BAB III ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 6a0347fec7 BAB IIIBab 3

BAB III ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  

3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak

huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan

pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan

pembangunan. Untukmewujudkan keterpaduan pembangunan

permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten

Indramayu perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai

dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan

Bidang Cipta Karya.

3.1.1.1 RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

  

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun

2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka

panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara

menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka

waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa

Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri,

Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN

mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu: a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri,perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan. seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

  d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu :

  2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

  • RPJMN ke
  • RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi

  seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin

mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

  • RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian

  yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

  

dasar permukiman, seperti air minum, air limbah,persampahan

dan drainase.

  

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan

infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:

a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun

2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.

  

b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

hingga akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on- site ) yang layak bagi 90 % total penduduk.

  

c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah

tangga di daerah perkotaan.

  

d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan

strategis perkotaan.

  

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan

diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap

  

h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan

infrastruktur

i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta, j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

  

3.1.1.3 MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia)

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju

denganpertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah

menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun

2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor

ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing

dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI).

Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan

infrastruktur permukimanpada KPI Prioritas untuk menunjang

kegiatan ekonomi di kawasantersebut. Kawasan Perhatian

Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah satu atau lebih kegiatan

ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan

satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan

KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan,

dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang

  

3.1.1.4 MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan

Kemiskinan Indonesia)

Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009

mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Program ini

langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami

kemiskinan ekstrim di Indonesia. Sebagai program andalan,

MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar

pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI).

MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi,

mendorong percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki

iklim investasi, mempercepat dan memperluas pembangunan

infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan

investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan,

reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya

manusia (SDM) dan inovasi teknologi.

Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama,

penanggulangan kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan

dan jaminan/perlindungan sosial. Lalu di Klaster II adalah

pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah

program prorakyat. Kedua, transformasi perlindungan dan

bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan,

akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis

  Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu: TAHAP 1 (Periode 2013-2014)

  • Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8%
    • 10% pada tahun 2014;

  • Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

3.1.1.5 KEK (UU No. 39 Tahun 2009)

  

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi

Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan

untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh

fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan

yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan

3.1.1.6 Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)

  

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan

seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk

menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi

Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program

Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting

dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air

bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan

masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs,

Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan

air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan

permukiman kumuh.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

  

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan

pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat

permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang

berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat

yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan

pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu

RTRW NASIONAL

3.1.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara.

  Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

  

1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan

berkelanjutan;

  2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

  

3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota;

  

4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;

  

5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional,

provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

  

6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat;

  7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah;

  8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan

  

9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi

nasional

A. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Nasional

  Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

  Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi: a. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

  b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan;

c. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan

  d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya. j. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

  

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:

  a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;

  b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan

  c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

  Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:

  1. Sistem perkotaan nasional;

  2. Sistem jaringan transportasi nasional

  3. Sistem jaringan energi nasional

  4. Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan 5. Sistem jaringan sumber daya air.

  1. Sistem Perkotaan Nasional Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL.PKN dan PKW tercantum dalam Lampiran II yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Tabel 3.1 Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Jawa Barat Provinsi PKN PKW PKL

  Daerah Khusus Kawasan

  Ibukota Jakarta

  • Perkotaan - Jawa Barat -

  Jabodetabek Banten

  Kawasan Perkotaan - Sukabumi Bandung Raya

  Cikampek - Cirebon

  Cikopo Jawa Barat

  Palabuhan ratu Indramayu Kadipaten Tasikmalaya Pangandaran

  Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional

  Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas:

  a. Sistem jaringan transportasi darat;

  b. Sistem jaringan transportasi laut; dan c. Sistem jaringan transportasi udara.

  3. Sistem Jaringan Energi Nasional Sistem jaringan energi nasional terdiri atas:

  a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;

  b. pembangkit tenaga listrik; dan c. jaringan transmisi tenaga listrik.

  4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan\ bawahannya; b. Kawasan perlindungan setempat;

  

c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

  Kabupaten Subang dan Purwakarta

  Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi

  Taman Nasional Halimun – Salak

  Kabupaten Ciajur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor

  Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango

  Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

  Cagar Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Cagar Alam Gunung Simpang

  Kabupaten Garut Cagar Alam Gunung Burangrang

  d. Kawasan rawan bencana alam;

  Kabupaten Bandung Barat Cagar Alam Leuweung Sancang Kabupaten Garut Cagar Alam Gunung Tilu Kabupaten Bandung Cagar Alam Gunung Papandayan

  Kabupaten Ciamis Cagar Alam Gunung Tangkuban Perahu

  Suaka Margasatwa Cikepuh Kabupaten Sukabumi Suaka Margasatwa Gunung Sawal

  Jawa Barat

Tabel 3.2 Kawasan Lindung Nasional Provinsi Jawa Barat Provinsi Kawasan Lindung Nasional Lokasi

  e. Kawasan lindung geologi; dan f. Kawasan lindung lainnya.

  Taman Nasional Gunung Kabupaten Kuningan

3. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi.

  b. Kawasan peruntukan hutan rakyat Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan criteria kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.

  c. Kawasan peruntukan pertanian Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria:

  1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;

  2. Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;

  3. Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau 4. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.

  5. Kawasan peruntukan perikanan;

  d. Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria:

  1. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau 2. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

  e. Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional terdiri atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi,

2. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.

h. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau

  Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:

  1. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;

  2. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau

3. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.

i. Kawasan peruntukan lainnya

  Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan andalan. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya

serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.

Tabel 3.3 Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat Provinsi Kawasan Andalan Sektor Unggulan

  Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur pertanian, pariwisata, (Bopunjur dan Sekitarnya) industri dan perikanan perikanan, pertanian, Kawasan Sukabumi dan

  1. Pertahanan dan keamanan;

  2. Pertumbuhan ekonomi;

  3. Sosial dan budaya;

  4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;dan/atau

  5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Tabel 3.4 Kawasan Strategis Nasional Provinsi Jawa Barat Kawasan Strategis

  Provinsi Lokasi Nasional

  Kota Bandung, Kawasan Perkotaan Kabupaten Bandung, Cekungan Bandung Kota Cimahi dan

  Kabupaten Sumedang Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Kabupaten Garut Pamengpeuk Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kabupaten Garut

  Jawa Barat Pamengpeuk Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kabupaten Sumedang Tanjung Sari Kawasan Stasiun

  Provinsi Jawa Barat Telecomand Kawasan Stasiun Bumi

  Provinsi Jawa Barat Penerima Satelit Mikro

  Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau c. merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

  2. Pertumbuhan ekonomi

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan

pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria:

  a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

  b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional; c. memiliki potensi ekspor;

  d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;

  g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber dilindungi dan dilestarikan;

  d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional; e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

  4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan

pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

ditetapkan dengan kriteria:

a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir; b. memiliki sumber daya alam strategis nasional;

  c. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa; d. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau

  

setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;

  d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; f. rawan bencana alam nasional; atau

  

g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut :

a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan

Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis

dan Infrastruktur Selat Sunda;

  

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yangmemberikan arahan

batasan wilayah mana yang dapatdikembangkan dan yang harus dikendalikan.

  

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang

khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

  Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

  

a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau

Sulawesi;

b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau

Kalimantan;

c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau

Sumatera;

d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa- Bali.

RTRW PROVINSI JAWA BARAT

3.1.2.4 RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan

  

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berfungsi sebagai

penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, Daerah, dan d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

  e. Penataan ruang KSP; dan

  f. Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota

A. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang

  Kebijakan dan strategi penataan ruang, meliputi :

  a. Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang;

  b. Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang; dan

  

c. Kebijakan dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang

1. Kebijakan dan Strategi Perencanaan Tata Ruang

  Kebijakan perencanaan tata ruang meliputi :

  a. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif; b. Tindaklanjut RTRWP ke dalam rencana yang lebih terperinci;

c. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan substansi RTRWP.

  Strategi perencanaan tata ruang meliputi :

  a. Peningkatan peran kelembagaan dan peranserta masyarakat dalam perencanaan tata ruang;

  Kebijakan pengembangan wilayah diwujudkan melalui pembagian 6 (enam) WP serta keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat pengembangan. Penetapan WP dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan pembangunan. Penetapan WP merupakan penjabaran dari Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Andalan pada sistem nasional. Pembagian WP terdiri atas :

  a. WP Bodebekpunjur sebagai pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur;

  b. WP Purwasuka sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Purwasuka, meliputi Kabupaten Purwakarta,

Kabupaten Subang, dan Kabupaten Indramayu;

  c. WP Ciayumajakuning sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, e. WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Sukabumi yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur; dan

  f. WP KK Cekungan Bandung, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang. Kebijakan pengembangan wilayah melalui keterkaitan fungsional antar WP, meliputi: a. Kawasan yang terletak di bagian utara provinsi, mencakup WP Bodebekpunjur dan sebagian WP

  Purwasuka, WP KK Cekungan Bandung dan WP Ciayumajakuning, menjadi kawasan yang dikendalikan perkembangannya;

  b. Kawasan yang terletak di bagian timur provinsi, mencakup sebagian WP Ciayumajakuning, WP KK Cekungan Bandung dan WP Priangan Timur- Pangandaran, ditetapkan sebagai kawasan yang didorong perkembangannya;

a. Mengendalikan pengembangan wilayah, meliputi :

  1. Memenuhi kebutuhan pelayanan umum perkotaan

yang berdayasaing dan ramah lingkungan;

  2. Membatasi kegiatan perkotaan yang membutuhkan lahan luas dan potensial menyebabkan alih fungsi kawasan lindung dan lahan sawah;

  3. Menerapkan kebijakan yang ketat untuk kegiatan perkotaan yang menarik arus migrasi masuk tinggi;

  

4. Mengembangkan sistem transportasi massal;

  5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan

  6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung berbasis das dan pemanfaatan sumberdaya alam.

b. Mendorong pengembangan wilayah, meliputi: 1.

  Memprioritaskan investasi untuk mengembangkan

kawasan sesuai dengan arahan RTRWP;

2. Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian,

  

c. Membatasi pengembangan wilayah, meliputi:

1.

  Mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah ditetapkan;

  2. Meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan; 3. Meningkatkan akses menuju dan ke luar kawasan; 4. Meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah perbatasan;

  5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar provinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan 6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung berbasis das.

  d. Meningkatkan pengembangan wilayah, meliputi: 1.

  Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan/jasa; a. Pemantapan peran perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan, yaitu PKN, pknp, PKW, pkwp, dan PKL; b. Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung dan dayatampung serta fungsi kegiatan dominannya;

  c. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan;

  d. Pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak melebihi dayadukung dan dayatampungnya; e. Penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk mewujudkan sistem kota di Daerah; f. Mendorong terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk. Strategi pemantapan peran kawasan perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan meliputi :

a. Meningkatkan peran PKN sebagai pusat koleksi dan

  e. Meningkatkan peran kawasan perkotaan di bagian timur dan selatan menjadi PKWp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten/kota; f. Meningkatkan peran PKL perkotaan sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan

  g. Meningkatkan peran PKL perdesaan sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal yang menghubungkan desa sentra produksi dengan PKL perkotaan Strategi pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan

dayadukung lingkungan serta fungsi kegiatan dominannya

meliputi: a. Mengendalikan mobilitas dan migrasi masuk terutama ke wilayah pusat pertumbuhan; b. Mengendalikan pertumbuhan permukiman skala besar dan mendorong pengembangan permukiman vertikal di kawasan padat penduduk, antara lain di kawasan perkotaan Bodebek dan kawasan perkotaan Bandung Raya;

c. Mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman skala

  b. Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi wilayah belakangnya (hinterland); dan c. Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pelayanan minimal. Strategi pengendalian dan pengembangan sistem kota di

wilayah selatan sesuai dengan dayadukungnya meliputi : a. Menetapkan WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan Timur-Pangandaran; b. Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi; dan c. Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pelayanan minimal. Strategi penataan dan pengembangan sistem prasarana wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat,

pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk terwujudnya sistem kota di Daerah meliputi : kawasan perkotaan Cirebon dan mengurangi intensitas kegiatan di Kawasan Perkotaan Bodebek dan Kawasan Perkotaan Bandung Raya;

  d. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan pada WP;

  e. Mengembangkan sistem energi dan kelistrikan yang dapat memantapkan fungsi PKW, PKWp, PKL perkotaan, dan PKL perdesaan;

  f. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS untuk menunjang kegiatan perkotaan dan pertanian;

  g. Mengembangkan sistem Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) regional sesuai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan perkotaan dan ekonomi; h. Mengembangkan sistem telekomunikasi yang merata terutama untuk menunjang kegiatan ekonomi yang dikembangkan di PKL perkotaan, PKL perdesaan, PKW, dan PKWp; dan

c. Optimalisasi fungsi PKW dan PKL dalam setiap WP; dan

  d. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana untuk mendukung mobilitas dan pemenuhan kebutuhan dasar di dalam WP.

4. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang.

  Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi :

a. Pengembangan kawasan lindung; dan b. Pengembangan kawasan budidaya.

5. Kebijakan dan Strategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang

  Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi :

  a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi; b. Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang; c. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang merupakan

kewenangan kabupaten/kota, berpedoman pada rtrwp; d. Pemberian izin pemanfaatan ruang oleh kabupaten/kota yang berdampak besar dan/atau menyangkut kepentingan nasional dan/atau provinsi, dikoordinasikan dengan b. Penetapan Pangandaran dan Palabuhanratu sebagai pknp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau beberapa provinsi; c. Penetapan Kota Sukabumi, Palabuhanratu, Cikampek- Cikopo, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya dan

  Pangandaran sebagai PKW, dengan peran menjadi

pusat koleksi dan distribusi skala nasional;

d. Penetapan Kota Banjar dan Rancabuaya sebagai pkwp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten/kota;

  e. Penetapan kawasan Cikarang, Cibinong, Cimanggis, Cibadak, Cianjur, Sindangbarang, Purwakarta, Karawang, Soreang, Padalarang, Sumedang, Pamanukan, Subang, Jalan Cagak, Jatibarang, Sumber, Majalengka, Kuningan, Garut, Pameungpeuk, Singaparna, Ciamis dan Banjarsari sebagai PKL Perkotaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan;

f. Penetapan Jampang Kulon, Sagaranten, Jampang

  Perdesaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan.

Tabel 3.5 Sistem Perkotaan Provinsi NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp

PKL PERKOTAAN PKL PERDESAAN

  2 Kab Bekasi

  10 Kab Karawang

  Ciasem Pagaden

  16 Kab Subang Pamanukan Subang

  Sumedang Wado Tomo Conggeang

  15 Kab Sumedang

  14 Kota Cimahi

  13 Kab Bandung Barat

  12 Kab Bandung

  Kawasan Perkotaan Bandung Raya

  11 Kota Bandung

  Karawang Rengasdengklok Cilamaya

  Purwakarta Wanayasa Plered

  3 Kota Bogor

  1 Kota Bekasi Bodebek

  9 Kab Purwakarta

  Sukanagara

  8 Kab Cianjur Cianjur Sindangbarang

  Palabuhanratu Palabuhanratu Cibadak Jampang kulon Sagaranten Jampang tengah

  7 Kab Sukabumi

  Sukabumi

  6 Kota Sukabumi

  5 Kota Depok

  4 Kab Bogor

  Cikopo- Cikampek

  NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp PKL PERKOTAAN PKL PERDESAAN

  24 Kab Tasikmalaya

  Singaparna Karangnunggal

  25 Kab Ciamis Pangandaran Pangandaran Ciamis Banjarsari Parigi

  Kawali Cijeungjing Cikoneng Rancah Panjalu Pamarican Cijulang

  26 Kota Banjar Banjar

  Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.6 Sistem Perkotaan PKN (Kawasan Perkotaan BODEBEK) PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III

  Kawasan Perkotaan Bodebek

  Kota Bekasi Cikarang

  Tarumajaya Tambun Setu

  Kota Bogor Cibinong

  Cileungsi Jonggol Parung Semplak Rumpin Parungpanjang Leuwiliang Jasinga Cigudeg

  Kota Depok Cimanggis

  Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.8 Sistem Perkotaan (PKN Cirebon) PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III

  Kota Cirebon Arjawinangun

  Cirebon Kabupaten Palimanan

  Sumber Cirebon Lemahabang

  Ciledug

  Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

  • Rencana pengembangan infrastruktur wilayah.

  Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di Daerah, meliputi : a. Pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan terdiri atas :

  • Pengembangan jaringan jalan primer yang melayani

  distribusi barang dan jasa yang menghubungkan PKN, pknp, PKW, pkwp dan PKL;

  • Pengembangan jaringan jalan tol dalam kota maupun

  antarkota sebagai penghubung antarpusat kegiatan utama;

  • Pengembangan jaringan kereta api yang berfungsi sebagai

  penghubung antar PKN serta antara PKN dengan pknp dan pkwp;

  • Pengembangan bandara dan pelabuhan nasional maupun

  internasional serta terminal guna memenuhi kebutuhan

  • WS Cisadea-Cibareno.

  c. Pengembangan infrastruktur energi dan kelistrikan terdiri atas :

  • Pengembangan instalasi dan jaringan distribusi listrik untuk meningkatkan pasokan listrik ke seluruh wilayah;
  • Pengembangan energi terbarukan meliputi panas bumi, energi potensial air, energi surya, energi angin dan bioenergi; dan
  • Pengembangan energi tak terbarukan meliputi bahan bakar minyak, gas, dan batubara untuk meningkatkan pasokan energi.

  d. Pengembangan infrastruktur telekomunikasi terdiri atas:

  • Pengembangan telekomunikasi di Desa yang belum

  terjangkau sinyal telepon;

  • Pengembangan telekomunikasi di Desa yang belum dilalui

  jaringan terestrial telekomunikasi; dan • Pengembangan Cyber Province.

  e. pengembangan infrastruktur permukiman, terdiri atas :

  • Pengembangan hunian vertikal di perkotaan;
  • Peningkatan prasarana dasar permukiman perdesaan;
  • Peningkatan dan pembangunan pusat kegiatan belajar;

  dan

  • Pembangunan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) pembantu.

2. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi

  Rencana pola ruang wilayah provinsi, terdiri atas:

a. Kawasan Lindung Provinsi

  

Rencana pola ruang kawasan lindung provinsi meliputi :

  a. Menetapkan kawasan lindung provinsi sebesar 45% dari luas seluruh wilayah Daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasanhutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan, yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2018; b. Mempertahankan kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS); c. Mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air; dan

d. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.

  Kawasan lindungterdiri dari:

  2. Kawasan suaka margasatwa;

d. Kawasan pelestarian alam, meliputi :

  2. Kawasan rawan gelombang pasang;

  h. Taman buru; i. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ; j. Terumbu karang; k. Kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang dilindungi; dan l. Kawasan yang sesuai untuk hutan lindung.

  3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah;

  2. Kawasan rawan bencana alam geologi;

  1. Kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars;

  3. Kawasan rawan banjir;

  1. Kawasan rawan tanah longsor;

  3. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya;

  f. Kawasan rawan bencana alam, meliputi :

  e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

  3. Taman wisata alam;

  2. Taman hutan raya;

  1. Taman nasional;

  4. Kawasan mangrove;

g. Kawasan lindung geologi, meliputi :

  Fungsi Jenis/Tipe Klasifikasi Fisik Lokasi (Kode)

  • Waduk Ir. H. Juanda-Jatiluhur, terletak di Kabupaten Purwakarta;
  • Waduk Cirata, terletak di Kabupaten Purwakarta – Cianjur - Bandung Barat;
  • Waduk Cileunca, Waduk Cipanunjang, dan Situ Sipatahunan, terletak di Kabupaten Bandung;
  • Waduk Saguling, Situ Ciburuy, dan Situ Lembang, terletak di Kabupaten Bandung Barat;
  • Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido, Waduk Cikaret, terletak di Kabupaten Bogor;
  • Waduk Darma, Waduk Wulukut, Waduk Dadap Berendung, terletak di Kabupaten Kuningan;
  • Waduk Sedong dan Situ Patok, terletak di Kabupaten Cirebon;

  2.3 Kawasan sekitar waduk dan danau/situ

  Non Hutan

  • Waduk Cipancuh dan Situ Bolang, terletak di Kabupaten Indramayu;
  • Waduk Sindang Pano, Waduk Sangyang, Situ Anggrarahan, Situ Rancabeureum, terletak di Kabupaten Majalengka;
  • Waduk Jatigede, terletak di Kabupaten Sumedang;
  • Waduk Cibeureum, terletak di Kabupaten Bekasi;
  • Situ Kamojing, terletak di Kabupaten Indramayu;
  • Situ Bagendit, terletak di Kabupaten Garut;
  • Situ Gede, terletak di Kabupaten Tasikmalaya;
  • Situ Bojongsari, terletak di Kota Depok.

  2.4 Kawasan sekitar mata air Non Hutan Tersebar di Jawa Barat

  2.5 Ruang Terbuka Hijau Kota

  Hutan dan Non Hutan

  Tersebar di Jawa Barat

3. Kawasan Suaka Alam

  • Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Alam Dungus Iwul, terletak di Kabupaten Bogor; Cagar Alam Talaga Warna, terletak di

  3.1 Kawasan Cagar Alam

  Hutan Konservasi

  Hutan

  • Cagar Alam Burangrang, terletak di Kabupaten Purwakarta;
  • Cagar Alam Gunung Jagat, terletak di Kabupaten Sumedang;
  • Cagar Alam Pananjung Pangandaran dan Cagar Alam Panjalu/Koorders, terletak di Kabupaten Ciamis.

  Hutan  Muara Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi  Muara Bobos dan Blanakan, terletak di

   Taman Hutan Raya Pancoran Mas terletak di Kota Depok  Taman Hutan Raya Gunung Palasari dan Gunung Kunci di Kabupaten Sumedang  Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah,

  Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung

  Hutan  Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda terletak

  Hutan Konservasi

  4.2. Taman Hutan Raya

  Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka

  Kabupaten Sukabumi dan Bogor  Taman Nasional Gunung Ciremai, terletak di

  Kabupaten Sukabumi, Bogor  Taman Nasional Gunung Halimun terletak di

  Hutan  Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di

  Hutan Konservasi

  4.1. Taman Nasional

  Kabupaten Subang  Tanjung Sedari, terletak di Kabupaten. Karawang  Eretan, terletak di pantai Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon

  Hutan Konservasi

  Fungsi Jenis/Tipe Klasifikasi Fisik Lokasi (Kode)

  3.4 Kawasan pantai berhutan bakau/ payau

  Kabupaten Ciamis

  Kabupaten Garut  Suaka Alam Laut Pangandaran, terletak di

  Hutan  Suaka Alam Laut Leuweung Sancang, terletak di

  Hutan Konservasi

  3.3 Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya

  Kabupaten Tasikmalaya

  Kabupaten Ciamis  Suaka Margasatwa Sindangkerta, terletak di

  Kabupaten Sukabumi  Suaka Margasatwa Gunung Sawal terletak di

  Hutan  Suaka Margasatwa Cikepuh terletak di

  Hutan Konservasi

  3.2. Kawasan suaka margasatwa

4. Kawasan Pelestarian Alam

  Fungsi Jenis/Tipe Klasifikasi Fisik Lokasi (Kode)

  di Kabupaten Sumedang;  Taman Wisata Alam Linggarjati, terletak di