Pengaruh Corporate Governance Terhadap K

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan bisnis yang terjadi dalam suatu perusahaan,

maka perusahaan perlu untuk memperoleh sejumlah dana dari berbagai pihak untuk
pembiayaan investasi atau operasional perusahaan. Dalam rangka memperoleh dana
tersebut, maka perusahaan perlu mengeluarkan sejumlah biaya yang akan
mempermudah perolehan dana tersebut yang disebut dengan biaya ekuitas (cost of
equity).
Biaya ekuitas mengacu pada tingkat pengembalian yang merupakan hak
investor atas investasinya di perusahaan tertentu. Salah satu cara untuk dapat
mengamati atau mengetahui secara langsung tingkat return yang diharapkan
investor adalah melalui biaya ekuitas. Brigham dan Houston (2011) menjelaskan
bahwa biaya ekuitas mencerminkan tingkat pengembalian yang diminta investor
atau suatu efek bagi perusahaan, sehingga dapat diartikan bahwa biaya ekuitas suatu

perusahaan adalah bagian yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memberi
kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu. Namun, di sisi lain,
tingginya biaya ekuitas menjadi salah satu penghambat perkembangan perusahaan,
karena semakin tinggi biaya ekuitas maka semakin sedikit laba hasil usaha yang
dapat ditahan untuk menambah ekuitas perusahaan.
Informasi laba merupakan unsur utama yang digunakan dalam laporan
keuangan dan dapat sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena

2

memiliki nilai prediktif (FASB, 1980) dalam Boediono (2005). Tujuan utama dari
pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang
berkepentingan dalam laporan keuangan (Hendriksen dan Breda, 2000). Oleh
karena itu, informasi laba banyak digunakan sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi
kinerja perusahaan (Dechow, 1995).
Suatu informasi mengenai laba dikatakan berkualitas apabila dapat
mempengaruhi keputusan para pengambilan keputusan, baik keputusan investasi
maupun divestasi. Di antara kriteria utama kualitas laba atau laporan keuangan
adalah relevan dan reliabel. Dikatakan relevan apabila informasi laporan keuangan
yang disediakan dapat mempengaruhi keputusan dan dikatakan reliabel apabila

informasi tersebut dapat dipercaya yang ditunjukkan dengan bergantungnya
pengambil keputusan pada informasi laporan keuangan tersebut.
Laba yang berkualitas akan mempengaruhi keputusan para pemegang saham
untuk dapat memberikan sejumlah dana yang akan digunakan dalam pembiayaan
investasi

atau

operasional. Akibat

dari

hal

tersebut,

perusahaan

dapat


meminimalkan biaya ekuitas, sehingga laba yang berkualitas akan menurunkan
biaya ekuitas.
Asbaugh et al. (2004) menyimpulkan bahwa kualitas informasi dari laporan
keuangan juga mempengaruhi biaya ekuitas. Kualitas laba seharusnya mampu
menjadi indikator dalam memprediksi arus kas masa depan. Namun, komponen
akrual di dalam laba dapat menjadi sumber ketidakpastian yang dapat mengurangi
kemampuan laba dalam memproyeksikan arus kas masa depan. Dengan
menggunakan kualitas laba akrual sebagai proksi risiko informasi, Francis et al.

3

(2008) menyatakan bahwa perusahaan di Amerika Serikat dengan kualitas akrual
lebih buruk ternyata menurunkan kualitas laba dan pengungkapan sukarela terhadap
biaya ekuitas. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas laba yang buruk meningkatkan
biaya ekuitas. Sebaliknya, kualitas laba yang baik akan menurunkan biaya ekuitas.
Namun, adanya kepentingan yang berbeda antara pihak manajemen dengan
pemilik seringkali menyebabkan informasi laba yang bias. Pihak manajemen
sebagai pengelola perusahaan berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi, informasi yang disampaikan kadang tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Pemikiran bahwa pihak

manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan keuntungan bagi
dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan bahwa setiap orang
mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan,
konflik yang terjadi akibat kepemilikan ini disebut dengan konflik keagenan.
Akibat dari adanya permasalahan tersebut, corporate governance dibentuk
untuk mengatasi masalah keagenan. Corporate governance meliputi sebuah
gambaran yang luas dari mekanisme yang diharapkan dapat mengurangi
permasalahan agen dengan meningkatkan pengawasan manajemen tindakan,
membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi risiko informasi yang
akan ditanggung investor.
Babatunde dan Olaniran (2009) menyatakan bahwa mekanisme corporate
governance dapat dibagi menjadi dua, yakni mekanisme internal dan mekanisme
eksternal. Salah satu mekanisme internal corporate governance adalah dewan

4

komisaris (board of directors). Untuk membantu tugas dan tanggung jawabnya,
dewan komisaris dibantu oleh komite audit. Sedangkan mekanisme eksternal dari
corporate governance adalah kualitas audit (ukuran dan tenur kantor akuntan

publik).
Fungsi utama dewan komisaris menurut Indonesian Code For Corporate
Governance (FCGI) adalah memberikan supervise kepada direksi dalam
menjalankan tugasnya dan berkewajiban memberikan pendapat serta saran apabila
diminta direksi. Selain itu, ada pula tugas komite audit yang berhubungan dengan
kualitas laporan keuangan, karena komite audit diharapkan dapat membantu dewan
komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan
oleh manajemen. Komite audit merupakan salah satu komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dengan tugas dan
tanggung jawab utama untuk memastikan prinsip-prinsip good corporate
governance (GCG) di suatu perusahaan, di mana independensi, transparansi,
akuntabilitas dan tanggung jawab, serta sikap adil menjadi prinsip dan landasan
organisasi perusahaan.
Tenur kantor akuntan publik (KAP) merupakan masa penugasan auditor
eksternal. Jiang et al. (2008) menyatakan bahwa semakin panjang tenur KAP akan
membuat independensi KAP menurun sehingga KAP tidak mampu mendeteksi
kecurangan pelaporan keuangan. Tenur yang jangka waktunya semakin panjang
akan menyebabkan adanya overfamiliarity dengan klien. Namun, Johnson et al.
(2002) menyatakan bahwa tenur KAP yang semakin panjang dapat meningkatkan
kualitas laba karena semakin lama auditor mengaudit, semakin dalam dan


5

menyeluruh pengetahuan auditor mengenai perusahaan sehingga dapat menekan
manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Ukuran KAP sebagai sebuah hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
kualitas audit. Besarnya ukuran KAP berkaitan dengan kompetensi yang berkualitas
yang menjadi salah satu acuan dalam menilai kualitas laporan keuangan. Becker et
al. (1998) dan Francis et al. (1999) menjelaskan bahwa KAP yang termasuk Big
Four mampu membatasi tindakan manajemen laba karena memiliki kompetensi dan
independensi yang lebih dibandingkan dengan non Big Four.
Melalui penjelasan tersebut, maka keberadaan corporate governance dapat
mempengaruhi kualitas laba. Dengan adanya corporate governance dalam
perusahaan, maka akan mempengaruhi kualitas dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan perusahaan bermanfaat sebagai sumber informasi dalam
mengukur nilai perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi.
Corporate governance pada dasarnya menyangkut tentang perilaku para eksekutif
manajemen perusahaan untuk melindungi kepentingan pemilik perusahaan atau
pemegang saham (Lestari, 2014).
Penerapan good corporate governance dapat menurunkan biaya ekuitas.

Penerapan good corporate governance dapat mengurangi konflik yang terjadi
antara pihak manajemen (agen) dan pemilik (prinsipal) sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Peningkatan kepercayaan
terhadap perusahaan akan membuat investor semakin yakin terhadap prospek
perusahaan. Investor akan memberikan dana yang dibutuhkan perusahaan dengan
mudah. Ketika dana yang dibutuhkan perusahaan sudah mencukupi, maka

6

perusahaan akan mengurangi kebutuhan dana dari pihak eksternal, sehingga hal ini
akan menurunkan biaya ekuitas.
Siregar dan Susanto (2012) menyatakan bahwa efektivitas dewan komisaris
sebagai salah satu bagian dari mekanisme internal corporate governance tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hal ini menjelaskan bahwa
pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris cenderung belum begitu efektif.
Efektivitas komite audit cenderung memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap kualitas laba. Artinya, semakin tinggi efektivitas komite audit maka
semakin tinggi kualitas laba. Tenur KAP dan KAP Big Four tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hal ini menjelaskan bahwa tenur KAP
dan KAP Big Four mungkin bukanlah proksi yang tepat untuk mengukur kualitas

audit di negara yang memiliki risiko litigasi yang cukup rendah seperti di Indonesia.
Berkaitan dengan biaya ekuitas, Siregar dan Susanto (2012) menyatakan
bahwa kualitas laba cenderung berpengaruh positif signifikan terhadap biaya
ekuitas. Efektivitas dewan komisaris memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
biaya ekuitas. Hal ini menjelaskan kecenderungan bahwa investor melihat fungsi
pengawasan yang dilakukan dewan komisaris masih kurang efektif sehingga belum
mampu menurunkan risiko asimetri informasi antara pihak manajemen dan investor.
Efektivitas komite audit cenderung berpengaruh positif dan signifikan terhadap
biaya ekuitas. Hal ini menjelaskan bahwa investor belum memperhatikan efektivitas
komite audit yang diungkapkan dalam laporan tahunan dan masih menganggap
bahwa keberadaan komite audit dalam memberikan pengawasan masih kurang
efektif dan hanya sebatas pada ketaatan terhadap peraturan pasar modal sehingga

7

menambah biaya bagi perusahaan. Kualitas audit menggunakan ukuran KAP tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas dan tenur KAP terbukti
berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas dengan signifikansi marjinal ketika
kualitas laba diproksikan dengan earnings variability dan common factor.
Selain itu, Sumito (2013) menyatakan bahwa dewan komisaris tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hal ini menjelaskan bahwa
keberadaaan dewan komisaris tidak begitu membantu dalam memonitor manajemen
perusahaan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan finansial atau akses
terhadap informasi yang relevan untuk memperbaiki laba perusahaan. Efektivitas
komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hal ini menjelaskan
bahwa terdapat kemungkinan bahwa keberadaan komite audit yang tinggi bukan
merupakan jaminan bahwa laba perusahaan akan semakin baik, sehingga pasar
menganggap keberadaan komite audit bukanlah faktor yang mereka pertimbangkan.
Berkaitan dengan biaya ekuitas, Sumito (2013) menyatakan bahwa kualitas
laba berpengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya ekuitas. Hal ini menjelaskan
bahwa rendahnya kualitas laba mendorong investor untuk mengeluarkan biaya yang
lebih dalam mengawasi tindakan dari manajemen. Efektivitas dewan komisaris
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap biaya ekuitas. Keberadaan dewan
komisaris masih dianggap hanya sebatas pada ketaatan terhadap peraturan pasar
modal dan belum sepenuhnya digunakan sebagai fungsi pengawasan. Efektivitas
komite audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya ekuitas. Dengan
adanya komite audit yang memiliki pemahaman atas proses penyusunan laporan

8


keuangan akan meningkatkan pengawasan yang lebih efektif sehingga risiko
informasi yang dimiliki investor akan berkurang.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Siregar dan Susanto
(2012) yang meneliti tentang pengaruh corporate governance terhadap kualitas laba
dan dampaknya terhadap biaya ekuitas. Siregar dan Susanto (2012) menggunakan
data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2009. Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah data yang digunakan peneliti
merupakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk
mengambil judul: “PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KUALITAS LABA DAN DAMPAKNYA TERHADAP BIAYA EKUITAS”.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan dari penjelasan latar belakang di atas, penulis merumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh dari adanya penerapan corporate governance
terhadap kualitas laba?

2. Apakah terdapat pengaruh dari adanya penerapan corporate governance
terhadap biaya ekuitas?
3. Apakah terdapat pengaruh dari kualitas laba terhadap biaya ekuitas?
4. Apakah kualitas laba memediasi hubungan antara corporate governance
terhadap biaya ekuitas?

9

1.3.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji pengaruh dari penerapan corporate governance terhadap
kualitas laba perusahaan
2. Untuk menguji pengaruh dari penerapan corporate governance terhadap biaya
ekuitas
3. Untuk menguji pengaruh dari kualitas laba terhadap biaya ekuitas perusahaan
4. Untuk menguji mediasi kualitas laba antara corporate governance terhadap
biaya ekuitas

1.4.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Investor
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemegang saham dalam
menganalisis dan menetapkan pilihan investasi yang tepat, sehingga dapat
memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko yang ditanggung atas
investasinya.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada perusahaan bahwa corporate
governance yang baik dapat meningkatkan kualitas laba dan mengurangi biaya

10

ekuitas perusahaan sehingga meningkatkan motivasi bagi perusahaan untuk
menerapkan good corporate governance.
3. Bagi Regulator
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan yang terkait dengan pentingnya penerapan good corporate
governance maupun peningkatan kualitas laba pada perusahaan publik.

11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1

Review Penelitian Terdahulu
Penelitian Xie et al. (2003) menemukan bahwa jumlah rapat dewan

komisaris dan komite audit memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
akrual diskresioner. Komposisi dewan komisaris dan komite audit akan berpengaruh
terhadap tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Frekuensi rapat
dewan komisaris dan komite audit dapat menurunkan tingkat akrual diskresioner.
Kemampuan dewan komisaris dan komite audit merupakan faktor penting yang
dapat menghambat manajer untuk terlibat dengan manajemen laba.
Berkaitan dengan biaya ekuitas, penelitian Ashbaugh et al. (2004) yang
menyimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit independen yang
lebih banyak mempunyai biaya ekuitas yang rendah. Demikian juga dengan
proporsi komite audit yang memiliki perusahaan di bidang keuangan dan akuntansi
berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas. Penelitian ini menggunakan data yang
diperoleh dari Investor Responsibility Research Center (IRRC) dan data dari
Corporate Library dari tahun 1995-2002.
Penelitian Khurana dan Roman (2004) menemukan bahwa kualitas audit
menggunakan ukuran KAP Big Four dapat memberikan assurance yang lebih tinggi
atas keandalan laporan keuangan sehingga perusahaan yang diaudit oleh KAP Big
Four memiliki biaya ekuitas yang rendah dibandingkan dengan yang diaudit oleh
non Big Four.

12

Penelitian Vafeas (2005) mengatakan bahwa peranan dewan komisaris juga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen
laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Penelitian ini
menggunakan 252 data perusahaan di Amerika Serikat (1994-2000). Penelitian ini
menyimpulkan bahwa komite audit yang dibentuk dalam perusahaan sebagai
sebuah komite khusus diharapkan dapat memaksimalkan fungsi pengawasan yang
sebelumnya dilakukan oleh dewan komisaris.
Penelitian Suaryana (2007) menemukan bahwa perusahaan dengan
keberadaan komite audit memiliki earnings response coefficient (ERC) yang besar
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki komite audit. Penelitian ini
menggunakan ERC dalam mengukur kualitas laba. Sampel dalam penelitian ini
terdiri dari 97 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data
yang diperoleh menggunakan purposive sampling method.

ERC diestimasi

berdasarkan metode pooled-cross sectional coefficient dan metode firm specific
coefficient dalam periode 2001–2002.
Penelitian Byun et al. (2008) menemukan bahwa praktek corporate
governance berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas yang diestimasikan. Di
antara beberapa keunggulan dari corporate governance, dampak yang paling
signifikan terjadi adalah perlindungan hak pemegang saham yang dapat
menurunkan biaya ekuitas. Penelitian ini menggunakan data unik yang mengatur
tingkat praktek corporate governance yang disediakan oleh Korean Corporate
Governance Service (KCGS).

13

Penelitian Fernando et al. (2008) menemukan bahwa ukuran auditor,
spesialisasi industri, dan tenur berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas.
Penelitian ini berfokus pada dua karakteristik auditor dan dua karakteristik
hubungan antara klien-auditor. Karakteristik auditor yang dimaksud yaitu ukuran
KAP dan auditor spesialisasi industri. Sedangkan karakteristik hubungan antara
klien-auditor yang dimaksud yaitu opini auditor dan tenur KAP.
Penelitian Farida (2012) menemukan bahwa keberadaan dewan komisaris
berdampak signifikan dan bersifat positif terhadap discretionary accruals.
Penelitian ini menggunakan data perusahaan manufaktur yang listing di BEI (2007–
2009) sebagai objek penelitian. Dengan menggunakan purposive sampling
technique, penelitian ini memperoleh 118 perusahaan di mana menggunakan
program SPSS dalam analisis regresi berganda.
Penelitian Putra et al. (2012) menjelaskan bahwa tenur berdampak positif
dan signifikan terhadap kualitas audit serta berdampak secara tidak langsung
terhadap kualitas laba melalui kualitas audit. Penelitian ini memperhatikan
pengaruh langsung dan tidak langsung melalui kualitas audit terhadap kualitas laba.
Tenur dinilai berdasarkan jumlah tahun KAP mengaudit suatu perusahaan, di mana
kualitas audit diukur dengan menggunakan current accruals dan kualitas laba
diukur dengan manajemen laba. Penelitian ini menggunakan data perusahaan
manufaktur 2006–2010 sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Penelitian Shalicha (2012) menemukan bahwa tenur audit tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap kualitas laba, sementara reputasi KAP dan komite
audit memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Penelitian ini

14

menggunakan data dari 51 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari tahun 2008-2010. Data mengenai informasi akuntansi
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Sementara data mengenai informasi
tentang nama KAP diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan
komite audit diperoleh dari laporan tahunan perusahaan. Data kemudian dianalisis
menggunakan analisis regresi linear berganda.
Penelitian Siregar dan Susanto (2012) menemukan bahwa efektivitas dewan
komisaris dan ukuran KAP tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas
laba dan terhadap biaya ekuitas. Efektivitas komite audit berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laba. Efektivitas komite audit dan tenur KAP
berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya ekuitas. Dengan tambahan,
kualitas akrual, earnings variability dan common factor sebagai proksi kualitas laba
berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas. Penelitian ini menggunakan data
perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2009.
Penelitian Sumito (2013) menyimpulkan bahwa efektivitas dewan komisaris
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas, tetapi efektivitas komite
audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya ekuitas. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa kualitas laba tidak memediasi hubungan antara efektivitas
dewan komisaris terhadap biaya ekuitas, tetapi kualitas laba memediasi hubungan
antara efektivitas komite audit terhadap biaya ekuitas. Kualitas laba dalam
penelitian ini diukur dengan kualitas akrual diskresioner dengan model Francis et
al. (2005). Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 perusahaan dari sektor
industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2010.

15

Berikut adalah ringkasan penelitian terdahulu yang digunakan dalam
penelitian ini:
Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.

1

Penulis (Tahun)

Xie et al. (2003)

Judul Penelitian
Earnings

Variabel
Variabel

Hasil Penelitian
Keberadaan dewan

Management and

Independen: Dewan

komisaris dan komite

Corporate

Komisaris, Komite

audit mengakibatkan

Governance: The

Audit

akrual diskresioner

Role of the Board

yang rendah.

and the Audit

Variabel Dependen:

Committee

Manajemen Laba
Variabel

Keberadaan komite

Independen: Komite

audit independen dan

Audit

proporsi komite audit

Corporate
yang memiliki
Asbaugh et al.

Governance and

2
(2004)

Variabel Dependen:

keahlian di bidang

Biaya Ekuitas

keuangan dan

Cost of Equity
Capital
akuntansi
berpengaruh negatif

3

Khurana dan
Roman (2004)

Litigation Risk and

Variabel

terhadap biaya ekuitas
Audit KAP Big Four

the Financial

Independen: KAP

berdampak pada

Reporting

Big Four

penurunan biaya

Credibility of Big 4

ekuitas di Amerika

versus non Big 4

Variabel Dependen:

Serikat, namun tidak

Audits: Evidence

Biaya Ekuitas

di Australia, Kanada,

16

from Anglo-

dan Inggris.

American
Countries
Variabel

Ukuran dewan

Independen: Dewan

komisaris dan komite

Komisaris, Komite

audit berdampak

Audit

signifikan terhadap

Audit Committee,
Boards, and
4

Vafeas (2005)
Quality of Reported

kualitas laba
Earnings
Variabel Dependen:
Kualitas Laba
Variabel

Perusahaan dengan

Independen: Komite

keberadaan komite

Audit

audit memiliki

Pengaruh Komite
Earnings Response
5

Suaryana (2007)

Audit terhadap
Variabel Dependen:

Coefficient yang

Kualitas Laba

tinggi dibandingkan

Kualitas Laba
perusahaan yang tidak
Variabel

memiliki komite audit
Praktek corporate

The Implied of Cost

Independen:

governance

of Equity Capital

Corporate

berpengaruh negatif

and Corporate

Governance

terhadap biaya ekuitas

Byun et al.
6
(2008)

yang diestimasikan

Governance
Practices

Variabel Dependen:
Biaya Ekuitas

7

Fernando et al.
(2008)

Audit Quality

Variabel Dependen:

Ukuran KAP,

Attributes, Client

Tenur KAP dan

spesialisasi industri,

17

Ukuran KAP

dan tenur berdampak

Size, and Cost of

Variabel

negatif terhadap biaya

Capital

Independen: Biaya

ekuitas

Pengaruh Dewan

Ekuitas
Variabel

Dewan komisaris

Komisaris

Independen: Dewan

berdampak signifikan

Independen

Komisaris

dan memilki

terhadap Kualitas

hubungan positif

Dessy Nour
8

Laba dengan

Variabel Dependen:

terhadap

Konsentrasi

Kualitas Laba

discretionary accrual

Variabel

Tenur KAP

Pengaruh Tenur

Independen: Tenur

berdampak positif dan

terhadap Kualitas

KAP

signifikan terhadap

Farida (2012)
Kepemilikan
sebagai Variabel
Pemoderasi

Putra et al.

Laba dengan

kualitas audit, tenur

9
(2012)

Kualitas Audit

Variabel Dependen:

dapat mempengaruhi

sebagai Variabel

Kualitas Laba

secara tidak langsung

Intervening
10

Shalicha (2012)

melalui kualitas audit

Pengaruh Tenur,

Variabel

terhadap kualitas laba
Tenur audit tidak

Reputasi KAP, dan

Independen: Tenur

memiliki pengaruh

Komite Audit

KAP, Komite Audit

signifikan terhadap

terhadap Kualitas
Laba

kualitas laba,
Variabel Dependen:

sementara reputasi

Kualitas Laba

KAP dan komite audit

18

memiliki pengaruh
signifikan terhadap
11

Siregar dan
Susanto (2012)

Corporate

Variabel

kualitas laba
Efektivitas dewan

Governance,

Independen: Dewan

komisaris dan ukuran

Kualitas Laba, dan

Komisaris, Komite

KAP tidak memiliki

Biaya Ekuitas

Audit, Tenur KAP,

pengaruh signifikan

KAP Big Four

terhadap kualitas laba
dan terhadap biaya

Variabel

ekuitas. Efektivitas

Intervening:

komite audit

Kualitas Laba

berpengaruh positif
dan signifikan

Variabel Dependen:

terhadap kualitas laba.

Biaya Ekuitas

Efektivitas komite
audit dan tenur KAP
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap biaya
ekuitas. Dengan
tambahan, kualitas
akrual, earnings
variability dan
common factor
sebagai proksi
kualitas laba

19

berpengaruh negatif
Variabel

terhadap biaya ekuitas
Efektivitas dewan

Independen: Dewan

komisaris tidak

Komisaris, Komite

memiliki pengaruh

Audit

signifikan terhadap
biaya ekuitas, tetapi

Variabel

efektivitas komite

Mekanisme

Intervening:

audit berpengaruh

Pengawasan Good

Kualitas Laba

negatif dan signifikan

Corporate

12

Sumito (2013)

terhadap biaya

Governance

Variabel Dependen:

ekuitas.

terhadap Biaya

Biaya Ekuitas

Kualitas laba tidak

Ekuitas dan

memediasi hubungan

Kualitas Laba

antara efektivitas

sebagai Variabel

dewan komisaris

Intervening

terhadap biaya
ekuitas, tetapi kualitas
laba memediasi
hubungan antara
efektivitas komite
audit terhadap biaya
ekuitas

Sumber: Dari berbagai penelitian

2.2.

Landasan Teori

20

2.2.1. Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang menjelaskan bahwa
hubungan agensi timbul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan
orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling,
1976). Prinsipal atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan perusahaan
terhadap pihak manajemen. Manajer sebagai pihak yang diberi wewenang atas
kegiatan perusahaan dan berkewajiban menyediakan laporan keuangan akan
cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya dan
mengorbankan kepentingan pemegang saham.
Sebagai pengelola perusahaan, manajer akan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan dibandingkan pemilik (pemegang
saham). Prinsipal mengharuskan manajer agar dapat memberikan sinyal berkaitan
dengan kondisi perusahaan, namun terkadang sinyal yang diberikan kepada
prinsipal tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya, sehingga hal ini
memacu terjadinya konflik keagenan. Dalam kondisi yang demikian ini dikenal
sebagai asimetri informasi (information asymmetric).
Elsenhardt (1989), menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna
menjelaskan tentang teori agensi, yaitu:
a. Asumsi tentang manusia: menekankan bahwa daya tarik terbatas mengenai
persepsi masa mendatang, dan manusia selalu menghindari risiko.
b. Asumsi keorganisasian: menekankan adanya konflik antar anggota organisasi,
efektivitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent.

21

c. Asumsi informasi: menekankan bahwa informasi sebagai barang komoditi yang
dapat diperjualbelikan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diuraikan bahwa masing-masing
individu hanya termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan
konflik kepentingan antara pemilik dengan manajemen. Pihak pemilik merasa
termotivasi mengadakan kontrak untuk memperkaya dirinya dengan profitabilitas
yang selalu meningkat. Di sisi lain, pihak manajer termotivasi untuk
memaksimalkan pemenuhan jasmaninya, antara lain dalam hal memperoleh
investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Akibat dari adanya perbedaan kepentingan mengakibatkan adanya
perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen disebut agency problem. Salah
satu penyebab permasalahan agen adalah asimetri informasi. Asimetri informasi
adalah ketidaksesuaian informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika
prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja manajemen
ataupun sebaliknya, agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapabilitas
diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan (Murni, 2003).
Menurut Jensen dan Meckling (1976), adanya masalah keagenan dapat
menimbulkan biaya agensi yang terdiri dari:
a. The monitoring expenditure by the principle, merupakan biaya pengawasan
yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengawasi perilaku dari agen dalam
mengelola perusahaan.

22

b. The bounding expenditure by the agent (bounding cost), merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak bertindak yang
merugikan prinsipal.
c. The residual loss, merupakan penurunan tingkat utilitas prinsipal maupun agen
karena adanya hubungan agensi.

2.2.2. Corporate Governance
Corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee
pada tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report. Menurut
Cadbury Committee (1992), corporate governance merupakan suatu sistem yang
berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan
pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya dan stakeholders
pada umumnya.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia – FCGI (2001),
corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat didefinisikan bahwa corporate
governance merupakan suatu sistem yang dibangun untuk mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan sehungga tercipta tata hubungan yang baik, adil, dan
transparan di antara berbagai pihak terkait dan memiliki kepentingan dalam

23

perusahaan. Pihak-pihak yang terkait yang dimaksud terdiri dari pihak internal yang
bertugas mengelola perusahaan dan pihak eksternal yang meliputi pemegang saham,
kreditur, dan lain-lain.
Menurut FCGI (2001), terdapat 4 manfaat dari penerapan corporate
governance, yaitu: (1) meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta
lebih

meningkatkan

pelayanan

kepada

stakeholders,

(2)

mempermudah

diperolehnya dana dan pembiayaan yang lebih murah dari investor maupun kreditur
(menurunkan biaya ekuitas), (3) mengembalikan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya di Indonesia, dan (4) pemegang saham akan merasa puas
dengan kinerja perusahaan sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan
dividen. Oleh sebab itu, perlu disadari bahwa penerapan good corporate
governance merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi agar perusahaan dapat
mencapai pertumbuhan yang berkualitas dan berkesinambungan.

2.2.2.1.Dewan Komisaris
Keberadaan dewan komisaris sangat diperlukan dalam mendorong
diterapkannya prinsip dan praktek tata kelola perusahaan yang baik. Fungsi utama
dewan komisaris menurut Indonesian Code for Corporate Governance adalah
memberikan supervise kepada direksi dalam menjalankan tugasnya. Dewan
komisaris juga berkewajiban memberikan pendapat dan saran apabila diminta
direksi.

24

Dalam menjalankan tugasnya, para anggota dewan komisaris wajib bersikap
independen. Komisi Nasional Kebijakan Governance - KNKG (2006) menyatakan
bahwa komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham
mayoritas, serta bebas dari hubungan bisnis dan/atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau semata-mata demi
kepentingan perusahaan. Anggota komisaris independen tidak terkait dengan
kegiatan operasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan diharapkan harus
memiliki keahlian dalam bidang akuntansi atau keuangan.
Di Indonesia, regulator telah menekankan pentingnya pengawasan yang
dilakukan oleh komisaris independen dalam mewujudkan praktek GCG. Peraturan
BEJ No. 1A Tahun 2001 tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas
di Bursa mewajibkan seluruh perusahaan yang tercatat di BEI untuk mewakilkan
dewan komisaris independen dengan jumlah komisaris independen minimum 30%
dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris. Adapun tugas dari komisaris
independen menurut KNKG (2006), antara lain:
1. Menjamin transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan.
2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan pemangku
kepentingan lainnya.
3. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara
wajar dan adil.
4. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku.
5. Menjamin akuntabilitas organisasi perseroan.

25

2.2.2.2.Komite Audit
Komite audit merupakan elemen kunci di dalam struktur corporate
governance yang

membantu mengendalikan dan memonitor manajemen.

Komite audit merupakan salah satu komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dengan tugas dan
tanggung jawab utama untuk memastikan prinsip-prinsip good corporate
governance

di

suatu

perusahaan,

dimana

independensi, transparansi,

akuntabilitas dan tanggungjawab, serta sikap adil menjadi prinsip dan landasan
organisasi perusahaan. Investor sebagai pihak luar perusahaan tidak dapat
mengamati secara langsung kualitas sistem informasi perusahaan sehingga
persepsi mengenai kinerja komite audit akan mempengaruhi penilaian investor
terhadap kualitas laba perusahaan.
Komite audit memiliki peran penting dalam tugas membantu dewan
komisaris untuk melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal
tersebut terutama berkaitan dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan
akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan

keuangan,

dengan tujuan melindungi kepentingan pemegang saham.
Komite audit memberikan kontribusi bagi pengembangan rencana
strategis perusahaan dengan memberikan masukan dan rekomendasi kepada dewan
berkaitan dengan masalah keuangan atau operasional. Oleh karena itu, komite
audit yang efektif akan fokus pada peningkatan kinerja dan daya saing perusahaan,
terutama pada lingkungan bisnis yang berubah diluar kontrol perusahaan dan

26

fokus pada optimalisasi kekayaan pemegang saham sehingga dapat mencegah
maksimalisasi kepentingan pribadi oleh manajemen.
Dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, Bursa Efek
Indonesia (BEI) mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang pembentukan
komite audit. Peraturan mewajibkan perusahaan yang terdaftar di BEI memiliki
komite audit. Komite audit harus beranggotakan 30% anggota independen,
memiliki keahlian dalam bidang akuntansi.

2.2.2.3.Tenur KAP
Menurut Carey dan Simnett (2006) mendefinisikan tenur auditor sebagai
lamanya auditor melakukan audit pada perusahaan klien. Tenur merupakan lamanya
hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun. Indikator tenur
menurut Geigher dan Raghunandan (2002) meliputi (1) lamanya bekerja, dan (2)
frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan.
Masa penugasan auditor terhadap klien dapat mempengaruhi kualitas
laporan keuangan. Semakin panjang masa penugasan auditor akan membuat
independensi KAP menurun dan menyebabkan KAP tidak mampu mendeteksi
kecurangan pelaporan keuangan. Tenur yang panjang juga menyebabkan adanya
kedekatan antara auditor dank lien sehingga independensi KAP menurun.
Di sisi lain, Giri (2010) menyatakan bahwa tenur audit yang singkat
meningkatkan kos audit bagi klien, menurunkan kualitas audit dan hanya sedikit
memberikan manfaat. Hal ini disebabkan karena auditor tenur pendek kurang

27

memiliki pengetahuan khusus mengenai klien yang diperlukan untuk melakukan
audit yang berkualitas tinggi.

2.2.2.4.KAP Big Four
KAP Big Four merupakan sekelompok firma internasional yang
memberikan jasa keuangan profesional kepada perusahaan yang menangani
mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup.
KAP Big Four terdiri dari empat firma, yaitu: (1) Deloitte Touche Tohmatsu, (2)
Pricewaterhouse Coopers, (3) Ernst & Young, dan (4) KPMG.
Ukuran KAP berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan perusahaan
melalui kualitas audit. Besarnya ukuran KAP berkaitan dengan kompetensi yang
dimiliki dalam menilai kualitas laporan keuangan. Becker et al. (1998) dan Francis
et al. (1999) menemukan bahwa KAP yang termasuk Big Four mampu membatasi
tindakan manajemen laba karena memiliki kompetensi dan independensi yang lebih
dibandingkan dengan non Big Four. Teoh dan Wong (1993) menemukan bahwa
perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki earnings response coefficient
yang lebih tinggi dibandingkan yang diaudit oleh non Big Four.

2.2.3. Kualitas Laba
Informasi laba merupakan unsur utama yang digunakan dalam laporan
keuangan dan dapat sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena
memiliki nilai prediktif (FASB, 1980) dalam Boediono (2005). Tujuan utama dari
pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang

28

berkepentingan dalam laporan keuangan (Hendriksen dan Breda, 2000). Oleh
karena itu, informasi laba banyak digunakan sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi
kinerja perusahaan (Dechow, 1995).
Suatu informasi mengenai laba dikatakan berkualitas apabila dapat
mempengaruhi keputusan para pengambil keputusan, baik keputusan investasi
maupun divestasi. Di antara kriteria utama kualitas laba atau laporan keuangan
adalah relevan (dapat mempengaruhi keputusan) dan reliabel (dapat dipercaya).
Laba yang berkualitas akan mempengaruhi keputusan para pemegang saham untuk
dapat memberikan sejumlah dana yang akan digunakan dalam pembiayaan investasi
atau operasional, sehingga dapat meminimalkan biaya ekuitas.
Dalam aspek netralitas, konsep asimetri informasi tidak terlepas dari kualitas
laba yang dilaporkan. Berdasarkan teori keagenan, manajemen sebagai pengelola
perusahaan memiliki akses yang lebih luas terhadap informasi internal dan prospek
perusahaan dibandingkan pemegang saham dan kreditur. Kondisi demikian
merupakan contoh konkrit dari asimetri informasi, yaitu suatu kondisi yang
mencerminkan ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen
sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholders
lainnya sebagai pengguna informasi. Oleh karena itu, manajer berkewajiban untuk
memberikan sinyal atau indikator kepada pemegang saham mengenai kondisi
perusahaan. Sinyal atau indikator kepada pemegang saham mengenai kondisi
perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan
informasi akuntansi, seperti pelaporan keuangan.

29

2.2.4. Biaya Ekuitas
Biaya ekuitas adalah suatu rate tertentu yang harus dicapai oleh perusahaan
untuk dapat memenuhi imbalan yang diharapkan (expected return) oleh para
pemegang saham biasa (common stockholders) atas dana yang telah ditanamkan
pada perusahaan tersebut sesuai dengan risiko yang akan diterimanya. Brigham dan
Houston (2011) menjelaskan bahwa biaya ekuitas mencerminkan tingkat
pengembalian yang diminta investor atau suatu efek bagi perusahaan, sehingga
dapat diartikan bahwa biaya ekuitas suatu perusahaan adalah bagian yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk memberikan kepuasan pada para investornya pada
tingkat risiko tertentu.
Biaya ekuitas sulit diukur karena tidak ada cara untuk mengamati atau
mengetahui secara langsung tingkat return yang diharapkan oleh investor. Biaya
ekuitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa pendekatan, di antaranya
Dividend Growth Model dan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Apabila
menggunakan Dividend Growth Model sebagai proksi dari biaya ekuitas, maka
penelitian hanya akan menggunakan perusahaan-perusahaan yang membagikan
dividen setiap tahun sehingga membatasi jumlah sampel yang dapat diteliti. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini, pendekatan CAPM akan digunakan dalam
mengukur biaya ekuitas.
CAPM merupakan sebuah model keseimbangan antara risiko dan expected
return suatu sekuritas atau portofolio. Model tersebut digunakan untuk menentukan
harga dari aset yang beresiko. Menurut pendekatan CAPM, risiko tidak dinilai oleh

30

investor yang rasional hanyalah systematic risk karena risiko tersebut tidak dapat
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi.
Biaya ekuitas dalam CAPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut ini:
COE = Rf + β (Rm – Rf)
Di mana:
COE

= cost of equity atau expected return dari sebuah sekuritas

Rf

= tingkat pengembalian dari sekuritas bebas risiko

β

= sensitivitas dari sebuah sekuritas terhadap perubahan nilai pasar

Rm

= tingkat pengembalian dari portofolio pasar

2.3.

Kerangka Pikir
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh corporate governance

terhadap kualitas laba dan dampaknya terhadap biaya ekuitas. Dalam penelitian ini,
komponen corporate governance yang digunakan adalah efektivitas dewan
komisaris, komite audit, ukuran KAP Big Four, dan tenur KAP.
Hubungan agensi timbul ketika satu orang atau lebih (principal)
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen
dan Meckling, 1976). Namun, seringkali individu hanya termotivasi oleh
kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
pemilik dengan manajemen.
Keberadaan konflik kepentingan (conflict of interest) dalam suatu
perusahaan akan menyebabkan adanya permasalahan keagenan di mana agen
(manajemen) tidak bertindak sesuai dengan keinginan pemilik (pemegang saham).

31

Permasalahan ini disebabkan oleh adanya asimetri informasi antara pihak
manajemen dan pemegang saham.
Manajer sebagai pengelola perusahaan mengetahui lebih banyak informasi
internal dan prospek perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Adanya
kepentingan individu dari manajer akan menyebabkan terjadinya asimetri informasi
yang meliputi tindakan manajemen laba yang mengarah pada penurunan kualitas
laporan keuangan.
Corporate governance merupakan sebuah mekanisme yang dapat mengatasi
permasalahan keagenan serta mampu meningkatkan kualitas pelaporan keuangan.
Keberadaan dewan komisaris dan komite audit akan meningkatkan pengawasan
terhadap kebijakan yang diambil oleh manajemen yang salah satunya adalah
kebijakan akrual yang digunakan dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Sedangkan dengan tenur KAP dan keberadaan KAP Big Four dapat meningkatkan
kredibilitas dari laporan keuangan sehingga akan meningkatkan kepercayaan
pemegang saham terhadap prospek perusahaan.
Selain dari meningkatkan kualitas laba, keberadaan corporate governance
dapat mengurangi konflik yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.
Corporate governance diyakini dapat memberikan pengawasan yang independen
terhadap proses pengambilan keputusan manajemen dan menjaga tindakan
oportunistik manajemen. Berkurangnya perilaku oportunistik manajemen akan
mengarah pada agency cost dan biaya ekuitas yang rendah.
Menurut Asbaugh et al. (2004), tanpa pemantauan yang efektif dan
transparansi informasi keuangan, investor yang rasional akan melindungi dirinya

32

dengan meningkatkan biaya ekuitas perusahaan. Dalam kondisi ini, corporate
governance merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengurangi agency
problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap tindakan manajemen dan
mengurangi risiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham. Guedhami
dan Mishra (2006) menyatakan bahwa perusahaan dengan kualitas corporate
governance yang baik memiliki biaya ekuitas yang rendah.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Biaya Ekuitas

Dewan Komisaris
Komite Audit
Kualitas Laba

Biaya Ekuitas

Tenur KAP
KAP Big Four

2.4.

Hipotesis

2.4.1. Pengaruh Mekanisme Pengawasan GCG terhadap Kualitas Laba
Hubungan agensi dalam perusahaan terjadi ketika pemilik (prinsipal)
mempekerjakan manajer (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada manajer. Namun,

33

adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemilik menyebabkan terjadinya
asimetri informasi yang mengarah pada penurunan kualitas dari proses pelaporan
keuangan. Corporate governance sebagai sebuah mekanisme yang dibentuk dapat
mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Penerapan corporate governance yang
baik akan meningkatkan kualitas dari proses pelaporan keuangan.
Babatunde dan Olaniran (2009) menyatakan bahwa mekanisme corporate
governance dapat dibagi menjadi dua, yakni mekanisme internal dan mekanisme
eksternal. Komponen mekanisme internal

corporate governance

meliputi

keberadaan dewan komisaris dan komite audit. Sedangkan komponen mekanisme
eksternal corporate governance meliputi tenur KAP dan KAP Big Four yang
menentukan dari sisi kualitas audit perusahaan.
a.

Dewan komisaris terhadap kualitas laba
Salah satu komponen internal dari mekanisme corporate governance yaitu

keberadaan dewan komisaris. Kualitas laba dipengaruhi oleh adanya pengawasan
dari dewan komisaris terhadap apa yang dilakukan oleh pihak eksekutif atau direksi.
Fungsi utama dewan komisaris adalah memberikan supervisi kepada direksi dalam
menjalankan tugasnya dan berkewajiban memberikan pendapat serta saran apabila
diminta direksi.
Farida (2012) menemukan bahwa keberadaan dewan komisaris berdampak
signifikan dan bersifat positif terhadap discretionary accruals. Namun, Siregar dan
Susanto (2012) dan Sumito (2013) menemukan bahwa efektivitas dewan komisaris
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Hal ini disebabkan
karena pengawasan dewan komisaris yang cenderung belum begitu efektif.

34

Keberadaan dewan komisaris mempengaruhi kualitas dari proses pelaporan
keuangan serta sangat diperlukan dalam mendorong diterapkannya prinsip
corporate governance yang baik pada perusahaan. Dengan adanya pengawasan
yang baik dari dewan komisaris, maka hasil laporan keuangan yang dihasilkan
perusahaan akan lebih berkualitas, sehingga dapat dipergunakan oleh pihak yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan bisnis.
H1a

: Efektivitas dewan komisaris berpengaruh terhadap kualitas laba

b.

Komite audit terhadap kualitas laba
Komite audit sebagai komponen corporate governance sangat berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan. Keberadaan komite audit diharapkan dapat
membantu dewan komisaris dalam pengawasan proses pelaporan keuangan oleh
manajemen. Investor sebagai pihak luar perusahaan tidak dapat mengamati secara
langsung kualitas sistem informasi perusahaan (Teoh dan Wong dalam Suaryana,
2005) sehingga persepsi mengenai kinerja komite audit akan mempengaruhi
penilaian investor terhadap kualitas laba perusahaan.
Penelitian yang lebih spesifik mengenai efektivitas komite audit juga telah
dilakukan banyak peneliti. Vafeas (2005) menyatakan bahwa efektivitas komite
audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Jumlah komite audit yang
berkompeten di bidang akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas laba (Qin,
2007). Namun, Sumito (2013) menyimpulkan bahwa efektivitas komite audit

35

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas akrual, sehingga berpengaruh
negatif terhadap kualitas laba.
Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap kualitas laba. Komite audit
yang memiliki keahlian mengenai keuangan dan akuntansi berhubungan dengan
kualitas laporan keuangan yang lebih baik. Dengan keahlian tersebut, komite audit
dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dalam melakukan monitoring terhadap
proses pelaporan keuangan.
H1b

: Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap kualitas laba.

c.

Tenur KAP terhadap Kualitas Laba
Jiang et al. (2008) menyimpulkan bahwa semakin panjang tenur KAP akan

membuat independensi KAP menurun sehingga tidak mampu mendeteksi
kecurangan pelaporan keuangan. Tenur yang panjang akan menurunkan kualitas
dari proses pelaporan keuangan akibat ketidakmampuan auditor dalam mendeteksi
kecurangan. Namun, Putra et al. (2012) menyimpulkan bahwa tenur KAP
berdampak positif dan signifikan terhadap kualitas audit, di mana tenur dapat
mempengaruhi secara tidak langsung melalui kualitas audit terhadap kualitas laba.
Di sisi lain, Siregar dan Susanto (2012) menyimpulkan bahwa tenur KAP tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hal ini disebabkan karena
tenur bukan merupakan proksi yang tepat untuk mengukur kualitas audit di negara
yang memiliki risiko litigasi yang cukup rendah seperti di Indonesia.

36

Tenur merupakan masa penugasan oleh auditor eksternal. Tenur dapat
mempengaruhi kualitas dari proses pelaporan keuangan melalui kualitas audit.
Kualitas audit yang baik merupakan salah satu pendukung penerapan corporate
governance yang baik di mana audit merupakan kendali bagi manajer dalam
menyusun laporan keuangan yang wajar sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku.
H1c

: Tenur KAP memiliki pengaruh terhadap kualitas laba

d.

KAP Big Four terhadap Kualitas Laba
KAP Big Four merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari proses

pelaporan keuangan. Siregar dan Susanto (2012) menyatakan bahwa KAP yang
termasuk Big Four tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hal
ini disebabkan karena Big Four bukanlah proksi yang tepat untuk mengukur
kualitas laba di negara yang memiliki risiko litigasi yang rendah seperti di
Indonesia.
Ukuran KAP yang besar menjelaskan kemampuan auditor untuk bersikap
independen, kompeten, dan objektif terhadap kliennya. Hal ini akan meningkatkan
kualitas dari proses pelaporan keuangan.
H1d

: Audit yang dilakukan KAP Big Four berpengaruh terhadap kualitas laba.

2.4.2. Pengaruh Mekanisme Pengawasan GCG terhadap Biaya Ekuitas
Munculnya konflik kepentingan antara manajer dan pemilik mengakibatkan
terjadinya agency problem yang berdampak pada risiko agensi. Investor yang
rasional akan memberikan harga atas risiko agensi ini dalam penentuan biaya

37

ekuitas. Pelaporan keuangan yang dapat diandalkan serta penerapan praktek
corporate governance diyakini dapat mengurangi risiko agensi.
Penerapan good corporate governance dapat mengurangi konflik yang
terjadi antara pihak manajemen (agen) dan pemilik (prinsipal) sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Peningkatan kepercayaan
terhadap perusahaan akan membuat investor semakin yakin terhadap prospek
perusahaan. Investor akan memberikan dana yang dibutuhkan perusahaan dengan
mudah. Ketika dana yang dibutuhkan perusahaan sudah mencukupi, maka
perusahaan akan mengurangi kebutuhan dana dari pihak eksternal, sehingga hal ini
akan menurunkan biaya ekuita