PENGARUH PENAMBAHAN ALKOHOL PADA PREMIUM UNTUK MENCAPAI BILANGAN OKTAN YANG SETARA DENGAN PERTAMAX

  

PENGARUH PENAMBAHAN ALKOHOL PADA

PREMIUM UNTUK MENCAPAI BILANGAN OKTAN

YANG SETARA DENGAN PERTAMAX

Abdullah Saleh*, Ade Setianingrum, Tuti Karolina

  • Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

  

Abstrak

  Bahan bakar yang baik adalah bahan bakar yang memiliki angka oktan yang tinggi sehingga mampu mencegah ketukan pada mesin dan tidak berdampak negatif pada lingkungan . Zat aditif peningkat angka oktan (octane booster) yang digunakan pada penelitian ini adalah metanol dan isopropilkohol (IPA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil blending dari premium-methanol dan premium-IPA agar dapat memiliki bilangan oktan dan uji parameter lain yang meliputi nilai tekanan uap reid (RVP), Distilasi dan Specific Gravity (SG) sebagai pembanding kesetaraan dengan spesifikasi pertamax. Dari Pengujian enam buah sampel hasil blending terdapat 1 sampel (hasil blending 6%V methanol dan 94 %V premium) yang memiliki kesetaraan spesifikasi pertamax.

  Kata kunci: Premium, Pertamax, Angka oktan, Reid Vapor Pressure, Distilasi, Specific Gravity.

  

Abstract

  A good fuel is the fuel that has a high octane number, thus preventing engine knock and do not have a negative impact on the environment. Additives octane (octane booster) that is used in this research were methanol and isopropilkohol (IPA). The purpose of this research is to get blending product from Premium-Methanol and Premium-IPA in order to have a high octane number and other specifications such as the value of Reid vapor pressure (RVP), distillation and Specific gravity (SG) have equality pertamax specifications. From testing of six samples blending results there is 1 sample (6% V methanol and 94% V premium), which has equality pertamax specifications.

  Keywords: Premium, Pertamax, Octane Number, Reid Vapor Pressure, Distillation, Specific Gravity.

1. PENDAHULUAN terjadinya ketukan pada mesin biasanya diukur

  dengan angka oktan RON (Research Octane Bahan bakar adalah salah satu unsur Number ). Semakin tinggi angka oktan maka yang sangat penting bagi kendaraan bermotor. semakin baik kualitas Premium. Angka oktan

  Bahan bakar yang umum dipakai kendaraan (RON) Premium dapat ditingkatkan dengan Premium. Premium yang digunakan harus dapat Penambahan Metanol dan

  IPA mencegah ketukan (knocking) pada mesin. (Isopropyl Alkohol) ke dalam premium sebagai Kemampuan Premium dalam mencegah bahan bakar kendaraan bermotor memberi

  • –sifat premium komersil dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan oleh kilang dan jenis minyak mentah darimana premium dihasilkan. Pada dasarnya spesifikasi premium menentukan batas
  • – batas kualitas yang harus dipenuhi antara lain : 1)
    • Dengan semakin besar penambahan persen volume metanol dan isopropyl alkohol yang ditambahkan terhadap premium maka akan semakin tinggi bilangan oktan.

  • Semakin besar penambahan persen volume metanol dan isopropyl alkohol pada premium maka akan mempengaruhi sifat- sifat votilitas dan specific gravity dari premium.

  Fuel Reseach ) yang dioperasikan pada kondisi

  Sifat pembakaran Sifat pembakaran ini biasanya diukur dengan angka oktan. Angka oktan merupakan ukuran kecenderungan bahan bakar mengalami pembakaran tidak normal yang timbul sebagai ketukan mesin. Semakin tinggi angka oktan suatu bahan bakar, semakin berkurang kecenderungannya untuk mengalami ketukan. Angka oktan diukur dengan menggunakan mesin baku, yaitu mesin CFR (Cooperative

  Sifat

  C. Premium dewasa ini dihasilkan dari minyak bumi melalui destilasi langsung maupun hasil proses lanjutan seperti perengkahan ,reforming, alkilasi dan isomerisasi atau polimerisasi. Premium yang berasal dari destilasi langsung terdiri atas hidrokarbon alkana rantai lurus yang jenuh C n H 2n+2 (paraffin).

  Bahan bakar premium merupakan campuran hidrokarbon yang mempunyai jarak titik didih dari 30 o C sampai 210 o

  Premium

  Penelitian ini meliputi proses-proses pembuatan blending premium-metanol dan premium-isopropyl alkohol dengan variasi penambahan % volume, pengujian angka oktan masing-masing hasil blending, pengujian parameter penunjang spesifikasi pertamax yaitu uji RVP (ASTM D-323), SG (ASTM D-1298) dan destilasi (ASTM D-86).

  Sebagai referensi bahan aditif untuk meningkatkan angka oktan pada penelitian yang akan datang.

  • – heptana ( angka oktan 0) dan isooktana (angka oktan 100). Angka oktan bensin yang diukur didefinisikan sebagai persentase isooktana dalam bahan bakar rujukan yang memberikan intensitas ketukan yang sama pada mesin uji.
Sifat pembakaran adalah karakteristik yang menjamin agar pembakaran dalam mesin berjalan normal. Pada pembakaran tidak normal terjadi penyalaan lokal pada bagian

  Mengetahui pengaruh penambahan % volume alkohol terhadap angka oktan premium. 2)

  Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang teknik pada pengujian angka oktan,uji RVP,uji SG dan uji Destilasi. 3)

  Adapun manfaat yang didapat dalam melakukan penelitian ini adalah : 1)

  Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diangkat adalah bagaimana mendapatkan hasil blending yang memenuhi kesetaraan angka oktan pertamax melalui uji bilangan oktan serta uji parameter lain (RVP, SG dan Distilasi) dengan memvariasikan % volume penambahan alkohol terhadap premium .

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendapatkan produk hasil blending premium dan alkohol sehingga memiliki bilangan oktan yang setara dengan pertamax sebagai hasil uji coba analisa laboratorium. 2) Mengetahui hasil uji RVP, SG, destilasi pada hasil blending premium-alkohol sebagai nilai pembanding kesetaraan dari spesifikasi pertamax.

  (RVP), uji Specific Gravity (SG), dan uji destilasi untuk mendapatkan hasil blending yang setara dengan spesifikasi pertamax.

  Vapor Pressure

  Pada penelitian ini menguji pengaruh penambahan alkohol, secara khusus metanol dan isopropyl alkohol (IPA) terhadap premium dengan uji angka oktan sebagai parameter utama dan uji parameter lain seperti uji Reid

  IPA dapat digunakan sebagai bahan aditif untuk meningkatkan angka oktan pada premium.

  pengaruh positif pada sifat anti ketuk. Hal ini disebabkan angka oktan methanol dan IPA relative lebih tinggi dibandingkan premium yaitu 133 untuk angka oktan metanol dan 118 untuk angka oktan IPA, sehingga metanol dan

  tertentu, di mana bahan bakar dibandingkan dengan bahan bakar rujukan yang terbuat dari n

  • – bagian tertentu didalam ruang bakar diluar daerah nyala yang menjalar secara teratur dari busi yang akan menimbulkan ketukan (knocking) pada mesin sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan daya, pemborosan bahan bakar dan kerusakan mesin. Sifat pembakaran premium ini diukur dengan angka oktan. Angka oktan pada umumnya ditentukan dengan metode ASTM D- 2699. 2)

  Sifat – Sifat Volatilitas Sifat volatilitas ini sangat penting dalam menjamin kelancaran kerja penyalaan cetusan busi. Komposisi campuran uap bahan bakar dengan udara harus sedemikian rupa sehingga dapat menjamin terjadinya pembakaran yang baik. Untuk itu premium harus cukup mudah menguap tetapi tidak boleh terlalu mudah menguap yang dapat mengakibatkan terjadinya sumbatan uap (vapour lock) pada saluran bahan bakar, ataupun terlalu sedikit menguap akan mengakibatkan susahnya penyalaan pada waktu dingin. Sifat volatilitas premium diukur dengan distilasi dan tekanan uap reid .

  Pertamax

  Pertamax merupakan bahan bakar ramah lingkungan beroktan tinggi. Pertamax ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal. Keunggulan Pertamax dibanding dengan premium yaitu pertamax memiliki nilai oktan 92 dengan stabilitas oksidasi yang tinggi dan kandungan olefin, aromatik dan benzene pada level yang rendah sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna pada mesin.

  Pertamax sudah tidak menggunakan campuran timbal yang sering digunakan pada bahan bakar lain untuk meningkatkan nilai oktan sehingga Pertamax merupakan bahan bakar yang sangat bersahabat dengan lingkungan sekitar.

  Pertamax memiliki nilai oktan 92 yang didalamnya terkandung energi besar yang akan membuat pembakaran kendaraan lebih bertenaga, berakselerasi tinggi, lebih responsif dan knock free. Komposisi bahan baku pertamax yang sudah tidak menggunakan timbal dapat membuat emisi gas buang kendaraan menjadi ramah lingkungan.

  Pertamax diproduksi dengan menggunakan bahan baku berkualitas tinggi yang telah memenuhi standar International

  Word Wide Fuel Charter . Dari sisi sifat fisika

  atau properties Pertamax memiliki stabilitas oksidasi yang lebih tinggi dari titik didih destilasi yang lebih rendah. Selain itu kandungan olefin, aromatik dan benzene telah dibatasi sehingga pembakaran lebih sempurna.

  Pertamax memiliki oktan RON (Research Octane Number) 92. Aditif yang berfungsi menyempurnakan proses kimia pada pembakaran di dalam mesin dan telah memperoleh sertifikasi dan laboratorium

  independen berstandar international di Houston,

  Texas Amerika Serikat. Houston Texas sudah lama dikenal sebagai pusat riset bahan bakar dan motor gas dunia.

  Metanol

  Metanol merupakan turunan hidroksil dari alkana yang terikat dengan gugus metal. Karena penggunaan methanol sebagai bahan bakar maka metanol juga dikenal dengan sebutan CFO (Chemical Fuel Oil). Metanol dapat dibuat dari gas bumi, batubara dan bahkan dari sampah dan limbah organik. Tetapi struktur molekulnya CH 3 OH berbeda dari hidrokarbon premium yang terdiri dari C5 sampai C10. Metanol memiliki angka oktan yang tinggi dan mudah didapat dan penggunaannya sebagai aditif bensin tidak menimbulkan pencemaran udara. Namun perbedaan struktur molekul methanol yang sangat berbeda dari struktur hidrokarbon bensin menimbulkan permasalahan dalam penggunaannya, antara lain kandungan oksigen yang sangat tinggi dan rasio stoikiometri udara per bahan bakar. Yang menarik dari Metanol untuk dipakai sebagai bahan bakar dapat ditinjau setidaknya pada hal

  • – hal sebagai berikut :
    • sumbernya dapat diperoleh dari dalam negeri/hasil produk dari dalam negeri memperbaiki kualitas anti ketuk
    • premium murni
    • menurunkan polusi udara

  Karakteristik Umum Pemeriksaan Rutin Pertamax dan Premium

  Karakteristik umum yang perlu diketahui untuk menilai kinerja bahan bakar Premium dan pertamax antara lain : Bilangan oktan,Tekanan uap reid (RVP), specific Gravity (SG),destilasi. 1)

  Bilangan Oktan Karakteristik utama yang diperlukan dalam bahan bakar adalah sifat pembakarannya. Sifat pembakaran ini biasanya diukur dengan angka oktan. Angka oktan merupakan ukuran

  Isopropil alkohol (IPA)

  kecenderungan bahan bakar untuk mengalami IPA adalah nama lain dari 2-propanol. pembakaran tidak normal yang timbul sebagai

  Rumus kimianya adalah CH 3 CHOHCH 3 . ketukan mesin. Semakin tinggi angka oktan

  Senyawa ini merupakan turunan kedua setelah suatu bahan bakar, semakin berkurang propilen dari propana. IPA adalah zat yang kecenderungannya untuk mengalami ketukan sangat mudah menguap, mudah terbakar, berbau dan semakin tinggi kemampuannya unutk khas dan beracun. Senyawa ini memiliki digunakan pada rasio kompresi tinggi tanpa karakteristik sebagai berikut: mengalami ketukan. Angka oktan diukur dengan menggunakan mesin baku, yaitu mesin CFR (Cooperative Fuel Reseach) yang dioperasikan pada kondisi tertentu, di mana bahan bakar dibandingkan dengan bahan bakar rujukan yang terbuat dari n

  • – heptana (angka oktan 0) dan isooktana (angka oktan 100). Angka oktan bensin yang diukur didefinisikan sebagai persentase isooktana dalam bahan bakar rujukan yang memberikan intensitas ketukan yang sama pada mesin uji. Ada dua macam
Tekanan uap reid berhubungan langsung dengan kecenderungan terjadinya sumbatan uap penyimpanan, selain itu untuk menandai karakteristik mudah tidaknya start-up pada bahan bakar untuk motor yang menggunakan

  Jika suplai fuel ke mesin terputus sama sekali, maka mesin akan mati dan akan sulit dinyalakan kembali sampai sistim fuel menjadi dingin dan uap terkondensasi.

  d) Menggunakan komponen berangka oktan tinggi sebagai ramuan, misalnya alcohol atau eter.

  akumulasi uap berlebihan pada system fuel (pompa, karburator, atau injektor) sehingga mengurangi atau menghambat aliran suplai fuel ke mesin. Jika suplai fuel terganggu maka ratio udara terhadap fuel menjadi fuel lean yang menghasilkan mesin kehilangan tenaga, tersendat (surging) atau nembak (backfiring).

  handling problem .Permasalahan vapor lock dan hot fuel handling terjadi bilamana adanya

  Tekanan uap yang terlalu tinggi juga tidak terlalu baik untuk sistim pengaliran fuel karena dapat terjadi vapor lock dan hot fuel

  bakar yang penting dalam menunjang driveability (kenyamanan mengendara). Tekanan uap yang rendah akan menyebabkan mesin membutuhkan waktu lama (diengkol berkali-kali) untuk menyala. Bila nilainya sangat rendah sekali, mesin tersebut akan tidak menyala sama sekali. Kondisi ini berlaku untuk mobil dengan sistim karburator, tetapi bila mobil dilengkapi dengan sistim injection port maka tidak akan bermasalah dengan rendahnya tekanan uap.

  pressure adalah salah satu parameter bahan

  2) Tekanan Uap Reid Tekanan uap reid adalah pengukuran mengenai sifat penguapan yang khusus dalam spesifikasi bahan bakar digunakan pengukuran tekanan uap (RVP). Tekanan uap memberikan indikasi tekanan pada minyak yang akan mengembang didalam tempat tertentu dan tekanan ini sangat berarti untuk minyak yang mempunyai suhu sedemikian rendah dan tidak dapat didestilasi pada tekanan atmosfir. Vapor

  (TEL) dan timbal tetra metil (TML).

  angka oktan, yaitu angka oktan riset (RON) yang memberikan gambaran mengenai unjuk kerja dalam kondisi pengendaraan biasa dan angka oktan motor (MON) yang memberikan gambaran mengenai unjuk kerja dalam kondisi pengendaraan yang lebih berat. oktan (octane number) merupakan ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin atau Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran udara dan bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi. Karena besarnya tekanan ini, campuran udara dan bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi keluar. Jika campuran gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi), maka akan terjadi knocking atau ketukan di dalam mesin.

  c) Menambah aditif peningkat angka oktan seperti timbal alkil, biasanya timbal tetra etil

  Meningkatkan kandungan aromatik melalui pengolahan reformasi, atau alkana bercabang, atau olefin bertitik didih rendah.

  a) Memilih minyak bumi yang mempunyai kandungan aromat tinggi, dalam trayek didih bensin.

  Untuk mendapatkan mendapatkan bensin dengan angka oktan yang cukup tinggi, dapat dilakukan dengan cara

  rusak,sehingga sebisa mungkin harus kita hindari.Nama oktan berasal dari (C 8 ), karena dari seluruh molekul penyusun bensin, oktana yang memiliki sifat kompresi paling bagus. Oktan dapat dikompres sampai volume kecil tanpa mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang terjadi pada misalnya, yang dapat terbakar spontan meskipun baru ditekan sedikidengan bilangan oktan 88, berarti bensin tersebut terdiri dari 88% i(atau campuran molekul lainnya). Bensin ini akan terbakar secara spontan pada angka tingkat kompresi tertentu yang diberikan, sehingga hanya diperuntukkan untuk mesin kendaraan yang memiliki ratio kompresi yang tidak melebihi angka tersebut.

  Knocking ini akan menyebabkan mesin cepat

  • – cara sebagai berikut:
penyalaan busi. Nilai spesifikasi pertamax 3) Isopropil Alkohol (IPA) dibatasi minimum 45 kPa dan maksimum 60 4) Es kPa dengan metode ASTM D-323.

  Alat yang Digunakan

  3) Spesific Gravity 1) Beker Gelas

  Berat jenis menunjukkan perbandingan 2) Gelas Ukur berat per satuan volume, karakteristik ini 3) Termometer ASTM 7C atau8C berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang 4) Penyumbat Gabus dihasilkan oleh mesin per satuan volume bahan 5) o

  Pipet tetes bakar. API Gravity dan Berat Jenis menyatakan 6) Kaleng Tempat Blending densitas atau berat per satuan volume suatu zat. 7) o

  Mesin Penguji Angka Oktan

  API Gravity dapat diukur dengan 8)

  Alat Distilasi ASTM D-86

  hydrometer

  (ASTMD-1298) sedangkan berat 9) Alat Uji RVP ASTM D-323 jenis ditentukan dengan piknometer (ASTM D- 10)

  Alat Uji SG ASTM D-1298 941 ). Tujuan dilaksanakan pemeriksaan berat jenis adalah indikasi mutu (kualitas) minyak Prosedur Penelitian dimana semakin tinggi berat jenis maka 1) Pembuatan campuran antara premium kandungan panas (heating value) yang rendah dengan alkohol dengan variasi komposisi dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat seperti pada tabel :

  • – jenis yang rendah maka memiliki kandungan Tabel 4. Komposisi Campuran Premium panas (heating value) yang tinggi. Metanol Premium (%V) Metanol (%V)

  4) Distilasi

  98

  2 Distilasi merupakan distilasi

  96

  4 laboratorium untuk mendapatkan hubungan

  90

  10 persen penguapan dengan suhu. Pada distilasi ini terdapat tiga persentase volume penguapan Tabel 5.

  KomposisiCampuran Premium – IPA yang penting yaitu pada penguapan 10%, 50%, Premium (%V)

  IPA (%V) 90% yang menggambarkan sifat-sifat

  98

  2 penguapan dari fraksi ringan, fraksi tengah dan fraksi berat premium. Pada bagian ini berkaitan

  96

  4 dengan daya dan percepatan, kemulusan operasi

  90

  10 dan konsumsi bahan bakar. Sifat penguapan 2) Pengujian angka oktan, dengan prosedur fraksi berat yang ditunjukkan oleh penguapan sebagai berikut :

  90% . Initial boiling point adalah pembacaan a.

  Kerjakan warning up mesin CFR thermometer pada waktu tetesan pertama. End dengan running selama kurang lebih 30

  point

  atau final boiling point adalah pembacaan menit. thermometer tertinggi (maximum), keadaan ini b.

  Selanjutnya bersihkan semua fuel biasanya terjadi apabila semua cairan dalam

  container dengan udara.

  kolf sudah habis menguap dan residu adalah c.

  Kemudian isilah salah satu fuel container volume destilat yang ditampung dalam receiver, dengan isooktan (sebagai pembanding sehubungan dengan pemanasan pada terhadap sample yang akan diuji) thermometer. Volume total dari cairan yang selanjutnya lakukan warning up kurang terkumpul sebagai hasil distilasi disebut distilat, lebih tiga menit. sedangkan cairan yang tidak mau menguap dan d.

  Hasil blending yang akan diuji angka tetap tinggal pada labu distilasi disebut residu. oktannya dimasukkan kedalam salah satu

  fuel container ,selanjutnya diatur

  intensitas knocking standar 45 – 55.

  Bahan yang Digunakan e.

  Sesuaikan mesin pada kondisi RF 1)

  Premium (Reference Fuel) angka oktan yang telah

  2) Metanol

  • – ditentukan, lakukan secara berulang
  • – benar sesuai dengan kondisi RF (Referensi Fuel) .

  Hasil penelitian dapat dilihat dari grafik pada pembahasan. Pada Penelitian yang di lakukan di laboratorium LITBANG Pertamina RU-III Plaju, dengan memvariasikan volume campuran premium-metanol dan premium-IPA, oktan dan pengujian parameter lain (Distilasi dan RVP, SG). Masing

  e) Catatlah temperature End Point atau final

  b) Selanjutnya labu destilasi didingikan (di dalam wadah yang berisi bongkahan es), selanjutnya dimasukkan hasil blending yang telah dingin kedalam labu destilasi.

  Letakkan thermometer tepat diatas labu destilasi setelah semuanya siap lakukanlah pemanasan.

  c) Catat temperatur pembacaan thermometer pada waktu tetesan pertama (Initial Boiling

  Point)

  d) Catatlah temperature apabila gelas ukur menunjukkan % volume 10, 20, 30, 40, 50,

  60, 70, 80, 90.

  boiling point yang ditunjukkan oleh termometer.

  Pada saat pembacaan Pressure gauge konstan inilah hasil yang ditunjukkan sebagai RVP (Reid Vapor Pressure). sebagai berikut :

  f) Kemudian pemanasan dihentikan, selanjutnya ukurlah volume residu yang masih tersisa dalam labu destilasi.

  5) Pengujian terhadap specific gravity dengan prosedur sebagai berikut : a)

  Ambillah sample hasil blending sebanyak 700 ml kemudian dituangkan kedalam gelas ukur 1000 ml.

  b) Letakkan termometer kedalam gelas ukur yang berisi hasil blending kemudian catat temperaturnya.

  c) Letakkan hydrometer pelan – pelan kedalam gelas ukur yang berisi hasil blending, selanjutnya aduk hasil blending secara perlahan dengan termometer.

  d) Apabila hydrometer tidak bergerak lagi dan tidak menempel pada pinggiran gelas ukur, bacalah skala yang ditunjukkan oleh hydrometer.

  3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  a) Hasil blending diambil sebanyak 100 ml kemudian didinginkan kurang lebih 30 menit didalam lemari es.

  f.

  ulang, sehingga knocking standar yang ditunjukkan mesin CFR benar

  Ruang udara (air chamber) dikeringkan dengan udara kemudian dihubungkan dengan pressure gauge selanjutnya direndam dalam bak air 100 o F selama 10 menit. (jangan sampai pressure gauge ikut terendam) c. Keluarkan air chamber yang telah terhubung dengan pressure gauge dari bak air kemudian hasil blending yang telah didinginkan, dimasukkan kedalam

  f.

  Setelah Reference Fuel dan knocking sudah sesuai,catatlah angka oktan pada pembacaan knockmeter serta catatlah level yang ditunjukkan fuel container pada mesin.

  g.

  Hitunglah angka oktan hasil blending dengan interpolasi. 3) Pengujian terhadap tekanan uap reid (RVP), dengan prosedur sebagai berikut : a.

  Hasil blending dan gasoline Chamber (ruang minyak) yang tertutup dengan gabus didinginkan terlebih dahulu dilemari es sampai suhu 4 o C.

  b.

  gasoline Chamber d.

  pressure gauge konstan.

  Setelah semuanya siap, hubungkan

  gasoline chamber dengan air chamber

  yang telah terhubung dengan pressure

  gauge (periksa jangan sampai terjadi

  kebocoran). Bila tidak ada kebocoran, selanjutnya direndam kembali dalam bak air 100 o F selama 5 menit.

  e.

  Setelah lima menit direndam dalam bak air, keluarkan, kocok, dan rendam kembali dalam bak. Bacalah angka yang ditunjukkan oleh pressure gauge, setiap selang 2 menit lakukan pekerjaan ini berulang kali sampai pembacaan

  • – masing pengujian ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran kinerja

   O 12 A n g k a k t a n Penambahan Alkohol Pada Premium (% Volume) Hasil Pengujian Angka Oktan Pada blending remium-Metanol Dan Premium-IPA Premium- Metanol Premium- IPA

  C. Sementara untuk distilasi 50% V juga sudah mendekati literatur yaitu minimum

  10

  8

  6

  4

  2

  93

  92

  91

  90

  77 o C dan maximum 110 o C. Sementara untuk distilasi 90% V sudah memenuhi literatur yaitu maximum 180 o C. Dengan demikian distilasi temperature 10%, 50%, 90% hasil blending premium

  Hasil temperatur distilasi 10% V yang diperoleh sudah mendekati literatur yaitu maximum 70 o

  motor, terutama pada penelitian ini lebih diutamakan pengujian angka oktan untuk mencapai kesetaraan karakteristik pertamax. Pengujian terhadap angka oktan ini sangat penting untuk mengetahui kenaikan angka oktan dari hasil blending, karena semakin tinggi angka oktan maka kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin semakin berkurang.

  blending Premium-Metanol Makin tinggi temperatur pada temperatur distilasi 50% makin mudah terjadi pemanasan. Tetapi jangan terlalu tinggi ataupun terlalu rendah karena akan menyulitkan pada proses pemanasan ini. Distilasi 90%V dimaksudkan untuk mengetahui meratanya distribusi bahan bakar pada setiap silinder mesin.

  Gambar 2. Hasil pengujian distilasi pada

  Tem 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90100 pe ra tu r D is ti la t (o C ) % Volume Distilat Hasil Pengujian Distilasi Pada Blending Premium-Metanol 6 % Metanol 8 % Metanol 10 % Metanol

  50 100 150 200

  Pada temperatur distilasi 10% V ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pada start awal, bila temperatur terlalu rendah maka akan mengakibatkan sukar menguap sehingga start awal menjadi sulit, begitu pula jika terlalu tinggi sehingga mudah menguap, maka start pada waktu panas menjadi sulit. Pada Temperatur distilasi 50 % V ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pada waktu pemanasan. Waktu pemanasan adalah sejak motor start (awal) sampai dapat dijalankan dengan tenaga penuh.

  Sifat volalitas bahan bakar diukur dengan distilasi ASTM D-86. Distilasi ASTM D-86 merupakan distilasi pada skala hubungan persen volume penguapan dengan temperatur. Pada uji distilasi ini terdapat tiga persen volume penguapan yang penting untuk ditinjau yaitu pada 10%, 50%, 90%.

  Hasil yang diperoleh pada pengujian angka oktan ini sudah mencapai kesetaraan dengan angka oktan pada pertamax. Berdasarkan literatur ,diketahui bahwa angka oktan pertamax 92, terkecuali pada penambahan 6% IPA diperoleh angka oktan 90, maka angka oktan ini belum mencapai spesifikasi angka oktan pertamax.

  Maka semakin tinggi angka oktan yang diperoleh. Tetapi pada blending premium – IPA, pada penambahan 6% IPA diperoleh angka oktan sebesar 90, sementara pada penambahan 8% dan 10% IPA diperoleh angka oktan yang sama sebesar 91. Hal ini disebabkan karena daya reaktifitas IPA sebagai aditif terhadap bahan bakar lebih rendah dibandingkan metanol.

  Dari hasil pengujian angka oktan pada blending premium – metanol maka diperoleh semakin banyak persen volume methanol yang ditambahkan pada premium.

  Gambar 1. Hasil pengujian angka oktan

  \

  • – metanol dinyatakan baik karena tidak menyimpang dari temperatur maksimum pada karakteristik pertamax.
  • 91.2 92 92.2 90 91 91 premium menunjukkan kenaikan RVP sesuai

      Hasil Pengujian Distilasi Pada Campuran dengan kenaikan penambahan volume metanol. Premium-Isopropyl Alkohol 200 C)

      Pengujian terhadap tekanan uap reid at ( o berhubungan langsung dengan kecenderungan terjadinya sumbatan uap atau kehilangan akibat

      150 til

      penguapan selama penyimpanan, selain itu Dis r 6 % IPA u untuk menandai karakteristik mudah tidaknya

      100 at p er start-up pada bahan bakar untuk motor yang

      8 % IPA em menggunakan penyalaan busi. T

    50 Sementara pada hasil pengujian terhadap

      10 % IPA penambahan volume IPA kedalam premium

      menunjukkan penurunan tekanan uap reid yaitu

      0 10 20 30 40 50 60 70 80 90100 semakin banyak penambahan volume IPA maka % Volume Distilat

      tekanan uap reid semakin berkurang. Hal ini

      

    Gambar 3. Hasil pengujian distilasi pada disebabkan karena masih adanya kandungan air

      blending Premium-IPA dalam isopropilalkohol ,sehingga semakin banyak volume IPA yang dicampurkan maka Hasil temperatur distilasi 10% V yang jumlah air yang terikut juga akan semakin diperoleh sudah mendekati literature yaitu meningkat. Hal ini mengakibatkan nilai tekanan o maximum 70

      C. Untuk distilasi 50% V juga uap akan semakin rendah, selain itu air susah sudah mendekati literatur yaitu temperature menguap yang mengakibatkan tekanan uap akan o minimum 77 C dan temperature maximum semakin kecil. o 110

      C, kecuali pada blending premium 90% dan Hasil pengujian terhadap tekanan uap

      IPA 10% diperoleh hasil distilasi minimum reid terhadap enam (6) buah sample dari o

      C. Sementara untuk distilasi berbagai perbandingan campuran premium 90% V sudah memenuhi literatur yaitu metanol dan premium o

    • – temperature 71
    • – IPA belum ada hasil maximum 180

      C, kecuali pada blending 6% yang menunjukkan spesifikasi pertamax yaitu IPA pada premium melebihi batas maksimum. minimum 45 dan maximum 60. Dengan demikian distilasi temperatur 10%,50%,90% hasil blending premium

    • – IPA

      Hasil Pengujian Specific Gravity Pada

      dinyatakan baik karena tidak menyimpang dari

      Blending

      temperature maksimum pada karakteristik 0,75 Premium-Metanol dan Premium-IPA pertamax.

      0,7495 0,7495 ity 0,7493 v 0,749 0,7487 Hasil Pengujian RVP Pada Blending Premium Premium-Metanol dan Premium-IPA Gra -Metanol

      0,7485 fi Premium c 0,748

    • IPA

      0,748

      80 Speci 0,7478

      69 0,7476

      66 ) 0,7475

      62

      60 a

      62 (KP

      2

      4

      6 8 10 12

      40

      41 Premium-IPA P

    41 V

      Penambahan Alkohol Pada Premium R (% Volume)

      20 Premium- Metanol Gambar 5. Hasil pengujian SG

      5

    10 Penambahan Alkohol Pada Premium

      (% Volume) Pada hasil pengujian specific gravity untuk blending premium metanol dan premium-

      IPA mengalami kenaikan Spesific Gravity

      Gambar 4. Hasil pengujian RVP

      dimana pada setiap penambahan % Volume metanol dan IPA maka semakin tinggi berat Dari hasil pengujian terhadap jenisnya. Hasil pengujian specific gravity penambahan volume metanol ke dalam terhadap enam (6) buah sample dari berbagai

    • – IPA menunjukkan telah memenuhi kriteria spesifikasi pertamax untuk minimum 0,714 dan maximum 0,779.

      Anonim. 2008. “Methanol”. Diakses pada 20 September 2008 dari

      Laboratorium Penelitian dan Pengembangan”. Pertamina UP III Plaju.

      American Society For Testing Material. Philadelphia. NN. 1988. “Petunjuk Penggunaan Alat – alat

      Palembang. NN. 1986. “Annual Book of ASTM Standard”.

      Mahayu, Dewi dan Utami,N.M. 1996. “Laporan Penelitian”. Universitas Sriwijaya.

      “Teknologi Minyak dan gas bumi”. Universias Sriwijaya. Palembang

      Ismail, Fasha. 1998 .

      

       Diakses pada tanggal 28 Maret 2009 dari http://

      18 Juni 2009 dari Cathaputra, Haryo. 2007.

      Anonim. 2 009. “Angka oktan”. Diakses pada tanggal

      

      Anonim. 2008. “Isopropilalkohol”. Diakses pada tanggal 20 September 2008 dari

      Sebelum melakukan prosedur penelitian untuk setiap alat

      Sebaiknya alkohol yang ditambahkan harus memiliki kadar kemurnian yang tinggi. 3)

      dan ditutup dengan gabus pada waktu pendinginan dilemari es untuk mencegah kondensat sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. 2)

      chamber

      1) Sebaiknya pada pengujian RVP diusahakan supaya tidak terjadi kebocoran pada gasoline

      Saran

      IPA pada premium maka semakin besar nilai SG yang diperoleh.

    • – alat yang akan digunakan sebaiknya dibersihkan dan dikeringkan dengan udara.

      D-1298 pada blending diperoleh semakin banyak penambahan % volume Metanol dan

      Sifat volatilitas ini diuji dengan tekanan uap reid (RVP) ASTM D-323 dan distilasi ASTM D-86. 4) Pengujian nilai Specific Gravity (SG) ASTM

      Pengujian sifat volatilitas ini sangat penting untuk mengetahui kelancaran kinerja motor.

      Dari Pengujian hasil blending diperoleh angka oktan dan spesifikasi lain meliputi RVP, SG, Distilasi yang setara dengan pertamax yaitu pada blending 6% volume methanol pada premium. 3)

      1) Semakin banyak penambahan % volume metanol pada premium maka semakin tinggi kenaikan angka oktan. Sementara semakin banyak penambahan % volume IPA pada premium, angka oktan akan naik dan cenderung untuk konstan. Hal ini dapat dilihat dari table 4.1 dan 4.2, pada penambahan 8% volume IPA pada premium memiliki angka oktan yang sama dengan penambahan 10% volume IPA. 2)

      Berdasarkan hasil uji coba dari enam buah sample maka hasil blending yang dianggap cukup baik untuk memenuhi spesifikasi pertamax adalah hasil blending 6% V metanol dengan 94% premium.

      perbandingan campuran premium – metanol dan premium