PERANAN KEPOLISIAN DAERAH LAMPUNG DALAM PEMBERANTASAN TENAGA KERJA INDONESIA TANPA IZIN
PERANAN KEPOLISIAN DAERAH LAMPUNG DALAM PEMBERANTASAN TENAGA KERJA INDONESIA TANPA IZIN (Jurnal) Oleh Supri Sugiarto FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018
ABSTRAK
PERANAN KEPOLISIAN DAERAH LAMPUNG DALAM
PEMBERANTASAN TENAGA KERJA INDONESIA
TANPA IZIN
Oleh
Supri Sugiarto, Eddy Rifai, Firganefi
Email : [email protected]
Tenaga kerja Indonesia tanpa izin di Provinsi Lampung sudah sangat meresahkan, oleh karena itu diperlukan tindakan Kepolisian secara represif dan preventif guna mencegah terjadinya Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin. Permasalahan adalah Bagaimana Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin dan faktor
- –faktor yang menghambat. Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Prosedur pengumpulan data yaitu dengan cara studi kepustakaan dan lapangan. Data yang diperoleh dikelola menggunakan metode induktif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diketahui bahwa: Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin meliputi (1) upaya represif yaitu dilakukan dengan meningkatkan penindakan oleh pihak kepolisian yaitu melakukan proses penyidikan sampai kepengadilan; (2) upaya preventif yaitu dilakukan yaitu peningkatan kinerja dan koordinasi dengan instansi terkait, serta melakukan patroli dan penjagaan di daerah-daerah rawan; (3) upaya pre-emtif yaitu dilakukan dengan memberi sosialisasi kepada masyarakat secara rutin. Faktor penghambat yang paling relevan dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin Oleh Kepolisian Daerah Lampung yaitu faktor Penegak hukum yaitu kurangnya sinergitas dari instansi-instansi lain, sarana dan fasilitas yang belum memadai, Kurangnya simpati masyarakat. Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut: Diharapkan kepada pemerintah secepatnya membuat satuan tugas khusus Daerah Lampung dalam pencegahan Tenaga kerja Indonesia tanpa izin dilampung; Diharapkan kepada masyarakat dapat bekerja sama dengan pihak Kepolisian dalam pemberantasan tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin. Sehingga memperkecil gerak dari pelaku sindikat Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.
Kata Kunci: Peranan Kepolisian, Pemberantasan, Tenaga Kerja Indonesia Tanpa
Izin
ABSTRACT
POLICE ROLE OF LAMPUNG REGION
IN INDONESIA EMPLOYMENT ERADICATION
WITHOUT PERMISSION
By: Supri Sugiarto, Eddy Rifai, Firganefi Email: [email protected]
Unlicensed Indonesian workers in Lampung Province have been very disturbing,
therefore it is necessary to repressive and preventive Police measures to prevent
unemployed Indonesian Workers. The problem is how the role of Lampung Police
in the Eradication of Indonesian Workers without permission and the factors that
hamper. In this study the authors perform two approaches namely the juridical
normative approach and empirical juridical approach. The data collection
procedure is by library and field study. The data obtained is managed using an
inductive method. Based on the results of research and discussion, it can be seen
that: The role of Lampung Regional Police in the Eradication of Unlicensed
Indonesian Workers includes (1) repressive efforts that is done by increasing the
action by the police that is conducting the investigation process until the court;
(2) preventive efforts, namely the improvement of performance and coordination
with related institutions, and patrolling and guarding in vulnerable areas; (3) the
pre-emtive effort is done by giving socialization to the community on a regular
basis. The most relevant inhibiting factor in the Eradication of Indonesian
Workers without permission by Lampung Regional Police is the factor of law
enforcement namely the lack of synergy of other agencies, facilities that have not
been adequate, Lack of public sympathy. Suggestions that can be submitted by the
author are as follows: It is expected to the government as soon as possible to
make a special task unit of Lampung Region in the prevention of Indonesian
Workers without permission to be completed; It is expected that the community
can work together with the Police in eradicating the crime of Indonesian Workers
without permission. So that minimize the movement of the perpetrators of
Unemployed Indonesian Workers syndicate.Key Words: The Role of Police, Eradication, Indonesian Workers Without Permission
I. Pendahuluan
Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan: Tiap- tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
1 Dalam
Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
3) Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)
Peranan yang seharusnya (expected role)
Peranan yang ideal (ideal role) 2)
Apakah Kepolisian itu sudah menjalankan sesuai dengan kedud- ukannya maupun sesuai dengan peranannya yang diinginkan oleh pemerintah maupun masyarakat. Teori tentang Peranan, Suatu peranan tertentu dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur sebagai berikut 1)
2. Menegakan hukum, dan 3.
amandemen UUD 1945 tentang Ketenagakerjaan juga disebutkan dalam Pasal 28d ayat (2) UUD 1945.
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
macam Modus Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin dalam hal ini pemerintah harus tegas dalam memberantas pelaku-pelaku yang memberangkatkan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin dalam hal ini Kepolisian harus aktif dalam memberantas pelaku-pelaku Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin di lampung. Dalam hal ini Kepolisian memiliki tugas yaitu: 1.
3 Pada saat ini ditemukan berbagai
Tenaga Kerja Indonesia tersebut ketika rekrutmen tidak sesuai. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah warga negara indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten atau kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
1 Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.
Masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri juga masih mewarnai kondisi ketenagakerjaan Indonesia, khususnya terkait dengan penyelenggaraan, penempatan dan perlindungan Tenaga kerja Indonesia masih perlu terus diperbaiki dan disempurnakan agar Tenaga Kerja Indonesia dapat bekerja dengan baik, terlindungi hak asasinya, dan bisa menikmati hasil jerih payah secara penuh. Sejauh ini masalah yang dihadapi adalah minimnya perlindun- gan hukum, sejak rekrutmen, ketika bekerja di luar negeri, dan setibanya kembali ke tanah air. Bahkan terjadi banyak kasus pemulangan Tenaga Kerja Indonesia secara paksa karena mereka tidak memiliki dokumen lengkap.
Hal tersebut berimplikasi pada kewajiban negara untuk memfasi- litasi warga negara agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, perlu perencanaan matang di bidang ketenagakerjaan untuk mewujudkan kewajiban negara tersebut.
2 Hal tersebut di karenakan
4) Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role).
Pada penelitian ini penulis melakuk- an dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Prosedur pengumpu- lan data dalam penulisan penelitian ini dengan cara studi kepustakaan dan lapangan. Data yang diperoleh dikelola dengan menggunakan meto- de induktif.
4) Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role). 7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu
3) Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)
Peranan yang seharusnya (expected role)
Peranan yang ideal (ideal role) 2)
tertentu dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur sebagai berikut 1)
7 Teori tentang Peranan, Suatu peranan
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudu- kannya, dia menjalankan suatu peranan.
II. Hasil dan Pembahasan A. Peranan kepolisian Daerah Lampungdalam Pemberantasan tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.
Tenaga Kerja Indonesia Tanpa Izin Oleh Kepolisian Daerah Lampung.
Kerangka sosiologis tersebut, akan diterapkan dalam Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam pemberan- tasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin, sehingga pusat perhatian akan diarahkan pada peranannya. Namun demikian, di dalam hal ini ruang lingkup hanya dibatasi pada peranan yang ideal dan seharusnya.
2) Apakah faktor–faktor pengham- bat Dalam Pemberantasan
Daerah Lampung dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa Izin.
1) Bagaimana Peranan Kepolisian
4 Dalam
Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, Hlm. 21. 5 Perda Provinsi Lampung No 16 Tahun 2014 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia provinsi Lampung Di Luar Negeri 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2013 Tentang Perlindungan
telah penulis paparkan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan berbentuk skripsi dengan judul Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberan- tasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: 4 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
5
39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja, Perda Provinsi Lampung No 16 Tahun 2014 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indone- sia Provinsi Lampung di Luar Negeri
upaya melindungi dan mengawasi Tenaga Kerja Indonesia Pemerintah juga membuat Undang-Undang No.
6 Berdasarkan latar belakang yang
Berdasarkan hasil wawancara yang 101 Undang-Undang Republik telah penulis lakukan, diperoleh Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 jawaban atas permasalahan mengenai Tentang Penempatan Dan Perlindu- Peranan kepolisian Daerah Lampung ngan Tenaga Kerja Indonesia Di dalam Pemberantasan tenaga Kerja Luar Negeri yaitu: Indonesia tanpa izin adalah sebagai berikut:
1) Selain Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia,
8 Hasil wawancara ferizal , dalam kepada Pejabat Pegawai Negeri
pemberantasan Tenaga Kerja Sipil tertentu di instansi Pemerin- Indonesia tanpa izin Kepolisian tah, Pemerintah Provinsi dan/atau melakukan kerjasama dan Pemerintah Kabupaten/ Kota yang berkoordinasi terhadap instansi- bertanggung jawab di bidang instansi yang terlibat dalam Tenaga ketenagakerjaan diberi wewenang Kerja Indonesia, seperti berko khusus sebagai Penyidik sebagai- ordinasi dengan pihak imigrasi, mana dimaksud dalam Undang- Disnakertrans Provinsi Lampung dan Undang Nomor 8 Tahun 1981 pihak BP3TKI Lampung. Selain tentang Hukum Acara Pidana, berkoordinasi terhadap instansi yang untuk melakukam penyidikan terkait tersebut, Kepolisian Daerah tindak pidana sebagaimana diatur Lampung melakukan upaya-upaya dalam Undang-Undang ini. dalam mencegah, menanggulangi 2)
Penyidik sebagaimana dimaksud dan memberantas para sindikat pada ayat (1) berwenang: pelaku tindak pidana Tenaga Kerja a) melakukan pemeriksaan atas
Indonesia Tanpa izin yaitu dengan kebenaran laporan tentang upaya: tindak di bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja
1. Indonesia.
Upaya Penal
b) Melakukan pemeriksaan terha- dap orang yang diduga melaku-
Upaya penal merupakan salah satu kan tindak pidana di bidang upaya penegakan hukum atau segala tindakan yang dilakukan oleh penempatan dan perlindungan aparatur penegak hukum yang lebih Tenaga Kerja Indonesia;
c) menitikberatkan pada pemberantasan meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan setelah terjadinya kejahatan yang hukum sehubungan dengan dilakukan dengan hukum pidana yaitu sanksi pidana yang merupakan tindak pidana di bidang penem-
9
ancaman bagi pelakunya. patan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;
d) Upaya Represif yang dilakukan melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang
Kepolisian melakukan proses bukti dalam perkara tindak penyidikan sampai kepengadilan dalam hal ini di atur juga di Pasal pidana di bidang penempatan 8 dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;
Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit
e)
IV Renakta Polda Lampung. Senin, 11 melakukan pemeriksaan atas
Desember 2017.surat dan/atau dokumen lain penem-patan dan perlindungan yaitu pihak kepolisan melakukan Tenaga Kerja Indonesia; penyuluhan dan memberi informasi
f) tentang bahayanya menjadi Tenaga meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tug- Kerja Indonesia Tanpa izin kepada as penyidikan tindak pidana masyarakat umum. Tujuan penyu- dibidang penempatan dan luhan yaitu agar masyarakat menin- perlindungan Tenaga Kerja gkatkan kesadaran hukum dan ikut Indonesia; serta menjaga keamanan ditengah
g) masyarakat itu sendiri dan memberi- menghentikan penyidikan apa- bila tidak terdapat cukup bukti kan pencerahan kepada masyarakat. yang membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang b)
Upaya Preventif penempatan dan perlindungan
13 Tenaga Kerja Indonesia.
Menurut Ferizal upaya preventif 3) yang di lakukan oleh Kepolisian
Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimak- dalam, penanggulanagan dan sud pada ayat (2) dilaksanakan pemberantasan tindak pidana Tenaga sesuai dengan Undang-Undang Kerja Indonesia Tanpa izin yaitu
Nomor 8 Tahun 1981 tentang mencegah terhadap kemungkinan
10 Hukum Acara Pidana. kejahatan yang mungkin terjadi
dengan cara:
2. Upaya Non Penal
a) Patroli
11 Ferizal mengemukakan bahwa
selain upaya penal ada juga upaya Patroli adalah salah satu bentuk non penal yang dilakukan oleh aparat kegiatan Kepolisian yang merupakan penegak hukum merupakan upaya perwujudan tindakan pencegahan dalam pencegahan, penanggulangan yang perlu dilaksanakan sehingga dan pemberantasan tindak pidana menghilangkan faktor niat dan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa iziny mencegah dari tindak pidana Tenaga ang bersifat preventif dan pre-emtif.
Kerja Indonesia Tanpa izin. Dalam melaksanakan kegiatan Patroli a)
Kepolisian memiliki kegiatan Yaitu: Upaya Pre-emtif
12 Menurut Ferizal upaya pre-emtif a.
Deteksi:Mencari dan mengum- yang dilakukan pihak Kepolisian pulkan informasi mengenai sin- dikat Tenaga Kerja Indonesia dalam pencegahan, penangulangan Tanpa izin melalui Kamtibmas dan pemberantasan tindak pidana
Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin yang tersebar di Provinsi lampu- 10 ng, sebagai masukan informasi
Undang-Undang Republik Indonesia kepada pimpinan Kepolisian
Nomor39 Tahun 2004 Tentang
setempat guna menentukan lang-
Penempatan Dan Perlindungan Tenaga
kah dan tindakan yang akan 11 Kerja Indonesia Di Luar Negeri diambil.
Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit b.
Represif: yaitu apabila menemu-
IV Renakta Polda Lampung. Senin, 11 12 Desember 2017. 13 Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit kan peristiwa tertangkap tangan dapat mengambil tindakan berupa pengamanan tersangka, barang bukti, tempat kejadian peristiwa (TKP) dan saksi-saksi yang ada guna proses penyidiakan selanjutnya.
c.
Dialogis: yaitu Kepolisian berkomunikasi langsung kepada masyarakat guna menciptakan pencitraan yang baik oleh Kepoli- sian kepada masyarakat untuk menjalin kerjasama dan berkoor- dinasi yang baik dengan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di daerah- daerah yang rawan terjadinya tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin guna mene- kan angka dan menghilang-kan tindak pidana itu terjadi.
b) Penjagaan
Penjagaan adalah salah satu bentuk kegiatan Kepolisian yang dilakukan dengan memberikan perlindungan kepada keselamatan orang, harta benda atas kepentingan masyarakat bangsa dan negara. Sasaran-sasaran dalam pelaksanaan kegiatan penjagaan untuk pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan yaitu daerah-daerah yang rawan terjadinya tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin guna mempersempit gerak para pihak sindikat tersebut. Menurut Ferizal
14
dari banyaknya kasus tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin di Lampung pihak Kepolisian hanya mampu mengungkap satu atau dua saja setiap tahun di karenakan sulitnya memberantas Tenaga Kerja 14 Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit
Indonesia tanpa izin dan sampai saat ini pelaku-pelaku yang tertangkap tidak sampai ke proses pengadilan di karenakan kurang lengapnya alat bukti yang kuat sehingga hanya sampai di proses penyidikan saja.
Menurut Adma Husni Malik
15
dalam membantu pihak Kepolisian Daerah Lampung pihak imigrasi melakukan tindakan-tindakan yaitu, berkoordi- nasi dengan instansi terkait Tenaga Kerja Indonesia, mengecek surat- surat atau dokumen yang di apakah dokumen itu palsu atau tidak, setelah itu pihak Imigrasi melakukan wawancara ketika pembuatan paspor tujuannya agar mengetahui niat dari pembuat paspor tersebut apakah ada indikasi tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin, apabila cara- cara tersebut masih bisa lolos maka pihak imigrasi menempatkan anggotanya di bandara-bandara dengan melakukan pemeriksaan barang-barang dan dokumen- dokumennya yang di namakan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) apabila ketika pemerikasaan pihak imigrasi menemukan dokumen- dokumen yang mencurigakan pihak imigrasi berkerjasama dengan Kepolisian untuk proses selanjutnya.
Dalam pemeriksaan pihak imigrasi berpatokan terhadap peraturan yang sudah ada seperti Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor
IMI-0277.GR.02.06 Tahun 2017 tentang Pencegahan Tenaga Kerja Indonesia Nonprosedural
16
yaitu 15 Hasil wawancara dengan Adma Husni
Malik, Kantor Imigrasi Kelas 1 bandar lampung. Selasa, 05 Desember 2017. 16 Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-0277.GR.02.06 Tahun 2017 dalam melakukan pemeriksaan pihak imigrasi harus cermat dan selektif terhadap kebenaran formil dan materil yang di lampirkan serta melakukan pemeriksaan atau verifikasi terhadap keabsahan Kartu tanda penduduk atau rekomendasi Tenaga Kerja Indonesia yang tersedia di portal Direktorat Jenderal Imigrasi. Menurut waydinsyah
17
dalam membantu pihak Kepolisian dalam memberantas Tenaga Kerja Indon- esia tanpa izin adalah pihak BP3TKI Lampung melakukan sosialisasi ke daerah-daerah rawan tindak pidana tenaga kerja indonsia Tanpa izin, memberikan pemaham-anan terhad- ap masyarakat bahayanya menjadi Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin, selain itu pihak BP3TKI Lampung melakukan koordinasi terhadap Kepolisian, dinaskertrans dan imigrasi dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indone-sia Tanpa izin, selain itu BP3TKI Lampung memberikan perlindungan tehadap korban Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin yang di atur dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izinyaitu: ayat (1) Setiap calon Tenaga Kerja Indonesia/TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Ayat (2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan. 17 Hasil wawancara dengan Waydinsyah,
Kepala Seksi Perlindungan dan
Menurut Nuning Sri Rahayu
18
dalam membantu pihak kepolisain, Disnakertrans melakukan koordinasi terhadap instansi yang terkait Tenaga Kerja Indonesia dan melakukan Sosialisais atau penyuluhan program tentang penempatan dan perlindung- an Tenaga Kerja Indonesia. Dalam berkoordinasi sitiap instansi harus meningkatkan fungsi dan tugasnya sehingga dalam pemberantasannya dapat maksimal. Menurut Maroni
19
upaya atau peranan yang dapat dilakukan Kepolisian Daerah Lampung dalam mengaplikasikan ketiga fungsinya ini, Kepolisian jangan hanya bersifat represif, justru yang lebih diutamakan adalah peranannya dalam kaitannya yaitu dalam pencegahannya Preventif yaitu dimulai dari pengurusan administra- si, jadi jika ada Biro-biro yang menyelenggarakan penampungan Tenaga Kerja Indonesia tersebut. Pihak Kepolisian tersebut harus Proaktif dalam menanyakan legalitas dari Biro-biro tersebut. Dalam mengurus administrasi seperti SKCK Kepolisian harus mengaitkan dengan adanya kemungkinan-kemungkinan terjadinya kejahatan-kejahatan dalam bidan pengiriman Tenaga Kerja Indonesia. Kepolisian harus secara intergratif untuk melakukan peranannya, baik dari pengawasan maupun penindakan.
Teori yang harus di gunakan 18 Hasil wawancara dengan Nuning Sri
rahayu, Kasi Penempatan Tenaga kerja Luar negeri Disnakertrans Lampung. Rabu 08 November 2017. 19 Hasil wawancara dengan Maroni, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kepolisian dalam menjalankan peranannya agar lebih optimal, secara standar yaitu peranan normatif dikarenakan pihak Kepolisian dalam menjalankan tugasnya harus berdasarkan hukum yang ada, namun dalam konteks dia bukan hanya sebagai Penegak Hukum melainkan sebagai pelindung masyarakat. Kepolisian seharusnya melakukan peranannya yaitu bersifat ideal yang jangkauannya secara futuristik atau kedepan, jangan melihatnya seketika saja. Anggaran bukan menjadi satu- satunya alasan Kepolisian dalam memberantas Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin, jika Kepolisian melakukan upaya-upaya yaitu subsidi anggaran selain itu Kepolisian bisa melakukan kerja sama dengan instansi-instansi sehingga walaupun tidak mempunya anggaran tetapi bisa berjalan. Kepolisian dapat mengoptimalkan peranan dari Babinkamtibmas yang ada di desa-desa. Kepolisian juga dapat mengoptimalkan teknologi ITE dalam memberi informasinya, sehingga tidak memakan biaya banyak. Berdasarkan Peraturan terkait Tenaga Kerja Indonesia setiap instansi harus bekerja dan memaksimalkan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai peranannya tetapi tidak melupakan koordinasinya sehingga setiap instansi bisa berjalan optimal dan dapat memberantas sindikat Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izintersebut. Penulis sependapat dengan Maroni bahwa Kepolisian dalam melakukan pemberantasannya tidak hanya mengandalkan upaya penal saja antara upaya penal dan non penal karena Kepolisian tidak dapat atau mustahil untuk menjalankan perananya yaitu pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izinjika hanya menggunakan upaya penal saja. Sehingga Kepolisian harus meningkatkan upaya non penal dengan cara kerjasama anatar semua pihak baik dari Kepolisian, instansi maupun masyarakat untuk bersama- sama mencegah tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin. Upaya penal dan non penal tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan harus dilaksanakan secara bersama-sama sehingga ada dua upaya pihak Kepolisian Daerah Lampung dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izindi provinsi lampung. Sehingga dapat memenuhi tugas dan fungsi yang sebagaimana yang diharapkan.
B. Faktor – faktor Penghambat dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin oleh Kepolisian Daerah Lampung.
Pengertian hambatan atau penghambat adalah halangan atau rintangan. Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan tersebut. Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Setiap manusia selalu mempunyai hambatan dalam kehidupan sehari-hari, baik dari diri Hambatan cenderung bersifat nega- tif, yaitu memperlambat laju suatu hal yang di kerjakan oleh seseorang. Berdasarkan penelitian di lapangan yang di lakukan dan selaras dengan Soerjono Soekanto, secara garis besar faktor-faktor yang mengham- bat dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izinoleh Kepolisian Daerah Lampung. Menu- rut Soerjono Soekanto
20
21
Berdasarkan uraian di atas, penulis sependapat yang dikemukakan oleh responden yaitu Ferizal dan Maroni mengenai faktor-faktor penghambat 22 Hasil wawancara dengan Maroni, Wakil
bahwa dalam memberantas Tenaga Kerja Indone- sia Tanpa izin pihak Kepolisian harus berkerjasama atau berko- ordinasi kepada instansi atau lembaga yang berkaitan dengan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin sehingga masalah anggaran tidak menjadi alasan dalam bekerjanya pihak Kepolisian dalam memberan- tas pelaku tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin. Kepolisian juga bisa mengoptimal- kan peranan semua instansi yang terlibat dalam urusan Tenaga Kerja Indonesia, sehingga anggaran tidak menjadi alasan.
22
faktor aparat penegak hukum yang menghambat Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberant asan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin adalah secara kuantitas masih kurangnya sumber daya manusia di dalam Direktorat Kriminal Umum Polda Lampung yang khusus melakukan penyelidikan dan penyi- dikan, kurangnya pengetahuan dari sebagian personil yang bertugas sehingga dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin belum maksimal sampai saat ini dan belum adanya tim khusus yang di tetapkan dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin yang mendukung penegakan hukum sehingga kurang maksimalnya sinergitas antara masing-masing instansi. Menurut Maroni,
Mempengaruhi penegak Hukum di Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta, 1983, Cetakan ke-4. 21 Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit
,maka diketahui bahwa 20 Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor yang
Menurut hasil wawancara dengan Ferizal
faktor- faktornya adalah: 1)
1) Faktor Aparat Penegak Hukum
Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, diperoleh jawaban atas permasalahan mengenai faktor Penghambat dalam Pemberan- tasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin oleh Kepolisian Daerah Lampu- ng. adalah sebagai berikut:
Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Faktor masyarakat, yakni ling- kungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. 5)
Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. 4)
Faktor penegak hukum, yak- ni pihak-pihak yang membent- uk maupun menerapkan hukum. 3)
Faktor hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi pada undang- undang saja. 2)
Dekan Bidang Kemahasiswaan dan dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin oleh kepolisain Daerah Lampung, selain itu penulis memberikan sedikit tambahan yaitu minimnya pemahaman dan pengeta- huan terhadap anggota Kepolisian Daerah Lampung ketika melakukan operasi pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izinsehingga mengalami kegagalan.
2) Faktor Sarana dan Prasarana
Menurut Ferizal,
prasarana yang menghambat Per- anan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin yaitu keterbatasan sarana dan prasarana dalam mengungkap sindikat Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin di karenakan para pelaku selalu mencari modus baru dalam perekrutan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin, bila satu modus tersebut terungkap maka para pelaku akan mencari modus lain. Menurut Adma Husni Malik
24
dalam memberantas Tenaga Kerja Indo- nesia Tanpa izin sangatlah sulit karena sarana dan prasarana masih kurang dan belum memadai seperti ketika masyarakat ingin membuat paspor ke luar negeri pihak imigrasi melakukan wawancara dan meng- ecek persyaratan-persyaratan. Ke- tika pihak imigrasi melakukan wawancara kepada masyarakat, pihak imigrasi masih mengunakan sistem kepercayaan terhadap masyarakat sehingga ada saja yang 23 Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit
IV Renakta Polda Lampung. Senin, 11 Desember 2017. 24 Hasil wawancara dengan Adma Husni
lolos, dengan alasan keluar negeri yaitu liburan dan berkunjung ke tempat keluarganya padahal niatnya ingin bekerja disana. Pihak imigrasi belum mempunya alat bantu pendeteksi kebohongan sehingga belum maksimal dalam membantu pihak Kepolisian dalam memberan- tas Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.
Berdasarkan uraian di atas, penulis sependapat yang dikemukakan oleh responden yaitu Feizal dan Adma Huni malik mengenai faktor-faktor penghambat dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin oleh kepolisain Daerah Lampung.
23 Sarana dan
3) Faktor Masyarakat
Menurut Ferizal
25
kurangnya kesadaran dan kepudulian mas- yarakat terhadap sesuatu hal yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat tersebut merupakan salah satu yang menjadi faktor penghambat. Masyarakat juga harus ikut serta membantu pihak kepolisan jika melihat kegiatan-kegiatan yang tidak wajar dengan cara melapor ke pihak Kepolisian atau instansi yang terkait. Masih banyak masyarakat yang ketakutan atau keengganan untuk melapor dan menjadi saksi dalam proses penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin. Ketakutan tersebut dapat disebabkan oleh adanya ancaman dari pihak pelaku yang tidak segan-segan melakukan kekerasan terhadap masyarakat yang berani melaporkan kegiatan tersebut. Masyarakat yang 25 Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit
takut dan tidak melapor ketika ada kegiatan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin kepada aparat penegak hukum, dapat menghambat Kepoli- sian dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.
Kepolisian Daerah Lampung mengemban tugas dan fungsi di bidang ketertiban dan menegakan hukum di wilayah kerjanya, melayani dan mengayomi masyarakat dengan baik. Apapun yang di lakukan pihak Kepolisian dalam upaya pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin tetapi tidak didukung oleh warga masyarakat, upaya tersebut tidak akan memperoleh hasil yang di harapkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis sependapat yang dikemukakan oleh responden yaitu Ferizal mengenai faktor-faktor penghambat dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin oleh kepolisain Daerah Lampung.
4) Faktor Budaya
Menurut Nuning Sri Rahayu
26
kebiasaan masyarakat yang mencari pekerjaan yang cepat karena tidak mau mengikuti syarat-syarat menjadi Calon Tenaga Kerja Indonesia secara resmi karena masyarakat berpendapat bahwa biaya mengurusi syarat-syarat tersebut mahal. Sehingga masyarakat kebanyakan memilih jalur cepat yaitu Tanpa izin. Selain itu penilaian masyarakat terhadap 26 Hasil wawancara dengan Nuning Sri
rahayu, Kasi Penempatan Tenaga kerja Luar negeri Disnakertrans Lampung.
Kepolisian mempengaruhi kinerja Kepolisian tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis sependapat yang dikemukakan oleh responden yaitu Nuning Sri rahayu mengenai faktor-faktor penghambat dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izinoleh kepolisain Daerah Lampung, selain itu penulis memberikan sedikit tambahan yaitu faktor kebudayaan sangat penting dalam menghambat pihak Kepolisian Daerah Lampung dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin apabila masyarakat masih bersifat toleran dan mebiarkan pelaku tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin menjalankan kejahatannya. Faktor yang paling relevan dan dominan dalam proses penanggu- langan tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik ini yaitu faktor sarana dan fasilitas yang belum memadai sehingga memperlambat kinerja kepolisian. Kurang baiknya prosedur pemuatan akun seperti
facebook , BBM, instagram, twitter
yang biasanya tidak sesuai dengan identitas yang sah (KTP). Dan juga keberadaan pelaku yang berada di luar wilayah Polda Lampung.
III. Penutup A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan penulis, maka dapat disimpulkan yaitu:
1. Peranan Kepolisian Daerah izin dapat dilakukan melalui informasi dalam melakukan upaya represif dan preventif. penelitian bagi kepentingan 1) penyidikan. upaya represif yaitu dilakukan dengan meningkatkan peninda- 3)
Faktor masyarakat yaitu masih kan oleh pihak kepolisian adanya ketakutan atau dengan memberikan sanksi keengganan masyarakat untuk tegas dan berefek jera kepada melapor serta menjadi saksi pelaku.; dalam proses penyidikan dan
2) preventif yaitu penegakan hukum terhadap upaya dilakukan melalui peningkatan pelaku tindak pidana Tenaga kinerja kepolisian dan pening- Kerja Indonesia Tanpa izin dan katan koordinasi dengan kurangnya simpati masyarakat instansi terkait seperti Disnak- terhadap kejadian-kejadian di ertrans, BP3TKI, Imigrasi dan sekitarnya. Pemerintah Provinsi Lampung, 4)
Faktor budaya yaitu masih serta melakukan patroli dan kentalnya budaya bahwa Penjagaan di daerah-daerah bekerja di luar negeri itu dapat rawan terjadinya Tenaga Kerja meningkatkan derajat hidupnya Indonesia Tanpa izin; sehingga semakin banyaknya
3) masyarakat yang ingin menjadi upaya pre-emtif yaitu dilakuk- an dengan memberi sosialisasi Tenaga Kerja Indonesia. kepada masyarakat bahayanya menjadi Tenaga Kerja Indon- Faktor Penghambat yang paling esia tanpa izin serta mencipta- relevan dan dominan dalam proses kan hubungan harmoni antara pemberantasan tenaga kerja Indone- masyarakat dengan Kepolisian. sia tanpa izin yaitu minimnya anggaran sehingga sarana dan
2. Faktor penghambat Dalam prasarana belum memadai sehingga Pemberantasan Tenaga Kerja memperlambat kinerja kepolisian.
Indonesia Tanpa izin Oleh Kepolisian Daerah Lampung adalah:
B. Saran
1) Berdasarkan kesimpulan di atas Faktor penegak hukum yaitu kurangnya sinergitas dari maka dalam hal ini penulis dapat instansi-instansi lain sehingga memberikan saran: sampai saat ini belum
1. Diharapkan kepada Kepolisian maksimalnya dalam Daerah Lampung mengembang- pemberantasan tindak pidana kan jaringan kerja sama dengan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa berbagai pihak dalam upaya izin. pencegahan, penanggulangan dan
2) pemberantasan Tenaga Kerja
Faktor sarana dan prasarana, yang belum memadai. Maka Indonesia Tanpa izin. Hal ini dari itu diperlukan biaya yang diperlukan guna mengantisipasi mendukung kemampuan ang- meningkatnya angka tindak gota kepolisian, serta fasilitas pidana Tenaga Kerja Indonesia berupa laboratorium sebagai Tanpa izin di provinsi sus dibida-ng cyber crime seperti Undang-Undang Nomor 1 Tahun pelatihan pendeteksian dini 1946 tentang Kitab Undang- kejahatan mela-lui akun-akun Undang Hukum Pidana ( palsu. KUHP)
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun Diharapkan kepada Kepolisian
Daerah Lampung mengembang- 2002 tentang Kepolisian Negara kan jaringan kerja sama dengan Republik Indonesia. berbagai pihak dalam upaya Undang-Undang Nomor 39 Tahun pencegahan, penanggulangan dan 2004 tentang Penempatan dan pemberantasan Tenaga Kerja Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin. Hal ini Indonesia di Luar Negeri diperlukan guna mengantisipasi Peraturan Pemerintah Republik meningkatnya angka tindak Indonesia Nomor 3 tahun 2013 pidana Tenaga Kerja Indonesia Tentang Perlindungan Tenaga Tanpa izin di provinsi lampung Kerja Indonesia di Luar Negeri
Perda Provinsi Lampung No 16 Tahun 2014 Tentang
Daftar Pustaka
Penempatan dan Per- lindungan Tenaga Kerja Buku:
Indonesia provinsi Lampung Di Luar Negeri
Asyadie, Zaeni, 2008, Hukum Kerja, Surat Edaran Direktur Jenderal Rajawali Pers, Jakarta.
Imigrasi Nomor
IMI- Kamus Bahasa Indonesia, 2002,
0277.GR.02.06 Tahun 2017 Balai Pustaka, Jakarta. tentang Pencegahan Tenaga
Soedarto, 1986, Kapita selekta Kerja Indonesia Nonprose-dural Hukum Pidana. Alumni, Bandung.
No. HP : 0895640048624 Soekanto, Soerjono,1983, Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
- . 2010, Sosiologi suatu pengantar, Rajawali Pers, Jakarta.
Sutedi, Adrian, 2009, Hukum
Perburuan, Sinar Grafika, Jakarta.
Universitas Lampung, 2012, Format Penulisan karya Ilmiah Univer- sitas Lampung, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Undang-Undang: Undang-Undang Dasar RI Tahun