View of MP ANALISIS PRODUCT IMAGE DAN KORELASINYA TERHADAP NIAT BELI KONSUMEN DALAM PEMASARAN ICE CREAM

  ANALISIS PRODUCT IMAGE DAN KORELASINYA TERHADAP NIAT BELI KONSUMEN DALAM PEMASARAN ICE CREAM Legowo Dwi Resihono

  

Politeknik Pratama Mulia Surakarta

Jl. Haryo Panular 18A Surakarta

  Abstract

  

One of the marketing strategy to attract consumer attention is investing the

product characteristic of company in consumer mind. Thie method called “image

product” basically, image product is one of in teraction between producer and

consumer, where’s the company makes the product identity. It is free froom the

image which is good or bad image. In the case, the company has to do many

obstacles to attract the consumer attention.

  PENDAHULUAN lebih leluasa untuk memilih barang dan jasa yang sesuai Dunia usaha akhir-akhir dengan kebutuhannya,selera dan ini semakin berkembang sejalan keadaan keungan mereka. Hal ini dengan semakin majunya ilmu menyebabkan timbulnya pengetahuan dan teknologi. persaingan yang ketat antara dua

  Dengan ditemukannya mesin- atau lebih perusahaan sejenis, mesin dapat diproduksi barang- dimana dengan adanya barang secara massal, cepat dan perkembangan ini menyebabkan beraneka ragam jenisnya perubahan-perubahan dalam sehingga barang yang ditawarkan jumlah produk yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan menjadi lebih besar, dan masing- dengan permintaan konsumen. masing perusahaan ingin

  Perkembangan ini akan memasarkan produknya dengan mempengaruhi pula pengetahuan, berhasil. selera dan kebutuhan akan

  Untuk itu perusahaan barang dan jasa. Dengan harus berusaha agar produknya perkembangannya dan ilmu dapat diterima oleh konsumen pengetahuan dan lebih dari produk pesaing. teknologi,masyarakat konsumen

  Perusahaan harus lebih peka mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen, dimana kebutuhannya, bagaimana kwalitasnya, bagaimana memenuhinya, dan keunggulan apa yang dimiliki produk itu sehingga konsumen tertarik membelinya . ah satu upaya strategi pemasaran untuk menarik konsumen adalah dengan menanamkan dalam benak konsumen karakteristik produk perusahaan, ini yang dinamakan “Product Image “. Product image pada hakekatnya merupakan interaksi antara pihak produsen dengan konsumen, dimana perusahaan menciptakan suatu identitas produk, terlepas pada apakah image itu baik atau buruk. Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk melakukan tidakan-tindakan untuk memikat konsumen. Perusahaan berupaya untuk menampilkan suatu identitas produk yang dapat ditawarkan kepada konsumen agar dapat perhatian dan sekaligus menimbulkan kesan produk yang berkualitas. Identitas fisik yang dilakukan oleh perusahaan dapat menimbulkan persepsi konsumen atas ciri-ciri dan karakteristik produk yang ditawarkan. Produck image yang baik dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut dan dapat meningkatkan penjualan produk itu sendiri. Tinjauan Pustaka

  Marketing merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidup, berkembang dan mendapat laba. Kegiatan ini ternyata bermula dan berakhir pada kebutuhan konsumen. Oleh karena itu seorang produsen harus dapat menafsirkan apa yang menjadi kebutuhan dan mengkombinasikan dengan daya yang ada seperti:

  Lokasi konsumen Jumlah konsumen Jenis kelamin Kebiasaan mereka dan lain-lain

  Untuk mendapat pengertian yang jelas tentang arti marketing, dicoba untuk memberi beberapa difinisi dari beberapa ahli: Stanton & Futrell dalam bukunya “Fundamental of marketing“ mendefinisikan sebagai berikut : Marketing is a total system of business activities designed to plan, price, promote, and distribute same think of value want satisfying goal and services to the benefit of the market present and potensial hause hold consumers or industrial user. Mandel & Rosenberg dalam bukunya “Marketing“ mengemukakan : Marketing is an exchange process between producers and consumers, in which the producer matches a marketing offering (the product and service, plus its promotion, distribution and price) to the wants and needs of consumers. Kotler menyatakan : Marketing is human activity directed at satisfying needs and wants trough exchange processes.

  Peter D. Bennet dalam bukunya “ Marketing “ mengambil definisi marketing dari the American Marketing Association : Marketing is the processes of planning and executing and the conception, pricing, promotion and distribution of ideas, goods and service to create exchange that satisfy individual and organizational goals.

  Dari definisi-difinisi di atas dapat disimpulkan adanya persamaan yaitu terdapatnya aktivitas pergerakan untuk menyalurkan barang dan jasa serta kepuasan konsumen yang menjadi titik tolak.

  Dalam melaksanakan aktivitas pemasaran, perusahaan mengkombinasikan empat unsure pemasaran yaitu : produk, harga, distribusi dan promosi yang saling berinteraksi ke dalam suatu program yang bertujuan agar tercapai hasil yang optimal. Kombinasi ini dikenal sebagai bauran pemasaran.

  Sistim Pemasaran Untuk memudahkan pemahaman mengenai hakekat dan peranan sistim pemasaran, harus dikenal lebih dahulu karakter kegiatan pemasaran. Model diagram sistim pemasaran yang didasarkan pada perspektif organisasi penjualan digambarkan berikut ini : Variabel bebas Variabel tak bebas ( sebab ) ( akibat )

  Bauran Pemasaran Respon ( terkendali ) Perilaku

  3. Biaya

  7. Pendaftaran/ Saham Perusahaan

  7. Sumber Daya Intern

  6. Arus Kas

  6. Peraturan Permintaan

  5. R.O.I

  5. Teknologi

  4. Laba

  4. Kondisi Perokonomian

  3. Politas / Legal

  1. Keputusan Harga 1. Menyadar

  2. Pangsa Pasar

  2. Persaingan

  1. Penjualan

  1. Permintaan

  6. Membeli Faktor-faktor situasi Pengukuran Onal ( Tak terkendali ) Prestasi

  5. Niat Membeli

  4. Keputusan Produk 4. Memilih

  3. Keputusan Distribusi 3. Menyenangi

  2. Keputusan Promosi 2. Mengenal

  8. Citra Gambar 1 S i s t i m P e m a s a r a n Model ini mempunyai tiga ciri yaitu :

  Pengukuran penampilan organisasi Pengidentifikasian varoabel-variabel yang relevan Pengklasifikasian variabel menjadi variabel bebas dan variabel tak bebas.

  Bauran Pemasaran Variabel merupakan milik suatu organisasi yang berubah-ubah nilainya seiring dengan perubahan waktu.

  Misalnya sebuah perusahaan merubah anggaran promosinya atau harga jual produknya. Variabel bebas merupakan penyebab variabel tak bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang dikendalikan oleh perusahaan dan diidentitaskan sebagai bauran pemasaran : harga, promosi, distribusi, dan produk. Tingkat yang berbeda dari variabel-variabel ini dapat dikombinasikan untuk menghasilkan program atau pelaksanaan pemasaran.

  Faktor-faktor Situasional Variabel-variabel situasional mewakili variabel bebas yang tidak berada dalam pengendalian perusahaan. Dalam merumuskan dan melaksanakan program pemasaran, pihak manajemen harus senatiasa menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dari faktor- faktor tersebut, misalnya : krisis energi, peraturan pemerintah.

  Respons Perilaku Kelompok variabel bebas yang terdiri dari : bauran pemasaran dan faktor situasional, mempengaruhi respons perilaku konsumen, seperti : kehendak membeli, sikap, pilihan, pembelian dan sebagainya. Respons perilaku ini merupakan variabel tak bebas, yang senantiasa berubah, dipengaruhi juga dengan perilaku masa lalu sebagai hasil pengalaman. Dalam mengambil keputusan, manajer harus mampu mengidentifikasikan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel tak bebas.

  Pengukuran Prestasi Respons perilaku konsumen merupakan dasar bagi pengukuran prestasi perusahaan, baik pengukuran moneter maupun non moneter. Pengukuran moneter mencakup penjualan, pangsa pasar, laba dan lain-lain. Pengukuran non satisfaction of wants and moneter mencakup citra needs. perusahaan, sikap konsumen terhadap perusahaan dan produk Jadi pengertian produk dan lain-lain. dalam marketing begitu luas, karena meliputi segala sesuatu Produk yang dapat ditawarkan ke pasar,

  Sebuah produk dapat berupa produk fisik, jasa, tempat, berupa produk yang tangible orang maupun sebuah ide maupun intangible. Produk gagasan ataupun gabungan dari tangible tidak terbatas pada jenis-jenis produk tersebut,seperti produk fisik saja, tetapi juga yang dikatakan David J. Luck & meliputi atribut yang O.C. Ferrel : menyertainya, demikian pula dengan produk intangible. The product this offered maybe in any of these categories

  Pengertian produk – goods, services and idea, menurut Kotler : indeed maybe an amalgan of all A product is there, a good with connected anything that can be offered services and ideas that together to a market for attention, form the product. acquistion, use or consumption that might Dari definisi-definisi satisfy a want or need. It diatas dapat disimpulkan bahwa incudes phycical objects, produk dalam arti luas adalah services, persons, places, sarana pemuas kebutuhan organization and ideas. konsumen, yang berbentuk benda fisik, pelayanan jasa, tempat,

  Menurut Stanton : lembaga dan gagasan yang mana A product is set of bentuk-bentuk produk tersebut tangible and intangible mempunyai atribut yang dapat attributes including ditawarkan ke pasar. packaging, colour, price, Suatu produk dapat manufacturer’s prestige, diklasifikasikan ke dalam pasar retailer’s prestige and dalam consumer goods atau manufacturer’s, and industrial goods, dibedakan retailer’s services which the berdasarkan tujuan pembelian buyer may accept as offering produk tersebut. Consumer Goods Adalah barang-barang yang dibeli oleh konsumen akhir dan langsung dikonsumsi tanpa diproses lagi. Berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen (consumer shopping habits ), maka consumer goods dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Convenience goods :

  Yaitu barang-barang yang frekuensi pembeliannya tinggi, unit volume relatif rendah dan konsumen hanya melakukan usaha yang minim untuk membandingkan dan membeli produk ini

  Convenience goods dapat di bagimenjadi : Staples goods : yaitu barang yang dibeli konsumen secara teratur misal kecap, sabun, pasta gigi. Impulse goods : yaitu barang yang dibeli konsumen tanpa perencanaan serta tidak memerlukan banyak usaha untuk memperolehnya, misal : kembang gula, coklat, ice cream. Emergency goods : yaitu barang yang di beli karena ada kebutuhan yang sangat mendesak, misal : payung, jas hujan.

  Shopping goods Yaitu barang-barang yang pembeliannya dilakukan oleh konsumen dengan melakukan pemilihan terlebih dahulu, yang biasanya berdasarkan pada keserasian, kualitas, corak dan model, sebelum tiba keputusan untuk membeli.

  Selanjutnya shopping goods dapat dibagi lagi menjadi : Homogensus : yaitu barang dengan kualitas serupa tetapi harta berbeda. Heterogeneous goods : yaitu barang dengan aneka macam kualitas sehingga konsumen lebih memperhatikan ciri-ciri produk dari pada harganya.

  Specilty goods : Produk ini mempunyai karakteristik yagn unik merk yang khas (brand image), yang dapat memberi kepuasan dan manfaat tersendiri, sehingga sebelum melakukan pembelian konsumen biasanya bersedia mengorbankan waktu yang cukup banyak. Unsought goods : Konsumen mengetahui atau tidak mengetahui akan adanya produk jenis ini, tetapi tidak terpikirkan untuk melakukan pembelian. Industrial goods

  Adalah barang yang dibeli bukan untuk dikonsumsi langsung, namun diproses lagi untuk menghasilkan produk barang akhir. Biasanya pembeli merupakan organisasi. Barang industrial dibedakan dalam tiga kelompok yaitu bahan dan suku cadang, barang modal serta perbekalan dan jasa.

  Product Image Dan Variabel Produk Produk image :

  Produk yang ditampilkan oleh suatu pemasar atau perusahaan, pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan ini konsumen akan melakukan suatu pemilihan atas produk dan jasa tertentu sesuai keadaan dirinya.

  Pemasar akan berusaha untuk menciptakan suatu “image” yang baik, tepat, sesuai dengan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.

  Kotler & Armstrong berpendapat dalam bukunya “ Marketing” :

  A product image is a particular subjective picture consumers actually acquire of the product.

  Berarti, Kotler menekankan bahwa dalam membangun suatu image yang baik, perhatian ditunjukan terhadap konsumen yang membeli produk tersebut. Dengan demikian perusahaan harus dapat membangkitkan persepsi dan kesan dari seorang konsumen terhadap penawaran produk, sehingga timbul suatu “product image”. Variabel Produk :

  Stanton mengemukakan bahwa suatu produk adalah suatu kesatuan atribut yang nyata maupun tidak nyata, seperti packing, color, service dan lain- lain.

  Berkaitan dengan suatu product image, maka segala atribut produk harus diperhatikan oleh perusahaan agar mendapat tanggapan dari masyarakat. Kotler mengemukakan variabel- variabel yang harus diperhatikan dalm karakteristik suatu produk yaitu : Atribut Setiap produk pasti memiliki atribut yang bewujud misalnya mutu, ciri-ciri dan model. Mutu produk harus ditingkatkan, ciri-ciri mungkin perlu ditambah atau diubah dan model perlu disesuaikan, untuk meningkatkan penjualan dan profit.

  Mutu produk : kualitas yang tinggi memungkinkan dengan harga jual yang lebih tinggi dengan tidak lupa memperhatikan segmen pasar yang menjadi sasaran perusahaan. Ciri produk : merupakan salah satu cara untuk memenangkan persaingan karena ciri produk adalah alat yang membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing. Model/corak produk : penampilan corak/model/design tertentu akan memberi ciri kepribadian produk tersebut di mata konsumen. Merk

  Merk ini biasa menambah nilai suatu produk, sehingga merk merupakan satu aspek yang mendasar dalam strategi produk.

  Menurut Kotler, definisi merk adalah : A brand is a name, term, sign symbol, or design, or a combination of them, intended to identify the goods or service of one seller or group of sellers and to differentiate them from those of competitors.

  Stanton memberi definisi : A brand is a name, term, symbol or special design, or some combination of these element, that is intended to identify the goods or service of one seller or a group sellers.

  Sedangkan menurut Philips and Dunccan S :

  A brand is a word, mark, symbol, device or a combination there of to identify some product or service.

  Dari definisi diatas disimpulkan bahwa merk merupakan ciri yang melekat pada suatu produk, berupa tanda, symbol, desain dengan maksud untuk mengidentifikasikan produk tersebut. Merk juga menambah nilai suatu produk yang merupakan suatu aspek yang intrinsik dari suatu strategi. Walaupun pemberian merk perlu ditinjau dari pihak yang Walaupun berkepentingan yaitu : konsumen merk bagi produsen dan produsen. berakibat

  Merk ditinjau dari penambahan biaya sudut konsumen dan menjadi resiko Sebagian jika produk tidak konsumen melihat memuaskan merk sebagai suatu konsumen namun alat yang digunakan ada beberapa produsen untuk keuntungan antara menaikkan harga lain : produk mereka.

   Merk Tetapi sebagian lagi memudahkan menginginkan produsen pemberian merk untuk suatu produk karena memproses hal ini memberi pesanan dan beberapa keuntungan menelusuri antara lain : masalah yang

  • Merk timbul.

  menunjukkan  Merk pada pembeli merupakan mengenai perlindungan suatu produk. atas

  • Merk produknya.

  meningkatkan  Merk efisien memberi pembeli. kesempatan

  • Merk bagi membantu produsen menarik untuk perhatian menarik konsumen konsumen atas suatu yang setia produk baru.

  dan yang Merk ditinjau dari menguntungk sudut produsen an. dalam penyimpanan yang  Merk membutuhkan waktu membantu produsen lama. melakukan

  Menurut Stanton : segmentasi pasar.  Kemasan merupakan kelompok aktivitas secara

   Merk yang dalam suatu perencanaan baik produk yang melibatkan membantu perencanaan dan membangun pembuatan wadah atau kesan tempat bagi suatu produk. perusahaan. Kemasan  Kemasan secara nyata

  Kemasan merupakan berhubungan erat dengan segala kegiatan merancang : “labeling” dan hingga memproduksi wadah atau “branding” karena label bungkus dari suatu produk. muncul dalam kemasan Beberapa elemen dari kemasan sedangkan “brand” ada seperti ukuran, bentuk, bahan, bersama-sama dengan warna, teks dan merk, label. meruipakan identitas produk atau Pengertian kemasan suatu informasi tentang produk disisni lebih berperan dalam tersebut. fungsi sebagai suatu media

  Menurut Kotler : pemasaran, karena didalamnaya terdapat unsure perencanaan  Kemasan dapat meliputi 3 produk dan berhubungan brand tingkatan maupun brand dari produk  Kemasan utama adalah tersebut. suatu wadah yang

  Kemasan dibuat untuk berhubungan langsung berbagai fungsi. Menurut Stanton dengan isi produk. fungsi kemasan adalah :

   Kemasan kedua adalah  Untuk melindungi produk wadah perlindungan dari tersebut selama dalam wadah utama. perjalanan dari produsen

   Kemasan ketiga adalah ke konsumen atau wadah perlindungan melindungi produk terhadap kemungkinan selama isinya masih rusak selama perjalanan belum habis, seperti : ke konsumen atau selama parfum, spray, yaitu Niat Beli dalam Model mencegah penguapan. Konsumen Model perilaku konsumen

   Kemasan bisa melengkapi merupakan suatu skema atau program pemasaran kerangka kerja yang perusahaan. disederhanakan untuk

  Kemasan membantu menggambarkan aktivitas- mengidentifikasi suatu produk, sehingga bisa melindungi dari aktivitas konsumen. Model perilaku konsumen dapat pula produk pesaing. Kemasan diartikan sebagai kerangka kerja mungkin menjadi satu-satunya atau sesuatu yang mewakili apa cara dimana perusahaan bisa yang diyakini konsumen dalam membedakan produknya dengan produk lain yang saling bersaing. mengambil keputusan membeli.

  Usaha untuk mempengaruhi perilaku konsumen merupakan Pelayanan Pelanggan sasaran semua aktivitas

  Pelayanan pelanggan bisa pemasaran. Setiap pihak yang berupa sebagian kecil atau sebagian besar dari keseluruhan bersaing di pasar mengharapkan untuk dapat mempengaruhi jasa pelayanan yang ditawarkan. sebanyak mungkin pembeli agar

  Pelayanan dapat produknya dipilih dari antara diklasifikasikan sebagai berikut : produk alternatif apabila mereka  Barang yang sepenuhnya berkesempatan untuk melakukan berwujud : pada produk ini pembelian. Maka pengertian tidak melekat jasa pelayanan, tentang perilaku konsumen serta misalnya : sabun, pasta gigi. faktor yang mempengaruhi

   Barang berwujud dengan jasa pilihan produk dan merk yang pelayanan : pada kelompok spesifik sangat penting bagi ini, penjualan barang harus setiap pembuat keputusan. diikuti dengan pelayanan,

  Model tersebut misalnya penjualan komputer. menunjukkan suatu proses dan

   Jasa pelayanan pokok disertai variabel yang mempengaruhi barang/jasa tambahan : perilaku sebelum dan sesudahnya misalnya penumpang pesawat terjadi pembelian. terbang membutuhkan jasa

  Dalam model ini pengangkutan. terdapat exogeneous variables  Jasa-jasa. yang terdiri dari proses pengamatan (perceptual process) dan proses belajar (learning process).

  Variabel pengamatan terdiri dari :  Perhatian, merupakan reseptor-reseptor indera untuk mengendalikan penerimaan informasi.

   Stimulus ambiguity, yaitu ketidakpastian tentang objek yang diamati dan tidak adanya makna dari informasi yang diterima.

   Perceptual bias (penyimpangan pengamatan), yaitu suatu distorsi atas informasi yang diterima.  Overt search (penelusuran nyata), yaitu penelusuran informasi secara aktif.

  Variabel proses belajar terdiri dari :  Motif, yaitu dorongan dari dalam diri untuk mencapai tujuan membeli.

   Choice criteria (kriteria pilihan), yaitu seperangkat motif yang berhubungan dengan produk yang dipertimbangkan.

   Brand comprehension (penambahan merk), yaitu pengetahuan tentang berbagai merk barang yang akan dibeli.

   Attitude (sikap), yaitu kesukaan pada merk yang didasarkan atas kriteria pilihan.

   Intention (niat, maksud), yaitu prediksi yang meliputi kapan, dimana dan bagaimana konsumen bersikap terhadap suatu merk dan dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan.

   Confidence (kepercayaan), yaitu keyakinan terhadap suatu merk.  Satisfaction (kepuasan), yaitu tingkat penyesuaian antara kebutuhan dan pemblian barang yang diharapkan konsumen.

  Dalam prakteknya, untuk menerapkan model ini, yang menggunakan tiga variabel utama yaitu : persepsi, belajar dan sikap dicontohkan :

  Misalnya seorang pemuda ingin membeli raket tennis. Dalam bagian model diperhatikan : pemuda tersebut pergi untuk berbelanja di toko alat olah raga yang menjual raket tennis (hal ini merupakan stimulus). Pemuda ini tidak banyak mengetahui tentang raket, dan tidak pasti raket apa yang disukainya. (stimulus ambiguity). Pemuda itu masuk ke dalam toko dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pramuniaga toko mengenai raket (over search). Oleh pramuniaga diberikan booklet tentang berbagai macam raket. Pemuda itu mendapat informasi yang singkat tentang raket timbul perhatian, attention, karena hanya sebagian saja informasi tentang raket itu yang dapat diingat oleh pemuda tersebut, maka dalam proses memory terjadilah perceptual bias, pemuda itu akan dapat mengingan informasi mengenai raket secara lebih baik apabila ia betul-betul membutuhkan raket tersebut atau jika ia sebelumnya banyak bertanya tentang raket (hal ini merupakan exogenous variables). Tahap berikutnya merupakan formasi dari sikap (attitude). Hal ini dilakukan dengan merangkai criteria pilihan (choice criteria). Jika ia telah mengetahui bermacam-macam merk raket, maka ia dapat merencanakan untuk membeli raket tersebut (output : purchase). Apabila pemuda tersebut membeli raket tenis itu sesuai dengan yang diharapkan, maka pemuda itu akan mendapat kepuasan (satisfaction).

  Ice Cream Wall’s dan Campina

  Ice cream sudah bukan lagi berupa barang makanan mewah di masa Orde Baru ini. Saat ini ice cream tidak lagi hanya bisa dijumpai di restoran saja, melainkan sudah dijajakan sampai ke pelosok di desa-desa pulau Jawa. Berbagai macam merk ice cream tersebut menunjukkan bahwa produk ini sudah diproduksi oleh banyak perusahaan, dan sudah saling bersaing satu dengan lainnya dalam merebut pangsa pasarnya.

  Persaingan merebut pangsa pasar ini sudah sedemikian “ramai” sehingga bukan lagi hanya menggunakan media promosi tapi sudah sampai pada inovasi produk, pada cita rasa, macam bentuk : berbagai cup/mangkok selain diberi gagang. Saat ini sudah dibentuk ice cream serupa kue. Kemanapun telah diupayakan semenarik mungkin, terutama untuk anak-anak. Penjualan tidak lagi hanya di toko atau restoran atau kios-kios kecil, namun sudah dijajakan di dalam lingkungan perumahan. Penjualanlah yang berkeliling menjual ice cream.

  Karena itulah, penulis tertarik untuk mempelajari salah satu aspek dari marketing mix yaitu produk. Sejauh mana korelasi variabel produk : atribut, merk, kemasan dan layanan dengan product image (citra produk) sehingga mempengaruhi niat beli konsumen. Untuk penelitian ini diedarkan 100 kuesioner pada penduduk Surakarta, yang dipilih acak. Kuesioner yang kembali berjumlah 97 lembar.

  Dalam penanganan proses produksi kedua produsen ice cream ini menjaga ketat persyaratan higienis produk agar tidak tercemar secara mikrobiologis. Baju yang dipakai untuk produksi adalah baju khusus yang sudah steril. Sedangkan untuk ramuan komposisi bahan ice cream agar tidak bertentangan dengan kepercayaan masyarakat Indonesia misalnya halal. Usaha lain adalah mengurangi lemak susu, agar tidak terlalu menimbulkan rasa haus yang berlebihan atau dipakai bahan yang dinamakan”skim” artinya bahan yang lemak susunya rendah sekali. Untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tawaran ice cream yang disajikan beraneka ragam pilihan bentuk, rasa dan bahan tambahan lainnya, dengan harga yang berbeda agar terjangkau oleh kondisi masyarakat yang majemuk. Pembahasan

  Untuk menyusun buku ini, disebarkan 100 lembar kuesioner yang kembali sejumlah 97 lembar. Penyebaran kuesioner diusahakan merata pada lapisan penduduk kota Surakarta .

  Berdasarkan kuesioner yang dikembalikan didapat hasil berikut :  yang paling menyukai

  Campina =

  35 orang.  yang paling menyukai Wall’s = 31 orang.  yang paling menyukai

  Swensen =

  16 orang.  yang paling menyukai Peter’s = 8 orang.  yang paling menyukai Baskin Robin = 31 orang.  yang paling menyukai Hagen Daz = 16 orang.  yang paling menyukai Es teler = 8 orang.

  Dari komposisi diatas terlihat jumlah yang paling disukai adalah Campina dan Wall’s. Untuk penambahan lebih lanjut adalah bahwa responden memahami akan merk dari Wall’s dan Campina, yang terlihat dari jawaban mereka sebagian besar menjawab dengan benar.

  Relasi Antara Product Image dengan Nilai Beli Konsumen

  Dengan bantuan statistic dilakukan analisis untuk menguji hipotesa apakah terdapat hubungan antara Product Image dengan Niat Beli konsumen. korelasi Rank Spearman sebagai Untuk itu digunakan rumus berikut : 2

   6 . di 

  Frank =

  1 2  n ( n

  1 ) Nilai r untuk yang menyukai :

  Wall’s Campina

  • 0,082 0.19 Uji Signifikansi :

  Ho :  = 0 ; tidak ada hubungan yang kuat antara product image dengan niat beli. Ha :   0 ; ada hubungan antara product image dengan niat beli.

   n 2 to = rs 2

   1 rs Nilai to untuk yang menyukai :

  Wall’s Campina

  • 0,443 1,111 Nilai t /2 = 1,96. Jadi berada dalam daerah penerimaan HO.

  Oleh karena itu HO diterima untuk  = 5% Kesimpulan tidak ada korelasi antara niat beli dengan product image kedua ice cream tersebut. Kesimpulan Dari hasil analisa dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :  Tidak ada korelasi yang kuat antara niat beli dan ”product image” dapat diterima. Ini ditunjukkan oleh nilai rs yang kecil dan to < t /2. Ini berarti bahwa untuk membeli ice cream, konsumen tidak memperhatikan faktor-faktor dari atribut, merk, kemasan dan layanan. Hal ini disebabkan ice cream merupakan impulse goods.

   Atribut produk yang ditawarkan yaitu beragamnya aneka pilihan produk seperti : Neapolitan, Vinetta dan lain- lain, dapat membuat konsumen memiliki alternatif pilihan disesuaikan dengan situasi pada saat membeli.

   Kesetiaan terhadap merk ditujukan dengan diketahuinya merk yang mereka sukai.  Kemasan yang kuat, bersih, warna yang menarik, label yang menarik dan mengundang selera mempengaruhi niat beli konsumen.

   Pelayanan para penjual yang ramah dan layanan khusus disukai sebagai responden. Ini menunjukkan layanan kurang kuat pengaruhnya terhadap niat beli.

  Daftar Pustaka Danger, E.P, 1999, Memilih warna kemasan, diterjemahkan oleh Darwis Ishak, Pustaka Binaman Presindo.

  Kinner, Thomas & Taylor James, 2002, Riset Pemasaran Jilid I, diterjemahkan oleh Yohanes Lamarto, edisi 3, Penerbit Erlangga.

  Kotler, Philip, 2001, “Marketing Manajemen” 7 edisi Revisi , Prentice Hall.

  Maurice Mandell & Larry Rosenberg, 1999, “Marketing” 2 ed, Prentice Hall.

  Peter Bennet & Futrell, 2000, Marketing, 2 ed, Prentice Hall.

  Stanton & Futrell, 1997, Fundamental of Marketing”, Mc Graw Hill. Winardi, 1999, Pemasaran dan

  Perilaku Konsumen, Swastha, Basu& Irawan, 2000, Penerbit Mandar Maju. Manajemen Pemasaran Modern, edisi ke 4.