BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “Think Pair Share” untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas XI Pemasaran SMK

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Dalam bab ini akan di bahas berbagai kajian teori yang mendasari

  dilaksanakannya penelitian ini. Diantaranya tinjauan teoritis tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “Think Pair and Share”, Hasil belajar, dan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

1. Model Pembelajaran Kooperatif “Think Pair Share” (TPS)

  Dalam proses belajar mengajar, banyak strategi pembelajaran yang dilakukan guru untuk menacapai tujuan dalam pembelajaran. Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan menggunakan berbagai pendekatan atau model pembelajaran yang ada. Guru harus pandai dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajar yang ada, hal ini dikarenakan ada beberapa jenis pendekatan pembelajaran antara lain, pendekatan PAIKEM, pendekatan pembelajaran Kontekstual, Multiple Intelligences, Student Behavior Approach, Inkuiri dan Kooperatif. Pada masing- masing pendekatan pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan yang berbeda- beda. Semua tergantung dari pengguna dalam mengolah dan memngembangkan model pembelajaran yang ada.

  Dalam buku Suprijono (2012:45-46) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis atas implementasi serta impikasinya terhdap tingkat operasional di kelas. Juga mengemukakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan diterapkan, termasuk tujuan pembelajaran, dan pengolahan kelas. Jadi, model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran.

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Kooperatif tipe “ Think Pair and Share”. Menurut Saur Tampubolon (2014:89), Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur pada kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Dengan penggunaan tersebut siswa akan lebih aktif berinteraksi dengan teman dalam kelompok. Selain itu siswa juga akan berusaha bekerjasama yang baik dengan teman dalam kelompok, salah satu dari mereka dalam kelompok pasti ada rasa ingin tahu solusi penyelesaian dari masalah yang diberikan. Sehingga siswa akan bertanya kepada teman dalam kelompok maupun kepada guru.Lain halnya dengan pendapat Davidson dan Kroll dalam Asma (2006:57), yaitu pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide- ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah dalam tugas mereka. Hal ini sesuai dengan materi dalam mata pelajaran IPS yang lebih banyak berhubungan dengan kehidupan sehari- hari. Model pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPS adalah tipe Think Pair and Share (TPS). Model pembelajaran Think Pair Share ini disusun dalam usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikaan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama- sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

  Menurut Made Wena (2009:190), mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar disamping guru dan sumber belajar lainnya. Memanfaatkan teman sejawat dalam hal siswa bisa bertanya dengan teman sejawatnya itu jikalau belum memahami materi pelajaran yang diberikan. Sharuddin dalam Made Wena (2009:190) menambahkan bahwa Guru tidak lagi sebagai satu- satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut dapat menemukan dan memahami konsep- konsep baru. Menemukan konsep baru dalam arti guru akan membuat suasana pembelajaran yang dulunya pasif akan menjadi kondusif.Selain itu Trianto (2009:190) menyampaikan bahwa

  

think pair- share atau berfikir- berpasangan- berbagi merupakan jenis

  pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think- Pair

  • – Share (TPS) sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari

  3 tahapan, yaitu thinking (berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi).

  Berdasarkan pada uraian yang ada, Frank Lyman (2014:98), menyimpulkan bahwa pengunaan “model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share

  

(TPS)” dilakukan dengan pertukaran pemikiran melalui pengalaman belajar

peserta didik.

  Langkah- langkah kegiatan pembelajaran (sintaks) adalah sebagai berikut: 1. Mengelompokkan siswa dengan jumlah anggota 2 orang per kelompok.

  2. Pendidik memberikan permasalahan yang dapat dijawab oleh peserta didik dengan mempelajari buku ajar/ handout.

  3. Pertama peserta didik memikirkan sendiri jawaban permasalahan tersebut.

  4. Selanjutnya, peserta didik berbagi pemikiran dalam kelompok.

  5. Setelah pekerjaan kelompok tuntas, selanjutnya peserta didik berbagi pemikiran antarkelompok.

  6. Peserta didik bersama pendidik menyimpulkan jawaban atas masalah yang diberikan.

  7. Penilaian dilakukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran.

  Berdasarkan uraian yang ada, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

  Share merupakansuatu cara efektif yang di rancang untuk membuat variasi

  suasana pola diskusi kelas. Melalui pembelajaran tipe TPS ini memberi peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain (teman kelas) dalam menyelesaikan tugas yang diberikan berupa pertanyaan.

  2. Hasil Belajar

  Menurut Kunandar ( 2013:62), bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar seorang siswa bukan hanya dilihat dari kemampuannya tapi dari perubahan pola tingkah lakunya. Lebih lanjut Abdurrahman (2009:38) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Kemampuan belajar siswa dapat kita lihat dari hasil belajar siswa tersebut dengan melalui evaluasi pembelajaran.Selain itu Saur Tampubolon (2014:140) meyampaikan bahwa belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha memperoleh bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Perubahan perilaku siswa ditandai dengan sikap siswa dari yang buru menjadi baik.Selain itu Oemar Hamalik (2004:27) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dalam pembelajaran akan mendapatkan penagalaman baru yang akan dijadikan sebagai pelajaran. Lanjut lagi menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Dengan adanya belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni memperoleh pengalaman atau mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan dari yang buruk menjadi baik.

  Melalui proses belajar seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Selain itu seseorang bisa dikatakan sudahmengalami proses belajar ditandai dengan hasil belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran. Mulyono Abdurrahman (2009:38) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha memperoleh bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Selain itu Sudjana (2009:27), juga mengemukakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

  Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis- jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

  Hasil dan bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak mengerti menjadi mengerti.

  Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat.

  Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi siswa dan bagi guru. Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan peserta didik. Secara kejiwaan, peserta didik terpengaruh atau tercekam dengan hasil belajarnya. Oleh karen itu, sekolah dan guru diminta berlaku arif serta bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa, sehingga siswa mempunyai motivasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai haisl belajar yang maksimal.

  Bloom dalam Nana Sudjana (2009:22) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

  1) Ranah kognitif

  Ranah kognifit berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2)

  Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Penialaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata. Jenis hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhdapa pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

  3) Ranah psikomotorik

  Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu.

  Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat adanya perubahan dari aspek tingkah lakunya. Selain dari aspek tersebut, hasil belajar dapat lihat dari beberapa cangkupan seperti kognitif, psikomotorik dan afektif, hal tersebut harus dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti prose belajar sesuai struktur kegiatan yang disusun oleh guru tertera pada rancangan proses pembelajaran. Jadi berdasarkan uraian yanga ada, puncak dari sebuah proses belajar itu disebut hasil belajar.Hasil dari proses belajar ada dua dampak yang dapat memberikan manfaat terhadap peserta didik dan guru yakni dampak pegajaran dan pengiring.

3. Pembelajaran (IPS)

  IPS atau PIPS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial. Kekeliruan ucapan ataupun cara dalam penulisan sepenuhnya itu bukan kelsalahan dari penguapa maupun penulis akan tetapi hal tersebut disebabkan oleh kurangnya sosialisasi sehingga menimbulkan perbedaan pemahaman setiap individu. Selain hal tersebut, dimungkinkan ada faktor lain misalnya kurangnya forum akademik yang membahas serta memsyarakatkan istilah tersebut.

  Sejak tahun 1970-an istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sebagai hasil dari kesepakatan komunitas akademik secara formal dan digunakan dalam sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum 1975. Sesuai isi dokumen kurikulum IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya “ IPS adalah sebuah istilah mata pelajaran yang terdiri dari Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran Ilmu Sosial lainnya.

  Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial disesuaikan dengan berbagai sudut pandang masyarakat khususnya di Indonesia. Berdasar pada teori tersbeut maka peserta didik yang mempelajari mta pelajaran IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang kehidupan sosial manusia dari masa lampau hingga sekarang.

  Menurut Sapriya (2011:53) dalam belajar IPS siswa perlu dibelajarkan bagaimana berinteraksi serta bekerja sama dengan orang lain. Keahlian bekerja secara kelompok sangat penting karena dalam kehidupan bermasyarakat begitu banyak orang menggantungkan hidup melalui kelompok. Selain itu Soemantri

  (2008:9) mengemukakan bahwa IPS merupakan sebuah tujuan pendidikan dari kegiatan dasar manusia baik disiplin ilmu ilmu sosial atau penyederhanaan yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan 1.

  Penelitian ini di dukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Armi Lia Aji (2016) dengan judul Penerapan Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS SMA Al- Azhar 3 Kota Bandar Lampung. Penelitian dilakukan dengan tiga siklus, tiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS mata pelajaran Geografi siswa kelas XI IPS. Setelah melakukan tindakan dikelas, haisl menunjukkan aktivitas belajar siklus I sebesar 19,04%, siklus II 43, 58% dan meningkat pada siklus III sebesar 73,89%. Hasil belajar Siklus I mengalami peningkatan yaitu, menjadi 11,91%,meningkat pada siklus II sebesar 35,89% dan terus mengalami peningkatan pada siklus III menjadi 61,09%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model TPS(Think Pair Share) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS 1 SMA Al-Azhar 3 Kota Bandar Lampung.

  2. Hasil peneliti pendukung yang kedua dilakukanb oleh Sumiyati (2009) dengan judul “Penerapan Kooperatif Model Struktural Tipe Think Pair Sharet (TPS) untuk meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi kelas X-

  A SMA Negeri 1 Probolinggo”. Hasil penelitian disebutkan bahwa penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Struktural Tipe Think Pair Share, rata- rata motivasi belajar Ekonomi siswa naik sebesar 16,01% yaitu pada siklus pertama 70,61% dan naik pada siklus kedua menjadi 86,62%. Peneliti menyarankan kepada guru agar mencoba menerapkan model pembelajran ini karena siswa memberikan respon positif terhadap Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Struktural Tipe Think Pair Share (TPS).

  Berdasarkan kedua hasil penelitian, keduanya menghasilkan penelitian yang sama bahwa peningkatan hasil belajar siswa dapat diupayakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share.

C. Kerangka Berpikir

  Dengan diterapkannya model pembelajaranThink Pair Share diharapkan dapat membantu peserta didik meningkatkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPS. Dalam penerapan kooperatif ini siswa secara mandiri maupun kelompok berlatih membangun kepercayaan diri dalam memecahkan masalah di dalam pembelajaran IPS, sehingga akan mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan rasa cemas yang banyak dialami siswa pada saat pembelajaran sedang berlangsung.

  Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah salah satu cara efektif yang di rancang untuk membuat perubahan suasana saat proses diskusi kelas. Pembelajaran tipe TPS memberikan kesempatan kepada dalam bekerja secara mandiri dan secara kelompok (orang lain) Sedangkan hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Melalui pembelajaran TPS, maka diharapkan dapat memberikan hasil yang memuaskan atau sesuai indikator yang diharapkan. Penilaian guru merupakan hasi dari proses belajar. Dampak dari hasil belajar dapat berupa pengajaran dan pengiring yang bermanfaat bagu guu dan peserta didik.

  Melalui penggunaan model pembelajaran TPS, siswa akan lebih muda untuk menerima materi yang dipelajari karena adanya metode diskusi dengan teman kelompok (pasangan) yang membuat siswa dapat bekerja sama untuk menemukan soslusi ataupun pemecahan masalah yang diberikan guru. Hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model TPS cenderung lebih baik berbeda dengan hasil belajar siswa dengan pembelajaran masih menggunakan ceramah yang terpusat pda guru dan siswa tidak emndapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Hasil belajar dinilai melalui evaluasi akhir berupa tes formatif pilihan ganda. Kerangka berpikir desain PTK model Kemmis dan McTaggart dapat dilihat pada bagan sebagai berikut.

  Minat belajar rendah Pembelajaran Ceramah/

  Observasi/

  yang berdampak pada Konvensional berpusat pada

  kondisi awal

  Hasil Belajar kurang Peneliti Melalui siklus I melakukan

  Penerapan model Tindakan Perencanaan, pembelajaran

  Belum berhasil Pelaksanaan, kooperatif tipe TPS Observasi,dan

  Perbaikan melalui Refleksi. Kondisi Akhir Pembelajaran berpusat

  Hasil belajar pada guru dan siswa Pembelajaran IPS

Gambar 2.1. Bagan alur pikir PTK Model Kemmis dan McTaggart pada peningkatan hasil belajar siswa.

  Peneliti melakukan observasi melihat kondisi awal, guru masih konvensional dalam penggunaan model pembelajaran membuat siswa kurang aktif dan antusias dalam belajar. Minat belajar rendah yang berdampak pada hasil belajar kurang memuaskan. Penelitian tindakan kelas dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dilakukan dua siklus yaitu siklus pertama dan kedua. Jika pada siklus pertama sudah maka penelitian berhenti di siklus satu, apabila siklus satu belum sesuai indikator maka berlanjut ke siklus dua, dimana siklus dua sebagai siklus cadangan jika siklus satu tidak berhasil. Dalam pelaksaan siklus, peneliti melakukan Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Setelah melaksanakan prosedur penelitian tersebut, peneliti melihat kondisi akhir pembelajaran IPS apakah ada pengaruh positif yaitu hasil belajar siswa meningkat melalui pengunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share .

D. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan uraian kerangka berpikir tersebut, penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “

  Think Pair Share

  ” dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas XI SMK KristenSalatiga.

Dokumen yang terkait

RESEARCH THE MODEL OF ENGLISH CLASSROOM INTERACTION IN THE ELEVENTH GRADE OF MARKETING PROGRAM OF SMK PGRI 1 MEJOBO KUDUS IN ACADEMIC YEAR 20132014

0 0 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mutu - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kristen 04 Salatiga

0 0 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kristen 04 Salatiga

0 0 14

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 2 104

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kristen 04 Salatiga

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kristen 04 Salatiga

0 0 28

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 14

2.1.1. Pengertian Kredit - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Kredit Bermasalah (NPL) pada Bank Perkreditan Rakyat Secara Nasional

0 0 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitain ini membahas tentang pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga terhadap kredit bermasalah (NPL) pada bank perkreditan rakyat secara nasional pada periode 2007 – 2017. Da

0 0 17

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 23