TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI

SEMARANG PADA MASA KOLONIAL

BELANDA TAHUN 1917-1923

Oleh

Kabiransyah

Gerakan serikat buruh di Indonesia merupakan bagian dari perjuangan kebangsaan yang mana gerakan-gerakan serikat buruh tersebut senantiasa menjadi sasaran ideologi-ideologi yang muncul diawal abad ke 20, dalam hal ini pergerakan dan perjuangan serikat buruh di Indonesia mulai lebih terlihat ketika masuknya pengaruh dari sosialis-komunis ke dalam organisasi serikat buruh kereta api di Semarang VSTP (Vereeniging van Spoor-en Tramweg Pesoneel) yang kemudian mampu melakukan pergerakan yang lebih terorganisasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh sosialis-komunis terhadap pergerakan serikat buruh VSTP di Semarang pada masa kolonial Belanda tahun 1917-1923. Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh sosialis-komunis terhadap pergerakan serikat buruh VSTP di Semarang pada masa kolonial Belanda tahun 1917-1923. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai tinjauan historis gerakan serikat buruh VSTP di Semarang pada masa kolonial Belanda tahun 1917-1923. maka dapat diambil kesimpulan bahwa setelah masuknya pengaruh sosialis-komunis dalam gerakan serikat buruh VSTP di Semarang semangat perjuangan serikat buruh VSTP semakin militan semangat perjuangan dalam hal tuntutan-tuntutan diiringi dengan pemogokan-pemogokan kerja sampai pada perjuanganya merupakan suatu tindakan perjuangan kaum buruh VSTP dalam mencapai kebebasan dari hegemoni kolonial Belanda.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Way Narta pada tanggal 10 Mei 1986. Merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Iskandar dan Ibu Dahlia. Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah:

Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 01, di Desa Kota Karang Kec. Pesisir Utara, Kab. Pesisir Barat, selanjutnya penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Pertama di SLTP Negeri 03, di Desa Kota Karang Kec. Pesisir Utara, Kab. Pesisir Barat, dan selesai pada tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan pendidikam ke jenjang Sekolah Menengah Atas SLTA Negeri 01 (SMAN 1) Krui Pesisir Barat selesai pada tahun 2005

Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (FKIP UNILA). Pada Tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jawa Tengah dan Yogyakarta dan pada tahun 2010 penulis melaksanakan Program Kegiatan Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Wijaya Bandar Lampung.


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap alhamdulillahirobbil’alamin, syukur kepada Allah SWT. yang tak terhingga atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Tinjauan Historis Gerakan Serikat Buruh di Semarang Pada Masa Kolonial Belanda 1917-1923” ini. Dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan karya sederhana ini untuk :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Iskandar dan ibunda Dahlia yang telah mengajarkan banyak hal, mendidik dan selalu menyayangiku serta tak henti-hentinya selalu berdoa untuk keberhasilanku dalam setiap sujud lima waktunya ;

2. Kakakku tersayang Erni Yanti, S.Pd, dan adikku tercinta Evan Sepria, Endang Herlina, Zepferi, serta keponakanku sekalian, terimakasih atas segala doa dan dukungannya;

3. Para pendidikku, Guru-guru dan Dosen-dosenku yang telah mengajarkanku banyak hal tentang ilmu pengetahuan;


(8)

MOTO

Barang siapa keluar untuk mencari ilmu

maka dia berada di jalan Allah


(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan segala bentuk kerendahan hati, penantian panjang dan perjuangan yang selalu dihiasi dengan pasang surutnya sebuah semangat demi sebuah harapan dan tanggung jawab untuk mengemban amanah dari orang-orang yang selalu merindukan keberhasilanku, maka tidak ada kata yang pantas yang patut penulis ucapkan kecuali ucapan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya tulis ini, yang berjudul “Tinjauan Historis Gerakan Serikat Buruh Di Semarang Pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1917-1923” pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (FKIP UNILA). Tetesan keringat dari setiap usaha yang melelahkan, demi keinginan melihat orang-orang yang terkasih tersenyum bahagia karena kesuksesan, selalu kujadikan motivasi untuk melanjutkan harapan walau tak jarang pasang surut semangat dan rasa penat itu selalu ada. Hadirnya, sahabat-sahabat dan mengenal banyak orang dengan keberagamannya membuat cerita hidup ini semakin indah, yang ternyata cerita indah itu tidak hanya ada dalam negeri dongeng saja, dan ini adalah sebuah anugerah terindah dalam hidup penulis.


(10)

Penulis menyadari akan segala bentuk keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan FKIP Unila; 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan I FKIP Unila; 3. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si, Wakil Dekan II FKIP Unila; 4. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, Wakil Dekan III FKIP Unila; 5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila; 6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila dan dalam hal ini juga sebagai pembahas utama;

7. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H, Dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, Pembimbing skripsi pertama yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, nasihat, dan saran yang bermanfaat bagi penulis sehigga skripsi ini dapat terselesaikan;

8. Bapak Drs. Wakidi M. Hum. Dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus Pembimbing Akademik (PA) penulis dan pembimbing skripsi kedua yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, motivasi, dan nasihat dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP yang telah banyak membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di program studi pendidikan sejarah;


(11)

10.Teman-teman yang saya banggakan dan saya sayangi pendidikan Sejarah FKIP UNILA angkatan 2006. Sahabat-sahabat terdekat dan terbaik yang telah mengajarkan banyak hal tentang arti sebuah pertemanan selama duduk di bangku perkuliahan. Semoga ilmu yang di dapatkan benar-benar bermanfaat untuk keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Amin; 11.Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima

kasih atas segalanya, semoga kita semua mendapat jalan yang diridhoi Allah SWT.

Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. Penulis sadar akan segala bentuk keterbatasan yang ada, namun besar harapan penulis bahwa untaian goresan-goresan tinta sederhana ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, 2014 Peneliti

Kabiransyah NPM. 0643033023


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah ... 6

1. Identifikasi Masalah... ... 6

2. Batasan Masalah.. ... 6

3. Rumusan Maslah ... 6

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Kegunaan Penelitian ... 7

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Konsep Sosialisme ... 10

2. Konsep Sosialis-komunis ... 11

3. Konsep Gerakan Serikat Buruh ... 13

4. Konsep Penjajahan………... 15

B. Kerangka Pikir ... 16

C. Paradigma ... 18

III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode yang digunakan... 20

B. Variabel Penelitian. ... 22

C. Teknik Pengumpulan Data, ... 23


(13)

2. Teknik Dokumentasi ... 24

D. Teknik Analisis Data. ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. ... 28

1. Gambaran Umum Serikat Buruh VSTP di Semarang. ... 28

a. Sejarah Singkat Berdirinya Serikat Buruh VSTP di Semarang. 28 b. Masuknya Paham Sosialis-Komunis dalam Serikat Buruh VSTP di Semarang.. ... 31

2. Tumbuh dan berkembangnya Organisasi Sosialis-Komunis di awal Abad ke 20 ... ….. 34

a. Organisasi ISDV (Indische Social Democratische Vereniging). 34 b. Partai Komunis Indonesia (PKI). ... 37

3. Pengaruh Sosialis-Komunis dalam Pergerakan Serikat Buruh VSTP di Semarang ... 43

a. Tokoh-Tokoh Pergerakan Serikat Buruh VSTP ... 43

b. Upaya Persatuan Serikat Buruh oleh VSTP ... 47

c. Pergerakan VSTP Dalam Perjuangan Kaum Buruh ... 51

B. Pembahasan ... 57

1. Pengaruh Sosialis-Komunis dalam Pergerakan Serikat Buruh VSTP di Semarang ... 57

a. Tokoh-Tokoh Pergerakan Serikat Buruh VSTP ... 57

b. Upaya Persatuan Serikat Buruh oleh VSTP ... 60

c. Pergerakan VSTP dalam Perjuangan Kaum Buruh ... 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(14)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Karl Marx Sebagai Pelopor Sosialisme ... 68 2. Gambar 2. Sneevliet Seorang Tokoh Penyebar Sosialisme di Indonesia... 69 3. Gambar 3. Poto Sneevliet bersama kawan-kawan pengurus ISDV pada

Tahun 1917 ... 70 4. Gambar 4. Semaoen Seorang Tokoh SI Pertama yang terpengaruh oleh

Sosialisme ... 71 5. Gambar 5. H. Mibach Seorang Tokoh Organisasi Muhammadiyah yang

juga terpengaruh oleh Ajaran-ajaran Sosialis-Komunis ... 72 6. Gambar 6. Tan Malaka Tokoh Sosialis-Komunis. Seorang Tokoh Revolusioner

dari Sumatra Barat ... 73 7. Gambar 7. Darsono (Salah satu Tokoh Sosialis-Komunis Revolusioner) dan Anaknya ... 74 8. Gambar 8. Stasiun Kereta Api Semarang 1864 ... 75 9. Gambar 9. Rapat PKI dalam usaha pemberontakannya ... 76


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Rencana judul Penelitian ... 77

2. Surat Keterangan Pengesahan komisi Pembimbing ... 78

3. Surat Keterangan Mengadakan Penelitian ... 79

4. Surat Keterangan Perpustakaan Universitas Lampung ... 80


(16)

1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gerakan serikat buruh di Indonesia muncul bersamaan dengan organisasi-organisasi pergerakan Indonesia di awal abad 20. Persatuan-persatuan organisasi-organisasi serikat buruh Indonesia muncul akibat ketidak-adilan perekonomian yang terlalu didominasi oleh kalangan kapitalisme, hal ini membuat serikat buruh Indonesia bersatu dalam perjuangannya demi memperbaiki nasib mereka di tengah keteraniayaan yang menimpa mereka.

Pengaruh sosialisme terhadap perjuangan bangsa di Indonesia diawali dengan kedatangan Sneevliet, seorang aktivis sosialis Belanda yang datang ke Indonesia untuk bekerja dan menyebarkan pengetahuan tentang gagasan-gagasan Marxisme, ideologi dan cara pandang kaum sosialisme yang kemudian membangkitkan pemikiran para pejuang bangsa Indonesia terutama dikalangan kaum buruh. Ideologi sosialis cepat diterima oleh kalangan buruh, karena menganut ajaran-ajaran marxis yang mengajarkan tentang kesamaan dan kesetaraan hidup sehingga ajaran ini seolah menjadi angin segar bagi para buruh yang merasakan ketertindasan dibawah kekuasaan kaum kapitalis (Kenrick. 2014:2).

Di Asia, dan khususnya di Indonesia, dimana kemiskinan dibagi secara merata dan dimana kelas yang mapan hanya merupakan suatu kelompok yang sangat


(17)

2

kecil, cita-cita sosialisme tidak saja merupakan cita-cita dari satu kelompok saja melainkan mereka merupakan harapan dari seluruh rakyat dan masyarakat yang menghasratkan suatu perbaikan kondisi-kondisi kehidupan mereka dan suatu tingkat keberadaan yang lebih layak bagi mahluk manusia (Tedjasukmana 2008:80).

Pengaruh sosialisme atas serikat-serikat buruh di Indonesia membawa penyebarluasan konsep kaum buruh sebagai sebuah kelas dan agitasi berdasarkan teori perjuangan kelas. Serikat-serikat buruh yang berafiliasi berdasarkan pandangan mereka pada azas-azas Marxis dan Leninis, termasuk doktrin mengenai perjuangan kelas. walaupun mereka tidak mengatakan seutuhnya berhaluan Marxis dan Leninis karena memang melihat kecocokan bagi kondisi-kondisi bangsa Indonesia (Tedjasukmana 2008:94).

Kaum buruh sebagai tenaga kerja upahan kurang diperhatikan kesejahteraannya oleh pemerintah Kolonial Belanda, sehingga muncul rasa ketidakpuasan dikalangan kaum buruh atas tindakan tidak adil tersebut. Hal ini menarik perhatian kaum sosialis dan komunis untuk membangkitkan kesadaran kaum buruh akan nasib mereka dan memberikan sebuah dorongan untuk berjuang kepada para buruh agar mereka memperoleh hak sesuai dengan yang mereka kerjakan (Kenrick. 2014:3).

Pergerakan sosialis-komunis bukan hanya terjadi di Eropa saja namun sudah menyebar hampir keseluruh dunia termasuk Indonesia, sehingga menimbulkan banyak pertentangan dikalangan masyarakat Indonesia diantara adalah munculnya gerakan Partai Komunis Indonesia (Tedjakusuma 2008:3).


(18)

3

Kerja upahan telah diberlakukan di Indonesia mulai dari 1870 baru pada awal abad ke duapuluh kaum buruh Indonesia mencapai kedudukan dimana mereka dapat melahirkan suatu gerakan terorganisasi yang bertujuan memajukan standar hidup mereka, dan umumnya pada emansipasi kelas pekerja Indonesia. Perubahan ini terutama merupakan pengaruh dari propaganda kaum sosialis dan komunis (Tedjakusuma 2008:3).

Dari pernyataan diatas terlihat bahwa golongan sosialis dan komunis telah memainkan suatu pranan penting terhadap perjuangan serikat buruh Indonesia melawan kapitalisme yang sebagian besar adalah orang-orang dari Negeri Belanda.

Dalam penelitian ini gerakan serikat buruh di Indonesia akan dispesifikasikan dalam organisasi serikat buruh kereta api di Semarang, organisasi tersebut adalah VSTP (Vereeniging van Spoor-en Tramweg Personeel) yang mendapatkan pengaruh besar dari golongan sosialisdan komunis.

Organisasi VSTP memiliki akar gerakan radikal melawan ketidakadilan yang diciptakan sistem kolonial. Gerakan protes buruh ini juga menjadi awal gerakan sosial modern, menggantikan gerakan-gerakan sosial sebelumnya yang lebih berbasis tradisional. Organisasi serikat buruh kereta api Indonesia dan Belanda, didirikan di Semarang pada tahun 1908. Anggota organisasi VSTP ini awalnya meliputi pegawai perusahaan kereta api swasta SCS (Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij) dan NIS (Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij). Setelah VSTP berdiri, organisasi serikat pekerja untuk pegawai SS


(19)

4

(Staatsspoorwegen) yang berada di bawah pimpinan pegawai Belanda pada tahun 1912 akhirnya ditutup karena kalah bersaing dengan VSTP (Komaruzaman, 2014:1).

Kesuksesan VSTP mendapat perhatian dari gerakan sosialis dan memungkinkan Sneevliet merekrut para aktivis buruh ke dalam ISDV. Sejak tahun 1914, VSTP berada di bawah pengaruh ISDV (Indische Social Demokratische Vereniging) yang dipimpin H.W. Dekker Sneevliet, J.A. Brandsteder dan P. Bergsma. Yang terpenting di antaranya adalah Semaoen, seorang pemuda buruh perusahaan kereta api yang pada tahun 1916 (saat berusia 17 tahun), menjadi editor SI Tetap, surat kabar VSTP yang berbahasa Melayu. Satu tahun setelahnya, ia kembali dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai komisvxdsssaris SI Semarang pada usia 18 tahun, dan di kemudian hari menjadi tokoh penting dalam PKI. Pada tahun 1923 Semaoen, dibuang karena kasus pemogokan besar-besaran buruh VSTP. Sejak saat itulah organisasi buruh terbesar yang pertama di Indonesia ini menjadi radikal. Di bawah pimpinan Semaun, organisasi ini memperlihatkan aksi-aksi yang sangat berani. Pada tahun 1918 organisasi ini giat memperjuangkan tuntutan kemahalan bagi buruh kereta api. Pada tahun 1920 timbul perselisihan perburuhan mengenai upah dan ketentuan jam kerja di SCS, VSTP mengirimkan ultimatum kepada direksi tetapi permintaan perbaikan nasib buruh ini tidak berhasil (Komaruzaman, 2014:2).

Sneevliet menjadikan VSTP terbuka bagi buruh pribumi. Dalam organisasi sudah mulai diperkenalkan pentingnya pembukaan cabang, pertemuan tahunan, penarikan sumbangan anggota, dsb. Karena VSTP bergerak radikal membela


(20)

5

kepentingan pegawai-pegawai pribumi yang miskin, dalam jangka waktu singkat anggota serikat ini menjadi dua kali lipat, dan sebagian besar pribumi (Komaruzaman, 2014:4).

Selama pemerintahan Gubernur Jenderal Fock (1921-1926) ketegangan antara buruh dan majikan semakin meningkat. Tindakan pemerintah melakukan penghematan anggaran belanja di Hindia Belanda serta mencabut tunjangan kemahalan yang kemudian diikuti pula dengan pemecatan pegawai, sehingga mengundang reaksi keras dari pihak VSTP berupa ancaman akan mengadakan pemogokan umum yang dituangkan dalam selebaran bulan Januari 1923, kemudian diputuskan bahwa VSTP bergabung dengan organisasi Serikat Buruh Internasional yang berpusat di Moskow. Dalam perundingan yang diadakan pada bulan April 1923 VSTP mengajukan tuntutan antara lain mengenai tunjangan kemahalan untuk pegawai dipertahankan, ketentuan mengenai jam kerja, pembentukan badan arbitrasi untuk menyelesaikan perselisihan buruh, serta ketentuan mengenai upah minimum sebanyak satu gulden sehari, tetapi semua tuntutan tersebut ditolak pemerintah Hindia Belanda (Komaruzaman, 2014:5).

Pemerintah Hindia Belanda memperingatkan pemimpin-pemimpin VSTP yang bersikap keras dan mengancam akan melakukan pemogokan. Akibatnya, Semaun benar-benar ditangkap pada tanggal 8 Mei 1923, dan meledaklah pemogokan besar-besaran pegawai kereta api. Pemogokan yang diikuti oleh 13.000 buruh dari 20.000 buruh yang ada ini dimulai dari Semarang dan kemudian menjalar sampai Madiun dan Surabaya. Dalam aksi pemogokan ini turut pula buruh-buruh Belanda. Akibatnya beratus-ratus buruh yang terlibat pemogokan dipecat. Dengan


(21)

6

demikian pemogokan bubar pada akhir bulan karena kekuatan aksi kaum pemogok dengan majikan tidak seimbang. Semaun yang diinternir diperbolehkan keluar negeri. Setelah pemberontakan PKI pada tahun 1926, VSTP semakin ditekan oleh pemerintah, hingga akhirnya organisasi ini membubarkan diri. Sebagai gantinya didirikanlah PBST (Perhimpunan Beamtc Spoor dan Tram) yang kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Pegawai Spoor dan Tram (PPST) pada bulan Juli 1927 (Wikipedia, 2012:2).

B. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

1. Tuntutan upah kaum buruh di Semarang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda yang dinilai tidak sesuai

2. Pengaruh paham sosialis-komunis dalam pergerakan serikat buruh VSTP di Semarang

3. Gerakan Serikat Buruh VSTP di Semarang sebagai organisasi gerakan politik

2. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penulisan dibatasi dalam satu masalah yaitu : Pengaruh paham sosialis-komunis dalam pergerakan serikat buruh VSTP di Semarang


(22)

7

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengaruh paham sosialis-komunis dalam pergerakan serikat buruh VSTP di Semarang?

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paham sosialis-komunis dalam pergerakan serikat buruh VSTP di Semarang.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunanaan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah pengetahuan sejarah, terutama dalam bidang sejarah perjuangan bangsa sebagai bagian dari ilmu sejarah yang harus dipahami 2. Menjadi bahan pengetahuan sebagai literatur dalam keilmuan sejarah,

terutama dalam sejarah Indonesia modern.

3. Sebagai bahan ajar bagi guru sejarah SMA kelas XI pada pokok bahasan Muncul dan Berkembangnya Pergerakan Nasional Indonesia. Sub pokok bahasan; Muncul dan Berkembangnya Ideologi bagi perkembangan pergerakan Indonesia.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat masalah tersebut cukup umum dalam penelitian ini, maka dalam hal ini penulis memberikan kejelasan tentang sasaran dan tujuan peneliti mencakup :


(23)

8

1. Subjek penelitian : Gerakan serikat buruh

2. Objek Penelitian : VSTP Semarang pada masa kolonial Belanda 1917-1923

3. Tempat Penelitian : Perpustakaan Unila dan Perpustakaan Daerah Propinsi Lampung

4. Waktu Penelitian : Tahun 2013 – 2014 5. Bidang Ilmu : Sejarah


(24)

9

REFERENSI

Kenrick. http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:UserProfile/Kenrick95Bot diakses pada tanggal 12 Oktober 2014. 20:35. Halaman 2

Iskandar Tedjakusumana. 2008. Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia. Jakarta. Turc. Halaman 80

Ibid. Halaman 94

Kenrick. Op Cit. Halaman 3 Tedjasukmana. Op Cit. Halaman 3

Komaruzaman. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Istimewa:UserProfile/Relly Komaruzaman diakses pada tanggal 12 Oktober 2014. 21:03. Halaman 1 Ibid. Halaman 2

Ibid. Halaman 4 Ibid. Halaman 5

http://id.wikipedia.org/wiki/Vereniging_Van_Spoor-en_Tramwegpersoneel diakses pada tanggal 10 September 2013. 20:32. Halaman 2


(25)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep atau generalisasi-generaliasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.

1. Konsep Sosialisme

Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorang-orangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat


(26)

11

menentukan jalannya sejarah umat manusia. Munurut Marx konsep sosialisme adalah tentang manusia secara kolektif, seperti yang telah diungkapkannya bahwa;

sosialisme bukanlah sebuah masyarakat dimana individu tersubornisasikan oleh negara, oleh mesin dan birokrasi. sekalipun seluruh modal sosial dikuasai oleh satu pemilik modal atau satu perusahaan kapitalis, yang demikian ini bukanlah sosialisme (Erich Fromm, 2001:77).

dari pernyataan ini bisa kita simpulkan, sosialisme adalah masyarakat secara bersama (kolektif) dimana individu tidak lagi dikuasai oleh pemilik modal, tidak ada penganiayaan dan keteraniayaan, tetapi dimana masyarakat bisa hidup rukun dan saling menghargai.

2. Konsep Sosialis-komunis

sosialisme, maupun komunisme bermula dari revolusi industri. Revolusi tersebut sangat mempengaruhi keadaan sosial khususnya kaum buruh. Hal ini menimbulkan reaksi, khususnya dari para cendikiawan seperti Karl Marx (1818-1883). Dalam pandangannya,

Bagi Marx, sosialisme-komunisme berarti tatanan sosial yang memungkinkan kembalinya manusia kepada dirinya sendiri, identitas antara eksistensi dan esensi, perlawanan terhadap keterpisahan dan antagonisme antara subjek dan objek, humanisasi alam, itu berarti sebuah dunia di mana manusia tidak lagi asing di kalangan orang asing (Erich Fromm, 2001:90).

Karl Marx ingin mengubah kekacauan sistem ekonomi maupun sosial menjadi lebih baik. Namun, untuk mewujudkan hal itu diperlukan cara radikal yang menurut Marx mampu untuk mengubah hal tersebut. Cara yang dimaksud yaitu


(27)

12

mencapai kemajuan dengan melakukan penentangan dan perubahan secara keseluruhan dari kekacauan yang ada ke arah kemajuan. Cara tersebut bisa berupa revolusi, kudeta, dll. Pemikiran Marx inilah yang kemudian menjadi sumber lahirnya ideologi marxisme yang nantinya berkembang menjadi sosialisme dan komunisme ( Fatwa, 2012:1).

Dari pernyataan diatas bisa disimpulkan bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik diperlukan revolusi yang sesungguhnya demi tercapainya keadilan dan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Adapun ciri khas sosialis-komunis sebagai berikut :

 Hak milik pribadi atas alat-alat produksi mesin diakui secara terbatas.

 Mencapai kesejahteraan dengan cara bersama tanpa penindasan.

 Sosialis-komunis bercita-cita menciptakan masyarakat tanpa kelas.

Pertentangan kelas, hak milik pribadi, dan pembagian kerja dianggap akan menjauhkan dari suasana hidup yang aman dan tenteram.

 Berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dan perbaikan nasib buruh

dengan luwes secara bertahap ( Fatwa, 2012:1).

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari Sosialis-komunis tidak lain adalah untuk kesejahteraan rakyat secara kolektif, dimana manusia tidak lagi saling menguasai satu sama lainnya. Paham sosialis-komunis mengajarkan perjuangan masyarakat proletariat dan kaum buruh untuk berjuang demi kesejahteraan dan keadilan dalam kehidupan tanpa adanya diskriminasi dan perbedaan golongan.


(28)

13

3. Konsep Gerakan Serikat Buruh

Pergerakan berasal dari kata gerak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ‘gerak’ yaitu peralihan tempat atau kedudukan baik hanya sekali ataupun berkali-kali dan kata gerakan merupakan perbuatan atau keadaan bergerak. Dalam hal ini pergerakan merupakan suatu perbuatan atau keadaan bergerak, kebangkitan untuk perjuangan atau perbaikan (Depdikbud, 1990:272).

Menurut Adi Waluyo pergerakan di masa penjajahan adalah suatu bentuk perlawanan terhadap kaum penjajah yang dilaksanakan tidak dengan menggunakan kekuatan bersenjata, tetapi menggunakan organisasi yang bergerak di bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik. Demikian halnya dengan pergerakan nasional yang terjadi di Indonesia. Pada awalnya, berdirinya organisasi ini tidak ditujukan untuk perlawanan terhadap kaum penjajah, tetapi organisasi-organisasi tersebut pada dasarnya didirikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat yang mengalami penderitaan akibat penjajahan, namun pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan. Hal yang demikian ini pula yang menjadi faktor awal berdirinya berbagai macam organisasi pergerakan nasional di Indonesia (Adi Waluyo, 2011:1)

Sedangkan Serikat merupakan suatu perkumpulan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata serikat adalah suatu perkumpulan (perhimpunan, gabungan dan lain-lain) (Depdikbud, 1990:826).


(29)

14

Dan arti kata ‘buruh’ adalah orang yang bekerja untuk orang lain untuk mendapatkan upah (Depdikbud, 1990:139). Buruh secara keorganisasian merupakan suatu organisasi diluar perusahaan yang didirikan oleh para pekerja untuk melindungi atau memperbaiki status ekonomi dan sosialnya secara kolektif (Depdikbud, 1990:826).

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pergerakan serikat buruh merupakan suatu perbuatan atau tindakan kebangkitan untuk perjuangan atau perbaikan status perekonomian dan sosialnya melalui usaha secara kolektif. Dalam hal ini pergerakan serikat buruh kereta api VSTP di Semarang merupakan suatu perjuangan demi perbaikan dan stabilitas perekonomian serta perjuangan untuk memperoleh kebebasan dari hegemoni kolonial Balanda.

Serikat buruh kereta api VSTP (Vereeniging van Spoor-en Tramweg Personeel) di Semarang dibangun atas suatu landasan yang lebih luas, dalam arti tidak hanya terdiri dari anggota buruh perkereta-apian saja, namun juga ia bertekad untuk mempersatukan semua serikat buruh di Indonesia tanpa perbedaan ras, dan jenis pekerjaan. Demikian serikat buruh VSTP menjadi serikat buruh yang militan dan agresif, terutama setelah tahun 1913 manakala pengaruh dari golongan sosialis-komunis sehingga menjadi lebih unggul dalam kepemimpinannya (Tedjakusuma 2008:6-7).

Dalam hal ini pergerakan dalam perjuangan serikat buruh VSTP di Semarang tidak akan terlepas dari pengaruh golongan sosialis-komunis, hal itu terlihat ketika masuknya Sneevliet dalam organisasi serikat buruh VSTP sehingga pergerakannya pun semakin militan dan agresif.


(30)

15

4. Konsep Penjajahan

Penjajahan merupakan perluasan daerah kekuasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata ‘jajah’ atau ‘menjajah’ adalah bepergian keluar masuk suatu daerah negeri dan sebagainya dari kota ke kota, dari desa ke desa, ia melakukan perjalanan menguasai dan memerintah suatu negeri tersebut (Depdikbud, 1990:344).

Dalam hal ini perjuangan kaum buruh bangsa Indonesia melawan kolonial Belanda merupakan usaha yang dilakukan demi kebebasan dari belenggu kolonial Belanda yang terlalu mendominasi bangsa Indonesia, penjajahan kolonial Belanda tidak hanya menguasai wilayah dan perekonomiannya saja tetapi juga banyak melakukan penindasan terhadap rakyat Indonesia.

Menurut Arion Batara Purba Siboro, penjajahan akan selalu ada ketika ada pihak yang menindas pihak-pihak lain dan merebut kemerdekaan darinya. Bahwasanya perjuangan kemerdekaan bukan terbatas tentang negara apa yang berdiri dan batas wilayahnya. Namun, tentang menegakkan keadilan se-adil-adilnya sesuai kemanusiaan (Arion, 2011:1)

Dalam hal ini perjuangn serikat buruh VSTP di Semarang merupakan suatu pergerakan dalam perjuangan demi mencapai kebebasan dan menegakan keadilan dan mewujudkan masyarakat tanpa penganiayaan antara satu sama lainnya.


(31)

16

B. Kerangka Pikir

Berkaitan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mendapatkan pemahaman mengenai Gerakan Serikat Buruh VSTP di Semarang Pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1908-1927 Ini merupakan periode organisasi dini, dikarakterisasi oleh kehati-hatian, beberapa keragu-raguan dan kesabaran. Namun, setelah beberapa tahun, gerakan yang baru lahir ini menjadi sadar akan kekuatan dan kemampuan-kemampuannya, kehati-hatian dan kesabarannya digantikan oleh gerakan dan perlawanan. Perubahan itu terutama merupakan hasil dari propaganda sosialis dan komunis, tetapi ia juga ditimbulkan oleh sikap kaku di satu pihak dari para majikan Belanda yang menjalankan seluruh perekonomian Indonesia pada waktu itu.

Perjuangan kebangsaan serta perjuangan serikat-serikat buruh merupakan perjuangan yang bermunculan di zaman kolonial, yang awalnya perlawanan-perlawanan itu masih bernuansa lokal dan menggunakan ideologi-ideologi yang belum modern, yang belum dilandaskan pada pemikiran rasoional dan bersifat spontan. Baru setelah berbagai macam ideologi modern masuk, pola perlawanan yang ada juga mengadopsi suatu landasan ideologis dan strategi-taktik gerakan yang modern pula.

Pengaruh komunisme hadir dalam bentuk perlawanan kaum buruh terhadap hegemoni kolonialisme Belanda, sosialisme memberikan kesadaran bangsa sehingga rakyat mulai bangkit melawan menuntut haknya. Semangat militansi perjuangan serikat buruh VSTP dalam usaha mempersatukan kaum buruh


(32)

17

Indonesia, memperjuangkan nasib kaum buruh dalam stabilitas perekonomian dan tuntutan-tuntutan diiringi dengan pemogokan-pemogokan kaum buruh VSTP yang terjadi pada tahun 1920-1923.


(33)

18

C. Paradigma

Keterangan :

: Garis Pengaruh : Garis Pergerakan

Gerakan serikat Buruh VSTP

Pergerakan VSTP dalam memperjuangkan nasib kaum buruh

Pengaruh Sosialis-Komunis

Pemogokan serikat buruh VSTP pada tahun 1920-1923

Upaya persatuan serikat buruh oleh VSTP


(34)

19

REFERENSI

Erich Fromm. 2001. Konsep manusia Menurut Marx. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Halaman 77

Sofyan Fatwa . Dalam http://lamoiko.blogspot.com/2012/10/ideologi-sosialism-dan-paham-anarkisme 8.html diakses pada hari Rabu tanggal 4 Februari 2015. 15:10. Halaman 1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1900. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Halaman 272

Adi Waluyo. Dalam http://sahabatmayacc.blogspot.com/2011/06/pengertian-pergerakan-nasional_16.html diakses pada tanggal 7 Oktober 2013. 19:20. Halaman 1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Op Cit. Halaman 826 Ibid. Halaman 139

Iskandar Tedjasukmana. 2008. Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia. Jakarta. Turc. Halaman 6-7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Op Cit. Halaman 344

Arion. Dalam http://filsafat.kompasiana.com/2011/08/27/penjajahan-391298.html. diakses minggu 20 Oktober 20:40. Halaman 1


(35)

20

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan

Dalam penelitian, metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah

yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. “Metode adalah cara utama

yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat tertentu (Winarno Surakhmad, 1982: 121)

Sedangkan menurut Husin Sayuti (1989: 32) menegaskan bahwa “Metode

merupakan cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan”.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa metode adalah cara kerja yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.

Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu" (Louis Gottschalk, 1986:32)

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa:

Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Hadari Nawawi, 200l:79)


(36)

21

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, maka metode historis adalah suatu cara dalam proses mengumpulkan, menganalisa, dan memahami data-data historis, serta diinterprestasikan secara kritis untuk dijadikan bahan dalam penulisan sejarah kemudian merekonstruksi fakta dan menarik kesimpulan secara tepat. Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode historis adalah:

1. Heuristik, yakni kegiatan menyusun jejak-jejak masa lampau.

2. Kritik sejarah, yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik bentuk maupun isi.

3. Inteprestasi, yakni menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh.

4. Historiografi, menyimpulkan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah (Nugroho Notosusanto, 1984: 84)

Berdasarkan langkah penelitian historis seperti di atas, maka langkah-langkah kegiatan penelitian yangakan peneliti lakukan adalah :

1. Heuristik

Peneliti mencoba mencari serta mengumpulkan data-data yang diperlukan dan berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Kegiatan heuristik akan difokuskan pada literatur-literatur yang berkaitan dengan gerakan serikat buruh VSTP di Semarang.

2. Kritik

Setelah data terkumpul, kegiatan penelitian selanjutnya adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah didapat untuk menguji apakah data tersebut valid atau tidak serta layak menunjang kegiatan penelitian yang dilakukkan. Jenis kritik yang dilakukan dengan kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern adalah mengkritik dengan melihat apakah data yang didapat itu asli atau palsu. Kritik intern adalah mengkritik yang bertujuan


(37)

22

untuk meneliti kebenaran isi data dari sumber data yang sudah didapat.

3. Interpretasi

Peneliti rnelakukan penafsiran terhadap data-data yang telah didapatkannya dan selanjutnya berusaha untuk melakukan analisis data atau peneliti mulai melakukan pembentukan konsep dan generalisasi sejarah.

4. Historiografi

Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah melakukan penyusunan atau penulisan dalam bentuk laporan hingga menjadi sebuah konsep sejarah yang sistematis.

Bersadarkan pendapat kedua ahli di atas, maka metode historis adalah suatu cara dalam mengumpulkan, menganalisa, dan memahami data-data historis, serta diinterpretasikan secara kritis untuk dijadikan bahan dalam penulisan sejarah untuk merekonstruksi fakta dan rnenarik kesimpulan secara tepat.

B. Variabel Penelitian

Menurut pendapat Mohammad Nazir, Variabel dalam arti sederhana adalah suatu konsep yang mempunyai bermacam- macam nilai. (Mohammad Nazir,1988; 149). Sedangkan menurut Pendapat Sumadi Suryabrata bahwa Variabel sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Sumadi Suryabrata, 2000; 72). Sementara, variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Sumadi Suryabrata,2000;72).


(38)

23

objek penelitian. Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Ari Kunto, 1989; 78).

Menurut Hadari Nawawi (1996; 55), Variabel adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur di dalamnya yang dapat bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh pada objek penelitian. Variabel adalah obyek penelitian/atribut, atau apa yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik.

Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah sebuah objek yang mempunyai nilai dan menjadi pusat perhatian dalam sebuah penelitian. dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada gerakan serikat buruh di Semarang pada masa kolonialisme Belanda tahun 1905-1927

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu teknik kepustakaan dan dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan lebih akurat. Teknik pendukung dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Teknik Kepustakaan


(39)

24

dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruangan perpustakaan, misalnya koran, catatan-catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1997: 8).

Menurut pendapat lain teknik studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Nawawi, 1993: 133).

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dalam usaha untuk memperoleh beberapa teori maupun argumen yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan masalah yang diteliti.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, teori, hukum-hukum dan lain-lain, yang berhubungan dengan masalah yang akan di teliti (Nawawi, 1993: 134).

Menurut Suharsimi Arikunto (1989: 188), dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, majalah, surat kabar, agenda, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dengan mengunakan teknik dokumentasi peneliti berusaha untuk mengumpulkan buku-buku, surat kabar, dan film dokumenter tentang gerakan serikat buruh di Semarang pada masa kolonialisme


(40)

25

Belanda tahun 1905-1927.

D. Teknik Analisis Data

Langkah yang harus ditempuh setelah pengumpulan data yaitu analisis data. Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, karena analisis data di gunakan untuk memecahkan masalah penelitian.

Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok : (1) tema apa yang dapat ditemukan pada data-data ini, dan (2) seberapa jauh data-data ini dapat menyokong tema tersebut (Basrowi dan Suwandi. 2008 : 192)

Analisis data menurut Moeleong yaitu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moeleong,2007 : 280).

Dalam hal ini, analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif mengingat data tersebut berupa fenomena-fenomena yang terjadi yang dikumpulkan dalam bentuk laporan dari karangan para sajarawan sehingga memelukan pemikiran yang tepat dalam menyelesaikan masalah penelitian tersebut.

Menurut Kirk dan Miller, dalam Moeleong (2004 : 3) penelitian kualitaif adalah tradisi tertentu dalam lmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan


(41)

26

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwanya.

Sedangkan menurut Bodgan dan Biklen, 1982 dalam Moeleong (2007 : 248), analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data., mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik analisis dala kualitatif menurut Muhammad Ali (1985 : l5l) yaitu:

1. Penyusunan data

Penyusunan data ini merupakan usaha dari peneliti dalam memilih data yang sesuai dengan data yang akan diteliti.

2. Klasifikasi Data

Merupakan usaha dari peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan jenisnya.

3. Pengolahan Data

Setelah data digolong-golongkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti mengolahnya kedalam suasana kalimat serta kronologis sehingga mudah dipahami.

4. Penyimpulan

Setelah melakukan langkah-langkah di atas, maka langkah terakhir dari penelitian ini adalah menyimpulkan hasil dari penelitian sehingga akan memperoleh suatu kesimpulan yang jelas kebenarannya.


(42)

27

REFERENSI

Winarno Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Bandung. Halaman 121

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung: Jakarta. Halaman 32

Louis Gottschalk. penerjemah Nugroho Noto Susanto. 1986. Mengerti Sejarah. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Halaman 32

Hadari Nawawi. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Halaman 79

Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Inti Dayu: Jakarta. Halaman 84

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Kritis. Bina Aksara: Jakarta. Halaman 78

Hadari Nawawi. Op Cit. Halaman 55

Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia : Jakarta. Halaman 8

Hadari Nawawi. Op Cit. Halaman 133 Ibid. Halaman 134

Suharsimi Arikunto. Op Cit. Halaman 188

Basrowi dan Suwandi. 2008. Penelitian Kualitatif. PT. Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 192

Muhammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. Halaman 151


(43)

67

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Tinjauan Historis Gerakan Serikat Buruh di Semarang Pada Masa Kolonial Belanda Tuhun 1917-1923, dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Pengaruh sosialis-komunis dalam pergerakan serikat buruh VSTP (Vereeniging van Spoor-en Tramweg Pesoneel) di Semarang telah mampu membuat gerakan serikat buruh tersebut semakin militan dan lebih radikal jika dibandingkan dengan gerakan serikat buruh sebelum masuknya pengaruh sosialis-komunis di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari peranan Sneevliet, Semaoen, Darsono, dan Tan Malaka. terbukti setelah bergabungnya para tokoh tersebut dalam Organisasi VSTP, organisasi VSTP ini kemudian mampu mengakomodir hampir semua gerakan serikat buruh Indonesia, serta serakan-gerakan serikat buruhnya pun lebih terstruktur.

2. Dinamika konflik dalam pergerakan buruh merencanakan pelembagaan sebuah intitusi vakcentraal yang menggabungkan serikat buruh-serikat buruh yang ada agar kekuatan buruh semakin terorganisir dan kuat. Upaya pembentukan vakcentraal yang dimulai sejak tahun 1916 sering


(44)

68

menemui jalan buntu. Kebuntuan ini terjadi akibat adanya perbedaan orientasi perjuangan pergerakan buruh. Kubu radiakal yang didukung VSTP dan serikat buruh-serikat buruh yang berorientasi pada SI Semarang menginginkan adanya orientasi politik dalam pergerakan buruh di Hindia Belanda, sedang kubu moderat yang terdiri atas PFB, PPPB dan didukung aktivitas-aktivitas CSI (Central Serikat Islam) moderat seperti Hadji Agoes Salim, Sosrokardono dan Abdoel Moeis menginginkan pergerakan buruh hanya melakukan perjuangan ekonomi. Polarisasi ideologi semakin menajam ketika kaum moderat dengan kubu radikal. Puncak dari konflik tersebut adalah perpecahan yang terjadi pada tubuh PPKB. Dalam pertemuan luar biasa PPKB tanggal 18 sampai 20 Juni 1921 di Yogyakarta, kubu radiakal menyatakan diri keluar dari PPKB dan mendirikan vakcentraal baru dengan nama Revolutionnaire Vakcentraal (RV)

3. Pemogokan-pemogokan kaum buruh pada tahun 1920-1923. Ajaran-ajaran sosialis-komunis serta gagasan-gagasannya telah memberikan pengaruh yang cukup besar dalam pergerakan dan perjuangan kaum buruh melawan kolonial Belanda. Tuntutan-tuntutan serta pemogokan-pemogokan yang terjadi pada tahun 1920-1923 di Semarang telah membuat pihak Kolonial Belanda lebih waspada terhadap pergerakan serikat buruh Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dua hal yang dapat diusulkan sebagai saran yang penulis sampaikan diantaranya yaitu:


(45)

69

1. Perkembangan dan kesejahteraan kaum buruh hingga saat ini telah mengalami kemajuan. Bagaimanapun hal tersebut tidak terlepas dari peranan Snevlieet dan kawan kawan dalam memperjuangkan hak-hak kaum buruh terhadap hegemoni Kolonial Belanda. Untuk itulah tidak ada salahnya jika kita mencontoh rasa nasionalisme yang telah dipupuh oleh para pejuang terdahulu. Hal yang perlu kita garis bawahi bahwa rasa Nasionalisme yang selalu bergema kini justru setelah merdeka telah memudar. Untuk itulah kita perlu menjaga kelestarian dari rasa persatuan dan kesatuan.

2. Bagi para peneliti sejarah khususnya, mempelajari dan memahami tentang gerakan serekat buruh di Semarang merupakan suatu hal yang penting, sebab kita dapat mengambil sebuah pelajaran bahwa pengaruh sosialis-komunis telah memberikan kontribusi terhadap perjuangan kaum buruh pada masa pemerintahan Kolonial Belanda.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Sejarah Kebangkitaan Nasional Daerah Jawa Timur. Jakarta. 354 Halaman

---. 1900. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. 954 Halaman

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1994. Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta. 232 Halaman

Fromm, Erich. 2001. Konsep Manusia Menurut Marx. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 352 Halaman

Gottschalk, Romie. penerjemah Nugroho Noto Susanto. 1986. Mengerti Sejarah. Universitas Indonesia Press: Jakarta. 182 Halaman

Gie, Soe Hok. 1999. Di Bawah Lentera Merah. Yayasan Benteng Budaya. Yogyakarta. 68 Halaman

Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. 246 Halaman

Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Inti Dayu: Jakarta. 167 Halaman

--- 1993. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Balai Pustaka. Jakarta. 358 Halaman

Pringgodigdo, A.K. 1986. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. P.T. Dunia Rakyat Jakarta. 256 Halaman

Ricklefs, M. C. 1989. Sejarah Indonesia modern. Monash University. Gajah Mada University Prees. 354 Halaman

Sandra. 2007. Sejarah Pergerakan Kaum Buruh Indonesia. PT Pustaka Rakyat. Jakarta. 176 Halaman


(47)

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung: Jakarta. 139 Halaman

Sulistyo, Bambang. 1995. Pemogokan Buruh Sebuah Kajian Sejarah. PT Tiara Wacana. Yogjakarta. 202 Halaman

Sumarsono. 2007. Dinamika Gerakan Kiri di Kota Praja Semarang Tahun 1914- 1926. (skripsi) Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 92 Halaman

Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Bandung. 187 Halaman

Tedjakusumana, Iskandar. 2008. Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia. Jakarta. Turc. 218 Halaman

Wahyuni, Sri. 2010. Tinjauan Historis Tentang Kontribusi ISDV dalam Organisasi Perjuangan Kebangsaan di Hindia Belanda Tahun 1913-1918. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 54 Halaman

Sumber Lain :

Kenrick. http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:UserProfile/Kenrick95Bot diakses pada tanggal 12 Oktober 2014. 20:35. 5 Halaman

Komaruzaman, Relly. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Istimewa:UserProfile/Relly Komaruzaman diakses pada tanggal 12 Oktober 2014. 21:03. 7 Halaman


(1)

REFERENSI

Winarno Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Bandung. Halaman 121

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung: Jakarta. Halaman 32

Louis Gottschalk. penerjemah Nugroho Noto Susanto. 1986. Mengerti Sejarah. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Halaman 32

Hadari Nawawi. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Halaman 79

Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Inti Dayu: Jakarta. Halaman 84

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Kritis. Bina Aksara: Jakarta. Halaman 78

Hadari Nawawi. Op Cit. Halaman 55

Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia : Jakarta. Halaman 8

Hadari Nawawi. Op Cit. Halaman 133 Ibid. Halaman 134

Suharsimi Arikunto. Op Cit. Halaman 188

Basrowi dan Suwandi. 2008. Penelitian Kualitatif. PT. Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 192

Muhammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. Halaman 151


(2)

67

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Tinjauan Historis Gerakan Serikat Buruh di Semarang Pada Masa Kolonial Belanda Tuhun 1917-1923, dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Pengaruh sosialis-komunis dalam pergerakan serikat buruh VSTP (Vereeniging van Spoor-en Tramweg Pesoneel) di Semarang telah mampu membuat gerakan serikat buruh tersebut semakin militan dan lebih radikal jika dibandingkan dengan gerakan serikat buruh sebelum masuknya pengaruh sosialis-komunis di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari peranan Sneevliet, Semaoen, Darsono, dan Tan Malaka. terbukti setelah bergabungnya para tokoh tersebut dalam Organisasi VSTP, organisasi VSTP ini kemudian mampu mengakomodir hampir semua gerakan serikat buruh Indonesia, serta serakan-gerakan serikat buruhnya pun lebih terstruktur.

2. Dinamika konflik dalam pergerakan buruh merencanakan pelembagaan sebuah intitusi vakcentraal yang menggabungkan serikat buruh-serikat buruh yang ada agar kekuatan buruh semakin terorganisir dan kuat. Upaya pembentukan vakcentraal yang dimulai sejak tahun 1916 sering


(3)

menemui jalan buntu. Kebuntuan ini terjadi akibat adanya perbedaan orientasi perjuangan pergerakan buruh. Kubu radiakal yang didukung VSTP dan serikat buruh-serikat buruh yang berorientasi pada SI Semarang menginginkan adanya orientasi politik dalam pergerakan buruh di Hindia Belanda, sedang kubu moderat yang terdiri atas PFB, PPPB dan didukung aktivitas-aktivitas CSI (Central Serikat Islam) moderat seperti Hadji Agoes Salim, Sosrokardono dan Abdoel Moeis menginginkan pergerakan buruh hanya melakukan perjuangan ekonomi. Polarisasi ideologi semakin menajam ketika kaum moderat dengan kubu radikal. Puncak dari konflik tersebut adalah perpecahan yang terjadi pada tubuh PPKB. Dalam pertemuan luar biasa PPKB tanggal 18 sampai 20 Juni 1921 di Yogyakarta, kubu radiakal menyatakan diri keluar dari PPKB dan mendirikan vakcentraal baru dengan nama Revolutionnaire Vakcentraal (RV)

3. Pemogokan-pemogokan kaum buruh pada tahun 1920-1923. Ajaran-ajaran sosialis-komunis serta gagasan-gagasannya telah memberikan pengaruh yang cukup besar dalam pergerakan dan perjuangan kaum buruh melawan kolonial Belanda. Tuntutan-tuntutan serta pemogokan-pemogokan yang terjadi pada tahun 1920-1923 di Semarang telah membuat pihak Kolonial Belanda lebih waspada terhadap pergerakan serikat buruh Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dua hal yang dapat diusulkan sebagai saran yang penulis sampaikan diantaranya yaitu:


(4)

69

1. Perkembangan dan kesejahteraan kaum buruh hingga saat ini telah mengalami kemajuan. Bagaimanapun hal tersebut tidak terlepas dari peranan Snevlieet dan kawan kawan dalam memperjuangkan hak-hak kaum buruh terhadap hegemoni Kolonial Belanda. Untuk itulah tidak ada salahnya jika kita mencontoh rasa nasionalisme yang telah dipupuh oleh para pejuang terdahulu. Hal yang perlu kita garis bawahi bahwa rasa Nasionalisme yang selalu bergema kini justru setelah merdeka telah memudar. Untuk itulah kita perlu menjaga kelestarian dari rasa persatuan dan kesatuan.

2. Bagi para peneliti sejarah khususnya, mempelajari dan memahami tentang gerakan serekat buruh di Semarang merupakan suatu hal yang penting, sebab kita dapat mengambil sebuah pelajaran bahwa pengaruh sosialis-komunis telah memberikan kontribusi terhadap perjuangan kaum buruh pada masa pemerintahan Kolonial Belanda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Sejarah Kebangkitaan Nasional Daerah Jawa Timur. Jakarta. 354 Halaman

---. 1900. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. 954 Halaman

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1994. Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta. 232 Halaman

Fromm, Erich. 2001. Konsep Manusia Menurut Marx. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 352 Halaman

Gottschalk, Romie. penerjemah Nugroho Noto Susanto. 1986. Mengerti Sejarah. Universitas Indonesia Press: Jakarta. 182 Halaman

Gie, Soe Hok. 1999. Di Bawah Lentera Merah. Yayasan Benteng Budaya. Yogyakarta. 68 Halaman

Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. 246 Halaman

Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Inti Dayu: Jakarta. 167 Halaman

--- 1993. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Balai Pustaka. Jakarta. 358 Halaman

Pringgodigdo, A.K. 1986. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. P.T. Dunia Rakyat Jakarta. 256 Halaman

Ricklefs, M. C. 1989. Sejarah Indonesia modern. Monash University. Gajah Mada University Prees. 354 Halaman

Sandra. 2007. Sejarah Pergerakan Kaum Buruh Indonesia. PT Pustaka Rakyat. Jakarta. 176 Halaman


(6)

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung: Jakarta. 139 Halaman

Sulistyo, Bambang. 1995. Pemogokan Buruh Sebuah Kajian Sejarah. PT Tiara Wacana. Yogjakarta. 202 Halaman

Sumarsono. 2007. Dinamika Gerakan Kiri di Kota Praja Semarang Tahun 1914- 1926. (skripsi) Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 92 Halaman

Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Bandung. 187 Halaman

Tedjakusumana, Iskandar. 2008. Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia. Jakarta. Turc. 218 Halaman

Wahyuni, Sri. 2010. Tinjauan Historis Tentang Kontribusi ISDV dalam Organisasi Perjuangan Kebangsaan di Hindia Belanda Tahun 1913-1918. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 54 Halaman

Sumber Lain :

Kenrick. http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:UserProfile/Kenrick95Bot diakses pada tanggal 12 Oktober 2014. 20:35. 5 Halaman

Komaruzaman, Relly. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Istimewa:UserProfile/Relly Komaruzaman diakses pada tanggal 12 Oktober 2014. 21:03. 7 Halaman