Pengertian Teknologi Produksi Tanaman Ho

Nama :
NIM :
Kelas :
Mata Kuliah :

Anatasia
125040200111140
E
Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura

Status Produksi Hortikultura Indonesia
Saat ini untuk sektor pertanian, peluang ekspor coklat sangat tinggi. Hal ini dikarenakan
coklat sangat diperluakan oleh banyak orang dan coklat semua orang pun menyukainya. Selain
itu Pantai Gading (Afrika) sebagai pengekspor tertinggi untuk coklat sedang mengalami konflik
sehingga negara tersebut tidak mengekspor sama sekali coklatnya. Dengan demikian kita dapat
memanfaatkan peluang ini. Saat ini Indonesia telah ratifikasi Internasional Cocoa
Agreement/ICA 2010 yang tinggal selangkah lagi Indonesia bisa bergabung dengan ICCO
( International Cocoa Organization ). Di tingkat dunia Indonesia merupakan negara produsen
kakao ketiga terbesar menurut ICCO.
Selain ekspor coklat/kokoa kita tetap dapat memanfaat kan peluang pada kelapa sawit
yang masih mendominasi untuk pertanian. Kelapa sawit mengalami perkembangannya yaitu

Indonesia menjadi negara produsen kedua saat ini. untuk menjadi produsen pertama kita harus
dapat memanfaatkan peluang yang ada serta merencanakan ide-ide untuk mengembangkan
ekspor kelapa sawit ke dunia Internasional.
Selain itu kita dapat manfaatkan peluang untuk sayur-sayuran serta buah-buahan dari
organik. Tidak hanya dicari banyak oleh orang-orang. Bahan organik sangat dibutuhkan untuk
kesehatan, selain itu lebih awet dibandingkan dengan sayur-sayuran ataupun buah-buahan non
organik. Oleh karena itu hal ini dapat dijadikan sebagai peluang ekspor pertanian untuk buahbuahan serta sayur-sayuran organik. Indonesia sangat berpeluang untuk menghasilkan sayursayuran serta buah-buahan organik, karena Indonesia masih memiliki sumber daya alam yang
sangat banyak. Selain itu Indonesia masih memiliki lahan untuk dapat membudidayakan buahbuahan serta sayur-sayuran organik. Di daerah Puncak (Bogor) misalnya kita dapat
membudidayakan produk-produk organik karena selain lahan masih ada udara di sana masih
sangat sejuk dan sedikit polusinya.
Tanaman hortikultura juga bisa menjadi peluang ekspor yang salah satu contoh tanaman
hortikultura adalah jeruk. Jeruk merupakan komoditas buah yang cukup menguntungkan untuk
diusahakan. Agribisnis jeruk, jika diusahakan dengan sungguh-sungguh terbukti mampu
meningkatkan kesejahteraan petani, dan dapat menumbuh-kembangkan perekonomian regional
serta peningkatan pendapatan nasional. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, yang relatif
masih tinggi dan peningkatan kesadaran akan gizi masyarakat, maka diperkirakan kebutuhan
buah jeruk nasional pada tahun 2015 untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam negeri,
mencapai 2.906.659 ton atau sekitar 1,5 kali dari produksi nasional tahun 2010. Peningkatan
produksi jeruk nasional dapat ditingkatkan dengan pengembangan areal baru dan peningkatan
produktivitas dan kualitas kebun jeruk [12].


Tanaman jeruk tersebar di seluruh Indonesia, dengan sentra produksi utama terdapat di
propinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan. Sekitar 70-80% jenis jeruk yang dikembangkan petani masih merupakan jeruk siam,
sedangkan jenis lainnya merupakan jeruk keprok dan pamelo unggulan daerah seperti keprok
Garut dari Jawa Barat, keprok Sioumpu dari Sulawesi Tenggara, keprok Tejakula dari Bali, dan
keprok Kacang dari Sumatera Barat, pamelo Nambangan dari Jatim dan Pangkajene merah dan
Putih dari Sulawesi Selatan; sedangkan jeruk nipis banyak diusahakan di Jawa Timur dan
Kalimantan Timur[12].
Saat ini bayak orang menyebutkan jeruk siam garut, jeruk siam palembang, jeruk siam
klaten, jeruk siam semboro dn lain sebagainya. Munculnya nama-nama tersebut mungkin untuk
mempermudah orang untuk mengetahui tempat asal tumbuhnya. Keanekaragaman nama jeruk
siam tersebut menggambarkan luasnya persebaran jeruk siam. Tidak ada perbedaan signifikan
antara jeruk siam garut, jeruk siam palembang, jeruk siam klaten atau pun jeruk siam semboro,
apabila ada perbedaan, mungkin itu disebabkan oleh proses adaptasi terhadap tempat tumbuhnya.
Produktivitas usahatani jeruk nasional cukup tinggi, yaitu berkisar 17-25 ton/ha dari
potensi 25-40 ton per ha. Data impor buah jeruk segar dan olahan cenderung terus
meningkat. Pada tahun 2005, impor buah jeruk segar mencapai 72.300 ton sedangkan ekspornya
sebesar 2.000 ton, atau sejak tahun 1998 masing-masing meningkat sebesar 21,91% dan 11,31%
per tahun. Berdasarkan data produksi buah jeruk Badan Pusat Statisti Indonesia (BPS) tahun

2010, luas panen jeruk Indonesia mencapai 72.370 ha dengan total produksi sebesar
2.125.543 ton. Indonesia telah masuk di jajaran 10 besar produsen jeruk dunia (Tabel 1), bahkan
Indonesia menduduki peringkat dua setelah Cina (Tabel 2). Artinya, selain sebagai pasar
potensial, Indonesia juga harus dipertimbangkan sebagai produsen jeruk dunia di pasar global.
Tabel 1. Posisi Indonesia Sebagai Produsen Jeruk Dunia
No Negara
Produksi
1. Brazil
20.576.000
2. USA
10.395.000
3. Cina
14.985.000
4. Mexico
6.490.000
5. Spanyol
5.103.000
6. Italia
3.285.000
7. Mesir

2.688.000
8. Turki
2.450.000
9. Argentina
2.430.000
10 Indonesia
2.214.019
.
Tabel 2. Posisi Indonesia sebagai Jeruk Kelompok Keprok Dunia
No Negara
Produksi
1. Cina
11.395.000
2. Indonesia
2.150.219

3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.
10
.

Spanyol
Brazil
Jepang
Iran
Thailand
Mesir
Italia
Turki

1.944.600
1.270.000
1.100.000
720.000
670.000

665.000
661.823
585.000

Pengembangan usaha hortikultura menghadapi tantangan berat dalam persaingan global
sehingga perlu kebijakan yang strategis dan operasional. Globalisasi perdagangan menuntut
peningkatan daya saing produk hortikultura Indonesia. Hal ini tercermin dari adanya WTO
(World Trade Organization), perjanjian-perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang telah
ditandatangani seperti, Asean-Cina (Asean-China Free Trade Area), AFTA (Asean Free Trade
Area), AANZ (Asean Australian New Zealand), Indonesia – Malaysia, IJ-EPA (Indonesian
Japan Economic Partnership Agreement). Sehubungan dengan hal tersebut diatas, peraturanperaturan yang terkait dengan tarif menjadi tidak populer lagi dan tidak digunakan sebagai
hambatan dalam sistem perdagangan internasional. Oleh sebab itu kebanyakan negara
menggunakan hambatan non tarif seperti, SPS (Sanitary and Phytosanitary), ROO (Rules of
Origin), dan standar internasional (Codex, Europe-Gap, Asean Standard), CBD (Convetion on
Biodiversity), CDM (Clean Development Mechanism), Protokol Kyoto, Internatinal Threaty of
Genetic Resources. Akibatnya produk hortikultura Indonesia mengalami: 1) Hambatan dalam
mengakses pasar internasional; 2) Kesulitan dalam mengendalikan masuknya produk-produk
impor.
Saat ini impor produk hortikultura terutama buah-buahan meningkat seiring dengan
pemberlakuan perdagangan bebas Asean-China (Asean-China Free Trade Area/ACFTA). Data di

Kemtan menyebutkan impor produk buah-buahan dari tahun ke tahun mningkat. Pada 2004
volume impor buah-buahan mencapai 355,2 ton senilai USD186,4 juta, 2005 naik menjadi 413,4
ton senilai USD234 juta, 2006 naik lagi menjadi 427,4 ton senilai USD337,5 juta, 2007 melonjak
menjadi 502,1 ton senilai USD449,1 juta, dan 2008 menjadi 501,9 ton senilai USD 474,1 juta[2].
Data Departemen Perdagangan (Depdag) menunjukkan, impor jeruk mandarin dari China
terus naik. Bahkan jeruk mandarin tercatat sebagai produk impor tertinggi ketiga dari China
setelah laptop dan telepon seluler.Kepala Litbang Depdag Muchtar menyatakan, dari sisi
kebijakan, Indonesia memang tidak memiliki alat untuk membatasi peredaran jeruk mandarin di
pasar lokal. Di Indonesia tidak ada aturan khusus yang mengatur kuota impor untuk jeruk
mandarin tersebut. Sejak kesepakatan penurunan tarif secara bertahap menuju FTA ASEANChina diteken 2005, mulai 2007 tarif masuk jeruk mandarin China terus turun. Dari 20%, kini
tarif bea masuk jeruk mandarin China sudah turun jadi 15%. Hal ini menyebabkan nilai impor
jeruk mandarin China terus meningkat[1]. Dari 13 komoditas, jeruk dan durian menempati urutan
pertama dan kedua terbesar dalam impor buah-buahan. Pada 2008 impor jeruk mencapai 143,6
ton senilai 124 juta dolar AS atau meningkat sekitar 20,92% jika dibandingkan dengan 2007
yang mencapai 118,8 ton senilai 98 juta dolar AS[2].

Produk pertanian utama impor Indonesia adalah dari kelompok subsector hortikultura,
seperti bawang putih dengan pangsa tertinggi (25,46 persen), disusul buah-buahan terutama buah
apel, pir, dan jeruk yang tentu saja termasuk penyumbang devisa bagi pemerintah China.
Komoditas lain yang diimpor Indonesia adalah bahan olahan dari karet, gula dan lain-lain.

Namun, komoditas impor yang dominan adalah produk primer dan sebenarnya adalah juga
komoditas yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, kecuali barangkali bawang putih dan
pir, di mana bawang putih hanya tumbuh sangat baik di daerah dengan elevasi tinggi dan
kering [6].
Peralihan ke KPB menyebabkan impor Indonesia dari kawasan ASEAN atas berbagai
produk meningkat tajam. Nilai impor Indonesia pada masa pra KPB ASEAN lebih kecil
dibanding pada masa pasca KPB ASEAN. Pada masa pasca KPB ASEAN. impor jeruk mandarin
meningkat sebesar 76,40 persen setiap tahunnya, diikuti oleh komoditas bawang putih (73,67
persen), tembakau jenis virginia (40 persen) dan buah jeruk (15,07 persen)[6].
Saat ini harga jeruk lokal di tingkat konsumen mencapai Rp 9000/kg, sedangkan harga
jeruk impor dari cina Rp 9500/kg sampai Rp 10000/kg. Harga antara jeruk lokal dan jeruk impor
berbeda tipis, yakni hanya Rp 500 sampai Rp 1000. Perbedaan harga yang tipis ini tidak
sebanding dengan perbedaan buah jeruk lokal dan buah jeruk impor, baik dari segi mutu,
penampilan dan cita rasanya. Selain tidak seragam jeruk siam juga memiliki penampilan buah
yang burik dan kusam seta rasanya yang agak masam, sehingga jeruk siam kurang dapat
memikat minat konsumen. Lain halnya denagn penampilan jeruk impor yang memang benarbenar berwarna orange mengkilat dengan rasa yang manis, yang tentunya konsumen akan lebih
cenderung tertarik pada jeruk impor dibandingkan dengan jeruk lokal dengan selisih harga yang
tipis.
Rp 9000/kg merupakan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Harga ditingkat petani
jauh lebih rendah, harga yang diterima petani sekitar 40% dari harga yang dibayarkan

konsumen yakni berkisar Rp 3000/kg sampai Rp 3500/kg. Rendahnya harga ditingkat petani
dipegaruhi banyak faktor, salah satunya adalah lemahnya posisi tawar petani sehingga harga
tersebut masih belum bisa menutupi biaya yang dikeluarkan petani. Hal itu diperparah dengan
adanya persaingan dengan jeruk impor, yang mana jeruk lokal tidak bisa menarik konsumen,
sehingga konsumen lebih banyak memilih untuk mengkonsumsi jeruk impor dibanding jeruk
lokal. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya globalisasi yang
menyebabkan persaingan dengan jeruk impor menyebabkan berkurangnya penerimaan petani,
sedangkan biaya yang dikeluarkan tetap, sehingga pendapatan petani pun menurun. Dampak
globalisasi terhadap pendapatan petani jeruk siam adalah globalisasi menurunkan pendapatan
petani jeruk siam. Upaya - upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya
saing petani jeruk siam adalah:
a. undang-undang hortikultura
h. mempermudah akses lembaga
b. revitalisasi industri bibit jeruk
permodalan
c. pembangunan pabrik pengolahan
i.
penetapan kawasan hortikultura
d. pengembangan infrastruktur
j.

motivasi
e. pengembangan sistem informasi
k. mekanisme perlindungan (safety guard
f.
kelembagaan usaha
mechanism)
g. peningkatan sumber daya manusia

Tabel Produksi Tanaman Jeruk Siam/Keprok Seluruh Provinsi
Keterangan: Data merupakan angka tetap
(ATAP)
Provinsi
Indonesia
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu

Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara

Jenis Tanaman
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk
Siam/Keprok
Jeruk

Satuan Tahun

Produksi(Ton)

Ton

2013

1548401

Ton

2013

7523

Ton

2013

326322

Ton

2013

40522

Ton

2013

4911

Ton

2013

11211

Ton

2013

14880

Ton

2013

9440

Ton

2013

1900

Ton

2013

6040

Ton

2013

226

Ton

2013

0

Ton

2013

29487

Ton

2013

14119

Ton

2013

2768

Ton

2013

514855

Ton

2013

3776

Ton

2013

140581

Ton

2013

2789

Ton

2013

18134

Ton

2013

154305

Ton

2013

5337

Ton

2013

109100

Ton

2013

12275

Ton

2013

703

Sumber : http://www.bps.go.id/