BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Penerapan Program Keselamatan Kerja dengan Tindakan Tidak Aman oleh Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Teh Bah Butong

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Dengan demikian, kesempatan kerja merupakan masalah yang amat mendasar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Setiap upaya pembangunan harus diarahkan pada penciptaan lapangan kerja sehingga setiap warga negara dapat memperoleh pekerjaan dan menempuh kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.

  Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengamanatkan bahwa sasaran umum Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) adalah terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin, dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang berdasarkan Pancasila dalam suasana kehidupan.

  GBHN 1993 memberikan petunjuk bahwa sasaran umum Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI) adalah tumbuhnya sikap kemandirian dalam diri manusia dan masyarakat Indonesia melalui peningkatan peran serta, efisiensi, dan produkti- vitas rakyat dalam rangka meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan lahir batin. Kebijaksanaan pemerataan dan peningkatan kesempatan kerja serta pelatihan tenaga kerja terus dilanjutkan dan ditingkatkan agar menjangkau setiap warga negara dan terarah pada terwujudnya angkatan kerja yang terampil dan

  1 tangguh. Kesempatan kerja terbuka bagi setiap orang sesuai dengan kemampuan, keterampilan, dan keahliannya serta didukung oleh kemudahan memperoleh pendidikan dan pelatihan, penguasaan teknologi, informasi pasar ketenagakerjaan serta tingkat upah yang sesuai dengan prestasi dan kualifikasi yang dipersyaratkan.

  Keselamatan kerja para pekerja sangat penting nilainya bagi suatu perusahaan, karena hal tersebut merupakan kunci keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan nama baik perusahaan dalam bidang K3, namun seperti yang kita lihat sekarang, masih banyak kecelakaan kerja yang terjadi di suatu perusahaan. Kita ketahui, bahwa Keselamatan kerja para pekerja termasuk dalam Undang- Undang Republik Indonesia. UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja ( pasal 86, ayat 1 ). Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86, ayat 2) (Kepnakertrans, 2012).

  Melihat kondisi yang dihadapi oleh banyak perusahaan, maka perusahaan memikirkan dan mempertimbangkan satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar mampu bertahan dalam persaingan yang ketat yaitu dengan meningkatkan keselamatan kerja. Keselamatan (safety) mempunyai arti keadaan terbebas dari celaka (accident) ataupun hampir celaka (incident atau near miss), sedangkan kerja (occupation) berarti kegiatan atau suatu usaha untuk mencapai tujuan. Keselamatan kerja merupakan kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan keselamatan yang efektif, maka kecelakaan yang akan dialami oleh pekerja akan semakin kecil kemungkinannya dan hal ini akan semakin mensejahterakan para pekerja dimana imbasnya adalah hasil produksi perusahaan akan menjadi memuaskan dan mencapai target.

  Sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Menteri tenaga kerja dan transmigrasi R.I sebagai pemegang polisi nasional K3, bersama para pemangku kepentingan telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pelaksanaan K3 melalui berbagai kegiatan, antara lain kampanye, seminar, lokakarya, konvensi, pembinaan dan peningkatan kompetensi personil K3, pembentukan dan pemberdayaan lembaga-lembaga K3 baik tingkat nasional sampai dengan tingkat perusahaan, pemberian penghargaan K3, dan perbaikan-perbaikan sistem K3 secara berkelanjutan, namun hasilnya tetap saja belum optimal (Kepmenakertrans RI No. 372 Tahun 2009).

  Masalah yang sering muncul dalam perusahaan saat ini adalah kurangnya perhatian terhadap aspek manusiawi. Bila ingin memahami perilaku karyawan, seorang manajer atau pimpinan harus dapat menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan dan kegairahan kerja, sehingga dengan kondisi tersebut karyawan dapat meningkatkan mutu kerjanya sehingga sekaligus dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan itu sendiri.

  Sebenarnya setiap kecelakaan itu dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan tindakan yang tidak aman tidak memenuhi persyaratan. Statistik mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (Unsafe act), dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition) (Silalahi, 1991).

  Menurut Heinrich (2009), tindakan tidak aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja. Tindakan tidak aman menyumbang 98% penyebab kecelakaan, dan kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman.

  Berdasarkam data Jamsostek, angka kecelakaan kerja lima tahun terakhir cenderung naik. Pada 2012 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari, sedangkan tahun 2011 terdapat 98.711 kasus kecelakaan kerja, 2010 terdapat 96.314 kasus, 2009 terdapat 94.736 kasus, dan 2008 terdapat 83.714 kasus.

  Melihat meningkatnya angka kecelakaan kerja setiap tahun, maka diterbitkanlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diharapkan bisa menurunkan angka kecelakaan kerja. Dan melihat keadaan ini, maka ditetapkanlah Peraturan pelaksanan dari pasal 87 UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan yang mewajibkan semua pemberi kerja melaksanakan SMK3, terutama perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga kerja atau perusahaan yang memiliki tingkat potensi kecelakaan yang lebih tinggi akibat karakteristik proses kerja.

  Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Industrialisasi tidak terlepas dari sumber daya manusia, yang dimana setiap manusia diharapkan dapat menjadi sumber daya siap pakai dan mampu membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.

  Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Pemerintah No.

  50 Tahun 2012). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

  Salah satu bagian dari SMK3 adalah program keselamatan kerja. Pelaksanaan program keselamatan kerja dapat meningkatkan pengetahuan karyawan tentang keselamatan yang tinggi dan pengalaman kerja yang menghindarkan pekerja dari bahaya-bahaya ditempat kerja oleh karena melakukan tindakan yang tidak aman pada saat bekerja. Pelaksanaan program keselamatan kerja juga penting untuk membantu terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan program keselamatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan.

  Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan para pekerjanya dengan membuat aturan tentang keselamatan kerja yang dilaksanakan seluruh pekerja dan pimpinan perusahaan (Sastrohadiwiryo, 2002).

  Saat ini perkembangan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara)/ PTPN (PT Perkebunan Nusantara) sangat besar di Indonesia. Potensi sumber daya yang dihasilkan merupakan faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan Negara Indonesia terutama dalam menghadapi era globalisasi dan industrialisasi. Kegiatan pegolahan PTPN memerlukan program keselamatan kerja untuk meningkatkan mutu dan kualitas hasil produksi perusahaan.

  PTPN IV Unit Bahbutong merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan daun teh menjadi bubuk teh hitam. Proses kerja yang dilakukan oleh pekerja di PTPN IV Unit Bah Butong yaitu: a.

  Penerimaan pucuk teh segar (mutu halus kasar/ kegetasan dan ketidaksesuaian pucuk segar).

  b.

  Pelayuan c. Turunan Daun Layu d.

  Penggulungan e. Oksidasi Enzimatis f.

  Pengeringan (Kadar air, Taste, Liquor) g.

  Sortasi (Kadar air, Density, Taste, Liquor, Appearance, Infused Leaf) h. Pengepakan (Kadar air, Density, Taste, Liquor, Appearance, Infused

  Leaf) i. Penyimpanan

  Pada masing-masing proses pengolahan daun teh ada dijumpai beberapa potensi bahaya. Tidak lepas juga dari resiko yang tinggi terhadap tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja ketika mereka sedang bekerja. Ini dapat dilihat dari tindakan- tindakan tidak aman seperti bercerita pada saat sedang bekerja, memasukkan tangan kedalam mesin yang sedang berputar mengolah daun teh, tidak menggunakan APD, menggunakan alat kerja yang rusak, dan posisi kerja yang tidak tepat. Hal inilah yang dilakukan oleh pekerja pada saat bekerja sementara mereka bekerja menggunakan mesin-mesin berteknologi. Ini merupakan hasil yang peneliti dapatkan pada saat melakukan survei pendahuluan. Untuk mencegah adanya tindakan tidak aman, PTPN

  IV Unit Bah Butong membuat Program keselamatan kerja. Beberapa contoh Program keselamatan kerja yang diterapkan di PTPN IV Unit Bah Butong yaitu menyediakan rambu-rambu keselamatan kerja, menyediakan APD, mengadakan pelatihan keselamatan kerja kepada para karyawan dan melakukan inspeksi pada semua peralatan kerja.

  PTPN IV Unit Bah Butong juga sudah mendapatkan penghargaan Bendera Emas (Gold Flag) sebanyak 3 kali dan perak 1 kali sementara tindakan tidak aman masih ada dilakukan oleh pekerja. Mengingat akan hai ini, maka peneliti tertarik melakukan penelitian di PTPN IV Unit Bah Butong dan tertarik untuk melihat hubungan antara diadakannya program keselamatan kerja dengan tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja pada saat sedang bekerja.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana hubungan penerapan program keselamatan kerja terhadap tindakan tidak aman pada karyawan bagian produksi di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Bahbutong tahun 2013.

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana hubungan penerapan program keselamatan kerja terhadap tindakan tidak aman pada karyawan bagian produksi Teh di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Butong tahun 2013.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan program keselamatan kerja pada PTPN IV Bah Butong sudah dilaksanakan dengan baik atau tidak.

  2. Untuk mengetahui jenis tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja di PTPN IV Unit Bah Butong tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

  1. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan mengenai pentingnya diperhatikan hubungan penerapan program keselamatan kerja terhadap tindakan tidak aman.

  2. Sebagai bahan masukan bagi pekerja mengenai pelaksanaan program keselamatan kerja di perusahaan.

  3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis khususnya mengenai pelaksanaan program keselamatan kerja pada suatu perusahaan terutama pada perusahaan pengolahan bubuk teh.