penelitian kualitatif UD. Jaya Abadi Fur

IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS PADA USAHA MIKRO
KECIL DAN MENENGAH MENGHADAPI ERA PASAR BEBAS
ASEAN DAN ACFTA (Asian China Free Trade Area)
Studi Kasus Pada UD. Jaya Abadi Furniture, Panarukan, Situbondo.

PENELITIAN
disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Kebijakan Bisnis

oleh
Ningrum Suryadinata
NIM 140910202038

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

“Implementasi Rencana Strategis Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Menghadapi
Era Pasar Bebas Asean Dan Acfta (Asian China Free Trade Area). Studi Kasus Pada
UD. Jaya Abadi Furniture, Panarukan, Situbondo” Penelitian ini ini disusun untuk
memenuhi tugas pada Matakuliah Kebijakan Bisnis.
Penyusunanan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu,penulis menyampaikan terima kasih kepada.
1. Dosen pembimbing Matakuliah Kebijakan Bisnis, yang banyak memberikan
materi pendukung kepada peneliti;
2. Bapak Muhammad Hafifi selaku pemilik usaha mikro UD. Jaya Abadi
Furniture;
3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan materi untuk
terselesaikannya penelitian ini;
4. Ricky Fakhrusy Isyraq yang turut membantu penelitian ini.
Peneliti juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap, semoga penelitian ini dapat
bermanfaat kepada kita sekalian.
Jember, Desember 2016

Peneliti


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian Indonesia semakin lama semakin berkembang di berbagai sektor.
Seperti yang sudah dilaporkan dalam Badan Pusat Statistik tahun 2016, “Kondisi Bisnis
Triwulan III-2016
 Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada triwulan III-2016 sebesar 107,89, berarti
kondisi bisnis meningkat dari triwulan sebelumnya. Namun tingkat optimisme
pelaku bisnis lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan II-2016 (nilai ITB
sebesar 110,24).
 Peningkatan kondisi bisnis pada triwulan III-2016 terjadi pada semua lapangan
usaha. Peningkatan tertinggi terjadi pada lapangan usaha Konstruksi dengan
nilai ITB sebesar 111,74. Sementara itu, peningkatan kondisi bisnis terendah
terjadi pada lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian dengan nilai ITB
sebesar 102,26.
 Kondisi bisnis pada triwulan III-2016 meningkat karena adanya peningkatan
pendapatan usaha dengan nilai indeks sebesar 110,35, kapasitas produksi/usaha
dengan nilai indeks sebesar 108,37, dan rata-rata jumlah jam kerja dengan nilai
indeks sebesar 105,35.”
Sumber : data Statistik_BPS_November 2016
Bisnis semakin banyak berkembang di Indonesia dengan banyaknya peluang

kebutuhan yang bisa dijadikan sebagai lahan berwirausaha. Dalam hal usaha, di
Indonesia sendiri perusahaan besar sudah mulai meningkat, seiring meningkatnya
sebuah perusahaan besar memicu usaha kecil untuk tumbuh. Di era pemerintahan
Jokowi-JK sekarang ini, mendukung peningkatan usaha-usaha yang ada di masyarakat
untuk lebih berkembang.
Dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015,
persaingan semakin kompetitif dikarenakan semakin meluasnya peluang bisnis
menjadikan keadaan persaingan semakin global. Hal ini juga di dukung dengan peran
tekhnoligi yang berkembang pesat dan semakin canggih, sehingga dampak persaingan

dan munculnya usaha baru menjadi lebih terlihat di era sekarang ini. Tidak hanya bisnis
dalam negeri yang akan dipasarkan, namun juga bisnis luar negeri akan masuk ke
Indonesia dan menjadi peluang kompetisi bagi pengusaha Indonesia. Maka dari itu,
tingkat persaingan akan semakin tinggi, dan menjadi lebih kompetitif. Sebagai negara
berkembang yang perekonomiannya masih terbilang dalam masa pembangunan, maka
perlu adanya peningkatan pada sektor sumber pendapatan negara itu sendiri. Kondisi
ekonomi Indonesia memicu pemerintah untuk lebih menciptakan peluang kerja. Untuk
itu, perlu menggalakkan usaha-usaha baru yang akan membuka peluang usaha. Jenis
usaha yang mulai bermunculan adalah jenis usaha mikro, kecil, dan menengah.
Menurut Bank Indonesia (2015:5), Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Bentuk usaha ini, memiliki
proporsi sebesar 99,99 persen dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau
sebanyak 56,54 juta unit. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mampu menunjukkan
eksistensinya dalam perekonomian di Indonesia di tahun 1998, usaha berskala kecil dan
menengah yang relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar. Hal ini terjadi
karena mayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu bergantung pada modal besar atau
pinjaman dari luar.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah memberikan peluang bagi masyarakat untuk
membuka lapangan kerja baru. Pemerintah saat ini banyak memberikan dukungan atas
usaha-usaha yang terbangun. “sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan
memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan
yang lebih cenderung menggunakan modal besar”, (Sudaryanto, Ragimun, dan Rahma
Rina Wijayanti: hal.2). Selain modal yang dibutuhkan oleh UMKM tidak terlalu besar,
juga UMKM menggunakan kinerja yang terbilang sederhana namun dapat menyerap
tenaga kerja. Sehingga dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di bidang UMKM,
maka akan semakin banyak pula menyerap tenaga kerja. Perlu adanya rencana kedepan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui Usaha Mikro Kecil Menengah.
Perencanaan dibuat agar UMKM memiliki tujuan, visi, dan misi yang matang
untuk menjalankan jenis usahanya. Perencanaan ini sering tidak sesuai dengan hasil
aktual dalam kinerjanya. Perencanaan yang dibuat merupakan bentuk rencana strategis

yang diharapkan untuk mencapai tujuan, visi, dan misinya. Strategi merupakan kunci

sukses yang mempengaruhi kinerja organisasi (Bokor. D. W, 1995; Ferdinand, 2002).
Sebuah organisasi dalam bentuk bisnis yang dijalankan seperti UMKM, bentuk strategi
yang dilakukan agar produk yang dihasilkan mampu mencapai apa yang menjadi tujuan
perusahaan. Perencanaan perlu secara strategis untuk mewujudkannya, perlu adanya
bentuk implementasi dari rencana yang telah dibuat. Strategi merupakan rencana
keseluruhan yang menjelaskan posisi daya saing suatu perusahaan (Montzberg dan uin,
1990).
Hasil studi Hax dan Majluft (2001) menunjukkan bahwa sebagian besar
perusahaan ternyata tidak mampu menjalankan strategi yang telah dirumuskan. Hal
seperti ini tidak hanya dialami oleh perusahaan besar yang memiliki kinerja kompleks,
namun dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah akan sama halnya dengan perusahaan
tersebut bahkan dengan kinerja yang masih sederhana. Berbeda dengan perusahan besar
yang memiliki bentuk rumit dan kompleks, UMKM hanya menggunakan kinerja yang
sederhana untuk menjalankan usahanya. Sedangakan perusahaan menggunakan sumber
daya manusia yang kompeten sesuai bidang pengetahuannya, namun UMKM
menggunakna sumber daya manusia sesuai ahlinya dan tidak terlalu memperhatikan
bidang keahlian sesuai pengetahuan sumber daya manusianya. Dalam perjalanannya,
Usaha Mikro Kecil dan Menengah juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu

terbatasnya modal kerja, Sumber Daya Manusia yang rendah, dan minimnya
penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Sudaryanto dan Hanim, 2002).
Permasalahan ini menghambat kinerja UMKM sendiri, perencanaan yang awalnya
terbentuk kadang hasilnya tidak sesuai dengan rencana. Perlu adanya perencanaan
stretegis sehingga implementasinya dapat mencapai tujuan. Namun dalam kegiatann
usaha UMKM kematangan dalam membuat rencana perlu ditingkatkan agar rencana
tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam persaingannya
di era Pasar Bebas Asean dan ACFTA (Asian China Free Trade Area), UMKM di
Indonesia akan mendapat pesaing dari luar negeri. Barang – barang yang digunakan
mulai dari pengetahuan, bahan baku, sumber daya, dan tekhnologi akan menjadi
persaingan besar di era MEA ini. Meskipun banyak UMKM di Indonesia telah
melakukan impor barang, tetapi dalam kenyataannya kegiatan tersebut tidak dilakukan
secara langsung oleh produsen melainkan melalui orang ketiga dengan harga jual yang

lebih mahal oleh pihak ketiga dibandingkan dengan pihak produsen yang menjual. Ini
telah menjadi masalah sekaligus tantangan bagi UMKM Indonesia dalam era Pasar
Bebas Asean dan ACFTA (Asian China Free Trade Area) yang akses impor akan lebih
mudah namun masih tidak mampu menaklukkan pasar internasional secara mandiri.
Sehingga kurang kompeten dalam melakukan impor di era ini.
Seperti yang terjadi pada Usaha Mikro Kecil Menengah UD. Jaya Abadi

Furniture yang terletak di Jalan Tembus Paowan, Kecamatan Panarukan, Kabupaten
Situbondo yang telah melakukan impor ke Jepang namun sayangnya kegiatan ini tidak
dilakukan secara langsung, melainkan dikirim ke Bali terlebih dahulu, kemudian dijual
dengan harga jual 3 (tiga) kali lebih murah dari harga jual impornya meskipun ada
rencana untuk menjual produk ke luar negeri secara impor, tetapi rencana tersebut tidak
di implementasikan secara pribadi dikarenakan masih kurangnya pemahaman terhadap
pengetahuan di era Pasar Bebas Asean dan ACFTA (Asian China Free Trade Area)
seperti tekhnologi dan kemitraan terkait investor. Kinerja perusahaan yang masih
sederhana dilihat dari kegiatan produksi dengan alat dan sistem keuangan yang terbilang
masih manual. Dengan ini maka perlu adanya perencanaan strategis yang mampu
membuat daya saingnya menjadi lebih kompetitif dan lebih mandiri.

1.2 Rumusan Masalah
Kegiatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia semakin banyak
terlahir, salah satunya adalah UMKM UD. Jaya Abadi Furniture yang bergerak di
bidang furniture rumah tangga. Memiliki keterbatasan dalam pengembangan usahanya
karena minim pengetahuan dan perkembangan tekhnologi informasi di era Pasar Bebas
Asean dan ACFTA (Asian China Free Trade Area) sekarang ini. Sehingga implementasi
dari rencananya kurang strategis dan menghambat perkembangan usaha tersebut serta
kurang maksimal memberdayakan peluang Masyarakat Ekonomi ASEAN. Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana UMKM UD. Jaya Abadi Furniture di
Panarukan, Situbondo mengimplemetasikan rencananya secara strategis dalam
menghadapi era Pasar Bebas ASEAN dan ACFTA?

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1

Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan berdasarkan rumusan masalah diatas

adalah menganalisis implementasi rencana yang strategis dari Usaha Mikro
Kecil dan Menengah UD. Jaya Abadi Furniture di Panarukan, Situbondo dalam
menghadapi era Pasar Bebas Asean dan ACFTA (Asian China Free Trade
Area).
1.3.2

Manfaat
Penelitian ini dilakukan dengan memberi manfaat, yaitu:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan,
informasi, dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan implementasi
rencana yang strategis bagi UMKM.
2. Secara Praktis
Bagi UMKM UD. Jaya Abadi Furniture, hasil penelitian ini diharapkan
dapat

dijadikan

dasar

memajukan usahanya.

dalam

mengimplementasikan

rencana

untuk


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritik
2.1.1

Konsep Strategi
Dalam membangn sebuah usaha bisnis, konsep bisnis menjadi
sangat penting terkait dengan bisnis apa yang akan diproduksi. Dalam
buku Manajemen, strategi adalah rencana mengenai bagaimana sebuah
organisasi akan melakukan sesuatu yang harus dikerjakan dalam bisnis,
Stephen P. Robbins (2010, h.213). Melakukan sesuatu dalam sebuah
organisasi berarti membuat sesuatu yang akan menjadi tujuan
dilakukannya sesuatu tersebut. Membuat sebuah rencana merupakan cara
untuk menentukan apa yang akan dilakukan oleh anggota dala organisasi
tersebut. Dalam hal ini berarti sebuah rencana merupakan landasan
organisasi tersebut untuk digerakkan. Pengertian strategi menurut
Chandler (1962) dalam Rangkuti (2007, h.3), strategi merupakan alat
untuk mencapai

tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan


jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber
daya. Sebuah kegiatan yang dilakukan oleh anggota dalam suatu unit
bisnis akan menjadi penggerak sesuai dengan rencana yang dibuat dan
stratregi menjadi hal penting bagi unit bisnis untuk menjalankan kinerja
bisnis yang baik sehingga hal yang menjadi tujuan dapat di
implementasikan.
Dalam membentuk rencana yang strategis, perlu adanya aturan
yang

mengatur

dilaksanakan

bagaimana

maka

perlu

strategi
adanya

dari

perencanaan

manajemen

strategi

tersebut
dalam

merencanakan kinerja dalam unit bisnis. Menurut Siagian (2004, h.15),
manajemen strategi adalah serangkaian keputusan-keputusan dan
tindakan

mendasar

yang

dibuat

oleh

manajemen

puncak

dan

diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi tersebut. Rencana dibuat berdasarkan

keputusan dari seorang atasan yang akan dilaksanakan oleh anggota dari
unit bisnis. Rencana strategis yang dilakukan menjadi visi dan misi
dalam unit bisnis untuk jangka waktu tertentu. Manajeman strategi
menurut Nawawi (2005. h.149) adalah perencanaan berskala besar
(disebut perencanaan strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa
depan yang jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan
manajeman puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipi),
agar memungkinkan organisasi secara efektif (disebut MISI), dalam
usaha

menghasilkan

sesuatu

(Perencanaan

Operasional

untuk

menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas,
dan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan
Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi.
Tipe dan jenis strategi menurut Nawawi (2005, h.176-177),
strategi dalam suatu organisasi dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Strategi Agresif, dilakukan dengan membuat program-program
dan mengatur langkah-langkah atau tindakan (action) mendobrak
penghalang, rintangan, atau ancaman untuk mencapai keunggulan atau
prestasi yang ditargetkan.
b. Strategi Konserpatif, dilakukan dengan membuat programprogram dan mengatur langkah-langkah atau tindakan (action) dengan
cara yang sangat berhati-hati disesuaikan dengan kebiasaan yang
berlaku.
c. Strategi Difensif, dilakukan dengan membuat programprogram dan mengatur langkah-langkah atau tindakan (action) untuk
mempertahankan kondisi keunggulan atau prestasi yang sudah dicapai.
d. Strategi Inovatif, dilakukan dengan membuat programprogram dan mengatur langkah-langkah atau tindakan (action) agar
organisasi non-profit selalu tampil sebagai pelopor pembaharuan dalam
bidang pemerintahan khususnya di bidang tugas pokok masing-masing,
sebagai keunggulan atau prestasi.

e. Strategi Preventif, dilakukan dengan membuat programprogram dan mengatur langkah-langkah atau tindakan (action) untuk
mengoreksi dan memperbaiki kekeliruan, baik yang dilakukan oleh
organisasi sendiri maupun yang diperintahkan organisasi atasan.
f. Strategi Ofensif, dalam program-program dan mengatur
langkah-langkah atau tindakan (action) selalu berusaha memanfaatkan
semua dan setiap peluang, baik sesuai maupun tidak sesuai dengan
pengarahan, petunjuk, pedoman, peraturan dari organisasi atasan, bahkan
dengan perundang-undangan yang berlaku bagi semua organisasiorganisasi non-profit bidang pemerintahan.
g. Strategi Kontijensi, dilakukan dengan membuat programprogram dan mengatur langkah-langkah atau tindakan (action) sebagai
pemecahan

masalah,

dengan

memilih

alternatif

yang

paling

menguntungkan atau terbaik di antara berbagai alternatif sesuai dengan
petunjuk, pengarahan, dan pedoman dari organisasi atasan bahkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
h. Strategi Pasif, dilakukan dengan membuat program-program
dan mengatur langkah-langkah atau tindakan (action) mengikuti
perintah, petunjuk, pengarahan, pedoman dan perundang-undangan yang
berlaku dan lebih dominan pada pelaksanaan pekerjaan rutin yang sudah
berlangsung lancar.
Tipe dan jenis-jenis strategi menurut Rangkuti (2007, h.6), pada
prinsipnya strategi dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu
pertama, strategi manajemen yang meliputi strategi yang dapat dilakukan
oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro,
misalnya strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga,
strategi akusisi dan strategi pengembangan pasar. Kedua, strategi bisnis
yang sering juga disebut strategi bisnis fungsional karena strategi ini
berorientasi pada fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi
pemasaran, strategi produksi, strategi distribusi atau strategi-strategi
yang berhubungan dengan keuangan. Maka dari itu, strategi diperlukan

ketika membangun sebuah perencanaan dengan membangun tujuantujuan yang hendak dicapai sehingga menigkatkan dan mengembangkan
unit bisnis yang dijalankan.
2.1.2

Implementasi Strategi
Menurut Riyadi-Bratakusumah (2004) Bruton dan Hildreth
(2000), menyatakan: “the origins of strategic planning can be traced to
military organizations. In a war an army must determine its strengths
and weakness.. from this information it then determines its advantages
over its and thus at what poin to attack that adversary.” Sebuah
perencanaan yang dibuat akan mempengaruhi bagaimana organisasi itu
berjalan. Dengan adanya implementasi, maka suatu strategi tidak
mempunyai arti apa-apa. Implementasi strategi merupakan satu proses
tersendiri dan sering tidak dipandang sebagai bagian integral dari
pengambilan ke-putusan.
Implementasi adalah operasionalisasi dari berbagai aktivitas guna
mencapai suatu sasaran tertentu. Higgins (dalam, Salusu 1996, h.409),
menyatakan bahwa implementasi adalah rangkuman dari berbagai
kegiatan yang didalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber
daya lain untuk mencapai sasaran dari strategi. Kegiatan implementasi
strategi disini berarti bahwa bentuk kegiatan yang dilakukan selama
berproses untuk mencapai tujuan. Kegiatan tersebut menyetuh semua
jajaran manajemen mulai manajemen puncak sampai pada karyawan lini
paling bawah. Alexander (dalam, Salusa 1996, h.431) mengungkapkan,
beberapa masalah yang sering dijumpai dalam melaksanakan suatu
strategi:
a. Jangka waktu pelaksanaan.
Jangka waktu pelaksanaan ternyata jauh lebih lama daripada yang
direncanakan karena timbulnya banyak masalah baru yang tidak
diantisipasi, tidak diprediksi sebelumnya. Sementara itu, selama kegiatan
implementasi berlangsung, koordinasi tidak berjalan secara efektif,

apalagi banyak karyawan yang tidak me-miliki ketrampilan yang
memadai untuk melaksanakan kewajiaban.
b. Pelaksanaan analisis SWOT.
Saat analisis SWOT dilakukan, masalah yang berkaitan dengan
faktor

eksternal

telah

banyak

dibicarakan.

Namun

pada

saat

pelaksanaannya, faktor-faktor itu banyak sekali dilupakan dan kurang
terkontrol. Akibatnya adalah aktivitas organisasi kadang-kadang
terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal yang tidak terkendali itu
sehingga hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan.
c. Kualitas kepemimpinan.
Kualitas kepemimpinan yang kurang memadai, pengarahan dari
para pimpinan unit bisnis yang sering kali kurang tepat juga, semuanya
merupakan sumber rintangan dalam mensukses implementasi strategi.
Instruksi-instruksi kepada karyawan bawah sangat tidak mencukupi dan
bahkan pelatihan yang disyaratkan jarang dilakukan. Cara penyampaian
yang dilakukan oleh pihak atasan menentukan kinerja para bawahan.
Sehingga pemimpin yang kurang memiliki pengalaman dan kualitas
memimpin yang buruk akan berdampak pada kinerja jajaran bawah yang
bekerja secara tidak maksimal.
Hal ini melemahkan posisi karyawan terdepan karena ada
interpretasi ter-hadap tugas yang harus diemban sering berbeda dari yang
sebenar-nya. Selain itu, monitoring atas pelaksanaan tugas sangat lemah.
Dari keseluruhan penjelasan komponen-komponen implementasi strategi
di atas yang lebih penting adalah kemauan politik dari pimpinan puncak
atau manajemen puncak dalam mengelola organisasi. Thompson dan
Strickland (dalam, Salusu 1996, h.436), mengungkapkan bahwa: ”Kunci
sukses implementasi strategi adalah menyatukan organisasi secara total
untuk mendukung strategi dan melihat apakah setiap tugas administratif
dan aktivitas dilakukan menurut cara yang memadukan secara tepat
semua persyaratan sehingga pelaksanaan dari strategi itu dapat
dinikmati”.

2.1.3

Pengendalian Implementasi Strategi
Perencanaan yang telah dibuat, dilakukan oleh para anggota unit
bisnis, selama berjalannya sebuah kinerja dalam unit bisnis tersebut tentu
akan dampak yang dihasilkan dari kegiatan perencanaan bisnis tersebut.
Dari hal ini maka perlu adanya evaluasi kerja untuk mengawasi kinerja
dan menjaga kestabilan rencana yang telah dibuat dan meminimalisir
adanya kegagalan dari pencapaian tujuan. Dari hasil-hasil evaluasi
inidapat dilakukan perbaikan terhadap peren-canaan selanjutnya atau
penyesuain akan dilakukan (pelaksanaan) perencanaan itu sendiri
(Tjokroamidjoo, 1987, h.57-60). Evaluasi ini membantu kegiatan
pengawasan, dalam hal ini dilakukan suatu evaluasi tentang situasi sebelum rencana dimulai dan evaluasi tentang pelaksanaan rencana
sebelumnya.
Dalam pengembangan konsep strategi, pengendalian strategi
adalah merupakan bagian akhir dalam siklus manajemen strategik.
Tujuan sistem pengendalian strategi adalah untuk memonitor dan
mengevaluasi kemajuan

pencapaian sasaran-sasaran strategik.area

kegiatan organisasi terdiri dari individu-individu dan sub unit
perusahaan, yang semuanya mempunyai persepsi yang berbeda-beda
dengan apa yang harus dilakukan untuk pencapaian tujuan unit, pribadi,
dan organisasi. Agar pelaksanaan kerja dapat dilakukan dengan tepat,
maka

implementasi

strategi

yang

efektif

membutuhkan

sistem

pengendalian yang mampu memonitor, mengevaluasi, dan pada akhirnya
menyesuaikan pelaksanaan dengan kondisi yang dihadapi.
Partomo

dan

Soedjoedono

(2002)

berpendapat,

pada

kenyataannya UKM memiliki kendala-kendala dalam mem-per-tahankan
dan pengembangan usaha (bisnis), antara lain kurangnya pengetahuan
penge-lolaan usaha, kurang modal, dan lemah di bidang pemasaran.
Untuk mengatasinya UKM harus memiliki strategi bisnis yang tepat
yang perlu diambil, diantaranya adalah:

(1) Untuk dapat mengembangkan UKM perlu dipelajari terlebih dahulu
ten-tang ciri-ciri kelemahan serta potensi-potensi yang tersedia serta
perundang-undangan.
(2) Diperlukan

bantuan manajerial

agar tumbuh inovasi-inovasi

mengelola UKM berdampingan dengan usaha-usaha besar.
(3) Secara vertikal dalam sistem gugus usaha, UKM bisa menjadikan
diri

komplemen-komplemen

usaha

bagi

industri

perusahaan

produsen utama. Maka diperlukan suatu strategi UKM menjalin
kerja komplementer dengan usaha-usaha besar
Melakukan pengendalian secara efektif merupakan hal yang
sangat penting mengingat bahwa kendala-kendala yang dihadapi oleh
UMKM sendiri perlu diminimalkan. Kontrol atau pengendalian yan
efektif memainkan peranan yang vital untuk mewujudkan apa yang telah
direncanakan oleh sekasama oleh manajer. (James AF. Stoner, h.315).
menurut James bahwa pengendalian yang efektif adalah perlu adanya
kesinambungan antara informasi yang akurat, tepat waktu, dan lengkap.
2.1.4

Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Dalam perekonomian Indonesia UMKM merupakan kelompok
usaha yang memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan terhadap
berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Kriteria usaha yang
termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam
payung hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa
kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Menurut Rahmana (2008), beberapa lembaga atau instansi
bahkan memberikan definisi tersendiri pada Usaha Kecil Menengah
(UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS),
Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni

1994. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya.
Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha
Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang
mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu,
Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara
Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp
200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan
bangunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM
berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha
yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha
menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d.
99

orang.

Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Keuangan

Nomor

316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan
sebagai

perorangan

atau

badan

usaha

yang

telah

melakukan

kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggitingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggitingginya Rp
600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1)
badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan
(pengrajin/industri rumah 7 tangga, petani, peternak, nelayan, perambah
hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).
Menurut

Gaedeke

dan

Tootelian

(dalam,

Partomo

dan

Soedjoedono (2002), UKM memiliki 4 karakteristik, yaitu: (1)
kepemilikan, (2) operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan
pemodal, (3) wilayah operasinya terbatas pada lingkungan sekitarnya,
meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya, dan (4) ukuran

dari perusahaan dalam industri bersangkutan lebih kecil dibandingkan
dengan perusahaan lainnya dalam bidang usaha yang sama.
a) Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) menurut
UU Nomor 20 Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah aset dan
omset yang dimiliki oleh sebuah usaha.
Tabel 2.1. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

No
1
2
3

Usaha

Kriteria

Asset
Omzet
Mikro
Maks. 50juta
Mkas. 300juta
Kecil >50juta -500juta >300 juta - 2,5 M
Menengah >500juta - 10 M >2,5 M - 50M

Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2012

a. Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Berdasar Perkembangan,
selain

berdasar

Undang-undang

tersebut,

dari

sudut

pandang

perkembangannya Rahmana (2008) mengelompokkan UMKM dalam beberapa
kriteria, yaitu:
1) Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang
digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih
umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki
lima.
2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki
sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3) Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan
subkontrak dan ekspor
4) Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi
menjadi Usaha Besar (UB).

Kriteria diperlukan untuk mengidentifikasi UMKM tersebut
masuk dalam kriteria yang mana. Sehingga dapat dilakukan identifikasi
serta analisis terhadap UMKM yang diteliti.
2.1.5

Konsep Perusahaan
Istilah perusahaan untuk pertama kalinya terdapat di dalam pasal
6 KUH Dagang yang mengatur mengenai penyelenggaran pencatatan
yang wajib dilakukan oleh setiap orang menjalankan perusahaan.
Menurut Molengraaff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindak ke luar untuk memperoleh
penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang
atau mengadakan perjanjian perdagangan. Suatu usaha untuk dapat
dimasukkan

dalam

pengertian

perusahaan

harus

mengadakan

pembukuan, yaitu perhitungan mengenai laba dan rugi.
Kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
menghasilkan produk kemudian menjualnya sehingga ada pendapatan
yang didapat dan digunakan untuk melakukan kegiatan produksi kembali.
2.1.6

Pasar Bebas Asean dan ACFTA (Asean Free Trade Area)
Pasar bebas Asean akan diberlakukan pada tahun 2015. Hal ini
menjadikan pemerintah Indonesia terus meningkatkan berbagai strategi
untuk menghadapinya. Demikian juga, sejak disepakatinya perjanjian
perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) yang mulai diberlakukan
pada 1 Januari 2010 mengharuskan pemerintah Indonesia. Pertama,
apakah pemerintah Indonesia untuk melakukan sosialisasi terhadap
publik mengenai kesepakatan ACFTA. Disamping itu pemerintah
Indonesia diharapkan memiliki strategi besar untuk menghadapi ACFTA.
Terkait dengan persepsi publik terhadap kesepakatan ACFTA.
Sosialisasi penting untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan
pemerintah Indonesia sebelum ACFTA diberlakukan. Dalam surveinya,
LSI mengajukan beberapa pertanyaan terhadap publik menyangkut

ACFTA. Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa hanya sebagian kecil
saja publik Indonesia yang mengetahui atau pernah mendengar
kesepakatan/perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China yang mulai
berlaku pada 1 Januari 2010, terdapat 26,7 persen publik yang pernah
mendengar mengenai kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China.
Dari mereka yang pernah mendengar mengenai kesepakatan perdagangan
bebas ASEAN-China, mayoritas publik (51,9 persen) mengatakan tidak
setuju dengan kesepakatan perdagangan bebas.
Ternyata temuan survei LSI tersebut menunjukkan bahwa publik
cenderung mempersepsikan berlakunya ACFTA secara negatif. Publik
menilai adanya perdagangan bebas ASEAN-China justru dapat
membahayakan pasar dalam negeri dan ini jelas dapat merugikan neraca
perdagangan Indonesia. Artinya China yang justru diuntungkan dengan
adanya perdagangan bebas dan bukan Indonesia. Hal penting berikutnya
terkait dengan kesiapan atau strategi besar pemerintah Indonesia
menghadapi ACFTA. Dalam hal ini tampak bahwa pemerintah Indonesia
sama sekali tidak mempersiapkan dirinya secara matang. Sebagaimana
diakui oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat yang mengatakan bahwa
pemerintah tidak mempunyai strategi besar dalam menghadapi
Kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA).
Dalam kegiatan pasar bebas ini tentunya akan memberikan
dampak dalam persiangan dan adanya produk-produk yang dapat
meningkatkan inovasi.
2.1.7

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini dijadikan peneliti sebagai acuan dalam
melakukan penelitian sehingga dapat memperkaya teori yang diguankan
dalam mengkaji penelitian yang diajukan. Peneliti terdahulu juga dapat
dijadikan pembanding dalam menyusun penelitiannya. Tinjauan pustaka
harus mengemukakan hasil penelitian yang meliputi teori, konsepkonsep, analisa, kesimpulan, kelemahan, dan keunggulan pendekatan

yang dilakukan orang lain. Peneliti telah menganalisis penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan bahasan di dalam penelitian ini. Berikut
merupakan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti
Sudaryanto
Ragimun
Rahma Rina
Wijayanti

Tahun Judul Penelitian
2011
Strategi
Pemberdayaan
UMKM
Menghadapi Pasar
Bebas Asean

Widodo

2009

Pengembangan
Implementasi
Strategi
(Penelitian atas
Pola Kerja Cerdas
dan Koordinasi
untuk
Meningkatkan
Kinerja Organisasi

Hasil Pnelitian
Strategi untuk mengembangkan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) di Indonesia tidak terlepas
dari dukungan perbankan dalam
penyaluran kredit dan untuk dalam
menghadapi pesaing di lingkup
ASEAN maka UMKM perlu
mendapatkan informasi dengan
mudah dan cepat, baik informasi
mengenai pasar produksi maupun
pasar faktor produksi untuk
memperluas jaringan pemasaran
produk yang dihasilkan oleh
UMKM. Aplikasi teknologi
informasi pada usaha mikro, kecil
dan menengah akan mempermudah
UMKM dalam memperluas pasar
baik di dalam negeri maupun pasar
luar negeri dengan efisien.
Meningkatkan koordinasi yang
konsekuensinya berpengaruh pada
pola kerja cerdas, sehingga pola
kerja cerdas dapat memicu
peningkatan kinerja organisasi. Oleh
karena itu kebijakan manajerial yang
berkaitan dengan koordinasi adalah
berbagai unit organisasi makin
saling tergantung atau memperbesar
ukuran dan memperluas fungsinya.
Maka makin banyak informasi yang
diperlukan organisasi untuk
mencapai tujuannya, sehingga
potensi untuk mengkoordinasi juga
harus ditingkatkan melalui
komunikasi dua arah yang
mencakup vertikal dan lateral. Hal

Lianda
Subekti, Agus
Suryono,
Minto Hadi

2013

Ariem Tsulus
Saiful
Mukmin,
Agus
Suryono,
Abdullah Said

2013

2.1.8

Implementasi
Strategi Pembinaan
dan Pengembangan
Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah
(Studi pada Dinas
Koperasi dan UKM
Kota Malang)
Implementasi
Rencana Strategi
Pemerintah Dalam
Pengembangan
Usaha Batik Tulis
Tenun Gedog.
(Studi Di Dinas
Perekonomian Dan
Pariwisata
Kabupaten Tuban
Dan Di Usaha Batik
Tulis Tenun Gedog
Di Desa
Kedungrejo
Kecamatan Kerek
Kabupaten Tuban)

tersebut akan meningkatkan kerja
sama, eksploitasi peluang serta
pemahaman tujuan organisasi yang
saling dimengerti.
implementasi strategi pembinaan
dan pengembangan koperasi dan
UKM di Kota Malang belum dapat
berjalan dengan baik.

Adanya implementasi rencana
strategis dari berbagai bidang;
bidang perdagangan, perindustrian.
Melaksanakan strategi
pengembangan pasar dengan
beebrapa kegiatan yang dilakukan
seperti menerima pesanan dari
pelanggan.
Dalam penelitian ini juga ditemukan
faktor pendorong dan penghambat
dilakukannya implementasi
strategis.

Kerangka Pemikiran
Implementasi dari rencana perlu diatur sehingga menjadi strategis
sehingga mampu meningkatkan usaha yang dijalankan. Rencana dari
berbagai aspek akan memberikan semua yang dilakukan menjadi teratur
mencapai tujuan. Pada UD. Jaya Abadi Furniture, masih melakukan
rencana yang belum strategis dilihat dari kondisi usaha saat ini. Jika
dilihat dari aspek keuangan, usaha ini menggunakan laporan keuangan
yang sangat sederhana, aspek produksi masih menggunakan alat yang
sederhana bahkan ada yang dilakukan secara maual sehingga
membutuhkan waktu yang lama. Kemudian dari aspek pemasaran,
pemilik usaha ini kurang faham akan keunggulan tekhnologi sekarang

sehingga pemasaran secara online masih dilakukan oleh pihak ketiga
yang menjual harga tiga kali lebih besar dari pemilik UD. Jaya Abadi
Furniture.
Dari uraian diatas, maka akan diketahui faktor apa yang menjadi
hambatan usaha UD. Jaya Abadi untuk berkembang dan bagaimana
seharusnya rencana tersebut dirancang strategis. Kegiatan yang dilakukan
peneliti dalam tahap observasi dan implementasi kinerja dari berbagai
aspek usaha ini yang berkaitan dengan pengumpulan dokumen tertulis
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Secara garis besar kerangka
pemikiran peneliti dapat digambarkan sebagai berikut.

UMKM UD. Jaya Abadi
Furniture

Kondisi UMKM UD. Jaya
Abadi Furniture

Identifikasi aktivitas
UMKM UD. Jaya Abadi
Furniture

Implementasi Rencana
Strategi
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
3.1.1

Pendekatan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan
penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, tipe penelitian yang sesuai
dengan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menurut Moleong
(2013:6) merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara
deskriptif, pada suatu konsep khusus yang alami dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah. Menurut Arikunto (2006:12)
penelitian kualitatif bersifat naturalistik dengan menunjukkan bahwa
pelaksanaan penelitian terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi
normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah di mana peneliti
adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
gabungan dan hasil penelitian ini lebih ditekankan pada makna.
Penelitian kualitatif tidak dipandu olrh teori dalam pengumpulan data.
Metode ini digunakan untuk mendapat data yang mendalam.

3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Usaha Kecil da Menengah
UD. Jaya Abadai Furnitue yang beralamatkan di Jl. Tembus Paowan,
Kecamatan

Panarukan,

Kabupaten

Situbondo.

Waktu

penelitian

dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2016 yang meliputi tahap
perancangan dan implementasi rencana strategi. Alasan peneliti memilih
UMKM tersebut adalah:

a) UD. Jaya Abadi Furniture memiliki omset penjualan yang
menjanjiakan yaitu sampai Rp 100.000.000,- per bulan dan jika
menerapkan implementasi yang strategis maka akan mampu
mengembangkan usaha tersebut.
b) UD. Jaya Abadi Furniture telah melakukan pengiriman produk
pesanan ke berbagai daerah lokal di seperti Yogyakarta, Bali, dan
Solo. Serta melakuakn ekspor ke negara Jepang melalui pihak ketiga
di Bali.
c) UD. Jaya Abadi Furniture memiliki kemauan besar untuk
meningkatkan usaha ekspornya dengan ditangani sendiri namun
masih minim pengetahuan tekhnologi sehingga peneitian ini mampu
memberikan dorongan agar mampu mengimplementasikan rencana
strategis.
3.3 Situasi Sosial
Lokasi Penelitian merupakan tempat di mana peneliti melakukan
penelitian yang berkaitan dengan topik penelitiannya. Lokasi penelitian
ditentukan

oleh

keianginan

peneliti

untuk

meneliti

mengenai

implementasi rencana strategis dalam mengahdapi era Pasar Bebas
ASEAN dan ACFTA. UUD. Jaya Abadi Furniture merupaka UMKM yag
bergerak di bidang furniture. Usaha ini didirikan oleh Bapak Muhammad
Hafifi yang berada di Panarukan, Situbondo. Aktivitas yang terjadi
adalah aktivitas produksi barang setengah jadi untuk furniture berbahan
baku dari akar kayu jati.
Dalam penelitian kualitatif peran informan sangat penting karena
informan merupakan penyedia informasi yang diperlukan peneliti dalam
melakukan penelitian. Menurut Moleong (2012:286) informan adalah
seseorang ayg dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi
dan kondisi latar penelitian. peneliti memilih pemilik usaha karena
pemilik memiliki tanggungjawab atas kegiatan operasional usahanya.
Key informan ditunjuk peneliti karena memiliki wewenang terkait

operasional pada usaha, agar memperoleh informasi yang sesuai dalam
penelitian ini. Key informan dalam penelitian ini adalah:
nama

: Bapak M. Hafifi

jabatan

: Pemilik UD. Jaya Abadi Furniture

topik wawanara

:Operasional perusahaan mulai dari rencana

perusahaan, pembukuan, produksi, dan pemasaran
3.4 Teknik dan Alat Perolehan Data
Tenik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan:
a. Observasi
Menurut nasution (dalam Sugiyono, 2016:64), observasi adalah dasar
dari semua ilmu pengetahuan. Peneliti dalam pengumpulan data
menyatakan terus terang kepaa sumber data. Bahwa peneliti sedang
melakukan penelitian dan terlibat langsung dengan orang-orang yang
diteliti.
b. Wawancara
Moleong (2012:186) wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua belah pihak yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Alasan peneliti dalam
melakukan wawancara adalah untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih mendalam terhadap informan dan informasi yang di dapar
lebih terbuka dan meluas terkait dengan tema penelitian yaitu
implementasi rencana yang strategi dalam menghadapi era pasar
ASEAN.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan berupa gambar dan bukti rekaman
percakapan dari hasil wawancara terkait dengan kegiatan operasional.

Jenis data yang dibutuhkan dalam penunjang penelitian ini yaitu data
kualitatif

berupa

penjelasan

yang

berhubungan

dengan

keadaan

perusahaan dan faktor pendukung dalam lingkungan dan tiak berbentuk
angka. Dalam penelitian ini, data kualitatif yang diperlukan adalah:
a. Gambaran umum UMKM UD. Jaya Abadi Furniture
b. Jenis-jenis produk yang dihasilkan UMKM UD. Jaya Abadi
Furniture.
Dari jenis data yang sudah dijelaskan sebelumnya, peneliti
memperolehnya melalui sumber data primer yang menurut sugiyono
(2012:137) sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari penelitian ini
langsung didapat dari perusahaan berupa kegiatan wawancara dan
observasi.

BAB 4. PEMBAHASAN
4.1

Implementasi Rencana keuangan UMKM UD. Jaya Abadi Furniture
Implementasi rencana strategis dalam sebuah unit Usaha Mikro Kecil dan

Menengah merupakan hal yang perlu dilakukan, mengingat bahwa rencana merupakan
hal-hal yang dibuat untuk melakukan segala sesuatu kedepannya. Dalam hal ini,
perencanaan strategis memliki beberapa komponen terkait kesuksesan yang dapat
dicapai. Hal tersebut mencakup: 1) Hasil Penelitian Mokwa. M. P dan Noble. C. H (!
999) menyatakan bahwa kesuksesan implementasi strategi mencakup faktor – faktor;
komitmen organisasi, involment, role performance, dan role autonomy. Hasil penelitian
menunjukkan komitmen organisasi tidak berpengaruh pada kesuksesan implementasi
strategi. Hal ini bertentangan dengan penelitian Johnson et al. (1999); Deery.S.J dan
Deery and Iverson. (2005) bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh dan
kinerja organisasi. Hasil studi Michallisin et al (1997). Gobel, DJ (2004) studi berkaitan
dengan implementasi strategi menyimpulkan bahwa kualitas komunikasi berpengaruh
terhadap kinerja organisasi. Namun demikian studi Menon et al (1999) kualitas
komunikasi tidak berpengaruh pada kinerja.
Dalam usaha UD. Jaya Abadi Furniture memiliki usaha yang bergerak pada
bidang furniture berbahan dasar akar kayu jati. Usaha ini terbangun sejak tahun 2012.
Awal didirikannya usaha ini karena sebelumnya pemilik usaha yaitu Bpk M. Hafifi
membuka usaha kerajinan kerang laut. Namun usahanya ini bangkrut dikarenakan
banyak pesaing yang juga berada di daerah Panarukan. Akhirnya beliau mencoba
membuka usaha baru yaitu bidang furniture yang pada saat itu belum banyak pesaing.
Modal awal usaha ini yaitu melakukan pinjaman pada orang kaya (rentenir). Tempat
usaha yang dijadikan rumah produksi adalah rumah dari kakaknya kemudian Bpk
M.Hafifi memilih untuk menyewa tanah sendiri sampai sekarang. Rencana kedepan
yang akan dilakukannya adalah memiliki hak milik atas tanah yang disewanya sekarang.
Maka dari itu, perlu adanya peningkatan penjualan atas produk yang dihasilkan
sehingga mampu meningkatkan pendapatannya.

Dalam hal ini, keuangan diatur dalam sistem keuangan yang sederhana
menggunakan sistem manual yaitu pencatatan sederhana. Padahal untuk mengatur
keuangan yang baik maka perlu dibuat sistem yang baik juga. Menurut Agus Harjito
dan Martono (2010:4), manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola
aset sesuai tujuan perusahaan secara keseluruhan. UD. Jaya Abadi disini masih
menggunakan sistem keuangan yang sederhana, hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara peneliti dengan pemilik usaha.
Berdasarkan kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah menurut UU Nomor 20
Tahun 2008, asset yang dimiliki tidak lebih dari Rp 50.000.000,- dilihat dari tanah yang
dimiliki masih sewa dibayar per tahun sebesar Rp 30.000.000,- per tahunnya dan rumah
yang ditempati adalah rumah milik sendiri, sedangkan omset yang di dapat tidak lebih
dari Rp 300.000.000,- maka UD. Jaya Abadi Furniture ini masuk dalam kriteria usaha
mikro. Total pendapatan yang diperoleh setiap bulannya sampai Rp 100.000.000.namun pendapatan ini tidak menentu dikarenakan untuk usaha ini terbilang musiman.
Pekerjaan yang bergantung pada pesanan ini, mempengaruhi sistem upah yang
diberikan kepada karyawan. Upah karyawan yang diberikan berdasarkan upah harian
dan banyaknya pesanan yang dibuat. Setiap karyawan mendapaya upah yang berbeda
yaitu bergantung pada departemen yang dilakukan oleh karyawan dari barang yang
dihasilkan, upah karyawan tukang serkel berbeda dengan tukang pada departemen
penghalusan dan dihitung dari banyaknya produk yang dihasilkan.
4.2

Implementasi Rencana Produksi UMKM UD. Jaya Abadi Furniture
Kegiatan produksi barang furniture setengah jadi dalam unit bisnis ini dilakukan

setiap hari selama ada pesanan oleh 20 pekerja aktif yang berada di tempat yang
berbeda. Hal ini dikarenakan untuk produksi membutuhkan waktu yang lama. Kegiatan
Mulai dari pengambilan bahan baku yang tidak hanya diambil di daaerah Situbondo,
namun juga bahan baku diambil di daerah Jember. Mengingat tumbuhan jati yang hanya
tumbuh musiman yaitu pada musim kemarau maka akar jati yang didapat juga terbilang
susah. Dari 20 karyawan yang aktif, yang berada di rumah produksi bertempat dirumah
Bpk M. Hafifi yaitu 5 sampai 10 orang yang terdiri dari tukang serkel sebanyak 2 orang,

6-8 orang untuk menghaluskan. Sisanya berada dirumah masing-masing yaitu pemotong
kayu yang biasanya di daerah lereng Gunung Agung, dusun Kukusan Kecamatan
Klatakan, Situbondo.
Kegiatan produksi yang dilakukan membutuhkan waktu sekitar sebulan untuk
pesanan sekitar satu truck besar. Pesanan tersebut banyak dikirim ke daerah Solo,
Yogyakarta, dan Bali hingga ekspor Jepang. Produk yang dihasilkan bisanya adalah
produk setengah jadi yang belum di finishing. Tetapi jika ada pesanan untuk di finishing
juga dilayani. Pesanan yang palin banyak diminati adalah produk kursi per item dan
selanjutnya kursi per set. Untuk menghasilkan 1 buah kursi, membutuhkan 3-4 buah
akar jati. Kemudian untuk meja, memerlukan 4-6 akar jati ukuran besar. Dalam satu hari
produksi bisa menghasilkan smapai 30 unit kursi dan seminggu bisa menghasilkan satu
truckuPemilik memilih akar jati untuk dijadikan bahan baku dikarenakan akar jati
merupakan bagian terkuat dari pohon jati. Jadi tidak heran jika produk yangn dihasilkan
bobotnya sekitar 5kg untuk satu kursi. Alat yang digunakan masih sangat sederhana
yaitu alat serkel dan menggunakan jasa manusia secara manual seperti pemotongan
kayu, penghalusan dengan ampelas.
Hasil produksi setengan jadi tersebut dikirim ke berbagai daerah dengan
menggunakan truck dan di finishing di daerah yang di kirim.
Gambar 4.1 Alat Produksi, mesin serkel.

Gambar 4.2 Kursi

Gambar 4.3 Satu set Furniture

4.3

Implementasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai

dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah
No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Dalam
penyelenggaraan sebuah unit usaha, tentunya perlu diperhatikan terkait dengan dampak
usaha yang dibuat terhadap lingkungannya. Limbah yang dihasilkan dari sebuah usaha
perlu diolah sehingga tidak dibiarkan dan menggangu kelangsungan lingkungannya.
Dari usaha UD. Jaya Abadi Furniture ini belum ada analisis terhadap lingkungannya,
dari usaha ini dihasilkan ampas dari kayu jati. Ampas ini dibiarkan menggunung dan
tidak diolah. Rencana kedepannya, pemilik akan mengolah ampas tersebut menjadi
kerajinan yang digunakan sebagai bahan pelengkap furniturenya tetapi masih kurangnya
tenaga dan pemesanan untuk membuat produk dengan ampas tersebut sehingga ampas
itu belum diolah secara maksimal. Selain itu, penggunaan bahan baku kayu jati belum
ada kegiatan untuk mengurangi dampak berkurangnya pohon jati. Hanya saja, pihak
perusahaan membeli dari daerah yang memang menanam pohon jati secara dan
melestarikannya. Namun dari pihak perusahaan sendiri masih belum memiliki rencana
untuk melestarikan keberadaan kayu jati tersebut. tentunya hal ini perlu dilakukan untuk
menjaga kelestarian alam dan mempertahankan keberadaan populasi tumbuhan jati
sehingga mampu mempertahankan bisnis yang dijalankan.
4.4

Implementasi Rencana Pemasaran UMKM UD. Jaya Abadi Furniture
Pemasaran adalah hal paling utama dari kegiatan usaha bisnis. Dalam

melakukan kegiatan pemasaran, perlu mengetahui pasar mana yang akan dituju.
Informasi terkait dngan siapa dan dimana adalah hal penting bagi dunia pemasaran.
Pada UD. Jaya Abadi ini pasar yang dituju kepada masyarakt golongan menengah
keatas. Hal ini dibuktikan dengan harga satu kursi setengah jadi tersebut antara Rp
200.000,- sampai Rp 300.000,- dan dikirim ke Solo. Yogyakrta, dan Bali hingga Jepang.
Kegiatan ekspor yang dilakukan merupakan kendala yang menghambat berkembangnya

UMKM ini, yaitu kegiatan ekspor tersebut tidak dilakukan secara pribadi melainkan
dilakukan oleh pihak ketiga dan harga yang dijual tiga kali lipat lebih besar. Dalam
kegiatan promosi yang dilakukan masih menggunakan penjualan via online namun pada
media sosial whatsup saja. Pengakuan Bpk M. Hafifi adalah beliau belum tahu cara
menggunakan media sosial lain seperti facebook, dll sehingga agak kesusahan dalam
memasarkan produknya. Padahal, pihak ketiga khususnya di daerah Bali menjualkan
produknya melalui facebook dengan harga tiga kali lebih besar dari penjualan Bpk M.
Hafifi. Hal ini merupakan penghambat dari berkembangnya usaha milik beliau
mengingat kedepannya, ada rencana untuk membuka outlet di depan rumahnya namun
terhambat oleh modal.
Akses informasi sangat diperlukan untuk memperluas jaringan pasar,
pengiriman ke Bali hingga ekspor ke Jepang merupakan peluang pasar yang sudah
mampu menghadapai era Pasar Bebas ASEAN dan ACFTA namun kenyataannya
kegiatan ini masih belum dilakukan secara pribadi. Dengan adanya pasar bebas ASEAN
semakin membuka area pasar dan persaingan yang semakin kompetitif. Dengan ini
maka pelaku UMKM perlu untuk akses cepat dan mudah yang nantinya dapat
mengetahui informasi prosuk terkini dari pesaing dan menyesuaikna dengan
perkembangan jaman modern terkait dengan inovasi produk, promosi yang semakin
luas, informasi tekhnologi semakin canggih tentunya hal-hal tersebut memberika
dampak bagi usaha ini untuk lebih maju. Kegiatan ekspor bahkan tidak hanya dikirim ke
Jepang bahkan dapat dipromosikan ke negara lain di ASEAN dengan lebih mudah. Era
pasar bebas ini membuka akses bagi semua bidang usaha untuk memperluas usahanya.
Dengan demikin persaingan tidak