
harus dilakukan oleh supervisor, dan pengawasan layanan teknis kependidikan dilakukan
oleh tenaga kependidikan yang diberi wewenang untuk itu.
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto, Ary. Pengembangan Model Sistem Informasi Manajemen Pendidikan
(Research And Development) Pada Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Vol 3 No 1 (2012): Jurnal
Manajemen Pendidikan Volume 3 Nomor 1 Juli 2012.
Mukhneri. Manajemen Mutu Terpadu Pada Program Studi Manajemen Pendidikan S2
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Vol 1 No 1 (2010): Jurnal Manajemen
Pendidikan Volume 1 Nomor 1 Juli 2010
12
Wau, Yasaratodo., dkk. 2018. Profesi Kependidikan Edisi Revisi. Medan: Unimed Press
13
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN
Dosen Pengampu:
Dr. Sudirman, M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok VI
Fedirman Lase (7152142004)
Dwi Citra
(7153342007)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1
1.2 Rumusan Masalah1
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
3
2.1 Fungsi Manajemen Pendidikan
3
2.1.1
Perencanaan (Planning)
5
2.1.2
Pengorganisasian (Organizing)
6
2.1.3
Penyusunan Pegawai (Staffing)
7
2.1.4
Pengarahan (Directing)
7
2.1.5
Koordinasi (Coordinating)
7
2.1.6
Pencatatan dan Pelaporan (Recording and Reporting)
2.1.7
Pengawasan (Controlling)
8
8
BAB III PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia menganut konsep pendidikan seumur hidup. Oleh sebab
itu pendidikan menjadi tanggungjawab semua pihak termasuk di dalamnya pemerintah,
keluarga, dan masyarakat. Agar tujuan pendidikan nasional dapat terwujud, maka
pendidikan itu sendiri membutuhkan pengelolaan secara baik. Pengelolaan pendidikan
baik oleh pemerintah dan swasta untuk jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah pada
setiap jenis dan jenjang pendidikan sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan
nasional.
Sehingga
di
harapkan
dapat
menghasilkan
generasi
yg
berperadaban,bermutu, efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan memainkan peranan yang amat penting
dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan.
Manajemen sistem pendidikan sangat penting karena proses penataan
sumber daya pendidikan (pengelolaan tenaga kependidikan, kurikulum
dan pembelejaran, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, serta
keterlibatan secara terpadu dan simultan antara pemerintah, sekolah
dan
masyarakat) perlu
ditata
dan
di
manage
secara
professional,sehingga bisa di katakan keberhasilan suatu sekolah
tergantung dari hasil manajemennya.
Artinya seluruh sumber daya pendidikan yang ada, tidak akan
berpengaruh
dalam
pembangunan
manajemen pendidikannya
lemah.
SDM
yang
bermutu,
apabila
Dengan demikian, manajemen
pendidikan yang professional merupakan salah satu kunci penting
dalam membangun system pendidikan Nasional.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bagaimana pelaksanaan fungsi planning pada manajemen pendidikan?
Bagaimana pelaksanaan fungsi organizing pada manajemen pendidikan?
Bagaimana pelaksanaan fungsi staffing pada manajemen pendidikan?
Bagaimana pelaksanaan fungsi directing pada manajemen pendidikan?
Bagaimana pelaksanaan fungsi coordinating pada manajemen pendidikan?
Bagaimana pelaksanaan fungsi recording and reporting pada manajemen pendidikan?
1
7. Bagaimana pelaksanaan fungsi controlling pada manajemen pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari tulisan ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi planning pada manajemen pendidikan.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi organizing pada manajemen pendidikan.
Untuk mengtahui pelaksanaan fungsi staffing pada manajemen pendidikan.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi directing pada manajemen pendidikan.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi coordinating pada manajemen pendidikan.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi recording and reporting pada manajemen
pendidikan.
7. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi controlling pada manajemen pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fungsi Manajemen Pendidikan
Seperti yang disebutkan oleh S.L Sharma (2009), “educational management is a
field of study and practice concerned with the operation of educational organizations.”
Dapat dikatakan bahwa manajemen pendidikan memiliki konsentrasi penuh terhadap
tujuan pendidikan. Proses penentuan tujuan dalam organisasi tersebut merupakan inti dari
manajemen pendidikan. Pengertian proses mengacu kepada serangkaian kegiatan
2
yang dimulai dari penentuan sasaran (tujuan) sampai akhirnya sasaran tercapainya tujuan.
Rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan perumusan tujuan–perencanaan, lalu
dilanjutkan dengan pelaksanaan, dan selama pelaksanaan dilakukan pengawasan dan atau
penilaian, dan diakhiri dengan pemberian umpan balik/tindak lanjut (follow up).
Rangkaian kegiatan tersebut sering disebut dengan fungsi manajemen atau proses
manajemen. Fungsi, artinya kegiuatan atau tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam usaha
mencapai tujuan.
Beberapa ahli telah mengemukakan fungsi-fungsi manajemen, di antaranya adalah:
1. William H. Newman mengklasifikasikan fungsi manjemen atas lima kegiatan dengan
akronim POASCO, yakni:
1) Planning (perencanaan)
2) Organizing (pengorganisasian)
3) Assembling resource (pengumpulan sumber)
4) Supervising (Pengendalian)
5) Controlling (pengawasan)
2. Dalton E. Mc. Farland, membagi tiga fungsi manajemen dengan akronim POCO yakni:
1) Planning
2) Organizing
3) Controlling
3. H. Koontz & O’Donnell, mengklasifikasikannya atas lima proses dengan akronim
PODiCo, yakni
1) Planning
2) Organizing
3) Staffing
4) Directing
5) Controling
4. Luther Gulick membaginya atas tujuh fungsi dengan akronim POSDCoRB, yakni
1) Planning
2) Organizing
3) Staffing
4) Drecting
5) Coordinating
6) Reporting
7) Budgeting
3
5. George R. Terry, mengklasifikasikannya atas empat fungsi dengan akronim POAC,
yakni:
1) Planning
2) Organizing
3) Actuating
4) Controling
6. Robbins dan Coulter, mengklasifikasikannya atas empat fungsi dengan akronim POCL,
yakni :
1) Planning
2) Organizing
3) Leading
4) Controling
Dari klasifikasi fungsi-fungsi manajemen di atas, tampak bahwa di antara para ahli
ada kesamaan pandangan tentang fungsi manajemen. Seluruh ahli sependapat bahwa
fungsi pertama dari manajemen adalah perencanaan, kemudian ditindak lanjuti dengan
pengorganisasian. Gulick menambahkan satu fungsi lagi, yang tidak disinggung ahli lain,
yang akan berjalan dengan baik jika disertai dengan usaha pembiayaan dalam bentuk
rencana anggaran, dan pengawasan anggaran. masing-masing fungsi manajemen yang
dikemukakan di atas, akan dipaparkan pada bagian berikut dengan mengacu pada
pengklasifikasian dari Luther Gulick (POSDCORB).
2.1.1
Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang kata dasarnya “rencana” pada dasarnya merupakan tindakan
memilih dan menetapkan segala aktifitas dan sumberdaya yang akan dilaksanakan dan
digunakan di masa yang akan datyang untuk mencapai tujuan tertentu.
Perencanaan mengacu pada pemikiran dan penentuan apa yang akan dilakukan di
masa depan, bagaimana melakukannya, dan apa yang harus disediakan untuk
melaksanakan aktivitas tersebut untuk mencapai tujuan secar maksimal.
Tahap-tahap perencanaan :
a. Perumusan tujuan, pada tahap ini penyususn perencanaan harus merumuskan tujuan
yang hjendak di capai di masa yang akan datang.
4
b. Perumusan kebijaksanaan, yakni merumuskan bagaiaman usaha untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan dalam bentuk tindakan-tindakan yang terkoordinir terarah dan
terkontrol.
c. Perumusan prosedur, yakni menentukan batas-batas dari masing-masing komponen
(sumberdaya).
d. Perencanaan skala kemajuan, merumuskan standar hasil yang yang akan diperoleh
melalui pelaksanaan aktivitas pada waktu tertentu.
e. Perencanaan bersifat menyeluruh, maksudnya setelah tahap a s/d
d dirumuskan
dengan baik.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam setiap membuat perencanaan meliputi:
a. Harus didasarkan pada tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen perencanaan
dikembangkan dengan berorientasi pada tujuan yang jelas.
b. Bersifat sederhana, realistis, dan praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat tidak
bersifat muluk-muluk.
c. Terperinci, maksudnya harus memuat segala uraian dan klasifikasi rangkaian tindakan
yang akan dilaksanakan.
d. Memiliki fleksibilitas artinya perencanaan yang dibuat tidak bersifat kaku.
e. Terdapat perimbangan antara unsure atau komponen yang terlibat dalam pencapaian
tujuan
f. Diupayakan adanya penghematan sumber daya serta kemungkinan diadakannya
sumberdaya tersebut di masa-masa aktivitas sedang berlangsung.
g. Diusahakan agar tidak terduplikasi dalam pelaksanaan.
Di bidang persekolahan, perencanaan sekolah merupakan proses penentuan visi,
misi, tujuan, sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman, dan
kesepakatan (commitment) yang menghasilkan program-program sekolah yang terus
berkembang. Perencanaan sekolah harus luwes, mampu menyesuaikan diri terhadap
kebutuhan, dapat dipertanggungjawabkan, dan menjadi penjelas dari tahap-tahap yang
dikehendaki dengan melibatkan sumber daya dalam pembuatan keputusan.
Komponen perencanaan sekolah mencakup kesiapan sumber daya manusia yang
terkait dengan upaya mengelola sekolah, kualitas dan status sekolah, peraturan maupun
kebijakan dan garis besar pedoman pelaksanaannya meliputi kerangka nasional dan
otonomi sekolah, yaitu kebijakan pendidikan pada semua level dan jenis pendidikan
5
mengacu pada tujuan pendidikan nasional dalam konteks kesatuan dan persatuan bangsa
dengan kualitas yang mengglobal.
2.1.2
Pengorganisasian (Organizing)
Pengoganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang
yang terlibat dalam kerja sama di sekolah. Kegiatan pengorganisasian menentukan siapa
yang
akan
melaksanakan
tugas
sesuai
pronsip
pengorganisasian.
Sehingga
pengorganisasian dapat disebut sebagai keseluruhan proses memilih orang-orang serta
mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk memunjang tugas orang-orang itu dalam
organisasi dan mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan.
Efesiensi dalam pengorganisasian adalah pengakuan terahadap sekolah-sekolah
pada penggunaan waktu dan uang dan sumber daya yang terbatas dalam mencapai tujuan,
yaitu alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana dan sumber daya sekolah.
Keefektifan dalam pengorganisasian sekolah menggambarkan ketepatan pembagian
tugas, hak, tanggung jawab, hubungan kerja bagian-bagian organisasi, dan menentukan
personal (guru dan non guru) melaksanakan tugasnya.
Keunggulan dalam pengorganisasian kemampuan organisasi dan kepala sekolah
melaksanakan fungsi dan tugasnya sehingga dapat meningkatkan harga diri dan kualitas
sekolah.
Beberapa hal pokok atau prinsip yang dapat dipedomani dan diperhatikan dalam
pengorganisasian sekolah yaitu prinsip pengorganisasian mempunyai tujuan yang jelas,
tujuan organisasi dapat dipahami dengan jelas oleh setiap anggota organisasi, tujuan
organisasi harus dapat diterima oleh setiap anggota organisasi. Prinsip lainnya adanya
kesatuan arah dari berbagai bagian organisasi, adanya kesatuan perintah, adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, adanya pembagian tugas yang jelas,
struktur organisasi disusun seserdehana mungkin, adanya jaminan terhadap jabatan-jabatan
dalam organisasi, adanya balas jasa yang setimpal, dan penempatan orang yang bekerja
dalam organisasi sesuai dengan kemampuannya (profesional).
2.1.3
Penyusunan Pegawai (Staffing)
Seperti fungsi-fungsi manajemen lainnya, staffing juga merupakan fungsi yang
tidak kalah pentingnya. Tetapi agak berbeda dengan fungsi lainnya, penekanan dari fungsi
ini lebih difokuskan pada sumber daya yang akan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah
direncakan
dan
diorganisasikan
secara
jelas
pada
fungsi
perencanaan
dan
6
pengorganisasian. Prinsip the “the right man on the right place” menjadi pegangan utama
dalam fungsi manajemen ini. Aktifitas yang dilakukan dalam fungsi ini, antara lain
menentukan, memilih, mengangkat, membina, membimbing sumber daya manusia dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan sumber daya manusia.
2.1.4
Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan
terdapat para petugas yang terlibat, baik secara structural maupun fungsional agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan pengarahan staff yantg telah
diangkat dan dipercayakan melaksanakan tugas di bidangnya masing-masing tidak
menyimpang dari garis program yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaannya pengarahan ini seringkali dilakukan bersamaan dengan
controlling sambil mengawasi, manajer sering kali memberi petunjuk atau bimbingan
bagaimana seharusnya pekerjaan dikerjakan.
Jika pengarahan yang disampaikan manajer sesuai dengan kemauan dan
kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasi untuk memberdayakan potensinya
dalam melaksanakan kegiatannya.
2.1.5
Koordinasi (Coordinating)
Pengkoordinasian merupakan suatu aktivitas manajer membawa orang-orang yang
terlibat organisasi ke dalam suasana kerjasama yang harmonis. Dengan adanya
pengoordinasian dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan
kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai
tujuan organisasi.
Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk
bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan. Koordinasi diperlukan untuk
mengatasi kemunginan terjadinya duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan wewenang
atau saling merasa lebih penting di antara bagian dengan bagian yang ada dalam
organisasi. Pengorganisasian dalam suatu organisasi, termasuk organisasi pendidikan,
dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti :
1) Melaksanakan penjelasan singkat,
2) Mengadapat rapat kerja, dan
3) Memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan.
7
2.1.6
Pencatatan dan Pelaporan (Recording and Reporting)
Segala kegiatan organisasi pendidikan mulai dari perencanaan hingga pengawasan,
bahkan pemberian umpan balik tidak memiliki arti jika tidak direkam secara baik melalui
pencatatan-pencatatan yang benar dan tepat. Semua proses dan atau kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan dalam organisasi formal, sperti lembaga pendidikan, pada
umumnya selalu dipertanggung jawabkan. Pertanggung jawaban ini tidak dapat dilakukan
jika tiudak didukung dengan data-data tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan
dalam organisasi tersebut, data-data tersebut dapat diperoleh bila dilakukan pencatatan dan
pengdokumentasian yang baik.
Fungsi ini memegang peranan penting dalam memberhasilkan kegiatan manajemen
pendidikan, fungsi ini umumnya lebih banyak ditangani oleh bagian ketatusahaan. Hasil
catatan ini akan digunakan manajer untuk membuat laporan tentang apa telah, sedang dan
akan dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Fungsi recording and
reporting ini akan berhasil jika tata kearsipan dapat dikelola secara efektif dan efesien.
2.1.7
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan pada dasarnya dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengevaluasi,
mengendalian kegiatan sesuai dengan rencana organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pengawasan dilakukan untuk memastikan anggota organisasi melaksanakan
apa yang dikehendaki seseuai dengan tujuan organisasi, dengan cara mengumpulkan,
menganalisis dan mengevaluasi informasi dengan tujuan untuk mengendalikan kegiatan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Gibson et al (1982) merumuskan
pengawasan sebagai kegiatan manajerial untuk menjamin bahwa hasil dapat dicapai sesuai
dengan rencana dengan cara menyelesaikan urutan pekerjaan secara logis dengan
melakukan penempatan, pemeriksaan bahan, evaluasi kerja, dan teknik manajerial.
Pengawasan atau controlling terdiri dari unsur-unsur tindakan korektif, karena
controlling itu sebenarnya dapat berarti pula pengendalian. Jadi dapat dikatakan
pengawasan adalah standar atau tolok ukur, yang paling tidak mengandung tiga segi, yaitu
sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan, sesuai dengan peraturan perundangundangan dan ketentuan lain yang berlaku serta memenuhi prinsip-prinsip daya guna
(efisiensi) dan hasil guna (efektifitas). Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi,
implementasi rencna, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan
lebih baik.
8
Penampilan mengindikasikan bahwa secara langsung berhubungan dengan strategi
sekolah (seperti input siswa, mutu pengelola, mutu lulusan, respon masyarakat, dan
seterusnya) mun/gkin biasa menyediakan sinyal peringatan awal dari perjalanan panjang
yang efektif. Pengawasan strategi sekolah sering disebut “pengawasan strategi”. Sebab
fokusnya pada kegiatan yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan strategi, sehingga
menjadi sekolah lebih bermutu. Pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatan
mengetahui realisasi perilaku personal sekolah dan apakah tingkat pencapaian tujuan
sesuai yang dikehendaki, dan dari hasil pengawasan apakah dilakukan perbaikan.
Kenyataan menunjukkan, pengawasan dalam institusi pendidikan dilihat dari
praktek menunjukkan tidak dikembangkan untuk mencapai efektivitas, efesiensi, dan
produktifitas, tetapi lebih dititik beratkan pada kegiatan pendukung yang bersifat progress
checking, tentu saja hal yang demikian bukanlah jawaban yang tepat untuk mencapai visi
dan misi pendidikan. Yang ujung-ujungnya perolehan mutu yang kompetitif menjadi tidak
terwujud.
Prinsip-prinsip pengawasan yang perlu diperhatikan menurut Massie (1973) adalah:
1) tertuju kepada strategi sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan,
2) pengawasan harus menjadi umpab balik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan,
3) harus fleksibel dan responsive terhadap perubahan-perubahan kondisi dan lingkungan,
4) cocok dengan organisasi pendidikan misalnya organisasi sebagai system terbuka,
5) merupakan control diri sendiri,
6) bersifat langsung yaitu pelaksanaan control di tempat pekerja, dan
7) memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personl pendidikan.
Membandingkan prestasi kerja dengan standar yang telah ditetapkan lebih dahulu
adalah penting, untuk menentukan apakah ada penyimpangan (deviation) dan mencatat
besar kecilnya penyimpangan, kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk
memastikan, bahwa semua sumber sekolah dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Hal ini
dapat dipahami melalui skema berikut.
Standar dan
metode yang
ditetapkan
untuk
mengukur
prestasi
Tidak
Apakah prestasi memenuhi standar?
Mengukur
prestasi
kerja
Mengukur
prestasi
kerja
Ya
9
Tidak
berbuat
apa-apa
Gambar: Langkah Dasar dalam Proses Pengawasan oleh Stoner (1982)
Stoner (1982) mengintrodusi pendapat Mockler (1972) yang membagi pengawasan
dalam empat langkah yaitu:
1) Menetapkan standar dan metode untuk mengukur prestasi, langkah ini mencakup
penetapan standar dan ukuran untuk segala macam keperluan, mulai dari target
pencapaian kurikulum sampai pada target pencapaian mutu lulusan dikaitkan dengan
konteks manajemen sekolah agar pengawasan dapat berfungsi secara efektif, standar
kinerja sekolah harus diperinci dalam istilah-istilah yang dapat dipahami dan diterima
oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, supervisor dan karyawan sekolah,
metode pengukurannya juga harus jelas dan dapat diterima sebagai yang akurat.
2) Mengukur prestasi kerja, langkah ini merupakan proses yang berkesinambungan,
berulang-ulang (repetitif) yang frekuensinya tergantung jenis aktivitas yang sedang
diukur. Kesalahan yang harus dicegah adalah membiarkan berlalunya jangka waktu
yang terlalu lama antara pengukuran dengan prestasi.
3) Membandingkan hasil yang telah diukur dengan sasaran dan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya. Jika hasil-hasil itu memenuhi standar, kepala sekolah dapat
mengasumsi bahwa segala sesuatunya telah berjalan secara terkendali.
4) Mengambil tindakan korektif, jika hasil-hasil yang dicapai tidak memenuhi standar dan
analisis menunjukkan perlunya diambil tindakan. Tindakan korektif ini dapat berupa
mengadakan perubahan terhadap satu atau lebih banyak aktivitas dalam operasi
sekolah, atau terhadap standar yang telah ditetapkan semula.
Pengawasan dan pengendalian sekolah dilakukan oleh kepala sekolah, pengawasan
layanan belajar harus dilakukan oleh supervisor, dan pengawasan layanan teknis
kependidikan dilakukan oleh tenaga kependidikan yang diberi wewenang untuk itu.
Pengendalian dan pengawasan penggunaan anggaran dalam penyelanggaraan sekolah yang
dapat dipergunakan untuk menjalankan operasi sekolah dan banyak metode pengendalian
yang mencakup anggaran belanja (budget), perhitungan rugi laba, dan sarana-sarana
keuangan lainnya agar pelaksanaan operasi sekolah dapat berhasil dengan baik. Kualitas
layanan belajar akan diawasi melalui metode pengawasan kualitas menurut ilmu statistic
10
dan ilmu pendidikan dalam pengukuran kemajuan belajar dan kinerja sekolah secara
keseluruhan.
Kegiatan monitoring dan pengawasan adalah kegiatan untuk mengumpulkan data
tentang penyelenggaraan suatu kerja sama antara guru, kepala sekolah, konselor,
supervisor dan petugas sekolah lainnya dalam instituasi sekolah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terdapat tujuh fungsi manajemen pendidikan yaitu: 1) perencanaan (planning),
2) pengorganisasian (organizing), 3) penyusunan pegawai (staffing), 4) pengarahan
(directing), 5) koordinasi (coordinating), 6) pencatatan dan pelaporan (recording and
reporting), serta 7) pengawasan (controlling). Ketujuh fungsi manajemen pendidikan
terbut merupakan sebuah rangkaian proses yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
11
Pelaksanaan fungsi perencanaan di sekolah dapat terlihat dalam proses penentuan
visi, misi, tujuan, sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman, dan
kesepakatan (commitment) yang menghasilkan program-program sekolah yang terus
berkembang. Pengorganisasian sekolah harus memperhatikan efisiensi, keefektifan, dan
keunggulan. Prinsip the “the right man on the right place” menjadi pegangan utama dalam
fungsi manajemen staffing. Koordinasi diperlukan untuk mengatasi kemunginan terjadinya
duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan wewenang atau saling merasa lebih penting di
antara bagian dengan bagian yang ada dalam organisasi. Fungsi recording and reporting
ini akan berhasil jika tata kearsipan dapat dikelola secara efektif dan efesien. Pengawasan
dan pengendalian sekolah dilakukan oleh kepala sekolah, pengawasan layanan belajar
harus dilakukan oleh supervisor, dan pengawasan layanan teknis kependidikan dilakukan
oleh tenaga kependidikan yang diberi wewenang untuk itu.
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto, Ary. Pengembangan Model Sistem Informasi Manajemen Pendidikan
(Research And Development) Pada Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Vol 3 No 1 (2012): Jurnal
Manajemen Pendidikan Volume 3 Nomor 1 Juli 2012.
Mukhneri. Manajemen Mutu Terpadu Pada Program Studi Manajemen Pendidikan S2
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Vol 1 No 1 (2010): Jurnal Manajemen
Pendidikan Volume 1 Nomor 1 Juli 2010
12
Wau, Yasaratodo., dkk. 2018. Profesi Kependidikan Edisi Revisi. Medan: Unimed Press
13