STRATEGI MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN KE PROVINSI ACEH Dwi Hastuti1 , Donny Abdul Latief P2, Ibrahim3 Jalaluddin4

  

STRATEGI MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN

KE PROVINSI ACEH

  1

  2

  3

  4 Dwi Hastuti , Donny Abdul Latief P , Ibrahim & Jalaluddin

1 Mhs Doktoral Universiti Malaysia Perlis,: [email protected]

  2 KolejPerniagaan Universiti Utara Malays 3 4

  Dosen FKIP - USM Banda Aceh [email protected]

  

ABSTRAK

  Keberadaan provinsi Aceh secara geografis pada posisi paling ujung wilayah Republik Indonesia dalam gugus pulau Sumatera memberikan daya tarik dan nilai tambah tertentu dalam kunjungan wisatawan. Dampak lain terhadap Aceh pasca damai menjadi positif terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat Aceh baik sektor pertanian, industri dan bisnis kuliner yang diminati para wisatawan asing manca negara. Destinasi pariwisata dinilai berperan besar terhadap pertumbuhan ekonomi regional, menyediakan penghasilan untuk masyarakat dan perusahaan nasional seperti penerbangan, trevel menghasilkan banyak uang. Oleh karena itu, tersedianya sarana pasilitas dengan kualitas baik dan mudah diakses dapat memicu terhadap jumlah wisata yang akan datang.Di samping itu kepuasan dari pada pelayanan oleh pelaku dan penyedia sarana wisata menjadi faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan meningkatkan kunjungan wisatawan.. Upaya pelayanan yang prima dan cepat, jujur dan murah menjadi titik sentral peningkatan serta mempengaruhi kepuasan para pelancong di negeri ini. Secara umum kawasan Wisatawan dalam wilayah provinsi Aceh adalah Kota Madani Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Tengah, Sabang Pantai barat Aceh. Dengan demikian perubahan rute perjalanan ke seluruh wilayah di atas perlu diberikan akses cepat, tepat dan murah kepada tempat-tempat wisata yang digemari pihak pelancong. Perlu adanya program jangka menengah dengan strategi yang tepat dari pihak-pihak pelaku bisnis pariwisata dalam menyediakan kebutuhan wisatawan serta kenyamanan.Oleh karena itu perlu ada kerja sama dengan berbagai-bagai pihak dalam mengembangkan aktivitas kepariwisataan di Provinsi Aceh dan pengusaha bidang pariwisata serta masyarakat umum.

  Kata Kunci: Strategi, Pelayanan Aktivitas, wisatawan.

  Abstract The existence of the Aceh province is geographically on the position most tip of the Republic of Indonesia in Sumatra cluster gives attractiveness and value added in certain tourist visits. Other impact against Aceh post-war peace be positive towards the growth of the economy of the people of Aceh both sectors of agriculture, industry and culinary business attractive to foreigners abroad. Tourist destinations rated plays a major role against the growth of regional economy, providing income for the community and national companies such as aviation, trevel earn lots of money.

  Therefore, the availability of means of pasilitas with good quality and easily accessible can trigger against the number of tours to come. In addition to the satisfaction of the service by means of tourism providers and abusers become important factors that affect the success of increasing tourists visit ... A Prime Ministry efforts and quick, honest and cheap becomes the central point improvement as well as affect the satisfaction of the traveller in the country. In general the region's travelers in the region of Aceh province is the city of Madani Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Tengah, Sabang of Aceh's West Coast. Thus the change of the route of travel to all areas of the above need to be given access to fast, accurate and inexpensive to attractions popping party travelers. Need for medium-term program with the right strategy of parties business tourism in the tourist needs as well as provide comfort. Therefore there needs to be cooperation with various parties in developing tourism activities in Aceh province and the tourism entrepreneurs as well as the general public. Keywords: strategy, Ministry of Tourism, activity, tourist

  ISSN 2460-5891@JEMSI Vol.2 No.2 Tahun 2016

  PENDAHULUAN.

  Dengan meningkatnya kunjungan para wisatawan ke Aceh pasca Tsunami 2014 menandakan wilayah paling ujun Republik Indonesia menjadi primadona setelah Bali, Lombok, Raja Ampat yang dapat memberikan nailai positif kepada penghasilan masyarakat. Daya tarik Aceh sebagai destinasi wisata akat terjadi arus peningkatan produksi dan pekerjaan, serta meningkatnya pendapatan daerah melalui pelaku usaha bidang pelancongan (Horvarth, 1999; Azhar 2015 & Pahlevi, 2016). Keunikan dalam destinasi di Aceh sangat khusus dibandingkan dengan destinasi destinasi wisata Nusantara. Rusdi Sufi (2012) mengemukakan bahwa nilai khas dari nilai wisata religius dan keunikan budaya, bahasa, adat istiadat makanan khas, pakaiaan adat serta munculnya adaptasi kuliner manca negara menjadi magnet wisatawan untuk datang ke bumi Serambi Mekkah. Dalam rislis (Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2016) bahwa terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh pada tahun 2014 yaitu sebanyak 9.256 orang dan mengalami peningkatan menjadi 11.107 sebanyak orang. Pada Tahun 201t dan 2016 jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh menjadi lonjakan 14.115 orang kepada angka 20.211 orang (Dinas Pariwisata Provinsi Aceh , 2016). Dalam dua tahun terakhir terjadi boming pelancongan dikarenakan Provinsi Aceh menggelarkan beberapa even tingkat International yang peserta dari luar negeri.

  Keterlibatan semua aspek masyarakat dalam aktifitas periwisata, terlebih bagi masyarakat dengan penghasilan rendah ikut memberikan dorongan keterbukaan sarana pelancongan di Aceh (Blake, 2008; Incera dan Fernández, 2015), karena apabila kelompok masyarakat ini tidak dilibatkan maka akan megakibatkan ketidaksetaraan sosial. Masyarakat harus aktif memeberikan dorongan mulai dari pemandu wisata, sopir traveling, penjual asesoris, kantin sehat, perparkiran, masyarakat dan relawan yang turut membantu ke lokasi-lokasi tujuan wisata. aspek ini jadi sangat penting dalam aktivitas menajemen parawisata termasuk kesopanan masyarakat (ramah-tamah) menguasai bahasa asing secara memadai agar dapat berkomunikasi dalam transaksi dengan wisatawan (Cleverdon, 2000 & Jalaluddin, 2015).

  Selanjutnya (Hohl, 2001 dan Jhon, 2005) berbicara tentang kondisi ekonomi daerah yang mengalami perlambatan terutama proyek skala besar (seperti Provinsi Aceh), maka pilihan untuk bahagian pelancongan, kuliner, dan garmen merupakan pilihan yang tepat untuk pertumbuhan ekonomi daerah.

  Perlibatan sumberdaya pelancongan yang unik tersebut, menjadi peluang emas yang dapat membuka pertumbuhan ekonomi masyarakat dan usaha kecil (Rizal Ramli, 2016). Sebuah destinasi pelancongan yang telah terbuka secara umum sebagai tempat atraksi pelancongan harus dilengkapi oleh sarana rekreasi dan hiburan yang diinginkan untuk wisatawan yang datang, dengan tujuan untuk memuaskan keinginan utama dari perjalanan wisata mereka ada kepuasan tertentu (Salahuddin, 2009). Sedangkan pandangan (Smith, 2014) ada beberapa jenis dari infrastruktur didalam suatu destinasi adalah sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi regional karena hal tersebut menyediakan sumberdaya khusus-lokasi berdasarkan jenis destinasi yang berbeda sehingga dapat di akses dengan baik oleh pelancong. . PEMBAHASAN. Sejalan dengan berkembangnya bisnis pelancongan di Aceh dengan hadirnya wisatawan internasional yang datang ke Aceh dalam jumlah yang banyak. Pemerintah Aceh melalui Dinas Parawisata memberikan peluang yang besar kepada daerah yang memiliki kawasan wisata untuk dikembangkan secara profesional dengan menggunakan strategi ang tepat dan efektif. Pemerintah membuat relasi yang baik dengan Dinas perhubungan, Bea Cukai, penebrangan, bandara, perhotelan, restoran serta transportasi lokal/trevel ikut diberdayakan secara baik.

  Privinsi Aceh dengan ibu kota Banda Aceh, merupakan icon wisata religius dengan tingkat kunjungan wisatawan yang tinggi serta fasilitas yang lengkap. Banyak situs pariwisata di antaranya Masjid raya Baitturrahman adalah kebanggaan rakyat Aceh dan miniatuer terbaik masjid di Nusantara, ada pula museum tsunami, PLTD apung, boat di atap rumah, kuburan massal, sebagai bukti sejarah peristiwa yang maha dahsyad menerpa Aceh pada ujung tahun 2014 ini menjadi bencana nasional Indonesia (Tempo, 2015 & Metro New, 2016). Kemudian terdapat pula gugusan pulau terluar bahagian barat Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Pulau Weh ditetapkan berdasarkan batas: Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Andaman Sebelah Selatan berbatasan dengan Aceh daaratan. Pulau Weh dengan ibu kota Sabang merupakan daerah tingkat dua dalam autonomi wali kota dengan dua Kecamatan (Sukajaya dan Sukakarya) dan 18 Desa dan terkenal dengan pantai Iboh dan Gapang sebagai tempat menyelam bertaraf International.

  Strategi Pelayanan Wisatawan

  Pelayanan yang prima tentang pariwisata harus didukung oleh perangkat yang modern dan sumberdaya manusia yang handal namun tidak menghilangkan nilai-nilai tradisional dilakukan dengan model bisnis dunia parawisata. Efek akan terjadi kepada input-output yang menguntungkan kedua pihak (Incera dan Firnandez, 2015) bahwa kontribusi pelayanan, moment yang tepat, jalur penerbangan akurat serta mudah dijangkau akan memberikan keuntungan yang berlipat. Yang paling mempengaruhi wisatawan adalah jasa pelayanan dengan strategi jemput bola seperti tersedianya agen-agen wisata pada semua sektor destinasi (Albacete-Saez, 2007).Sebuah destinasi didefiniskan sebagai lokasi dari sekelompok daya tarik serta fasilitas dan pelayanan wisatawan perlu di sediakan sarana fasilitas dan petugas yang murah senyum. Kesuksesan dari industry pariwisata dapat dinilai dari tingginya kualitas pelayanan dan kepastian akan kepuasan wisatawan ( Hasn

  Basri, 2015) . Hubungan antara kualitas

  pelayanan dan kepuasan wisatawan telah diteliti secara ekstensif terutama strategi yang gunakan untuk menjemput calon pelancong (Chen 201 & Maoutinho, 2012).

  Petugas yang Loyalitas

  Bagi seorang pelancong sangat mementingkan kenyamanan dalam berpergian tatapi pada kebanyakan perusahaan travel selalu menginginkan pelanggan akan loyal terhadap produk jasa mereka. Keramahan petugas dapat mengambil loyalitas pelanggan diartikan sebagai seseorang yang setia terhadap suatu objek yang dapat dijual secara percuma. Tetapi ada kecenderungan seorang pelanggan akan merasa nyaman dengan tingkat layanan yang prima, bersahaja dan tetap waktu dengan bayaran yang setara (Darmawanto, 2014). Menurut Thurau (2002) menemukan bahwa kepuasan konsumen mempunyai hubungan positif yang kuat dengan loyalitas petugas pada suatu divisi. Hal-hal yang mempengaruhi sikap pelanggan, loyalitas pelanggan lebih banyak dikaitkan cara-cara atau perilaku petugas pelaksana yang simpatik, humanis, dengan sikap profesional pemuelia jamee adat

  geutanyo dan ini berlaku dalam bisnis kuliner,

  palancongan, jasa travelling terutama perlakuan kepada publik. Loyalitas sebagai kondisi di mana pelanggan mempunyai sikap positif terhadap suatu jasa layanan, bermaksud meneruskan pelancangon di masa mendatang dan siap menjadi agen kepada rekan sedaerah, atau sesama kolega mereka. Strategi yang dijalankan oleh petugas dengan personaliti yang ramah merupakan asset penting bagi perusahaan jasa dalam merekut pelanggan secara teratur tanda harus melakukan promosi secara besar-besaran. Mereka selalu menganut idiom keacehan

   menyoue goud bak ta papah atra lam abah jie suoed uluewa” ini bermakna bahwa jika kita

  layani sesuai standar dan pelanggan puas apa yang mereka miliki siap diberikan secara sukarela. Intensitas layanan yang sangat kuat dan memiliki keterlibatan tinggi yang merupakan dorongan motivasi. Loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk melakukan perjalanan secara kala kesuatu lokasi wisata. Untuk membangun kepercayaan wisata terhadap suatu jasa yang dihasilkan membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses perjalanan yang dilaksanakan berulang- ulang kepada banyak peserta.

  Harapan dan solusi

  Aspek utama dalam pengembangan destinasi pelancongon adanya kenyamanan suatu tempat atau wilayah dari berbagai-bagai kepentingan wisatawan. Kujungan mereka dapat memberikan dampak ekonomis terutama dalam waktu liburan, event tertentu, seperti seminar, pestival, atau kunjungan wisatawan religius seperti turis negara tetangga Malaysia. Mereka setiap akhir pekan datang ke Aceh melalui Bandara Sultan Iskaandar Muda dengan trep penerbangan Air Asia Kuala Lumpur, dan Firefly lewat Pulau Penang. Bahagian lain juga ada pelancong manca negara baik Amerika dan Eropa dengan tujuan Sabang, Singkil, Takengon memmberi dampak langsung maupun tidak langsung kepada pelayanan trevel. ada pula terjadi peningkatan hunian hotel produksi jasa angkutan lokal serta meningkatnya jumlah depot kuliner berimabs kepada meningkat pendapatan masyarakat. Dengan demikian peran pemerintah daerah untuk menghidupkan ekonomi masyarakat perlu diberikan secara continue sehingga terbuka lapangan kerja untuk tenaga muda dari sektor jasa parawisata, jasa souvenier, makanan khas yang dapat dijual secara grosir dengan kaulitas baik. Maka sektor pariwisata akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat Aceh secara menyeluruh terutama pusat pertumbuhan kota Banda Aceh.

  KESIMPULAN

  Pelaku usaha bidang pelancongan atau parawisata dapat memberikan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal, regional bahkan international menyediakan penghasilan untuk masyarakat kelas menengah. Pada negara maju bidang parawisata seperti Thailand, Singapura, Korea, Jepang dan Malaysia telah mengembangkan industri kepariwisataan dengan strategi seperti Wisata Shopping, wisata sport, wisata study, wisata kesehatan, wisata religi bergantung kepada peminatan jumlah wisatawan yang berkunjung pada destinasi-destinasi yang tersdia. Maka untuk itu, perlu tersedianya sarana dan fasilitas dengan kualitas pelayanan yang prima, murah dan mudah sehingga memastikan kepuasan dari setiap pelancong. Pelayanan terhadap wisatawan dengan mengedepankan hospitalyti yang tinggi, cepat dan akurat sangat diutamakan baik dari jasa/biro usaha dan pemerintah. Kepuasan wisatawan dalam mengunjungi destinasi Aceh, Sabang atau wilayah lainnya disebabkan oleh adanya akses pelayanan yang baik, ramah dan bersahabat

   abeeh siribee dua ribee hana masalah yang peunteng merasaa” semoga.!

DAFTAR PUSTAKA

  Azhar M (2015). Sabang Pulau Weh sebagai destinasi wisatan manca negara masuk ke Provinsi Aceh, Jurnal Serambi Ilmu 4(1), 10-17. Archer, dan Fletcher, J. (1996). The economic impact of tourism in the Seychelles.

  Annals of Tourism Research, 22, 918- 930. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. (2016).

  Profil Pembangunan Aceh 2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, pp 1-30.

  Baloglu, S., (2003). The relationship between destination performance, overall satisfaction, and behavioral segments. Journal of Quality Assurance in Hospitality dan Tourism, 4(3/4), 149- 165.

  Blake, A. (2008). Tourism and income distribution in East Africa.

  International Journal of Tourism Research, 10, 511-524. Chen, C.M. (2011). Tourist behavioral intentions in relation to service quality and customer satisfaction in Kinmen National Park, Taiwan. International Journal of Tourism Research, 13, 416- 432. Cleverdon, R., dan Kalisch, A. (2000). Fair trade in tourism. International Journal of Tourism Research, 2, 171-187. Hasan Basri. (2015). Loyalitas pelanggan:

  Sebuah kajian konseptual sebagai panduan bagi peneliti. Jurnal Niaga, 11(3), 100-108. Dinas Pariwisata Provinsi Aceh. (2014). Jumlah wisatawan Aceh. Dinas Pariwisata

  Provinsi Aceh, pp. 1-35 Dinas Pariwisata Provinsi Aceh. (2016). Jumlah wisatawan Aceh. Dinas Pariwisata Provinsi Aceh, pp. 8-15 Eusebio, C., dan Vieera, A.L. (2013). Destination attributes evaluation, satisfaction and behavioural intentions: A structural modeling approach. International Journal of Tourism Research, 15, 66-80. Fahlevi Reza. (2015). Treik Peningkatan kunjungan wisata mencapai loyalitas konsumen dalam perspektif ekonomi regional. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 3(1), 10-16. Fletcher, J. (1989). Input-output analysis and tourism impact studies. Annals of

  Tourism Research, 16, 514-529. Tempo (2015). Analysis daya saing wisatawan asing dalam even budaya ubud Bali

  Indonesia pp.2. 18. Metro News (2016). Multi event Kuliner

  Nusantara budaya kopi morning masyarakat Gayo Aceh Bali Indonesia (pp.17.32). Frechtling, D.C., dan Horvarth, E. (1999).

  Estimating the multiplier effects of tourism expenditures on a local economy through a regional input- output model. Journal of Travel Research, 37, 324-332. Garces, L., Tewfik, A N., Dey. N. (2006).

  Fisheries rehabilitation in post-tsunami Aceh: status and needs from participatory appraisals. WorldFish Center Quaterly, Vol. 29, No. 3 dan 4, 19 – 30.

  Rusdi Sufi, (20123). Menumbuhkan Adat dan Budaya dalam memperkaya khasanah budaya Nusantara. Banda Aceh. Pusat Dokumentasi Aceh. Hohl, A.E., dan Tisdell, C.A. (1995). Peripheral tourism: Development and management. Annals of Tourism Research, 22(3), 517 –534.

  Jalaluddin & Ibrahim, (2015). Manejemen dan Budaya Tempatan dalam perseptif Agama, Jurnal Ragam Ilmu 4(7), 86- 96.

  Incera dan Fernández. (2015). Tourism and income distribution: Evidence from a developed regional economy. Tourism Management, 48, 11-20. Khadaroo dan Seetanah. (2007). Transport infrastructure and tourism development. Annals of Tourism Research, 34, 1021-1032.

  Moutino, L., (2012). How far does overall service quality of a destination affect customers post-purchase behariours?. International journal of Tourism Research, 14, 307-322.

  Rizal Ramli, (2016). Tourism and economic development: Which investments produce gains for regions? Tourism Management, 30(4), 75 – 83. Salahudin . (2001). Visitor sharing among country attractions and hotels. Journal of Hospitality & Leisure Marketing, 8(1/2), 33 –43. Sinclair, M.T. (1998). Tourism and economic development: a survey. The Journal of

  Development Studies, 34, 1-51. Smith, J.E, (2014). The tourism product.

  Annals of Tourism Research, 21(3), 582 –595. Thurau, T. H. (2002). Customer orientation of service employee: Its impact on customer satisfaction, commitment and retention. International Journal of Service Industry Management, 15(5), 460-478.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF-TALK DALAM PENDEKATAN KONSELING KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DIRI PESERTA DIDIK Noviana Diswantika STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Efektivitas Teknik Self-Talk dalam Pendekatan Konseling Kognitif untuk Meningka

0 0 19

ANALISIS DAMPAK INFLASI, PDRB DAN PERKEMBANGAN UPAH MINIMUM REGIONAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MASYARAKAT DI PROVINSI ACEH Zainuddin

0 2 8

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI KALIMAT MAJEMUK SETARA MELALUI MODEL BELAJAR KELOMPOK PADA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUKARAME Sutini SDN 1 SUKARAME, Bandar Lampung ABSTRACT - View of Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V MELALUI METODE PERMAINAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUKARAME BANDAR LAMPUNG YUSNIAR SDN 1 SUKARAME, Bandar Lampung ABSTRACT - View of Upaya Meningkatkan Hasil

0 0 8

REMUNERASI, MOTIVASI, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN ETOS KERJA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) PROVINSI ACEH Fitriah

0 0 9

PEMBELAJARAN KONSEP PENGUKURAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI KELAS III DI SD NEGERI 1 SUKARAME BANDAR LAMPUNG Djumroh SDN 1 SUKARAME, Bandar Lampung ABSTRACT - View of Pembelajaran Konsep Pengukuran un

0 0 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PADA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI PROVINSI ACEH Tomy Armansyah

0 2 8

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MELALUI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS MEDIA SOSIAL Nani Angraini STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Media Sosial

0 0 8

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SEMESTER GENAP SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif

0 1 11

PENGARUH SISTEM PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PUSKESMAS SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT

0 0 11