PENGARUH FREKUENSI PENGHISAPAN DARAH TERHADAP PERKEMBANGAN, REPRODUKSI,VERTILITAS DAN RASIO SEX Aedes aegypti Riyani Setiyaningsih and Maria Agustini Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga THE BLLOD SUCHING INFLUENC

Riyani S. et al Pengaruh Penghisapan Darah
PENGARUH FREKUENSI PENGHISAPAN DARAH

TERHADAP PERKEMBANGAN, REPRODUKSI,VERTILITAS

DAN RASIO SEX Aedes aegypti
Riyani Setiyaningsih and Maria Agustini
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga

THE BLLOD SUCHING INFLUENCE ON THE DEVELOPMENT,
REPRODUCTION, FERTILITY AND SEX RATIO OF Aedes aegypti
ABSTRACT

Aedes aegypti is a vector of Dengue hemorrhagic fever in Indonesia. Aedes
aegypti has a high reproduction ability. Each individual can produce 50-100 eggs. Which
80% of them are fertile. The mosquito is multiple biting (which means each individual
sucks blood several time). Based on that background, this research was aimed to
recognize the frequency of blood sucking to development, reproduction, fertility, and sex
ratio of Ae. aegypti. Thirty Ae. aegypti mosquito were put into the plastic cups
individually, then fed with mammals. The treatments were the first, second, third, fourth,
and fifth blood sucking. The eggs produced in each blood sucking were hatched and

maintain to become mosquitoes. The parameter measured from each blood sucking is
total egg production, egg fertility, larvae mortality, pupae mortality, and sex ratio. The
result of the research shows that the frequency of blood sucking affects the production of
egg fertility, but does not affect the total egg production, larvae mortality, pupae
mortality, and sex ratio significantly.
Key words: sex ratio, egg fertility, reproduction

ABSTRAK

Aedes aegypti adalah vektor Demam berdarah dengue di Indonesia. Ae aegypti
mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat. Setiap individu mempunyai
kemampuan menghasilkan telur 50 sampai 100 ekor skali bertclur. Ae. aegypti bersifat multi
biting, masing-masing individu mempunyai kemampuan menghisap darah beberapa kali dalam
kurun waktu tertentu. Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan penelitian ini adalah
mendapatkan pengaruh frekuensi penghisapan darah terhadap perkembangan reproduksi,
fcrtilitas, dan rasio sex dari Ae. aegypti. Ae aegypti dimasukkan ke dalam cup plastik secara
individual, kemudian diberikan darah mamalia selama kurang lebih 3 menit. Pemberian darah
dilakukan secara bertahap yaitu pemberian darah pertama, kedua, ketiga, ke empat, dan ke lima
Telur-telur yang dihasilkan pada masing-masing penghisapan darah di tetaskan dan dipelihara
sampai menjadi nyamuk. Parameter penelitian adalah total telur, fertilitas telur, kematian jentik,

kematian pupa, dan rasio sex. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi penghisapan darah

berpengaruh pada fertilitas telur, tetapi tidak berpengaruh terhadap produksi telur, kematian
jentik, kematian pupa, dan rasio sex.
Kata Kunci: rasio sex, fertilitas telur, reproduksi

JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. I

33

Meningkatnya

PENDAHULUAN

berdarah
Demam

penyakit

berdarah


yang

merupakan

menyebabkan

angka

kasus

dipengarahi

demam

oleh

beberapa

faktor diantaranya kesadaran masyarakat

tentang

kebersihan

lingkungan.

kematian yang cukup tinggi dari tahun ke

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang

tahun di Indonesia, bahkan penyakit ini

kebersihan

telah berjangkit tidak hanya di daerah

tersedianya habitat yang potensial untuk

perkotaan saja tetapi mulai terjadi di


perkembangbiakan nyamuk.

daerah pedesaan (Suroso, 2004). Penyakit

transovarial juga menjadi kendala dalam

ini tidak mengenal ketinggian, hal ini

pelaksanaan

dapat

dilihat

bahwa

beberapa

kasus


lingkungan

Ae.aegypti

memungkinkan
Fenomena

pengendaliannya

mempunyai

karena

kemampuan

demam berdarah dapat terjadi di dataran

bertahan

rendah


tinggi

cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari

(WHO,2003). Kasus demam berdarah di

jumlah telur yang dihasilkan tiap individu

Indonesia yang semakin meningkat dan

yaitu berkisar antara 50 sampai 100 butir.

menyebar

Telur Ae.aegypti juga tapat bertahan

sampai

dataran


mendorong

meningkatkan

pemerintah

hidup

dan

reproduksi

yang

upaya

untuk

menanggulangi kasus ini.


Salah satu

beberapa bulan, jentik nyamuk Ae.aegypti

upaya untuk menurunkan kasus demam

mampu bertahan hidup pada suhu 10-40

berdarah adalah dengan memutus siklus

°C, dan nyamuk betina Ae.aegypti mampu

pada

kondisi

kering

selama


aegypti

bertahan hidup tanpa nutrisi selama 13

sebagai vektor primer dan Ae.albopictus

hari (Boewono, 2006, Tun-lin, 2000). Ae.

sebagai vektor sekunder (WHO, 2003;

aegypti mempunyai sifat multiple bitting

Nadesul, 2007, WHO; 1997, Soedarmo,

(memerlukan beberapa kali menghisap

2005).

darah). Berdasarkan


hidupnya

yaitu

nyamuk

Pengendalian

Ae.

hidup

nyamuk

dapat

latar

belakang

dilakukan baik secara kimiawi maupun

tersebut akan dilakukan penelitian tentang

biologi (Sigit, 2006). Pemerintah telah
upaya
untuk
melakukan
berbagai

pengaruh frekuensi penghisapan darah

demam berdarah

perkembangnan Ae.aegypti belum banyak

secara kimiawi, salah satunya dengan

diketahui, oleh karena itu penelitian ini

pengendalian

vektor

fogging

melakukan
(Kusriastuti,

Pengendalian

2005;

secara

atau

terhadap

reproduksi,

rasio

sex

dan

pengasapan

dilakukan bertujuan untuk mengetahui

WHO,1982).

pengaruh frekuensi penghisapan darah

kimiawi

pada

terhadap

perkembangan,

produktivitas

dasarnya cukup efektif, akan tetapi jika

yang meliputi total jumlah telur, fertilitas

dilakukan

telur dan rasio sex nyamuk Ae.aegypti.

secara

terus-menerus

dalam

j angka waktu yang cukup lama akan
menyebabkan terjadinya resistensi vektor

terhadap insektisida (WHO, 1995).

34

JURNAL VEKTORA Vol. IV No. I

Riyani S. et al Pengaruh Penghisapan Darah
kunci

BAHAN DAN CARA KERJA

identifikasi

O'Connor

dan

(Reid,
Arwati,

1968,
1985)

Waktu dan Tempat Penelitian

Nyamuk yang sudah diidentifikasi

Penelitian

ini

kemudian

Febraari

sampai

dilakukan

pada Bulan

Maret

ke

dalam

di

kurangan nyamuk untuk kemudian

Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

dipelihara sampai dihasilkan telur

Pengembangan

Fl.

Vektor

2009

dimasukkan

dan

Reservoir

Penyakit Salatiga.

b. Pemeliharaan jentik dan nyamuk Ae.
aegypti di laboratorium
Jentik dari hasil penetasan

Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam

telur Fl Ae.aegypti serta jentik dari

penelitian ini adalah nyamuk Ae. aegypti

lapangan

yang telah berumur kurang lebih tiga hari,

sampai menjadi pupa dan nyamuk.

larutan

mono cup,

gula.

kain

kasa,

kurangan nyamuk, pipet, dan aspirator.

kemudian

dipelihara

Selama proses pemeliharaan jentik

Ae.

aegypti

,

jentik

diberikan

makanan berupa tetrabit.
Cara Kerja:

a. Penangkapan jentik dan nyamuk di
lapangan
Penangkapan
jentik
di

lapangan

dilakukan

dengan

mengunakan selang atau pipet di
tempat-tempat

yang

berpotensi

sebagai habitat jentik Ae.aegypti
seperti bak mandi, tempayan, vas

bunga, ban-ban bekas dan lainnya.
Jentik yang diperoleh dimasukkan
ke

dalam

mono

cup

kemudian

dipelihara di laboratorium sampai
menjadi nyamuk generasi pertama
(Fl). Penangkapan nyamuk di
lapangan

dilakukan

dengan

menggunakan aspirator di tempat-

tempat istirahat nyamuk seperti pada
gantungan pakaian, kolong-kolong
tempat tidur,

dan

lainnya

di

yang

tempat-tempat
pakai

sebagai

tempat istirahat nyamuk Ae. aegypti.

Nyamuk-nyamuk yang tertangkap
diidentifikasi dengan menggunakan

JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 1

c. Pengamatan
perkembangan,
reproduksi, dan rasio sex pada tiap
penghisapan darah.
Pupa generasi satu yang
dihasilkan dari jentik dan nyamuk

yang

ditangkap

dari

lapangan

kemudian diambil dan diamati jenis

kelaminnya sebelum dimasukkan ke
dalam

kurangan

nyamuk.

Perbandingan pupa jantan dan pupa
betina

yang

dimasukkan

ke

kurangan adalah 1:1. Nyamuk yang
muncul dari pupa setelah berumur

kurang lebih tiga hari diambil dan
dimasukkan ke dalam gelas plastik (

cup ) yang di dalamnya telah diisi
air dan di lapisi kertas saring.
Nyamuk-nyamuk ini dimasukkan ke
dalam

cup

secara

individual.

Banyaknya sampel nyamuk yang
diambil adalah 30 ekor. Masing-

masing nyamuk secara individual
diberikan darah mamalia. Nyamuk-

nyamuk yang telah menghisap darah
kemudian ditunggu sampai bertelur.

35

Cup pada bagian atas diberi kapas

telur fertil, telur steril, rasio sex,

yang telah dicelup dengan laratan

persentase kematian jentik dan pupa

gula

dengan

Ae. aegypti pada masing-masing

menjaga

penghisapan darah. Pemberian darah

dihitung

ini dilakukan sampai kurang lebih

10% serta

handuk

basah

untuk

kelembaban.
jumlahnya

ditutup
Telur

dan

ditetaskan

lalu

lima kali.

dipelihara sampai menjadi pupa.
Pupa yang

dihasilkan

Faktor-faktor

kemudian

lingkungan

yang perlu diamati dalam proses

diamati jenis kelaminnya. Selama

pemeliharaan jentik Ae.

proses pemeliharaan jentik menjadi

adalah

pupa diberikan makanan berupa

ruangan, serta suhu air.

suhu

dan

aegypti

kelembaban

tetrabit. Kematian jentik dan pupa
dihitung

selama

pemeliharaan.

proses

Fertilitas

HASIL

telur
Hasil

dihitung sebagai total telur yang di
hasilkan

tiap

individu

dengan jumlah total

dikurangi

telur yang

menetas tiap-tiap individu. Fertilitas
telur nyamuk Ae.aegypti dipastikan

dengan membedah telur-telur yang
tidak menetas di bawah mikroskop
untuk melihat ada tidaknya embrio
Masing-masing
sudah

makanan

diketahui

Ae. aegypti bersifat multiple

bitting, karena memerlukan penghisapan
darah lebih dari satu kali untuk bertelur

dan

sebagian

mempunyai

dari

nyamuk

tersebut

kemampuan menghasilkan

telur hanya dengan sekali menghisap
darah ( Gambar 1 ). Pada Gambar 1, dapat

dilihat bahwa 66,67 % nyamuk dapat

di dalam telur.

yang

sebagian

penelitian

bertelur,

nyamuk
diberikan

berupa darah mamalia

untuk yang kedua kalinya dengan
perlakuan dan parameter yang sama.
Parameter-parameter yang diamati

menghasilkan telur hanya dengan sekali

menghisap darah, 6,67 %

menghisap

darah dua kali untuk memproduksi telur,

dan 23,33 % nyamuk menghisap darah
lebih dari dua kali untuk menghasilkan
telur.

adalah total telur yang dihasilkan,

36

JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. I

Riyani S. et al Pengaruh Penghisapan Darah

100-

""

80
9

66.67

60

&

40

PS

23.33

E

y

ZJ

20

—3

\'

0^

1 kali

2 kali

m

u

6.67

1?

3 kali

Frekuensi pengisapan darah

Gambar 1. Pengaruh frekuensi menghisap darah nyamuk Ae. aegypti terhadap
kemampuannya menghasilkan telur.
Kemampuan reproduksi Ae.

selanjutnya

menurun,

hasilnya

dapat

aegypti dapat di lihat dari jumlah total

dilihat pada Gambar 2. Jumlah rata-rata

telur

tiap-tiap

telur yang dihasilkan pada penghisapan

penghisapan darah. Jumlah total telur

darah ke 1 sampai dengan ke 5 masing-

yang dihasilkan pada penghisapan darah

masing berturat-turat adalah 40.05, 47.12,

ke 1 sampai dengan ke 3 meningkat dan

49.19, 42.4, dan 38.39

yang

dihasilkan

pada

100 -

E

80

•f3

en
60

4/.12

43.13

42.4

40.05

1-

ro
E

40 "

^

20 -

38.39

0 -1
Telur ke 1

Telu r ke 2

Telu r ke 3

Telu r ke 4

Telur ke 5

Frekuensi Penghisapan Darah

Gambar 2. Pengaruh frekuensi penghisapan darah terhadap jumlah total telur yang
dihasilkan oleh^e. aegypti.

Fertilitas telur yang di hasilkan

ke lima cenderang mengalami penuranan.

nyamuk Ae. aegypti pada masing-masing
penghisapan darah, dari penghisapan
darah pertama sampai penghisapan darah

Hal ini dapat di lihat jumlah telur fertil

JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. I

yang di hasilkan pada penghisapan darah
pertama, kedua, ketiga, ke empat, dan ke

37

lima

masing-masing

adalah

90,11%,

(Gambar 3).

91,27%, 77,88%, 68,09%, dan 25,35%

100

90.77

qi „
77.38

80
66.09

=

_2

60
::=.

CD

.

40

3. L.91
-

20

9.22

rrm

22.12

2535

8.73
— —

lllllll
Telur ke 1

i

Telur ke 2

Telur ke 3

i

Telur ke4

Telur ke 5

Jumlah Telur

OVertil msteril

Gambar 3. Pengaruh frekuensi penghisapan darah terhadap vertilitas telur yang
dihasilkan oleh nyamuk Ae. aegypti
Rasio

sex

dihasilkan

persentase jumlah nyamuk jantan dan

nyamuk Ae. aegypti pada masing-masing

betina yang di hasilkan adalah 48.73%:

penghisapan darah tidak berbeda nyata.

51.27%, 47.65% : 52.35%, dan 43.66% :

Jumlah nyamuk jantan dan betina yang

56.34%. Penghisapan darah yang ketiga

dihasilkan

ada

dan kelima dihasilkan jumlah nyamuk

kecenderangan jumlah nyamuk betina

jantan yang cenderang lebih banyak dari

yang dihasilkan pada penghisapan darah

nyamuk betina. Perbandingan jumlah
nyamuk jantan dan betina adalah 53,36%

hampir

yang

sama.

Akan

pertama, kedua, dan ke empat cenderang
lebih banyak jika di bandingkan dengan
jumlah nyamuk jantan. Perbandingan

38

:46,64, dan 46,85 : 53,15% ( Gambar 4).

JURNAL VEKTORA Vol. IV No. I

Riyani S. et al Pengaruh Penghisapan Darah

E
3

telur ke 1

telurke 2

telur ke 3

telur ke 4

telur ke 5

Gambar 4. Pengaruh frekuensi penghisapan darah terhadap rasio sex yang dihasilkan
pada nyamuk Ae. aegypti
Perkembangan

stadium

dilihat pada penghisapan darah pertama

pradewasa Ae. aegypti dari penghisapan

sampai ke lima kematiannya berturat-

darah

turat adalah

pertama

sampai

dengan

1,25%, 0,06%,

1,00 %,

penghisapan darah ke lima, cenderang

0,40%, dan 0,30%. Sedangkan kematian

mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat

pupa pada masing-masing penghisapan

dari jumlah persentase kematian jentik

darah mengalami fluktuasi akan tetapi ada

dan pupa nyamuk

yang dihasilkan.

kecenderangan meningkat. Hal ini dapat

Kematian jentik dari penghisapan darah

dilihat dari penghisapan darah pertama

pertama

cenderang

sampai ke lima kematian pupa berturat-

menuran, kecuali pada penghisapan darah

turat adalah 0,200%, 0,125%, 0,875%,

ke

0,300%, dan 0,800% ( Gambar 5).

dua,

sampai

kelima

kematian jentik

mengalami

penuranan lebih tajam. Hal ini dapat

JURNAL VEKTORA Vol. IV No. I

39

telurke 2

telur ke 1

telur ke 3

telur ke 4

telur ke 5

a larva O pupa

Gambar 5. Pengarah frekuensi penghisapan darah terhadap kematian jentik dan
pupa nyamuk Ae.aegypti.
Nyamuk

PEMBAHASAN

mempunyai
Aedes
merupakan

aegypti

nyamuk

diketahui

yang

bersifat

aegypti

kemampuan

untuk

menurunkan virus demam berdarah ke

generasi

berikutnya

melalui

proses

multiple bitting. Hal ini terlihat dari hasil

transovarial (Boewono, 2006). Dengan

penelitian 6.67%> nyamuk membutuhkan

demikian generasi yang dihasilkan sudah

2 kali penghisapan darah untuk dapat

terinfeksi

menghasilkan

telur

dan

membutuhkan

lebih

dari

23,33%>
2

kali

penghisapan darah untuk menghasilkan
memperbesar

peluang

terjadinya

virus

mempunyai

demam

berdarah dan

potensi

besar

untuk

menularkan virus tanpa haras menghisap
darah penderita demam berdarah.

telur. Sifat multiple bitting inilah yang

Jumlah rata-rata telur yang
dihasilkan

dari

masing-masing

penularan virus demam berdarah antar

penghisapan darah, dari

manusia

darah pertama sampai kelima terlihat

melalui

gigitan

nyamuk,

penghisapan

66,67% nyamuk Ae. Aegypti mamp

tidak

menghasilkan telur hanya dengan sekali

kecenderangan pada penghisapan darah

menghisap darah. Kondisi inipun juga

pertama sampai ketiga jumlah total telur

Ae.aegypti

yang dihasilkan meningkat dan pada

mampu berkembangbiak cukup cepat

penghisapan darah selanjutnya jumlah

untuk

total telur yang dihasilkan cenderang

cukup

yang

berbahaya,

karena

dapat meneraskan generasinya
mempunyai

kemampuan

menularkan virus demam berdarah.

40

Ae.

jauh

berbeda.

Tetapi

ada

menurun. Jumlah telur yang dihasilkan

dipengarahi oleh volume darah yang di

JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. I

Riyani S. et al Pengaruh Penghisapan Darah
hisap. Semakin besar volume darah yang

pembedahan tidak ditemukan adanya

dihisap akan menghasilkan jumlah telur

zigot di dalam telur.

sebaliknya

Frekuensi penghisapan darah

semakin sedikit volume darah yang

tidak berpengarah pada rasio sex Ae.

dihisap jumlah telur yang di hasilkan

aegypti. Hal ini dapat dilihat rata-rata

akan

1963).

rasio sex yang dihasilkan pada masing-

Dengan demikian ada kecenderangan Ae.

masing penghisapan darah cenderang

aegypti

menghasilkan jumlah nyamuk betina

yang

semakin

banyak,

berkurang

(Clements,

mempunyai

kemampuan

meningkatkan jumlah penghisapan darah

lebih

sampai

walaupun

ketiga.

Bertambahnya

umur

banyak

nyamuk

jantan,

penghisapan

ketiga

dari

pada

nyamuk mempengaruhi jumlah telur

jumlah nyamuk jantan yang dihasilkan

yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat

lebih

pada penghisapan darah ke empat dan ke

melihat kondisi ini kemungkinan ada

lima

beberapa faktor

jumlah

telur

yang

dihasilkan

banyak

(gambar

4).

Dengan

yang mempengaruhi

rasio sex pada Ae. aegypti, selain dari

cenderang menuran.
selain

frekuensi penghisapan darah. Frekuensi

berpengaruh terhadap jumlah rata-rata

penghisapan darah pada dasarnya tidak

telur yang dihasilkan juga berpengarah

memberikan efek yang cukup signifikan

pada fertilitas telur . Hal ini dapat dilihat

pada kematian jentik dan pupa Ae.

pada penghisapan darah pertama sampai
kelima jumlah telur fertil yang dihasilkan

aegypti. Hal ini dapat dilihat kematian

semakin menuran.

penghisapan

Umur

yang

nyamuk

Jumlah telur fertil

dihasilkan

penghisapan

masing-masing

darah

pertama,

kedua,

pupa dan jentik pada masing-masing
tidak

melebihi

2%>.

Kematian jentik dan pupa pada masingmasing

penghisapan

ketiga, ke empat dan kelima masing-

mengalami

masing adalah 90.77%, 91,27%, 77,88%,

Fluktuasi kematian ini dipengarahi oleh

68,09,

dan

Penuranan

3).

beberapa

fertilitas

telur

ini

kelembaban, ketersediaan nutrisi, dan

menghasilkan

dari

telur

bertambahnya

oleh

ovarium

untuk

fertil,

karena

umur

diantaranya

5).

(Gambar

disebabkan

faktor

(Gambar

25,35%

kemungkinan
kemampuan

fluktuasi

cenderang

suhu,

kompetisi ( Clements, 1992 ).
KESIMPULAN

nyamuk
Frekuensi penghisapan darah

mempengaruhi fungsi organ reproduksi
(WHO, 1959). Penuranan jumlah
fertilitas telur kemungkinan disebabkan

terhadap fertilitas telur yang dihasilkan,

karena

proses

akan tetapi tidak berpengarah terhadap

pembuahan telur. Hal ini dapat dilihat

rasio sex, rata-rata jumlah telur yang

dari telur-telur yang dihasilkan tidak

dihasilkan serta kematian jentik dan pupa.

menetas

kegagalan

karena

dalam

ketika

JURNAL VEKTORA Vol. IV No. I

pada nyamuk Ae. aegypti berpengarah

dilakukan

41

DAFTAR PUSTAKA

Reid JA. 1968. Anopheles mosquitoes of
Malaya and Borneo. Studies

Boewono,D.T, Barodji, Suwasono, H;
Ristiyanto;
Widiarti;
Widyastuti, U; Trapsilowati,
W; Boesri, H; Blondine, P;
Suskamdani;
Anton, W.P;

Errytrina;
Zuraidah;
Kasmiyati, Soenarto, N. 2006.
Studi
Komprehensif
Penanggulangan dan Analisis
Spatial Transmisi Demam
Berdarah Dengue di Wilayah
Kota Salatiga. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan
Vektor dan Reservir Penyakit
Salatiga.

Clements,A,N. \963.The Physiology of
Mosquitoes. The Macmillan
Company. New York.

Clements. 1992. Anopheles Laboratory
Biology and Culture [Internet].
Available from

from the Instute for Medical

Research Malaysia,
Lumpur Malaysia.

Sigit, S.H; Koesharto, F.X; Hadi, U.K;
Gunandini, D.J; Soviana, S;
Wirawan, LA; Chalidaputra,
M; Rivai, M; Priyambodo, S;
Yusuf, S; dan Utomo, S..
2006.Hama

Hama Permukiman FKH IPB

Bogor.
Soedarmo, S.S.P. 2005. Demam Berdarah

(Dengue)

DBD di

Simposium Dengue Control
Up Date. Pusat Kedokteran
Tropis Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Nadesul,H.

0"Connor

42

Molekuler
Pemberantasannya.
Kedokteran Tropis.

dan

Arwati.

1985.

Makalah

Sampai
Pusat
Fakultas

Kedokteran UGM.

Tun-lin,W, Burkot T.R, and Kay B.H.
2000. Effects of Temperature
and

Larval

diet

on

developmrnt rates and survival
of the dengue Vector Aedes
aegypti in North Queensland,
Australia, [internet] .Available

2007.Cara
Mudah
Mengalahkan
Demam
Berdarah. Kompas. Jakarta.

from

Dokumen yang terkait

Key words : Radioisotope 32P, Labelling, Filariasis dan Cx. quinquefasciatus

0 1 9

MALARIA VULNERABILITY INDEX (MLI) UNTUK MANAJEMEN RISIKO DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL TERHADAP LEDAKAN MALARIA DI INDONESIA

0 0 28

DIKLORO DIFENIL TRIKOLOETAN (DDT) | Alfiah | Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit

0 1 8

PEMETAAN, KARAKTERISTIK HABITAT DAN STATUS RESISTENSI Aedes aegypti DI KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN Safitri

0 0 12

POTRET VEKTOR MALARIA DAN FILARIASIS DI KECAMATAN SEMBAKUNG KABUPATEN NUNUKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Lukman Waris Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu THE SHOWS OF MALARIA AND FILARIASIS VECTOR IN SEMBAKUNG NUNUKAN DISTRICT KALIMANTAN TIMUR ABSTRACT - POTRET

0 0 15

HOSPES PERANTARA DAN HOSPES RESERVOIR FASCIOLOPSIS BUSKI DI INDONESIA Studi Epidemiologi F. buski di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan Tahun 2002 dan 2010

0 1 10

LARVA Aedes aegypti SUDAH TOLERAN TERHADAP TEMEPOS DI KOTA BANJARBARU, KALIMANTAN SELATAN

0 2 19

STANDAR PENGASAPAN (THERMAL FOGGING) DAN PENGABUTAN (ULTRA LOW VOLUME) TERHADAP PERSENTASE KEMATIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI DAN CULEX QUINQUEFASCIATUS Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Vektor Dan Reservoir Penyakit ST

0 1 11

SURVEI DEMOGRAFI DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DI DAERAH KASUS LEPTOSPIROSIS DI DESA SUMBERSARI KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2010

0 1 8

EFIKASI LARVASIDA BERBAHAN AKTIF BENZOYL PHENIL UREA SEBAGAI INSECT GROWTH REGULATOR TERHADAP LARVA Culex quinquefasciatus DI LABORATORIUM

0 0 7