PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII2 SMPN 4 PEKANBARU TAHUN AJARAN 20122013
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 4
2 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2012/2013
Heriyanto, Suryanti, Nurkhairo Hidayati
Program studi pendidikan biologi FKIP Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution No.13 heriyantoburu@yahoo.com
ABSTRACT
This study aims to determine the biology of learning outcomes byimplementing cooperative learning STAD ( Student Teams Achievement Division ) by
using media image , in grade 4 SMP VIII2 Pekanbaru Academic Year 2012/2013 ,
which amounts to 30 students consisting of 11 male students and 19 female students .
The research was conducted in April and ending in Juni 2013 . The parameters
measured are student learning outcomes in the form of absorption and mastery
learning students . Data analysis techniques in this study using descriptive analysis .
The processed data is the result of learning and learning outcomes KI and PPK .
Average absorption student learning outcomes before PTK was 84.1% and increased
by 1.94% in the first cycle being 86.04% and the second cycle again increased by
1.14% to 87.18% . Classical completeness students before PTK is 63.33 % , and has
increased by 20% to 83.33% in the first cycle and the second cycle again increased by
16.67% to 100% . Classical value of KI before PTK 81.4% an increase of 6.08% after
the first cycle tod to 87.48% and 1.77% decreased by 85.71% after the second cycle .
It can be concluded that the application of cooperative learning type STAD ( Student
Teams Achievement Division ) by Using Media Images for Improving Student
Learning Outcomes Biology Class VIII SMPN 4 Pekanbaru Academic Year
2
2012/2013 .
Key words: Cooperative Learning, STAD (Student Teams Achievement Division),
Media Images, Learning Outcomes.PENDAHULUAN
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan peoses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dalam Slavin, 2010:2). Selanjutnya Kunandar (2010:10), menyatakan bahwa pendidikan merupakan jalan menuju kemakmuran dan kemajuan serta eksistensi suatu negara melalui upaya pengajaran.
Menurut Hilgard dalam Sanjaya (2010:112), menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan didalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan muncul perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru Biologi Kelas VIII
2 SMPN
4 Pekanbaru, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa gejala yang meyebabkan kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak optimal, gejala tersebut seperti: Guru masih sering menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok biasa, penggunaan alat bantu dan bahan ajar sangat kurang difungsikan, kurangnya minat siswa dalam memperhatikan pelajaran, rendahnya hasil belajar siswa yang ditandai dengan masih ada
63% nilai siswa dibawah KKM
77 Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan perlu melakukan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pembelajarannya dengan salah satu model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student Teams Achievement
Division). Karena model ini
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2010:143). Menurut Trianto (2011:68), model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok- kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang secara heterogen, yang diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Slavin (2010:12), menyatakan bahwa, gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapat penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya.
Selanjutnya unsur dalam proses mengajar adalah media pembelajaran. Elfis (2010a), menyatakan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru /instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Salah satu bentuk bahan ajar adalah media gambar.
Gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang dapat dipakai dan dinikmati dimana-mana Menurut Sadiman (2011:29), gambar yang didesain secara dan penghargaan kelompok baik dapat memberikan (Trianto, 2011: 68). Selanjutnya pemahaman yang lebih baik. Slavin (2010: 143), menyatakan Oleh karena itu, pepatah cina bahwa STAD merupakan salah yang mengatakan bahwa sebuah satu metode pembelajaran gambar berbicara lebih banyak kooperatif yang paling dari pada seribu kata. sederhana, dan merupakan
Berdasarkan model yang paling baik untuk permasalahan yang dipaparkan permulaan bagi para guru yang pada paragrap diatas, maka baru menggunakan pendekatan peneliti merumuskan judul: kooperatif. Penerapan Pembelajaran Menurut Rusman Kooperatif Tipe STAD (Student (2010:215), Langkah-langkah
Teams Achievement Division) Pembelajaran Kooperatif model
dengan Menggunakan Media STAD yaitu: Gambar untuk Meningkatan 1) Penyampaian Tujuan dan Hasil Belajar Biologi Siswa Motivasi Menyampaikan Kelas VIII
2 SMPN 4 Pekanbaru tujuan pembelajaran yang
Tahun Ajaran 2012/2013. ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan Pembelajaran kooperatif motivasi siswa untuk tipe STAD ini merupakan salah belajar. satu tipe dari model
2) Pembagian Kelompok pembelajaran kooperatif dengan Siswa dibagi kedalam menggunakan kelompok- beberapa kelompok, kelompok kecil dengan jumlah dimana setiap anggota kelompok 4-5 orang kelompoknya terdiri dari 4- secara heterogen. Diawali 5 siswa yang dengan penyampaian tujuan memprioritaskan pembelajaran, penyampaian heterogenitas materi, kegiatan kelompok, kuis (keseragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik. 3) Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok pembahasan yang dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Didalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demontrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kegidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara- cara melakukannya. 4) Kegiatan Belajar dalam
Tim (Kerja Tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi.
Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan jika diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD. 5) Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kuis secara individual dan tidak dibenarkan kerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam dilakukan dikelas VIII
2 karena
memahami bahan ajar rata-rata hasil pembelajarannya tersebut. Guru menetapkan lebih rendah dibandingkan dari skor batas penguasaan kelas lainnya. untuk setiap soal.
Instrumen dalam 6) Penghargaan Prestasi Tim penelitian yaitu lembar soal tes
Setelah pelaksanaan kuis, hasil belajar untuk kuis atau guru memeriksa hasil kerja latihan dan ujian blok sebagai siswa dan diberikan angka nilai PPK. Nilai KI diambil dari dengan rentang 0 -100. portopolio (LKPD dan laporan hasil pratikum) dan unjuk kerja
BAHAN DAN METODE
(diskusi kelas, persentasi, Penelitian Tindakan pratikum) dan tes hasil belajar
Kelas (PTK), bertujuan digunakan untuk megukur memperbaiki proses kemampuan siswa dalam pembelajaran yang dapat menguasai pengetahuan dilakukan guru atau peneliti dilaksanakan. Penilaian kinerja untuk dapat menggali digunakan untuk mengukur permasalahan yang dihadapi kemampuan psikomotorik dalam kegiatan pembelajaran. siswa. Subjek penelitian ini adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa Kelas VIII
2 SMPN 4 HASIL
Pekanbaru yang berjumlah 30 Berdasarkan hasil orang siswa,yang terdiri dari 11 belajar PPK dan KI sebelum orang siswa laki-laki dan 19 pelaksanaan PTK terhadap orang siswa perempuan dengan penerapan pembelajaran karakteristik siswa kemampuan
Student Teams Achievement
yang heterogen yaitu siswa
Division (STAD) dengan
yang berkemampuan pandai, menggunakan media gambar sedang dan kurang. Penelitian untuk meningkatkan hasil belajar Biologi pada siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar untuk daya serap, ketuntasan klasikal nilai PPK dan ketuntasan kinerja ilmiah seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Peningkatan Daya serap Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Sebelum dan Setelah PTK pada Siklus 1 dan PTK pada Siklus 2
untuk meningkatkan hasil belajar Biologi pada siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar untuk daya serap, ketuntasan klasikal nilai PPK dan ketuntasan kinerja ilmiah seperti pada tabel 1.
60
70
80
90 100 SEBELUM PTK SIKLUS 1 SIKLUS 2
84.1
86.04
87.18
63.33
83.33 100 P e rs e n ta se ( % ) Daya Serap Ketuntasan Klasikal
Tabel 1. Peningkatan Daya serap Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Sebelum dan Setelah PTK pada Siklus 1 dan PTK pada Siklus 2
40
Analisis Hasil belajar Sebel um PTK
PTK S 1 PTK S 2 Rata-rata Daya Serap 84,1% 86,04
% 87,18 % Ketuntas an Klasikal
63,33 % 83,33 %
100%
Berdasarkan Tabel
1 dapat dijelaskan bahwa daya serap nilai PPK peserta didik sebelum PTK sebesar 84,1% kemudian meningkat pada 1,94% menjadi 86,04%, dan setelah PTK Siklus 2 kembali meningkat sebesar 1,14% menjadi 87,18%. Ketuntasan klasikal sebelum PTK adalah
63,33% kemudian meningkat pada siklus 1 sebesar 20% menjadi 83,33% selajutnya meningkat lagi sebesar 16,67 % menjadi 100%. Rata-rata daya serap dan ketuntasan klasikal untuk nilai PPK peserta didik sebelum dan setelah PTK dapat dilihat melalui gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan Daya Serap dan Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Sebelum PTK dan Setelah PTK pada Siklus 1 dan Siklus 2
50
30
Analisis Hasil belajar Sebel um PTK
Tabel 1. Peningkatan Daya serap Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) Sebelum dan Setelah PTK pada Siklus 1 dan PTK pada Siklus 2
PTK S 1 PTK S 2 Rata-rata Daya Serap 84,1% 86,04
% 87,18 % Ketuntas an Klasikal
63,33 % 83,33 %
100%
Berdasarkan Tabel
1 dapat dijelaskan bahwa daya serap nilai PPK peserta didik sebelum PTK sebesar 84,1% kemudian meningkat pada 1,94% menjadi 86,04%, dan setelah PTK Siklus 2 kembali meningkat sebesar 1,14% menjadi 87,18%. Ketuntasan klasikal sebelum PTK adalah
63,33% kemudian meningkat pada siklus 1 sebesar 20% menjadi 83,33% selajutnya meningkat lagi sebesar 16,67 % menjadi 100%. Rata-rata daya serap dan ketuntasan klasikal untuk nilai PPK peserta didik sebelum dan setelah PTK dapat dilihat melalui gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan Daya Serap dan Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Sebelum PTK dan Setelah PTK pada Siklus 1 dan Siklus 2
Perbandingan Peningkatan Daya Serap dan Ketuntasan Klasikal untuk nilai KI Peserta untuk meningkatkan hasil belajar Biologi pada siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar untuk daya serap, ketuntasan klasikal nilai PPK dan ketuntasan kinerja ilmiah seperti pada tabel 1.
Analisis Hasil belajar Sebel um PTK
20
PTK S 1 PTK S 2 Rata-rata Daya Serap 84,1% 86,04
% 87,18 % Ketuntas an Klasikal
63,33 % 83,33 %
100%
Berdasarkan Tabel
1 dapat dijelaskan bahwa daya serap nilai PPK peserta didik sebelum PTK sebesar 84,1% kemudian meningkat pada 1,94% menjadi 86,04%, dan setelah PTK Siklus 2 kembali meningkat sebesar 1,14% menjadi 87,18%. Ketuntasan klasikal sebelum PTK adalah
63,33% kemudian meningkat pada siklus 1 sebesar 20% menjadi 83,33% selajutnya meningkat lagi sebesar 16,67 % menjadi 100%. Rata-rata daya serap dan ketuntasan klasikal untuk nilai PPK peserta didik sebelum dan setelah PTK dapat dilihat melalui gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan Daya Serap dan Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Sebelum PTK dan Setelah PTK pada Siklus 1 dan Siklus 2
Perbandingan Peningkatan Daya Serap dan Ketuntasan Klasikal untuk nilai KI Peserta
10
Perbandingan Peningkatan Daya Serap dan Ketuntasan Klasikal untuk nilai KI Peserta Didik Sebelum PTK dan Setelah PTK Siklus 1 dan Siklus II
Tabel2. Perbandingan Peningkatan Daya Serap dan Ketuntasan Klasikal KI Peserta Didik Sebelum PTK dan Setelah PTK Siklus 1 dan Siklus 2
Didik Sebelum PTK dan Setelah PTK Siklus 1 dan Siklus II
50
60
70
80
90 100 Sebelum PTK Siklus I Siklus II
81.4
87.48
85.71
76.67 100
90 p e r se n ta se ( % ) Daya Serap KI Ketuntasan Klasikal KI
Tabel2. Perbandingan Peningkatan Daya Serap dan Ketuntasan Klasikal KI Peserta Didik Sebelum PTK dan Setelah PTK Siklus 1 dan Siklus 2
30
Analisis Kinerja Ilmiah Sblum
PTK (%) Stlah PTK
Siklus I (%) Stlah PTK
Siklus
II (%) Daya Serap KI 81,4 87,48 85,71 Ketuntasan Klasikal KI 76,67 100
90 Berdasarkan Tabel
2 dapat dijelaskan bahwa perbandingan peningkatan daya serap nilai KI sebelum PTK yaitu 81,4% meningkat sebesar 6,08% menjadi 87,48% selanjutnya pada siklus
2 mengalami penurunan sebesar 1,77% menjdai 85,71%. Ketuntasan klasikal KI sebelum PTK yaitu 76,67% meningkat sebesar 23,33% menjadi 100% pada siklus 1 dan pada siklus 2 ketuntasan klasikal mengalami penurunan sebesar 10% menjadi
90. Perbandingan peningkatan daya serap dan ketuntasan klasikal KI peserta didik sebelum PTK dan setelah PTK siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 2. Perbandingan daya serap dan ketuntasan klasikal nilai KI peserta didik sebelum PTK dan Setelah PTK pada Siklus 1 dan Siklus 2
40
20
Analisis Kinerja Ilmiah Sblum
Didik Sebelum PTK dan Setelah PTK Siklus 1 dan Siklus II
PTK (%) Stlah PTK
Siklus I (%) Stlah PTK
Siklus
II (%) Daya Serap KI 81,4 87,48 85,71 Ketuntasan Klasikal KI 76,67 100
90 Berdasarkan Tabel
2 dapat dijelaskan bahwa perbandingan peningkatan daya serap nilai KI sebelum PTK yaitu 81,4% meningkat sebesar 6,08% menjadi 87,48% selanjutnya pada siklus
2 mengalami penurunan sebesar 1,77% menjdai 85,71%. Ketuntasan klasikal KI sebelum PTK yaitu 76,67% meningkat sebesar 23,33% menjadi 100% pada siklus 1 dan pada siklus 2 ketuntasan klasikal mengalami penurunan sebesar 10% menjadi
90. Perbandingan peningkatan daya serap dan ketuntasan klasikal KI peserta didik sebelum PTK dan setelah PTK siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 2. Perbandingan daya serap dan ketuntasan klasikal nilai KI peserta didik sebelum PTK dan Setelah PTK pada Siklus 1 dan Siklus 2
dapat dijelaskan bahwa daya serap KI sebelum PTK yaitu 81,4% meningkat sebesar 6,08% menjadi 87,48% dan mengalami penurunan pada
Tabel2. Perbandingan Peningkatan Daya Serap dan Ketuntasan Klasikal KI Peserta Didik Sebelum PTK dan Setelah PTK Siklus 1 dan Siklus 2
10
Analisis Kinerja Ilmiah Sblum
PTK (%) Stlah PTK
Siklus I (%) Stlah PTK
Siklus
II (%) Daya Serap KI 81,4 87,48 85,71 Ketuntasan Klasikal KI 76,67 100
90 Berdasarkan Tabel
2 dapat dijelaskan bahwa perbandingan peningkatan daya serap nilai KI sebelum PTK yaitu 81,4% meningkat sebesar 6,08% menjadi 87,48% selanjutnya pada siklus
2 mengalami penurunan sebesar 1,77% menjdai 85,71%. Ketuntasan klasikal KI sebelum PTK yaitu 76,67% meningkat sebesar 23,33% menjadi 100% pada siklus 1 dan pada siklus 2 ketuntasan klasikal mengalami penurunan sebesar 10% menjadi
90. Perbandingan peningkatan daya serap dan ketuntasan klasikal KI peserta didik sebelum PTK dan setelah PTK siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 2. Perbandingan daya serap dan ketuntasan klasikal nilai KI peserta didik sebelum PTK dan Setelah PTK pada Siklus 1 dan Siklus 2
dapat dijelaskan bahwa daya serap KI sebelum PTK yaitu 81,4% meningkat sebesar 6,08% menjadi 87,48% dan mengalami penurunan pada
dapat dijelaskan bahwa daya serap KI sebelum PTK yaitu 81,4% meningkat sebesar 6,08% menjadi 87,48% dan mengalami penurunan pada siklus 2 sebesar 1,77% menjadi 85,71%. Ketuntasan klasikal nilai KI sebelum PTK yaitu 76,67% meningkat sebesar 23,33% menjadi 100% dan pada siklus
2 mengalami penurunan sebesar 10% sehingga ketuntasan klasikal menjadi 90%.
PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) dengan
menggunakan media gambar pada siswa kelas VIII
Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013 pada mata pelajaran
IPA Biologi dengan materi macam-macam gerak pada tumbuhan serta hama dan penyakit pada tumbuhan.
Data yang diperoleh sebelum PTK, dapat dijelaskan bahwa daya serap peserta didik didapat 81,4% (kategori cukup). Hal ini dikarena pembelajaran masih terpusat pada guru yang sering menggunakan metode ceramah dan penggunaan alat bantu serta bahan ajar sangat kurang difungsikan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Djamarah dan Zain (2010:46), yang menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru tidak harus terpaku dengan menggunak satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan tetapi menarik perhatian anak didik.
Data yang diperoleh dan analisis yang dilakukan penulis terlihat bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media gambar dapat meningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VIII
2 SMPN 4
2 SMPN
4 pekanbaru tahun ajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata daya serap hasil belajar siswa untuk nilai PPK peserta didik sebelum PTK sebesar 84,1% kemudian meningkat pada siklus 1 setelah PTK sebesar 1,94% menjadi 86,04%, dan setelah PTK Siklus 2 kembali meningkat sebesar 1,14% menjadi 87,18%.
Sedangkan untuk daya serap nilai KI sebelum PTK yaitu 81,4% meningkat sebesar 6,08% menjadi 87,48% selanjutnya pada siklus
2 mengalami penurunan sebesar 1,77% menjadi 85,71%.
Nilai PPK pada siklus 1 dan 2 diperoleh dari nilai kuis, PR dan ujian blok. Daya serap untuk nilai PPK peserta didik pada siklus 1 yaitu 86,04% (kategori cukup). Rata-rata daya serap nilai PPK peserta didik pada siklus 2 yaitu 87,18% (kategori baik). Peningkatan daya serap nilai PPK dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 1,14%. Peningkatan hasil belajar dipengaruhi oleh pemilihan metode pembelajaran, proses belajar mengajar dikatakan baik apabila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran Student
Teams Achievement Division
(STAD) dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik seperti yang dikatakan Trianto (2011: 81) pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD)
merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas dan dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
Ketuntasan klasikal pada nilai PPK sebelum PTK dari 30 Peserta didik, 19 orang peserta didik tuntas dengan persentase 63,33% sementara 11 peserta didik lainnya tidak tuntas dengan persentase 36,67%, hal ini disebabkan karena pembelajaran masih terpusat pada guru dan kurangnya penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga peserta didik kurang aktif dalam proses belajar. Ketuntasan klasikal nilai PPK setelah PTK siklus 1 meningkat sebesar 20,33% menjadi 83,33% (Tidak tuntas) dengan ketuntasan individu 25 orang peserta didik yang tuntas. Ketuntasan klasikal pada siklus 2 mengalami peningkatan lagi sebesar 16,67% menjadi 100% (Tuntas) dengan ketuntasan individu 30 orang. Ketuntasan klasikal pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rayandra Asyhar (2012:58), yang menyatakan bahwa manfaat yang diperoleh dengan menggunakan media gambar dapat menyalurkan pesan dan informasi pelajaran secara objektif untuk memotivasi peserta didik dalam berbagai kebutuhan atau kegiatan belajar.
Penilaian KI siklus 1 dan siklus 2 diperoleh dari nilai UK (presentasi, diskusi dan pengamatan) dan portofolio (LKPD, laporan praktikum dan keliping). Rata-rata daya serap KI sebelum PTK yaitu 76,67% (kategori kurang). mengalami peningkatan pada siklus 1 sebesar 10,81% menjadi 87,48% (kategori baik), pada siklus 1 ini peserta didik sudah mulai aktif dalam berdiskusi. Pada siklus 2 nilai rata-rata daya serap KI mengalami penurunan sebesar 1,77% menjadi 85,71% kategori (cukup). Hal ini dikarenakan pada siklus 2 terdapat 3 orang siswa yang tidak hadir karena sakit.
Ketuntasan individu pada siklus 1 untuk nilai KI dari rata-rata unjuk kerja terdapat 30 orang peserta didik yang tuntas dengan persentase 100% (sangat baik) dan tidak ada peserta didik yang tidak tuntas dan ketuntasan individu untuk nilai KI dari rata-rata nilai portofolio terdapat 30 orang peserta didik yang tuntas dengan persentase 100% (sangat baik). Sedangkan ketuntasan individu pada siklus 2 untuk nilai KI dari rata-rata unjuk kerja terdapat 27 orang peserta didik yang tuntas dengan persentase 90%(baik) dan ketuntasan individu untuk nilai KI dari rata-rata nilai portofolio yaitu 27 orang peserta didik yang tuntas dengan persentase 90% (baik) serta dinyatakan tuntas secara klasikal. Menurut Sanjaya (2010:86), tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran juga diistilahkan dengan indikator hasil belajar. Artinya apabila hasil belajar yang diperoleh peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
Berdasarkan analisis ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal pada siklus 1 dan siklus 2 untuk nilai KI dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik setelah penerapan PTK dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD)
dengan menggunakan media gambar. Karena pada siklus 1 telah mencapai nilai maksimal begitu juga hal yang sama terajadi pada suklus 2. Seperti yang dikatakan Arikunto (2010:60), menyatakan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Berdasarkan hasil dan analisis data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) dengan
menggunakan media gambar, dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa pada pokok materi macam-macam gerak pada tumbuhan di kelas
VIII
2 SMPN
4 Pekanbaru semester genap Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil daya serap belajar Biologi siswa sebelum mengkombinasikan media dan setelah diterapkannya gambar dengan model model pembelajaran kooperatif pembelajaran yang lain tipe Student Teams supaya dapat membantu
Achievement Division (STAD) siswa dalam meningkatkan
dengan media gambar. hasil belajar.4) Bagi peneliti selanjutnya
SARAN agar lebih memperhatikan
Berdasarkan penelitian siswa yang belum tuntas yang dilaksanakan penulis, dengan memberikan dengan penerapan model motivasi dan remedial di luar pembelajaran kooperatif tipe jadwal penelitian. STAD dengan menggunakan 5) Untuk peneliti selanjutnya media gambar penulis agar lebih memperhatikan menyarankan : dan mempertimbangkan 1) Guru biologi SMPN 4 soal-soal yang akan
Pekanbaru dapat menjadikan digunakan dalam penelitian, model pembelajaran sebaiknya gunakan soal-soal kooperatif tipe STAD yang telah teruji sebagai salah satu alternatif validitasnya. strategi pembelajaran yang 6) Untuk peneliti selanjutnya dapat meningkatkan hasil hendaknya observer dalam belajar biologi siswa. penlitian dibantu dengan
2) Dalam memberikan orang yang tetap, sehingga bimbingan, untuk siswa yang lebih mudah dalam berkemampuan kurang agar melakukan penelitian. mendapat perhatian yang
DAFTAR PUSTAKA
lebih agar didapatkan hasil Amri dan Ahmadi. 2010. yang lebih maksimal.
Konstruksi
3) Bagi peneliti selanjutnya
Pengembangan
agar dapat
Pembelajaran. Prestasi Pustaka: Jakarta.
Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam
Bandung. Trianto. 2011. Mendesain
Learning Teori, Riset danPraktik. Nusa Media
Slavin, R,E. 2010. Cooperatif
Sanjaya,W.2011. Strategi Pemb elajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta.
Haryono, dan Rahardjito.2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sadiman,SA,R.Raharjo, A.
Rusman.2011. Model-Model Pembelajaran mengembangkan profesionalisme Guru. Rajawali Pers : Jakarta.
Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Jakarta: Bumi Aksara. Kunandar. 2010. Guru
Arikunto,S.2012.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta
Hamalik,Oemar.2012. Proses Belajar Mengajar.
Ajar Mata Kuliah Telaah Buku Teks Program Studi Pendidikan Biologi.(tidak Dipublikasikan) FKIP UIR. Pekanbaru
Cipta: Jakarta. Elfis.2007.Model Materi Bahan
Strategi Belajar Mengajar. Rineka
Djamarah dan Zain. 2010.
mbangkan Media Pembelajaran: Jakarta
Asyhar,R.2012. Kreatif Menge
Aryad,A. 2011. Media Pembalajaran. Rajawali Pers: Jakarta
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana: Jakarta.