TINJAUAN ATAS PENILAIAN KINERJA EFEKTIFI

TINJAUAN ATAS PENILAIAN KINERJA EFEKTIFITAS MEKANISME
PELAKSANAAN PUBLIC SERVICE OBLIGATION (PSO) BUMN

Oleh:
MAHRUDDIN HARAHAP
NIP : 060106974

UJIAN PENYESUAIAN KENAIKAN PANGKAT V
TAHUN ANGGARAN 2009

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
6

7

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................i

KATA PENGANTAR.....................................
SURAT PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIARISME..

ii
iii

DAFTAR ISI..........................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................

vi

BAB I

PENDAHULUAN..................................

1


A. Latar Belakang Penulisan...................

1

B. Perumusan Masalah............................

2

C. Tujuan Penulisan...........................

3

D. Metode

3

Pengumpulan Data.....................

E. Ruang Lingkup Penelitian.......................


4

F. Sistematika Penulisan.........................

4

BAB II KEADAAN YANG DIINGINKAN DAN KEADAAN SEKARANG....

6

A. KEADAAN YANG DIINGINKAN...........................
B. KEADAAN SEKARANG.............................

8

1. Rumusan Kewajiban Pelayanan Umum.................

8

8


2. BUMN Pelaksana PSO tahun 2009 .....................

10

3. Mekanisme Umum Pelaksanaan PSO yang selama ini berjalan
di BUMN......................

11

BAB III MASALAH DAN PEMECAHANNYA......................

13

A. Analisis Masalah.................................
1. Mekanisme Pelaksanaan PSO.......................
a. Masalah-masalah

terkait


Mekanisme

dari

ketidakjelasan

14

Pelaksanaan

PSO..........................
b. Dampak

14

14
mekanisme

Pelaksanaan


PSO...............................
2. Jumlah dan termin pencairan dana dari APBN........

16
20

a. Jumlah Kompensasi dana PSO......................

20

b. Temin Pencairan dana PSO… .........................

24

B. Pemecahan masalah ................................

25

BAB IV
PENUTUP................................................ 28

A. Simpulan........................................

28

B. Saran............................................... 29

9

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan
Salah satu maksud dan tujuan didirikannya Badan Usaha
Milik

Negara

kemanfaatan

(BUMN)


Umum

adalah

berupa

untuk

penyediaan

menyediakan

barang

dan

fungsi

atau


jasa

yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup
orang

banyak

tentang

BUMN).

tersebut
dapat

(Pasal

2

Untuk


C

Undang-Undang

melaksanakan

No.19

maksud

Tahun
dan

2003

tujuan

Pemerintah yang dalam hal ini Departemen Teknis


memberikan

menyelenggarakan

penugasan
fungsi

khusus

kemanfaatan

kepada
umum

BUMN

untuk

dengan

tetap

memperhatikan maksud dan tujuan didirikannya BUMN. Fungsi
Kemanfaatan Umum ini dikenal dengan istilah Public Service
Obligation (PSO) atau Kewajiban Pelayanan Umum (KPU).
Suatu penugasan yang baik harus mengukur kemampuan BUMN
yang

ditugasi,

baik

itu

kemampuan

finansial

maupun

kemampuan teknis operasional,serta juga harus memperhatikan

10

Standard

Operating

Procedure

(SOP)

yang

seragam

untuk

menjamin kepentingan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
terhadap BUMN (stakeholder).
Kementerian Negara BUMN melalui unit eselon II Asisten
Deputi

Urusan

Kewajiban

Pelayanan

Umum

(KPU)

mempunyai

peran dalam penyiapan perumusan dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan serta hubungan kerja bidang KPU BUMN, Pelaksanaan
Pemantauan, analisis, evaluasi, serta pelaporan rencana dan
kegiatan serta kinerja KPU BUMN.
Dengan peran tersebut maka diharapkan peran Pemerintah
dalam

hal

pemegang

ini

saham

Kementerian
untuk

Negara

terlibat

secara

BUMN

sebagai

aktif

wakil

menganalisis

keefektifan mekanisme penugasan tersebut terhadap BUMN yang
pada akhirnya diharapkan BUMN yang diberikan penugasan /
BUMN

pelaksana

tugas

PSO

dapat

terus

berkesinambungan

menjalankan fungsi dan tujuannya.

B.

Perumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas, penulis dapat merumuskan

masalah

sebagai

berikut:

“Belum

efektifnya

pelaksanaan

11

Kewajiban

Pelayanan

Pelaksanaan PSO

Umum

BUMN

ditinjau

dari

Mekanisme

”.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan

dari

penulisan

karya

tulis

ini

adalah

sebagai

berikut.
1. Menilai

apakah

pola

Mekanisme

Pelaksanaan

PSO

yang

berjalan selama ini pada BUMN pelaksana tugas telah
efektif dan sesuai dengan Peraturan yang berlaku.
2. Mengevaluasi mekanisme penugasan PSO BUMN yang selama
ini berjalan agar lebih efektif di kemudian hari

D. Metode Pengumpulan Data
Metode penilaian yang digunakan dalam penulisan karya
tulis ini melalui:
1.Metode

Penelitian

Lapangan

yaitu

dengan

melakukan

observasi lapangan di Asdep Urusan Kewajiban Pelayanan
Umum

untuk

mendapatkan

data

yang

diperlukan

yang

berkaitan dengan masalah tersebut. Penulis melakukan

12

observasi

langsung

disertai

kegiatan

tanya

jawab

dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
2.Metode Penelitian Kepustakaan yaitu penelitian melalui
buku,

tulisan,

berlaku

untuk

maupun

peraturan

mendapatkan

perundangan

landasan

teoritis

yang
yang

mencukupi.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Pembahasan masalah dalam karya tulis ini dibatasi hanya
pada Mekanisme Pelaksanaan PSO dari sisi SOP Pelaksanaan
PSO pada BUMN pelaksana tugas.

F. Sistematika Penulisan
Karya

tulis

ini

disusun

dengan

menggunakan

alur

urut-urutan penulisan sebagai berikut.

BAB I

PENDAHULUAN
Bab

ini

penulisan,
penulisan,

menguraikan

latar

perumusan

masalah,

metode

pengumpulan

belakang

data,

tujuan
ruang

dan

13

lingkup

penelitian,

serta

sistematika

penulisan.
BAB

KEADAAN YANG DIINGINKAN DAN KEADAAN SEKARANG

II

Bab

ini

menguraikan

Pelaksanaan

PSO

dibandingkan

dengan

mengenai

yang
kondisi

mekanisme

efektif
yang

dan
terjadi

sekarang.

BAB

MASALAH DAN PEMECAHANNYA

III

Bab

ini

dengan

menguraikan

identifikasi

membandingkan

keadaan

analisis

sekarang

dan

keadaan ideal yang diinginkan, alasan-alasan
mengapa
serta

perlu
memilih

adanya
dan

perubahan

mengusulkan

tersebut,
alternatif

pemecahan kegiatan untuk mencapai perubahan
tersebut.
BAB

PENUTUP

IV

Bab ini menguraikan secara singkat simpulan
dan saran atas permasalahan dan alternatif
pemecahan masalah.

14

BAB II
KEADAAN YANG DIINGINKAN DAN KEADAAN SEKARANG

A. Keadaan yang Diinginkan
Berdasarkan Pasal 66 ayat (1) Undang- Undang (UU) Nomor 19
tahun 2003 tentang BUMN disebutkan bahwa Pemerintah dapat

15

memberikan

penugasan

menyelenggarakan
memperhatikan

khusus

fungsi

maksud

kepada

kemanfaatan

dan

tujuan

umum

kegiatan

BUMN

untuk

dengan

tetap

BUMN.

Hal

ini

berarti bahwa penugasan oleh Departemen Teknis kepada BUMN
Pelaksana PSO diharapkan tidak merugikan BUMN bersangkutan
ataupun

menghambat

perusahaan

untuk

mencapai

tujuan

perusahaan.
Kemudian
dinyatakan

Pasal
bahwa

66

ayat

setiap

(2)

UU

penugasan

No

19

kepada

tahun
BUMN

2003
harus

terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS)/ Menteri.
Kementerian
Pemerintah
penugasan

Negara

dalam

hal

pelaksanaan

kontinuitas

BUMN

BUMN

sebagai

ini

berhak

PSO

tersebut

wakil

mengevaluasi

tersebut
dapat

pemegang

terhadap

terus

saham
dampak

BUMN

agar

berlangsung

di

kemudian hari sehingga BUMN dapat mencapai tujuan mereka.
Tujuan
tercapai

dari
jika

masing-masing
hubungan

mereka

berjalan secara proporsional.

BUMN

tersebut

dengan

akan

dapat

stakeholder

dapat

16

Untuk
diperlukan
stakeholder
diinginkan.

.

itu

keseragaman

untuk
agar

mekanisme

menjembatani
terhindar

pelaksanaan

kepentingan
dari

hal-hal

BUMN
yang

PSO

dengan
tidak

17

B. Keadaan Sekarang

1. Rumusan Kewajiban Pelayanan Umum
Kewajiban

Pelayanan

Pemerintah

melalui

kepada

dunia

Umum

Kementerian/

usaha

menyelenggarakan

merupakan

Penugasan

Lembaga

(K/L)

(BUMN/Swasta/Koperasi)

untuk

fungsi

kemanfaatan

umum

yang

merupakan bagian dari tugas Pemerintah sebagaimana
diamanatkan UUD 1945.
Kewajiban Pelayanan Umum kepada BUMN dapat berupa
penugasan

pelaksanaan

keekonomian
tertentu

dan

tertentu

penyaluran

kepada

dilaksanakan

kegiatan

oleh

barang

di

dan

luar
jasa

masyarakat

tertentu

yang

BUMN

penugasan

oleh

atas

Departemen Teknis dengan tanggung jawab pembiayaan
adalah

Departemen

Pembiayaannya
Anggaran (DIPA)

on

Top

teknis
pada

dimaksud
Daftar

Departemen teknis.

Isian

dimana
Pagu

18

Konsekuensi

dari

penugasan

tersebut

adalah

tersedianya dana subsidi yang memadai kepada BUMN
pelaksana tugas. Dalam hal ini dana subsidi adalah
selisih antara harga jual kepada pemerintah dengan
harga

jual

kepada

konsumen

dikalikan

dengan

kapasitas yang diminta pemerintah untuk disediakan
atau

jumlah

barang

dan

jasa

yang

diminta

pemerintah untuk disubsidi.
Skema tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Kewajiban Pelayanan Umum

Pelaksanaan kegiatan
tertentu
di luar Keekonomian

Penyaluran Barang/jasa
tertentu kepada
kelompok masyarakat tertentu

Dana Subsidi
= C (HJP – HJK)

Dana Subsidi
= Q (HJP – HJK
HJP = HPP + α

19

Dimana :
HJK

=

Harga Jual Kepada Konsumen
(yang ditetapkan Pemerintah)

HJP

=

Harga Jual Kepada Pemerintah

HPP

=

Harga Pokok Penjualan
dapat berupa HPP Internal dan HPP Eksternal

α

=

Faktor yang memperhitungkan biaya distribusi

dan margin laba
C

=

Kapasitas

yang

diterima

Pemerintah

untuk

disediakan
Q

=

Jumlah

barang/jasa

yang

diminta

Pemerintah

untuk disubsidi

2. BUMN Pelaksana PSO Tahun 2009
NO
A
.

B.

C
.

BUMN

BENTUK PENUGASAN

Bidang Sarana Perhubungan
1.
PT KAI
Penyediaan Kereta Api kelas ekonomi
2.
PT PELNI
Penyediaan Kapal Laut untuk penumpang kelas ekonomi
3.
PT Pos Indonesia
Penyediaan sebagian biaya operasional Kantor Pos Cabang Luar Kota (KPCLK)
Perum LKBN
4.
Antara
Penyediaan berita, Proceeding, dan infografis.
Bidang Energi
5.
PT Pertamina
Penyediaan dan distribusi BBM tertentu (Premium, Kerosen, Solar)
6.
PT PLN
Penyediaan tenaga listrik dengan ukuran tertentu
Bidang Pangan
7.
PT Pusri
8.

PT SHS

9.
10
.

PT Pertani
Perum Bulog

Penyediaan dan distribusi pupuk bersubsidi
Penyediaan benih, bantuan langsung benih unggul, Cadangan Benih Nasional
(CBN)
Penyediaan dan distribusi benih, subsidi benih dan Bantuan Langsung Pupuk
(BLP)
Penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) dan cadangan beras pemerintah
(CBP)

20

3. Mekanisme

Umum

Pelaksanaan

PSO

Yang

Selama

Ini

Berjalan di BUMN
Secara umum mekanisme pelaksanaan PSO yang selama
ini bejalan di BUMN Pelaksana PSO dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Penugasan

kepada

BUMN

oleh

Departemen

Teknis

(Misalnya Penugasan kepada PT Kereta Api oleh
Departemen Perhubungan.
b. Pengajuan kebutuhan KPU BUMN Pelaksana Tugas ke
Departemen Teknis yang membidangi tugas teknis
operasional BUMN tersebut.
c. Pembahasan

Departemen

teknis

dengan

komisi

BUMN

Pelaksana

Tugas

terkait di DPR .
d. Pengajuan

kebutuhan

KPU

dari Departemen teknis ke Departemen Keuangan
(Depkeu)/Direktorat jendral Anggaran (DJA).
e. Pembahasan Depkeu dengan Panitia Kerja (Panja)
Anggaran

DPR

tentang

Pelaksana Tugas.

kebutuhan

dana

KPU

BUMN

21

f. Depkeu

menerbitkan

surat

pagu

ke

Departemen

Teknis dan BUMN Pelaksana tugas hasil pembahasan
dengan Panja Anggaran.
g. Diterbitkannya

Peraturan

Menteri

Keuangan

(Permenkeu) tentang tata cara pembayaran
h. Berdasar Permenkeu, Departemen Teknis mengajukan
permintaan penyediaan dana penyelenggaraan KPU
kepada DJA .
i. DJA

mengirimkan

dengan

surat

melampirkan

ke
surat

Departemen

Teknis

penetapan

Satuan

Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK)
j. Departemen Teknis menerbitkan dan menandatangani
Daftar

Isian

mengirim

Pelaksanaan

surat

kepada

Anggaran

(DIPA)

dan

Dirjen

Perbendaharaan

Dirjen

Perbendaharaan

Departemen Keuangan.
k. Pengesahan
Depkeu

DIPA

dengan

oleh

Surat

Pelaksanaan Anggaran .

Pengesahaan

Daftar

Isian

22

BAB III
MASALAH DAN PEMECAHANNYA

Kementerian Negara BUMN sebagai wakil pemegang saham
pemerintah berperan penting dalam mengawasi kegiatankegiatan

BUMN.

Salah

satu

kegiatan

BUMN

adalah

Kewajiban Pelayanan Umum atau yang lebih dikenal dengan
nama

PSO.

Departemen

PSO

merupakan

Teknis

penugasan

terkait,

misalnya

Departemen Perhubungan kepada PT
Pelni,

Penugasan

kepada

PT

Departemen

Posindo

dan

kepada

oleh

penugasan

oleh

Kereta Api dan PT

Komunikasi

Perum

BUMN

LKBN

dan

Informasi

ANTARA,

Penugasan

Departemen Pertanian kepada Perum Bulog, PT Sang Hyang
Seri, PT Pusri, dan PT Pertani, Penugasan

Departemen

ESDM kepada PT PLN dan PT pertamina. Dalam melaksanakan
penugasan tersebut ada mekanisme-mekanisme yang harus
dilaksanakan oleh masing-masing BUMN pelaksana. Selama
ini

dalam

melaksanakan

mekanisme

tersebut

masih

23

terdapat

kekurangan-kekurangan

baik

oleh

itu

pelaksana

yang

tugas,

yang

mesti

dikoreksi

memberi

tugas,

maupun Kementerian Negara BUMN sebagai wakil pemegang
saham pemerintah.
Masalah selanjutnya yang dibahas dalam karya tulis ini
adalah ketersediaan atau alokasi dana dana Pemerintah
kepada BUMN dalam melaksanakan penugasan. Hal tersebut
menyangkut
kompensasi

alokasi
dana

dana

yang

yang

diberikan

dianggarkan,
dan

waktu

jumlah

pencairan

dana.
A. Analisis Masalah
Analisis permasalahan mengenai permasalahan PSO ini
akan difokuskan pada dua topik utama yaitu mengenai
mengenai mekanisme pelaksanaan PSO dan hal yang terkait
dengan jumlah kompensasi dana dan termin pencairan dana
dari Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

4. Mekanisme Pelaksanaan PSO
a. Masalah- Masalah Terkait Mekanisme Pelaksanaan PSO
Didalam

Undang-Undang

BUMN

Nomor

19

Tahun

2003

dinyatakan bahwa Pemerintah dapat memberikan penugasan
khusus

kepada

BUMN

untuk

menyelenggarakan

fungsi

kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan

24

tujuan

didirikannya

BUMN.

Kemudian

dalam

Peraturan

Pemerintah (PP) No. 45 Tahun 2005 khususnya pasal 65
disebutkan

bahwa

rencana

penugasan

tersebut

dikaji

bersama antara BUMN yang bersangkutan, Menteri Negara
BUMN, Menteri Keuangan , dan Menteri Teknis. Disebutkan
juga bahwa apabila penugasan tersebut secara finansial
tidak

menguntungkan,

Pemerintah

harus

memberikan

kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh
BUMN

tersebut,

sepanjang

dalam

termasuk
tingkat

margin

yang

kewajaran

diharapkan

sesuai

dengan

penugasan yang diberikan.
Dalam

ayat

(4)

Pasal

65

PP

45

tahun

2005

juga

dinyatakan bahwa setiap penugasan harus terlebih dahulu
mendapatkan

persetujuan

Rapat

Umum

Pemegang

Saham

(RUPS) untuk Persero dan Menteri untuk Perusahaam Umum
(Perum). Ayat (5) pasal yang sama disebutkan bahwa BUMN
yang

melaksanakan

secara

tegas

penugasan

penugasan

melakukan

tersebut

khusus

pemisahan

dengan

Pemerintah

pembukuan

pembukuan

harus

mengenai

dalam

rangka

pencapaian sasaran usaha perusahaan. Kemudian ayat (6)
dinyatakan

bahwa

setelah

pelaksanaan

kewajiban

pelayanan umum, Direksi wajib memberikan laporan kepada
RUPS/Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri teknis yang
memberikan penugasan.

25

Selama

mulai

terdapat

dijalankannya

berbagai

macam

program

PSO

mekanisme

oleh

yang

BUMN

berlangsung

dalam proses pelaksanaanya, Terdapat ketidakseragaman
mekanisme pelaksanaan PSO oleh BUMN pelaksana sebagai
contoh

ada

Keuangan
teknis

BUMN

yang

sementara

terkait,

DIPA

yang

Ada

nya

masih

menugaskan

juga

BUMN

di

Departemen

adalah

Departemen

yang

ditugaskan

oleh

Departemen Teknis namun belum melapor ke Kementerian
Negara BUMN, BUMN belum seragam dalam membuat kontrak
yang

jelas,

BUMN

pelaksanaan

PSO

melaporkan

kepada

belum

yang

melakukan

terkait

Kementerian

pemisahbukuan

laba-rugi,
BUMN

BUMN

setelah

belum

penugasan

berlangsung, dan lain-lain yang kesemuanya seharusnya
perlu

diperhatikan

negara

BUMN

sebagai

secara
wakil

seksama

oleh

Kementerian

pemegang

saham

pemerintah

terutama untuk memperjelas fungsi dan keberadaan BUMN
tersebut.
b. Dampak dari Ketidakjelasan Mekanisme Pelaksanaan
PSO
Ketidakjelasan

Mekanisme

Pelaksanaan

PSO

sangat

berdampak baik bagi BUMN tersebut maupun bagi pihak
stakeholder.

Adapun

dampak-dampak

diuraikan sebagai berikut :
1) Dampak Hukum

tersebut

dapat

26

Secara

hukum,

dampak

dari

tidak

terpenuhinya

Mekanisme yang berlaku adalah tidak terpenuhinya
peraturan-peraturan
melanggar
Sebagai

yang

ketentuan
contoh

berlaku

perundangan

Departemen

dalam
yang

arti

berlaku.

Perhubungan

sebagai

pihak yang memberi penugasan kepada PT Pelni untuk
melaksanakan
angkutan

Kewajiban

laut

penugasan

kelas

ekonomi

tersebut

harus

menyampaikan
BUMN

Pelayanan

wakil

di

sebelum

bidang

memberikan

terlebih

pemberitahuan

sebagai

Umum

dahulu

kepada

Kementerian

saham

Pemerintah.

pemegang

Dengan disampaikannya pemberitahuan tersebut maka
konsistensi

pelaksanaan

berjalan.Kementerian
memonitor
akan

BUMN

kelayakan

diperoleh

Undang-Undang
harus

(feasibility)

dalam

tidak

layak

dan

oleh

BUMN

pelaksana

penugasan.

kompensasi

yang

justru

BUMN

berperan
dan

dana

akan
dalam
yang

Kalau

penugasan

akan

diperoleh

nantinya

malah

merugikan perusahaan maka penugasan tersebut dapat
ditolak oleh BUMN atas rekomendasi Pemegang Saham.
2) Dampak Psikologis
Ketidakseragaman mekanisme pelaksanaan PSO dapat
berdampak psikologis terhadap BUMN. Sebagai contoh
misalnya pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

27

BUMN ketika ditugaskan oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan Kewajiban Pelayanan Umum akan tetapi
tidak berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak –
pihak

yang

bertanggung

jawab

dalam

melakukan

pengawasan teknis, maka pihak yang berkepentingan
tersebut

akan

merasa

tidak

dihargai.

Sebagai

contoh PT Kereta Api ketika diberikan penugasan
oleh

Departemen

penugasan,
penugasan

Perhubungan

akan

tetapi

tersebut

berkoordinasi

dengan

PT

untuk
dalam

melaksanakan

Kereta

Departemen

melaksanakan

Api

hanya

Keuangan

dalam

proses pelaksanaan tugas mereka, maka Departemen
Perhubungan
pengawas

akan

merasa

teknis

tidak

dihargai

operasional

sebagai
kegiatan

perkeretaapian.

3) Dampak Operasional
Ada banyak dampak operasional yang muncul akibat
ketidakseragaman

mekanisme

pelaksanaan

PSO

yang

ada, diantaranya adalah sebagai berikut :
 Munculnya ”grey area” dalam pemeriksaan BPK.
Ada

berbagai

macam

perbedaan

penafsiran

antara

pemeriksa (BPK), pemberi tugas, dan penerima tugas
dalam pelaksanaan PSO. Didalam pelaksanaan PSO ada

28

berbagai

macam

pemeriksaan

’grey

BPK

area”

seperti

yang

muncul

dalam

pembebanan-pembebanan

dalam pelaksanaan PSO, hak dan kewajiban pemberi
tugas dan pelaksana tugas dalam pelaksanaan PSO,
biaya pelaksanaan verifikasi dan lain-lain. Akibat
dari hal tersebut akan muncul suatu keadaan dimana
suatu kondisi yang dianggap beban oleh BUMN akan
dianggap

bukan

sehingga

BUMN

sebagai
sebagai

beban

oleh

pelaksana

pemeriksa,

tugas

dianggap

harus mengembalikan dana kompensasi PSO tersebut
kepada Pemerintah.

 Mempersulit Proses Pengawasan
Ketidakseragaman
berakibat

pada

pelaksanaan

mekanisme

pelaksanaan

bervariasinya

PSO.

Contohnya

prosedur
ada

BUMN

PSO
dalam
yang

melaksanakan tugas langsung berkoordinasi dengan
Departemen

Keuangan

Teknis

terkait,

dengan

Kementerian

saham,

ada

teknis
hal

yang

tanpa

ada

yang

BUMN
tidak

melibatkan
tidak

sebagai
jelas

Departemen

berkoordinasi
wakil

siapa

pemegang

departemen

pemberi tugasnya, dan lain-lain. Kesemua

tersebut

akan

mempersulit

proses

pengawasan

29

oleh

pihak–pihak

yang

berkepentingan

(stakeholder).

5. Jumlah dan termin Pencairan Dana dari APBN
a. Jumlah Kompensasi dana PSO
Kurangnya dana yang dicairkan dalam mengkompensasi
kewajiban
kendala

BUMN
lainnya

dalam

pelaksanaan

dalam

PSO

melaksanakan

merupakan
PSO,

Hal

tersebut berpengaruh terhadap kegiatan operasional
BUMN

tersebut.

Berikut

adalah

data

3

tahun

terakhir contoh BUMN yang realisasi dana PSO yang
diterima

tidak

sesuai

dengan

APBN

yang

telah

disetujui
1) PT Kereta

Api (Persero)

Tabel 1. Kebutuhan dana PSO PT KA
Kebutuhan
No. Dana PSO
2006
(Milyar)
1. Usulan
507,91
2. Disetujui 450,00
3. Realisasi 450,00

2007

2008

475,36
425,00
425,00

590,29
544,67
408,50

Proyeksi2009

RKAB2010

651,03
535,00
-

670,56
-

30

Dari tabel terlihat pada tahun 2008 realisasi dana
PSO tidak sesuai dengan yang disetujui dalam APBN
2008 yakni yang seharusnya Rp 544,67 Milyar namun
yang dikompensasi oleh pemerintah hanya 408, 50
Milyar.

Grafik 1. Data Anggaran dan Realisasi PT KA
600
500
400

450

Disetujui

Realisasi
425

544.67
408.5

300
200
100
0
2006

2007

2008

Grafik 2. Persentase Anggaran dan Realisasi dana
PSO PT KA

31

160%
140%
120%
100%
80%100%
60%
40%
20%
0%
2006

% Disetujui/Realisasi

133%

100%

2007

2008

Dari grafik 1 dan 2 terlihat data anggaran dan
realisasi kompensasi dana PSO PT KA dan persentase
anggaran dan realisasi dana PSO PT KA.
Ketidaksesuaian
dibandingkan

antara

anggaran

kompensasi

menjadi

kendala

jika
bagi

PT

Kereta Api( Persero).Kendala tersebut menyebabkan
hal-hal sebagai berikut :
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak dapat
dipenuhi

sesuai

kebutuhan

sehingga

mengganggu

melakukan

peremajaan

operasional PT Kereta Api.
 Perusahaan
sarana

tidak

dan

dapat

peningkatan

pelayanan

(kelas

komersial dan ekonomi) karena hasil usaha kelas
komersial

harus

menkompensir

kerugian

biaya

angkutan kelas ekonomi. Di lain pihak saat ini
umur teknis sarana dan prasarana sudah tua dan
perlu peremajaan.

32

 Program peningkatan kesejahteraan karyawan tidak
dapat

direalisasikan

perbaikan

karena

kesejahteraan

sebagian

dipergunakan

dana
untuk

pemeliharaan kelangsungan usaha kereta api.

2) PT Sang Hyang Seri (SHS)
Tabel 2 Kebutuhan dana PSO PT SHS
Kebutu
han
No
Dana
.
PSO
(Juta)
Usulan
1
Disetu
2 jui
3 Realis
asi

2006

2007

2008

193.0 379.0 985.0
98
00
56
193.0 348.1 984.3
98
77
39
176.1 319.2 931.2
18
96
73

Proyek
si
2009

RKAB
2010

1.865.
000
1.222.
344
1.222.
344

1.712.
764

Grafik 3.Data Anggaran dan Realisasi dana PSO PT SHS

33

1,200
1,000

Disetujui

Realisasi

800

984
931

600
400

193
200 176
2006

348
319

2007

2008

Grafik 4. Persentase Anggaran dan Realisasi dana PSO PT
SHS
110%
109%110%

% Disetujui/Realisasi
109%

108%
107%
106%

106%

105%
104%
103%
2006

2007

2008

Dari tabel dan grafik diatas terlihat bahwa pada tahun
2006,2007, dan 2008 terdapat kekurangan kompensasi dana
PSO yang belum diberikan oleh pemerintah kepada PT SHS,
sehingga mempersulit kebutuhan operasional PT SHS.

34

Dari ketiga contoh diatas terlihat bahwa masih terdapat
kekurangan-kekurangan kompensasi dana dari Pemerintah
menyangkut
pelaksana

pelaksanaan
tugas,

tugas

yang

PSO

kesemuanya

masing-masing
secara

umum

BUMN
dapat

menghambat kegiatan operasional BUMN.

b. Termin Pencairan dana PSO
Terkait dengan termin pencairan dana PSO kendala yang
ada adalah masalah lambatnya proses verifikasi oleh
pihak

terkait.

pencairan
keuangan
verifikasi.

Sebagaimana

kompensasi
maka

dana

terlebih

Hasil

kita

ketahui

PSO

oleh

dahulu

verifikasi

sebelum

Departemen

harus

dilakukan

tersebut

nantinya

sebagai salah satu prasyarat dari realisasi pencairan
kompensasi dana PSO.
Sebab utama terlambatnya pencairan kompensasi dana
PSO tersebut adalah terlambatnya proses verifikasi
yang dilakukan oleh Tim Verfikasi. Akibat lambatnya

35

proses

verifikasi

tersebut

maka

berdampak

pada

terlambat pula berita acara yang menjadi prasyarat
pencairan

kompensasi

dana

PSO,

terlambatnya

penerbitan Surat Perintah Membayar dan pada akhirnya
memperlambat proses pencairan dana PSO.
Lambatnya proses pencairan dana PSO berakibat pada
terganggunya kinerja operasional BUMN pelaksana PSO.
B. Pemecahan Masalah
Sehubungan dengan penjelasan dan analisis terhadap
permasalahan
berpendapat

pola

subsidi

kiranya

Procedure

(SOP)

pelaksanaan

PSO

di

perlu
yang

yang

atas,

ada

jelas

didalamnya

maka

penulis

Standard

Operating

terkait

mekanisme

berisi

aturan-aturan

yang tegas dan mengikat berbagai pihak sehingga BUMN
pelaksana PSO dapat lebih jelas menerapkannya di salam
perusahaan mereka
SOP

tersebut

didalamnya

termasuk

juga

tercantum

adanya kontrak yang jelas antara BUMN dan Departemen
pemberi

tugas

terkait

masalah

biaya

atau

beban

dan

masalah-masalah “grey area” lainnya dengan tujuan agar
ketika pihak auditor melakukan pemeriksaan hal-hal yang
bersifat

grey

area

tersebut

menjadi

jelas

sehingga

36

pemeriksa tidak menafsirkan sendiri hal tersebut dalam
melakukan pemeriksaan
Kemudian

mengenai

Pemerintah

perlu

kompensasi

pencairan

dalam

penugasan

masalah
konsisten
dana

kepada

pencairan
dalam

terkait
BUMN

dana

PSO,

melaksanakan

penugasan,
seharusnya

semakin
semakin

meningkat juga kompensasi yang diberikan kepada BUMN
sehingga
dengan

kegiatan
lancar

operasional

sehingga

BUMN

kinerja

pelaksana PSO dapat meningkat.

dapat

berjalan

operasional

BUMN

37

BAB IV
PENUTUP

A.

SIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian dari Bab I sampai dengan

Bab III maka dapat diambil kesimpulan bahwa selama ini
adanya ketidakseragaman dalam mekanisme pelaksanaan PSO
berdampak baik langsung maupun tidak langsung bagi BUMN
dan

stakeholder,

mempengaruhi

Akibat

kinerja

dari

operasional

hal

tersebut

dari

BUMN

akan

pelaksana

PSO.
Selain

ketidakseragaman

mekanisme

pelaksanaan

PSO

oleh BUMN terdapat juga masalah dalam kompensasi dana
PSO

dimana

terlambatnya

proses

verifikasi

akan

berdampak pada terlambatnya proses pencairan dana yang
berujung pada masalah operasional perusahaan.
Kementerian
pemerintah

BUMN

dalam

sebagai

hal

ini

wakil

pemegang

berkewajiban

saham

mengatasi

ketidakefektifan tersebut diatas sehingga Kinerja BUMN
dapat

dimaksimalkan

dan

peran

BUMN

dalam

38

penyelenggaraan

ekonomi

nasional

dan

peningkatan

kesejahteraan masyarakat dapat dioptimalkan

B.

SARAN
Dari beberapa hal yang disampaikan di atas, penulis

dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
Untuk

mengeektifkan

mekanisme

pelaksanaan

PSO

sehingga memudahkan BUMN dalam mengambil rujukan dalam
proses pelaksanaan PSO, maka perlu ada peraturan yang
mengatur tentang mekanisme tersebut.
Didalam

peraturan

tersebut

didalamnya

setidaknya

terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
1. Prosedur

operasi

baku

mekanisme

pelaksanaan

penugasan

BUMN

sampai

yang
PSO

didalamnya
mulai

dengan

terdapat

dari

proses

proposal
pencairan

kompensasi dana PSO.
2. Penekanan
Departemen
kondisi

masalah

kontrak

pemberi
”grey

tugas

area”

kerja

oleh

dengan
yang

BUMN

tujuan

terjadi

dan
agar

dalam

pemeriksaan oleh BPK dapat diminimalisir.
3. Penekanan

masalah

pemisahbukuan

pelaksanaan

PSO

oleh BUMN dari pelaksanaan kegiatan BUMN secara
komersial.

39

Selain

keragaman

tersebut

diatas

dalam
hal

mekanisme

yang

perlu

pelaksanaan

diperhatikan

PSO
oleh

Pemerintah dalam hal pencairan kompensasi dana PSO
adalah konsistensi Pemerintah dalam merealisasikan
anggaran yang telah disetujui untuk mengkompensasi
dana pelaksanaan PSO.
Pelaksanaan verifikasi yang sesuai dengan waktu juga
harus

dilaksanakan

oleh

Tim

verifikasi

mempercepat pencairan kompensasi dana PSO.

untuk