BAB III ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 6ee42c63a1 BAB IIIBab 3

BAB III ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

  Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untukmewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten Indramayu perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

3.1.1.1 RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

  RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun

  

2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka

  panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri,

  Maju, Adil dan Makmur

  ”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu: a.

  Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri,perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan. seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

  d.

  Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu :  RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

   RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

   RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh. dasar permukiman, seperti air minum, air limbah,persampahan dan drainase.

  Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu: a.

  Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 % .

  b.

  Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-

  site ) yang layak bagi 90 % total penduduk.

  c.

  Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan.

  d.

  Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan. Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap h.

  Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur i.

  Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta, j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

  

3.1.1.3 (Masterplan Percepatan dan Perluasan

MP3EI Pembangunan Ekonomi Indonesia)

  Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju denganpertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun

  

2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor

  ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukimanpada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasantersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang

  

3.1.1.4 MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan

Kemiskinan Indonesia)

  Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

  MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi. Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial. Lalu di Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua, transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis

  Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:

  TAHAP 1 (Periode 2013-2014)

   Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8%

  • 10% pada tahun 2014;

   Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

3.1.1.5 KEK (UU No. 39 Tahun 2009)

  

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi

  Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan

3.1.1.6 Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)

  Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

  Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu

3.1.2.1 RTRW NASIONAL

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan: 1.

  Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

  2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; 3.

  Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

  4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia; 5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

  6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

  7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; 8.

  Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan 9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional

A. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Nasional

  Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: a.

  Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan b.

  Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi: a.

  Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya; b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan; c.

  Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan d.

  Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya. j.

  Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi: a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

  Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi: 1.

  Sistem perkotaan nasional; 2. Sistem jaringan transportasi nasional 3. Sistem jaringan energi nasional 4. Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan 5. Sistem jaringan sumber daya air.

1. Sistem Perkotaan Nasional

  Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL.PKN dan PKW tercantum dalam Lampiran II yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Tabel 3.1 Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Jawa Barat Provinsi PKN PKW PKL

  Daerah Khusus Kawasan Ibukota Jakarta Perkotaan - -

  • Jawa Barat - Jabodetabek Banten Kawasan - Perkotaan Sukabumi Bandung Raya Cikampek - Cirebon Cikopo Jawa Barat Palabuhan ratu Indramayu Kadipaten Tasikmalaya Pangandaran

  Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional 2.

   Sistem Jaringan Transportasi Nasional

  Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas: a.

  Sistem jaringan transportasi darat; b. Sistem jaringan transportasi laut; dan c. Sistem jaringan transportasi udara.

3. Sistem Jaringan Energi Nasional

  Sistem jaringan energi nasional terdiri atas: a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; b. pembangkit tenaga listrik; dan c. jaringan transmisi tenaga listrik.

  4. a.

  Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan\ bawahannya; b.

  Kawasan perlindungan setempat; c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; d.

  Kawasan rawan bencana alam; e. Kawasan lindung geologi; dan f. Kawasan lindung lainnya.

Tabel 3.2 Kawasan Lindung Nasional Provinsi Jawa Barat Provinsi Kawasan Lindung Nasional Lokasi

  Jawa Barat Suaka Margasatwa Cikepuh Kabupaten Sukabumi Suaka Margasatwa Gunung Sawal Kabupaten Ciamis Cagar Alam Gunung Tangkuban Perahu

  Kabupaten Bandung Barat

Cagar Alam Leuweung Sancang Kabupaten Garut

Cagar Alam Gunung Tilu Kabupaten Bandung Cagar Alam Gunung Papandayan Kabupaten Garut Cagar Alam Gunung Burangrang

  Kabupaten Subang dan Purwakarta Cagar Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Cagar Alam Gunung Simpang

  Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango

  Kabupaten Ciajur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor Taman Nasional Halimun –

  Salak Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi Taman Nasional Gunung

3. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi.

  b. Kawasan peruntukan hutan rakyat

  Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan criteria kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.

  c. Kawasan peruntukan pertanian

  Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria: 1.

  Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;

  2. Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi; 3.

  Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau 4. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.

  5. Kawasan peruntukan perikanan; d.

   Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria: 1.

  Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau 2. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

e. Kawasan peruntukan pertambangan

  Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional terdiri atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi,

2. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.

h. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau

  Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:

  1. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;

  2. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau

3. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.

i. Kawasan peruntukan lainnya

  Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan andalan. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.

Tabel 3.3 Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat Provinsi Kawasan Andalan Sektor Unggulan

  Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur pertanian, pariwisata, (Bopunjur dan Sekitarnya) industri dan perikanan perikanan, pertanian, Kawasan Sukabumi dan

  1. Pertahanan dan keamanan; 2.

  Pertumbuhan ekonomi; 3. Sosial dan budaya; 4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;dan/atau

  5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Tabel 3.4 Kawasan Strategis Nasional Provinsi Jawa Barat Kawasan Strategis

  Provinsi Lokasi Nasional

  Kota Bandung, Kawasan Perkotaan Kabupaten Bandung, Cekungan Bandung Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Kabupaten Garut Pamengpeuk Kawasan Stasiun

  Jawa Barat Pengamat Dirgantara Kabupaten Garut Pamengpeuk Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kabupaten Sumedang Tanjung Sari Kawasan Stasiun

  Provinsi Jawa Barat Telecomand Kawasan Stasiun Bumi Provinsi Jawa Barat Penerima Satelit Mikro

  Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau c. merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

2. Pertumbuhan ekonomi

  Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria: a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional; c. memiliki potensi ekspor; d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber dilindungi dan dilestarikan; d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional; e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

  Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria: a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir; b. memiliki sumber daya alam strategis nasional; c. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa; d. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara; d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; f. rawan bencana alam nasional; atau g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut : a.

  Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

  Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan; c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

  Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar; d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

  Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo; e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda; b.

  Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yangmemberikan arahan batasan wilayah mana yang dapatdikembangkan dan yang harus dikendalikan.

  c.

  Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

  Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah: a.

  Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi; b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau

  Kalimantan; c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau

  Sumatera; d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa- Bali.

3.1.2.4 RTRW PROVINSI JAWA BARAT

  RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, Daerah, dan d.

  Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; e. Penataan ruang KSP; dan f. Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota A.

   Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang

  Kebijakan dan strategi penataan ruang, meliputi : a.

  Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang; b. Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang; dan c. Kebijakan dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang 1.

   Kebijakan dan Strategi Perencanaan Tata Ruang

  Kebijakan perencanaan tata ruang meliputi : a.

  Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif; b.

  Tindaklanjut RTRWP ke dalam rencana yang lebih terperinci; c.

  Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan substansi RTRWP. Strategi perencanaan tata ruang meliputi :

  a. peran kelembagaan dan peranserta Peningkatan masyarakat dalam perencanaan tata ruang;

  Kebijakan pengembangan wilayah diwujudkan melalui pembagian 6 (enam) WP serta keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat pengembangan. Penetapan WP dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan pembangunan. Penetapan WP merupakan penjabaran dari Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Andalan pada sistem nasional. Pembagian WP terdiri atas : a.

  WP Bodebekpunjur sebagai pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur; b.

  WP Purwasuka sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Purwasuka, meliputi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Indramayu; c. WP Ciayumajakuning sebagai penjabaran dari Kawasan

  Andalan Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, e.

  WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Sukabumi yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur; dan f.

  WP KK Cekungan Bandung, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang.

  Kebijakan pengembangan wilayah melalui keterkaitan fungsional antar WP, meliputi: a.

  Kawasan yang terletak di bagian utara provinsi, mencakup WP Bodebekpunjur dan sebagian WP Purwasuka, WP KK Cekungan Bandung dan WP Ciayumajakuning, menjadi kawasan yang dikendalikan perkembangannya; b.

  Kawasan yang terletak di bagian timur provinsi, mencakup sebagian WP Ciayumajakuning, WP KK Cekungan Bandung dan WP Priangan Timur- Pangandaran, ditetapkan sebagai kawasan yang didorong perkembangannya;

a. Mengendalikan pengembangan wilayah, meliputi : 1.

  Memenuhi kebutuhan pelayanan umum perkotaan yang berdayasaing dan ramah lingkungan;

  2. Membatasi kegiatan perkotaan yang membutuhkan lahan luas dan potensial menyebabkan alih fungsi kawasan lindung dan lahan sawah; 3. Menerapkan kebijakan yang ketat untuk kegiatan perkotaan yang menarik arus migrasi masuk tinggi;

  4. Mengembangkan sistem transportasi massal; 5. koordinasi dan kerjasama

  Meningkatkan antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan 6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role

  sharing) terutama dengan provinsi yang

  berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung berbasis das dan pemanfaatan sumberdaya alam.

  b.

  

Mendorong pengembangan wilayah, meliputi:

1.

  Memprioritaskan investasi untuk mengembangkan kawasan sesuai dengan arahan RTRWP;

  2. Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian,

  c.

  

Membatasi pengembangan wilayah, meliputi:

1.

  Mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah ditetapkan;

  2. Meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan; 3. Meningkatkan akses menuju dan ke luar kawasan; 4. Meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah perbatasan;

  5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar provinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan 6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role

  sharing) terutama dengan provinsi yang

  berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung berbasis das.

d. Meningkatkan pengembangan wilayah, meliputi: 1.

  Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan/jasa; a.

  Pemantapan peran perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan, yaitu PKN, pknp, PKW, pkwp, dan PKL; b.

  Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung dan dayatampung serta fungsi kegiatan dominannya; c. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan; d. Pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak melebihi dayadukung dan dayatampungnya; e.

  Penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk mewujudkan sistem kota di Daerah; f.

  Mendorong terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk. Strategi pemantapan peran kawasan perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan meliputi : a.

  Meningkatkan peran PKN sebagai pusat koleksi dan e.

  Meningkatkan peran kawasan perkotaan di bagian timur dan selatan menjadi PKWp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten/kota; f.

  Meningkatkan peran PKL perkotaan sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan g. Meningkatkan peran PKL perdesaan sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal yang menghubungkan desa sentra produksi dengan PKL perkotaan

  Strategi pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung lingkungan serta fungsi kegiatan dominannya meliputi: a.

  Mengendalikan mobilitas dan migrasi masuk terutama ke wilayah pusat pertumbuhan; b.

  Mengendalikan pertumbuhan permukiman skala besar dan mendorong pengembangan permukiman vertikal di kawasan padat penduduk, antara lain di kawasan perkotaan Bodebek dan kawasan perkotaan Bandung Raya; c.

  Mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman skala b.

  Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi wilayah belakangnya (hinterland); dan c.

  Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pelayanan minimal. Strategi pengendalian dan pengembangan sistem kota di wilayah selatan sesuai dengan dayadukungnya meliputi : a.

  Menetapkan WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan Timur-Pangandaran; b. Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi; dan c.

  Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pelayanan minimal. Strategi penataan dan pengembangan sistem prasarana wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk terwujudnya sistem kota di Daerah meliputi : kawasan perkotaan Cirebon dan mengurangi intensitas kegiatan di Kawasan Perkotaan Bodebek dan Kawasan Perkotaan Bandung Raya; d. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan pada WP; e. Mengembangkan sistem energi dan kelistrikan yang dapat memantapkan fungsi PKW, PKWp, PKL perkotaan, dan PKL perdesaan; f. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS untuk menunjang kegiatan perkotaan dan pertanian;

  g. sistem Tempat Pengolahan dan Mengembangkan

  Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) regional sesuai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan perkotaan dan ekonomi; h. Mengembangkan sistem telekomunikasi yang merata terutama untuk menunjang kegiatan ekonomi yang dikembangkan di PKL perkotaan, PKL perdesaan, PKW, dan PKWp; dan c.

  Optimalisasi fungsi PKW dan PKL dalam setiap WP; dan d.

  Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana untuk mendukung mobilitas dan pemenuhan kebutuhan dasar di dalam WP.

  4. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang.

  Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi : a.

  Pengembangan kawasan lindung; dan b. Pengembangan kawasan budidaya.

  5. Kebijakan dan Strategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang

  Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi : a.

  Pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi; b.

  Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang; c.

  Pemberian izin pemanfaatan ruang yang merupakan kewenangan kabupaten/kota, berpedoman pada rtrwp; d.

  Pemberian izin pemanfaatan ruang oleh kabupaten/kota yang berdampak besar dan/atau menyangkut kepentingan nasional dan/atau provinsi, dikoordinasikan dengan b.

  Penetapan Pangandaran dan Palabuhanratu sebagai pknp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau beberapa provinsi; c.

  Penetapan Kota Sukabumi, Palabuhanratu, Cikampek- Cikopo, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya dan Pangandaran sebagai PKW, dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala nasional; d.

  Penetapan Kota Banjar dan Rancabuaya sebagai pkwp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten/kota; e. Penetapan kawasan Cikarang, Cibinong, Cimanggis,

  Cibadak, Cianjur, Sindangbarang, Purwakarta, Karawang, Soreang, Padalarang, Sumedang, Pamanukan, Subang, Jalan Cagak, Jatibarang, Sumber, Majalengka, Kuningan, Garut, Pameungpeuk, Singaparna, Ciamis dan Banjarsari sebagai PKL Perkotaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan; f.

  Penetapan Jampang Kulon, Sagaranten, Jampang

  Perdesaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan.

  9 Kab Purwakarta Cikopo- Cikampek

  16 Kab Subang Pamanukan Subang

  Tomo Conggeang

  15 Kab Sumedang Sumedang Wado

  14 Kota Cimahi

  13 Kab Bandung Barat

  12 Kab Bandung

  11 Kota Bandung Kawasan Perkotaan Bandung Raya

  Cilamaya

  10 Kab Karawang Karawang Rengasdengklok

  Purwakarta Wanayasa Plered

  Sukanagara

Tabel 3.5 Sistem Perkotaan Provinsi

  8 Kab Cianjur Cianjur Sindangbarang

  Sagaranten Jampang tengah

  7 Kab Sukabumi Palabuhanratu Palabuhanratu Cibadak Jampang kulon

  6 Kota Sukabumi Sukabumi

  5 Kota Depok

  4 Kab Bogor

  3 Kota Bogor

  2 Kab Bekasi

  1 Kota Bekasi Bodebek

  NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp PKL PERKOTAAN PKL PERDESAAN

  Ciasem Pagaden

  NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp PKL PERKOTAAN PKL PERDESAAN

  24 Kab Tasikmalaya Singaparna Karangnunggal

  25 Kab Ciamis Pangandaran Pangandaran Ciamis Banjarsari Parigi

  Kawali Cijeungjing Cikoneng Rancah Panjalu Pamarican Cijulang

26 Kota Banjar

  Banjar Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.6 Sistem Perkotaan PKN (Kawasan Perkotaan BODEBEK) PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III

  Kawasan Perkotaan Bodebek Kota Bekasi

  Cikarang Tarumajaya Tambun Setu

  Kota Bogor Cibinong Cileungsi Jonggol Parung Semplak Rumpin Parungpanjang Leuwiliang Jasinga Cigudeg Kota Depok Cimanggis

  Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.8 Sistem Perkotaan (PKN Cirebon) PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III

  Cirebon Kota Cirebon Kabupaten Cirebon

  Sumber Arjawinangun Palimanan Lemahabang Ciledug

  Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa BaratRencana pengembangan infrastruktur wilayah.

  Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di Daerah, meliputi : a.

  Pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan terdiri atas :  Pengembangan jaringan jalan primer yang melayani distribusi barang dan jasa yang menghubungkan PKN, pknp, PKW, pkwp dan PKL;  Pengembangan jaringan jalan tol dalam kota maupun antarkota sebagai penghubung antarpusat kegiatan utama;  Pengembangan jaringan kereta api yang berfungsi sebagai penghubung antar PKN serta antara PKN dengan pknp dan pkwp;  Pengembangan bandara dan pelabuhan nasional maupun internasional serta terminal guna memenuhi kebutuhan

   WS Cisadea-Cibareno.

  c.

  Pengembangan infrastruktur energi dan kelistrikan terdiri atas :  Pengembangan instalasi dan jaringan distribusi listrik untuk meningkatkan pasokan listrik ke seluruh wilayah;  Pengembangan energi terbarukan meliputi panas bumi, energi potensial air, energi surya, energi angin dan bioenergi; dan  Pengembangan energi tak terbarukan meliputi bahan bakar minyak, gas, dan batubara untuk meningkatkan pasokan energi.

  d.

  Pengembangan infrastruktur telekomunikasi terdiri atas:  Pengembangan telekomunikasi di Desa yang belum terjangkau sinyal telepon;  Pengembangan telekomunikasi di Desa yang belum dilalui jaringan terestrial telekomunikasi; dan  Pengembangan Cyber Province.

  e. pengembangan infrastruktur permukiman, terdiri atas :

   Pengembangan hunian vertikal di perkotaan;

   Peningkatan prasarana dasar permukiman perdesaan;  Peningkatan dan pembangunan pusat kegiatan belajar; dan  Pembangunan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) pembantu.

2. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi

  Rencana pola ruang wilayah provinsi, terdiri atas: a.

   Kawasan Lindung Provinsi

  Rencana pola ruang kawasan lindung provinsi meliputi : a.

  Menetapkan kawasan lindung provinsi sebesar 45% dari luas seluruh wilayah Daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasanhutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan, yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2018; b.

  Mempertahankan kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS); c. Mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air; dan d. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.

  Kawasan lindungterdiri dari:

2. Kawasan suaka margasatwa; 3.

  Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; 4. Kawasan mangrove; d. Kawasan pelestarian alam, meliputi : 1.

  Taman nasional; 2. Taman hutan raya; 3. Taman wisata alam; e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; f. Kawasan rawan bencana alam, meliputi : 1.

  Kawasan rawan tanah longsor; 2. Kawasan rawan gelombang pasang; 3. Kawasan rawan banjir; g. Kawasan lindung geologi, meliputi : 1.

  Kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars; 2. Kawasan rawan bencana alam geologi; 3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; h. Taman buru; i. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ; j. Terumbu karang; k.

  Kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang dilindungi; dan l. Kawasan yang sesuai untuk hutan lindung.

  Fungsi Jenis/Tipe Klasifikasi Fisik Lokasi (Kode)

  2.3 Kawasan sekitar waduk dan danau/situ Non Hutan

   Waduk Ir. H. Juanda-Jatiluhur, terletak di Kabupaten Purwakarta;  Waduk Cirata, terletak di Kabupaten Purwakarta – Cianjur - Bandung Barat;  Waduk Cileunca, Waduk Cipanunjang, dan Situ Sipatahunan, terletak di Kabupaten Bandung;  Waduk Saguling, Situ Ciburuy, dan Situ Lembang, terletak di Kabupaten Bandung Barat;  Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido, Waduk Cikaret, terletak di Kabupaten Bogor;  Waduk Darma, Waduk Wulukut, Waduk Dadap Berendung, terletak di Kabupaten Kuningan;  Waduk Sedong dan Situ Patok, terletak di Kabupaten Cirebon;  Waduk Cipancuh dan Situ Bolang, terletak di Kabupaten Indramayu;  Waduk Sindang Pano, Waduk Sangyang, Situ Anggrarahan, Situ Rancabeureum, terletak di Kabupaten Majalengka;  Waduk Jatigede, terletak di Kabupaten Sumedang;  Waduk Cibeureum, terletak di Kabupaten Bekasi;  Situ Kamojing, terletak di Kabupaten Indramayu;  Situ Bagendit, terletak di Kabupaten Garut;  Situ Gede, terletak di Kabupaten Tasikmalaya;  Situ Bojongsari, terletak di Kota Depok.

  2.4 Kawasan sekitar mata air Non Hutan Tersebar di Jawa Barat

  2.5 Ruang Terbuka Hijau Kota Hutan dan Non Hutan

  Tersebar di Jawa Barat

3. Kawasan Suaka Alam

  3.1 Kawasan Cagar Alam Hutan Konservasi

  Hutan  Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Alam Dungus Iwul, terletak di Kabupaten Bogor;

  Fungsi Jenis/Tipe Klasifikasi Fisik Lokasi (Kode)  Cagar Alam Burangrang, terletak di Kabupaten Purwakarta;  Cagar Alam Gunung Jagat, terletak di Kabupaten Sumedang;  Cagar Alam Pananjung Pangandaran dan Cagar Alam Panjalu/Koorders, terletak di Kabupaten Ciamis.

  

Muara Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi

Muara Bobos dan Blanakan, terletak di Kabupaten Subang

Tanjung Sedari, terletak di Kabupaten. Karawang

Eretan, terletak di pantai Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon

  

Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda terletak Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung

Taman Hutan Raya Pancoran Mas terletak di Kota Depok

Taman Hutan Raya Gunung Palasari dan Gunung Kunci di Kabupaten Sumedang

Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah,

  Hutan

  4.2. Taman Hutan Raya Hutan Konservasi

  

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Kabupaten Sukabumi, Bogor

Taman Nasional Gunung Halimun terletak di Kabupaten Sukabumi dan Bogor

Taman Nasional Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka

  Hutan

  4.1. Taman Nasional Hutan Konservasi

  Konservasi Hutan

  3.2. Kawasan suaka margasatwa Hutan

  3.4 Kawasan pantai berhutan bakau/ payau Hutan

  

Suaka Alam Laut Leuweung Sancang, terletak di Kabupaten Garut

Suaka Alam Laut Pangandaran, terletak di Kabupaten Ciamis

  Konservasi Hutan

  3.3 Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya Hutan

  

Suaka Margasatwa Cikepuh terletak di Kabupaten Sukabumi

Suaka Margasatwa Gunung Sawal terletak di Kabupaten Ciamis

Suaka Margasatwa Sindangkerta, terletak di Kabupaten Tasikmalaya

  Konservasi Hutan

4. Kawasan Pelestarian Alam

  Fungsi Jenis/Tipe Klasifikasi Fisik Lokasi (Kode) di Kabupaten Sumedang;

  

Makam Sunan Gunungjati, terletak di Kabupaten Cirebon;

  

Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Budaya Sindangbarang, Kampung Adat Lemah Duhur, dan Gua Gudawang, terletak di Kabupaten Bogor;

  

Candi Cangkuang, Kampung Dukuh, Kawasan Makam Syech Muhidin, dan Gedung Negara BKPP Wilayah IV, terletak di Kabupaten Garut;

  

Gunung Kunci, Komplek Museum Prabu Geusan Ulun, Komplek Makam Dayeuh Luhur, terletak di Kabupaten Sumedang;

  

Kampung Naga dan Kawasan Makam Syech Sunan Rohmat Pamijahan, terletak di Kabupaten Tasikmalaya;

  

Museum Linggarjati, terletak di Kabupaten Kuningan;

  

Gua Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Gedung Negara BKPP Wilayah III terletak di Kota Cirebon;

  

Candi Bojong Menje dan Kawasan Makam Syech Mahmud di Kabupaten Bandung

Observatorium Bosscha dan Kampung Budaya Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung Barat;

  

Taman Wisata Alam Linggarjati, terletak di Kabupaten Kuningan;

  

Kawasan Gedung Sate, terletak di Kota Bandung;

  

Istana Cipanas, Megalitikum Gunung Padang, dan Kawasan Makam Rd. Aria di Cikundul, terletak di Kabupaten Cianjur;

  

Istana Bogor, Batu Tulis, dan Gedung Negara BKPP Wilayah I terletak di Kota Bogor;

  Non Hutan

  5. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

  

Taman Wisata Alam lainnya, tersebar di Kabupaten/Kota.

  

Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, terletak di Kabupaten Ciamis;

  

Ciung Wanara Karang Kamulyan, Situ Lengkong Panjalu, dan Kampung Kuta, terletak di

  Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik Kabupaten Bandung, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Bekasi

7. Kawasan Lindung Geologi 1.

  Kawasan Cagar Alam Geologi, meliputi :  Kawasan Geologi Pasir Pawon dan Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung Barat;  Kawasan Geologi Ciletuh, terletak di Kabupaten Sukabumi;  Kawasan Geologi Rancah, terletak di

7.1 Kawasan

  Kabupaten Ciamis; dan Konservasi Non Hutan

   Kawasan Geologi Pasirgintung, terletak di Lingkungan Kabupaten Tasikmalaya. Geologi 2.

  Kawasan Kars, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis.

  1. Kawasan rawan bencana gunung api, meliputi :  Kawasan Gunung Salak, terletak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi;  Kawasan Gunung Gede-Pangrango, terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi;  Kawasan Gunung Patuha, Kawasan Gunung Wayang Windu, dan Kawasan Gunung Talagabodas, terletak di Kabupaten Bandung;  Kawasan Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka;  Kawasan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Garut;  Kawasan Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung Barat dan KabupatenSubang;  Kawasan Gunung Papandayan, terletak di

  Fungsi Jenis/Tipe Klasifikasi Fisik Lokasi (Kode) dan Sesar Baribis (Kuningan-Majalengka); 5. Kawasan rawan tsunami, tersebar di Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten