Alelopati Infiltrasi Evapotranspirasi da .
36
BAB III
ALELOPATI, INFILTRASI,EVAPOTRANSPIRASI DAN
TUMBUHAN INVASIF
1. Dasar Teori
1.1 Alelopati
1.1.1 Definisi Alelopati
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis
yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kebutuhan yang sama terhadap
faktor- faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan
senyawa kimia yang dapat mempengaruhi petumbuhan jenis-jenis pohon lain dan
juga kemungkinan dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anakannya sendiri.
Peristiwa semacam ini disebut dengan allelopati.
Jadi allelopati adalah suatu
peristiwa dimana suatu individu tumbuhan menghasilkan zat kimia yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan individu lain. (Junaedi, 2006 )
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana
suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat
pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah
ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi
terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya.
Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat
adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan
(Indriyanto, 1999).
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis
yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kebutuhan yang sama terhadap
faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang justu jenis tanaman mengeluarkan suatu
jenis senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis tanaman lain
37
dan mungkin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anakannya sendiri, dan
inilah yang merupakan suatu peristiwa yang dikenal dengan allelopati (Onrizal.
2008).
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1984). Pada prinsipnya allelopati
adalah: 1. Pengaruh yang bersifat merusak, menghambat, merugikan dan dalam
kondisi tertentu kemungkinan menguntungkan. 2. Pengaruh ini terjadi pada
perkecambahan, pertumbuhan maupun metabolisme tanaman. 3. Pengaruh ini
diesbabkan karena adanya senyawa kimia yang dilepaskan oleh suatu tanaman ke
tanaman lainnya.
Allelopati dapat berupa: 1. Keluarnya zat dari akar untuk menghambat
pertumbuhan dari tanaman sejenis atau tanaman lain 2. Tanaman mengeluarkan zat
pada daun yang kemudian tercuci air hujan, zat ini dapat menghambat pertumbuhan
dari tanaman lain. 3. Tanaman mengandung suatu zat yang pada waktu hidup tidak
bereaksi apa- apa tetapi bila tanaman mati, zat tersebut akan lepas, terurai di dalam
tanah secara kimiawi atau dengan miktoorganisme. Zat yang lepas ini dapat
mempengaruhi kehidupan tanaman sejenis dan tanaman lainnya. Allelopati terjadi
karena adanya senyawa yang bersifat mengahambat. Senyawa tersebut tergolong
senyawa sekunder karena timbulnya secara sporadis dan tidak berperan dalam
metabolisme primer organisme. Senyawa-senyawa yang bersifat menghambat
tersebut dikelompokkan menjadi 5 kelompok utama, seperti fenis, propian,
asetogenin, terpenoid, dan alkoloid. (Whittaker dan Fenny, 1971).
Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan
perpanjangan sel, aktivitas geberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju
fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim
tanaman. Adanya asam virulat dan asam kumurat dapat menghambat pembentukan
dan transportasi asam amino ( Djojosumarto, 2001 )
38
1.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Alelopati
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia
penyebab allelopati dari tanaman, antara lain: macam tanaman yang menghasilkan,
macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami
perombakan, dan sebagainya.
Beberapa jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai efek allelopati adalah:
Pinus merkusii, Imperata cylindrica, Musa spp. dan sebagainya. (Onrizal. 2008).
1.2 Infiltrasi
1.2.1 Definisi Infiltrasi
Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu
gerakan ke bawah dari permukaan tanah. Laju infiltrasi adalah jumlah air yang
meresap ke dalam tanah dalam waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah
laju infiltrasi maksimum air meresap ke dalam tanah. (Januardin, 2008)
Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk
kedalam tanah. Dengan kata lain infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam tanah
sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air kea rah vertikal). Setelah lapisan tanah
bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai
akibat gaya gravitasi bumi dikenal sebagai proses perkolasi. Infiltrasi beragam secara
terbalik dengan lengas tanah. Hal ini terjadi dalam tiga cara yaitu: Kandungan air
yang meningkat mengisi ruang pori dan mengurang kapasitas tanah untuk infiltrasi air
selanjutnya, bila hujan membasahi suatu permukaan tanah yang kering, gaya kapiler
yang kuat diciptakan yang cenderung untuk menarik air ke dalam tanah dengan laju
yang jenuh lebih tinggi dibandingkan laju yang dihasilkan dari gaya gravitasi saja,
meningkatkan air tanah yang menyebabkan pengembangan koloid dan mengurangi
ruang pori. (Januardin, 2008)
Nilai laju infiltrasi sangat bergantung pada kapasitas infiltrasi tanah. Kapasitas
infiltrasi tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk melalukan air dari permukaan
ke dalam tanah secara vertikal. Infiltrasi ke dalam tanah pada mulanya tidak jenuh,
karena pengaruh tarikan hisapan matrik dan gravitasi. Infiltrasi yang efektif akan
39
menurunkan run off, sebaliknya infiltrasi yang tidak efektif akan memperbesar.
(Maro’ah, 2011)
Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan
menurun dengan bertambahnya waktu. Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke
dalam tanah mengisi kekurangan kadar air tanah. Setelah kadar air tanah mencapai
kadar air kapasitas lapang, maka kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi
cadangan air tanah (ground water). (Hardjowigeno, 2003)
1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah:
1) Karakteristik –karakteristik hujan
2) Kondisi-kondisi permukaan tanah
Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan permukaan tanah
dan mengurangi infiltrasi. Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat
pori-pori pada permukaan tanah dan mengurangi laju inflasi.
3) Kondisi-kondisi penutup permukaan
Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan melindungi
pori-pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju infiltrasi yang
tinggi.
4) Transmibilitas tanah
Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari struktur tanah,
merupakan salah satu faktor penting yang mengatur laju transmisi air yang
turun melalui tanah.
5) Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi
Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya
belum pasti. Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi antara lain :
1) Dalamnya genangan di atas permukaan tanah (surface detention) dan tebal
lapisan jenuh.
2) Kadar air dalam tanah
3) Pemampatan oleh curah hujan
40
4) Tumbuh-tumbuhan
5) Karakteristik hujan
6) Kondisi-kondisi permukaan tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain :
1) Kedalaman genangan dan ketebalan lapisan jenuh
Dapat dipahami bahwa saat pertama turunnya hujan, penyerapan air oleh
tanah ( laju infiltrasi terjadi ngen cepat ). Sehingga semakin dalam genangan
dan tebal laipsan jenuh maka laju infiltrasi semakin lambat.
2) Kelembaban tanah
Semakin lembab keadaan tanah, maka laju infiltrasi semakin berkurang
karana tanah semakin dekat dengan keadaan jenuh.
3) Pemampatan oleh hujan dan penymbatan oleh butir halus
Pemampatan tanah karena air hujan adalah keadaan turunnya hujan
menyebabkan tanah semakin padat dan pori tanah mengecil, sehingga
melambat laju infiltrasi. Butiran halus yang terbentuk saat tanah kering juga
melambat infiltrasi karena saat hujan butiran tersebut masuk kedalam tanah
dan menutup pori tanah.
4) Tanaman penutup
Banyak tanaman seperti rumput atau tanaman besar di area turunnya hujan
dapat mempercepat lajunya infiltrasi. Karena biasanya pada tanah seperti ini
banyak terdapat humus dan sarang serangga. Sehingga membantu masuknya
air kedalam tanah.
5) Topografi dan intensitas hujan
Topografi adalah keadaan permukaan / kontur tanah, dan intensitas hujan
adalah besarnya hujan yang turun dalam satuan waktu. Apabila hujan yang
turun besar dan topografi tanah terjal, maka laju infiltrasi kecil. Begitu juga
sebaliknya, topografi yang landai dapat memperbesar infiltrasi. (Junaedi,
2006)
41
Gambar Proses Infiltrasi
(Sumber: spatialygeo.wordpress.com)
1.3 Evapotranspirasi
1.3.1 Definisi Evapotranspirasi
Transpirasi merupakan peristiwa penguapan air dari tumbuhan melalui pori-pori
daun, sedangkan evapotranspirasi (evaporasi-transpirasi) itu sendiri merupakan
peristiwa menguapnya permukaan air dari daun atau tajuk tanaman dari hasil
metabolisme maupun yang tidak berasal dari kegiatan tersebut. Evaporasi adalah
difusi molekul cairan kedua, molekul dibebaskan melalui evaporasi dalam bentuk
gas. Bentuk gas dari air disebut uap air. Air sebagian besar secara konstan
dievaporasikan dari sel tumbuhan yang sama halnya dengan evaporasi Evaporasi
terjadi pada berbagai jenis seperti permukaan danau, sungai, lahan pertanian, tanah,
maupun dari vegetasi yang basah. Pada transpirasi, evapokorasi terjadi terutama di
ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer,
hamper semua air yang di ambiltanaman dari media tanam (tanah) akan di
tranpirasikan, dan hanya sebagian kecil yang di manfaatkan tanaman . (Michael, M.
1992)
Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Tumbuhan
merupakan mahluk hidup yang tidak bergerak secara aktif melainkan gerakannya
bersifat pasif. Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke
atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air itu
42
kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan
semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan
melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi
kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat
itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar – besaran mungkin
mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh
– tumbuhan. (junaedi. 2006)
Udara tanah terdiri dari pertama-tama atas nitrogen dan oksigen mirip seperti
yang terdapat di atmosfer maupun berbeda dalam hal susunan udara tanah yang
mengalami turun naik sangat besar. Pada saat akar-akar tanaman yang bernafas
mengeluarkan karbon dioksida. Bila perubahan udara yang tidak mengambil tempat
udara atmosfer, konsentrasi karbon dioksida dapat mencapai kadar yang tinggi pada
saat ia menjadi beracun kebanyakan tanaman yang di tanam, meskipu tanamantanaman menurunkan sebagian besar CO2 untuk fotosintesis dari udara tanah
Transpirasi yang melalui kutikula lebih sedikit dibandingkan dengan stomata karena
pada kutikula terjadi difusiuap air dengan langsungmengakibatkan uap air dan
terdapat lapisan penghalang pada kutikula seperti kutin, lilin dan yang lain akan
memperlambat proses hilangnya air dari permukaan daun tersebut (Polunin, N. 1990 )
1.3.2 Faktor-Faktor Evapotranspirasi
Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi :
1.) Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena
kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi
apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula
kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masingmasing satuan penambahan lebar stomata. Faktor utama yang mempengaruhi
pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya
dan kelembapan.
2.) Jumlah dan ukuran stomata. Dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan
mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada
pembukaan dan penutupan stomata
43
3.) Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi.
4.) Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai mekanisme
dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air
terbatas.
5.) Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah
oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar.
Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar
(akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan
volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Campbell. 2003 )
1.4 Tumbuhan Invasif
1.4.1 Definisi Tumbuhan Invasif
Tumbuhan Invasif sebagai tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan organisme
lain yang bukan bagian dari suatu ekosistem yang dapat menimbulkan kerusakan
ekosistem, lingkungan,kerugian ekonomi, dan atau berdampak negatif terhadap
keanekaragaman hayati dan kesehatan manusia (Alaydrus, 2002).
Masuknya spesies asing ke dalam suatu ekosistem menimbulkan dampak
negatif terhadap ekosistem apabila jenis tumbuhan asing tersebut asing tersebut telah
menjadi invasif. Spesies asing invasif tersebut tumbuh dan berkompetisi dengan
jenis lokal, kemudian mengganggu jenis-jenis lokal sehingga terjadi perubahan pada
ekosistem. Perubahan tersebut biasanya menyebabkan:
1. Penurunan keanekaragaman hayati
2. Perubahan pada suplai sumber daya
3. Kerusakan ekosistem
Ekosistem mempunyai derajat kepekaan yang berbeda-beda terhadap invasi
spesies asing. Karakter ekosistem yang mempengaruhi kepekaan terhadap invasi
kadang tidak jelas, tetapi
umumnya terjadi pada ekosistem yang mengalami
perubahan. Perubahan tersebut akan mempengaruhi kemudahan invasi oleh suatu
spesies tertentu. Perubahan ekosistem disebabkan oleh dua hal, yaitu perubahan
secara alami, seperti hujan dengan angin putting beliung dan banjir dan perubahan
44
akibat kegiatan manusia, seperti perubahan sistem bentangan lahan, kebakaran,
kegiatan fisik antara lain pembangunan jalan, jembatan dan bendungan (Alaydrus,
2002).
Daerah umum yang rentan terhadap invasi biologis meliputi :
a) Daerah pantai dan perai ran laut dangkal
b) Perairan air tawar terutama di waduk, danau dan sungai
c) Hutan
d) Savana
e) Daerah kering
f) Gunung
g) Daerah pertanian atau perkebunan
1.4.2 Proses Masuknya Spesies Tumbuhan Asing Invasif
Proses invasif terjadi secara bertahap diawali dari kehadiran spesies invasive
disuatu home range (habitat asli) hingga terjadinya pengambil alihan lokasi baru.
Spesies
tumbuhan asing invasif mempunyai pengaruh yang luas terhadap
keanekaragaman asli termasuk berkompetisi dengan takson tumbuhan
asli,
persilangan secara genetik dengan spesies terdekat, merubah karakter kimiawi atau
fisik tanah, modifikasi habitat alami atau semi alam (Pitopang, 2012).
1.4.3
Penyebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Indonesia
Semakin berkembangnya teknologi pada masa sekarang ini, akan sangat sulit
bagi semua negara untuk menutup dirinya dari temuan-temuan dan masuknya spesies
asing, seperti pemasukan bibit unggul untuk kegiatan pertanian. Batasan spesies
asing bagi
Indonesia tidak membatasi spesies yang datang dari luar wilayah
Indonesia saja, tetapi mencakup perpindahan spesies antar pulau dalam wilayah
ndonesia. Masuknya flora, fauna dan mikroorganisme asing tersebut sudah cukup
lama dan dalam jumlah yang relatif banyak.
Contoh beberapa tumbuhan invasif yaitu :
45
1. Eceng gondok ( Eichhornia crassipes) yang pertamakali diintroduksi ke
Indonesia pada tahun 1886 dari Brazil ke kebun Raya Bogor untuk
dikembangkan sebagai t anaman ornamental/hias.
2. Erechtites valerianifolia yang terikut sebagai kontaminan biji kopi dari
Brazil dan Chromolaena odorata , spesies yang berasal dari Amerika
Selatan/Utara yang secara tidak sengaja terbawa masuk Indonesia melalui
perdagangan via kapal laut
3. Mikania micrantha yang masuk ke Indonesia melalui Kebun Raya Bogor
untuk bahan baku obat namun dalam prosesnya menyebar keluar dan
menekan pertumbuhan Mikania lokal ( M. cordata)
4. Acacia nilotica yang sengaja
dimasukkan dari Australia untuk
penghijauan (Alaydrus, 2002).
2. Metodelogi Praktikum
2.1 Bahan dan Alat
2.1.1 Alat
A. Alat Alelopati
Blander
Timbangan analitik
Beaker glass
Gelas ukur
Penggaris
Polibag
Saringan
Gunting
B. Alat Infiltrasi
Brechtel
Botol aqua kosong atau semacam alat untuk mengambil air (baskom)
Penggaris
Alat tulis dan papan dada
46
HP (timer waktu) atau jam tangan atau stopwatch
C. Alat Evapotranspirasi
beker glass
gelas ukur
timbangan analitik
Penggaris
polybag
blender
D. Alat Tumbuhan Invasif
Kamera
2.1.2 Bahan
A. Bahan Alelopati
Alang-alang
Rumput Teki
Daun Kamboja
Bunga Kamboja
Pinus
Tanaman Cabe
B. Bahan Infiltrasi
Air
C. Bahan Evapotranspirasi
tanaman sampel
tanah
air
ekstrak tumbuhan alelopati
D. Bahan Tumbuhan Invasif
Tumbuhan invasif
47
2.1.3 Tabel Gambar Alat Praktikum
A. Alelopati
No
1.
Gambar
Blender
Keterangan
Fungsi : Untuk menghaluskan atau
menghancurkan bahan
Cara Penggunaan :
1. Menyambungkan kabel pada
stopkontak
Sumber :www.anugrahjuni.com
2. Memasukkan potongan bahan
yang telah ditimbang.
3. Tambahkan air sesuai dengan
takaran.
4. Tekan tombol ON dan atur
kecepatan.
Sumber :www.anugrahjuni.com
2.
Timbangan Analitik
Fungsi : Untuk menimbang bahan
Cara Penggunaan :
1. Menyalakan alat dengan
menghubungkan adaptor ke
sumber listrik.
2. Tekan tombol Re-Zero sehingga
Sumber: www.diwidimoty.com
layar pada alat menunjukkan
angka 0.000.
3. Masukkan sampel yang akan
ditimbang.
4. Tunggu hingga layar pada alat
menunjukkan angka pengukuran
yang konstan.
Sumber: www.diwidimoti.com
48
B. Infltrasi
No.
1.
Gambar
Keterangan
Brecthel
Fungsi:
Untuk
mengetahui
kecepatan tanah dalam menyerap
air.
Cara penggunaan :
1. Letakkan pada tanah yang datar
atau permukaannya rata.
2. Tekan alat ini yang bagian
Sumber: Dokumen pribadi
runcing
sampai
kedalaman
±1m.
3. Tuang air pada bagian tengah
dahulu pastikan tidak ada yang
bocor setelah itu isi bagian
samping-sampingnya.
4. Letakkan penggaris di dalam
silinder bagian tengah.
5. Catat waktu yang diperlukan
dalam penurunan air di silinder
tegah setiap 5 menit sekali.
2.
Baskom
Fungsi: Sebagai tempat air
Cara penggunaan :
1.Memasukkan
air
ke
dalam
baskom atau mengambil air
menggunakan baskom.
Sumber: www.productsdb.com
3.
Sumber: www.productsdb.com
Penggaris
49
Fungsi:
Untuk
mengukur
tingginya air pada brecthel.
Cara penggunaan :
1.Menancapkan pada tanah di
dalam brecthel bagian tengah.
Sumber: dc372.4shared.com
4.
Sumber: dc372.4shared.com
Papan dada dan alat tulis
Fungsi: Untuk mencatat hasil
praktikum.
Cara penggunaan :
1. letakkan LK pada papan dada
dan tulis menggunakan alat
Sumber: www.alat2tulis.com
5.
Stopwatch
tulis yang ada.
Sumber: www.alat2tulis.com
Fungsi: Untuk timer waktu.
Cara penggunaan :
1.Tekan tombol untuk
menjalankan stopwatch.
Sumber: www.bukalapak.com
Sumber: www.bukalapak.com
C. Evapotranspirasi
No.
Gambar
Keterangan
50
1. Beker glass
Fungsi
:
Untuk
larutan
sesuai
meletakkan
ukuran
yang
ditentukan.
Cara penggunaa :
1.Tuangkan
yang
Sumber : www.sks-science.com
larutan
diinginkan
sebanyak
ke
dalam
beker glass.
2. Gelas ukur
Sumber : www.sks-science.com
Fungsi : Untuk meletakkan
2
larutan
sesuai
ukuran
yang
ditentukan.
Sumber : www.rakuten.co.id
Cara penggunaan :
1.Menuangkan larutan sebanyak
yang
diinginkan
ke
dalam
beker glass.
Sumber : www.sks-science.com
3. Penggaris
Fungsi
:
Untuk
mengukur
3
pertambahan pertumbuhan pada
tanaman yang diamati.
Cara penggunaan :
1.Mengukur tumbuhan
Sumber:
menggunakan penggaris, lalu
www.pictureminimalis.com
catat angka yang dituju.
Sumber:
4. Timbangan anlitik
www.pictureinimalis.com
Fungsi : Untuk mengukur berat
4
sampel yang akan ditimbang
sesuai yang diinginkan.
Cara penggunaan :
1.
Menyalakan
alat
dengan
51
Sumber:
menghubungkan adaptor ke
www.analitikku.blogspot.com
sumber listrik.
2.
Tekan
sehingga
tombol
layar
Re-Zero
pada
alat
menunjukkan angka 0.000.
3. Masukkan sampel yang akan
ditimbang.
4. Tunggu hingga layar pada alat
menunjukkan
angka
pengukuran yang konstan.
Sumber:
5. Polybag
www.analitikku.blogspot.com
Fungsi : Untuk tempat atau
5
wadah tanaman.
Cara penggunaan :
1.Memasukkan tanah dan
tanaman pada polybag sesuai
Sumber : www.tokopedia.com
kebutuhan.
6. Blender
Sumber : www.tokopedia.com
Fungsi : Untuk menghaluskan
6
tanaman alelopati yang akan
dipakai.
Cara penggunaan :
1.Memasukkan bahan yang akan
dihaluskan lalu tutup
Sumber : www.kitchenaid.com
menggunakan tutup blender
kemudian tekan tombol on untuk
memblendernya.
Sumber : www.kitchenaid.com
D. Tumbuhan Invasif
52
No
1.
Gambar
Kamera
Keterangan
Fungsi : untuk memfoto dan
merekam tumbuhan invasif
Cara Penggunaan :
1. Tekan tombol ON
2. Tekan tombol “Record”
Sumber : gressnews.com
Sumber : gressnews.com
1.3 Cara kerja
2.2.1 Cara Kerja Alelopati
1. Buatlah ekstrak alang-alang, pinus dan mangium dengan cara berikut: a.
Hancurkan dan haluskan bagian tumbuhan yang dipilih tersebut dengan mangkok
penggerus atau blender. b. Buatlah ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan
tersebut dengan air, dengan perbandingan bagian tumbuhan : air adalah 1 : 7, 1 :
14, dan 1 : 21 dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, saringlah ekstrak
yang diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
2. Letakkan biji sengon, biji jagung atau biji kacang hijau pada cawan petri, sebanyak
9 petri setiap regu.
3. Siram sebanyak 5 ml ekstrak allelopati ke dalam cawan petri yang telah berisi biji
pinus, biji kacang hijau atau biji jagung.
4. Tiap regu dapat memilih kombinasi perlakuan, biji sengon, biji kacang hijau atau
biji jagung dengan perlakukan (kontrol dan perlakukan ekstrak dengan salah satu
konsentrasi 1 : 7 atau 1 : 14 atau 1 : 21).
5. Tiap regu terdapat 3 (tiga)
7. Dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap gunakan sidik ragam
untuk mengetahui pengaruh perlakukan pemberian ekstrak bahan allelopati
terhadap respon pertumbuhan.
53
2.2.2
Cara Kerja Infiltrasi
1.Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti baskom atau aqua botol
yang berisi air dan brechtel dll.
2. Mencari tanah yang sedikit lembab misalnya lapangan dan pastikan permukaannya
datar agar air yang ada di brechtel tidak keluar dari alat itu.
3. Meletakkan alat brechtel pada tanah yang sesuai, lalu tekan menggunakan batu
atau diinjak dengan kaki hingga bagian yang lancip pada bagian bawah brechtel
masuk sedikit didalam tanah, pasikan sudah tepat dan sisinya rata (tidak tinggi
sebelah)
4. Memasukkan air sedikit demi sedikit pertama yang diisi yaitu bagian yang tengah
sampai penuh, pastikan disisi-sisinya airnya tidak keluar. Setelah itu isi kolom
bagian-bagian sampingnya sampai penuh semua.Memasukkan
5. Penggaris pada kolom brechtel yang paling tengah dan tancapkan. Tunggu
perubahannya setiap 5 menit sekali dan setiap 5 menit tulis penurunan airnya yang
tertera pada penggaris di LK.
6. Menuliskan hasilnya pada LK.
2.2.3
Evapotranspirasi
1. Menyiapkan bahan evapotranspirasi seperti tanah, tanaman dan air yang akan
digunakan
2. Menyiapkan 2 polibag. 1 polybag tanpa tanaman, 1 polybag dengan tanaman
3. Mengisi polybag dengan tanah yang sudah disiapkan
4. Menimbang kembali tanah pada polybag, perbedaan berat awalnya dan akhir
setelah beberapa waktu merupakan jumlah air yang melalui evapotranpirasi.
5. Menimbang pot berisi tanaman dan pot tidak berisi tanaman setelah disiram
6. Kemudian tanah tersebut di tempatkan pada beberapa tempat (terbuka cahaya)
selama 12 jam dan ternaungi.
7. Menimbang kembali polybag yang berisikan tanaman dan tanpa tanaman yang
telah dijemur.
54
2.2.4 Tumbuhan Invasif
1. Praktikan mencari lahan tumbuhan invasif
2. Mengamati pertumbuhan dari perkembangan tumbuhan invasif di lokasi tersebut
3. Mengamati dampak dari penyebaran tumbuhan invasif
55
DAFTAR PUSTAKA
Alaydrus, R. 2002. Spesies Tumbuhan Asing Invasif (Invasive Alien Plant Species)
dan Peluang Pengawasannya dalam Penyelenggaraan Perkarantinaan
Tumbuhan. Jurnal Penelitian November 2012 Vol. 12 (1)56-79.
Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Djojosumarto, P. 2001. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Jakarta: Penerbit
Kanisius.
Fenny, Whittaker. 2000. Physiology Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Hardjowigeno, H. Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Indriyanto. 1999. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Januardin. 2008. Pengukuran Laju Infiltrasi pada Tata Guna Lahan yang Berbeda di
Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan. Skripsi
FP-USU Hlm. 3-7. Medan.
Junaedi. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Kimball, J.W. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Kurniawan. 2006. Pengaruh Alelopati Gulma Teki (Ciperus Rotundus) dan AlangAlang( Imperata cylindrica) Terhadap Kadar Protein Serat Kasar Hijau
Jagung (Zea Mays L.). PS. September 2006. Jakarta
Lakitan,Benyamin. 2012. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Maro’ah S. 2011. Kajian Laju Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah pada Beberapa
Model Tanaman (Studi Kasus Sub DAS Keduang, Wonogiri). Skripsi
FP- Universitas Sebelas Maret Hlm. 7-8. Surakarta
Pitopang, R. 2012. Struktur dan Komposisi Vegetasi Pada 3 Zona Elevasi Yang
Berbeda di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah Indonesia.
Jurnal Natural Science Desember 2012 Vol. 1.(1) 85-105
Onrizal dan Kusmana,C. 2005. Ekologi Hutan. Medan : Departemen Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
56
BAB III
ALELOPATI, INFILTRASI,EVAPOTRANSPIRASI DAN
TUMBUHAN INVASIF
1. Dasar Teori
1.1 Alelopati
1.1.1 Definisi Alelopati
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis
yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kebutuhan yang sama terhadap
faktor- faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan
senyawa kimia yang dapat mempengaruhi petumbuhan jenis-jenis pohon lain dan
juga kemungkinan dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anakannya sendiri.
Peristiwa semacam ini disebut dengan allelopati.
Jadi allelopati adalah suatu
peristiwa dimana suatu individu tumbuhan menghasilkan zat kimia yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan individu lain. (Junaedi, 2006 )
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana
suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat
pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah
ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi
terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya.
Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat
adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan
(Indriyanto, 1999).
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis
yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kebutuhan yang sama terhadap
faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang justu jenis tanaman mengeluarkan suatu
jenis senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis tanaman lain
37
dan mungkin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anakannya sendiri, dan
inilah yang merupakan suatu peristiwa yang dikenal dengan allelopati (Onrizal.
2008).
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1984). Pada prinsipnya allelopati
adalah: 1. Pengaruh yang bersifat merusak, menghambat, merugikan dan dalam
kondisi tertentu kemungkinan menguntungkan. 2. Pengaruh ini terjadi pada
perkecambahan, pertumbuhan maupun metabolisme tanaman. 3. Pengaruh ini
diesbabkan karena adanya senyawa kimia yang dilepaskan oleh suatu tanaman ke
tanaman lainnya.
Allelopati dapat berupa: 1. Keluarnya zat dari akar untuk menghambat
pertumbuhan dari tanaman sejenis atau tanaman lain 2. Tanaman mengeluarkan zat
pada daun yang kemudian tercuci air hujan, zat ini dapat menghambat pertumbuhan
dari tanaman lain. 3. Tanaman mengandung suatu zat yang pada waktu hidup tidak
bereaksi apa- apa tetapi bila tanaman mati, zat tersebut akan lepas, terurai di dalam
tanah secara kimiawi atau dengan miktoorganisme. Zat yang lepas ini dapat
mempengaruhi kehidupan tanaman sejenis dan tanaman lainnya. Allelopati terjadi
karena adanya senyawa yang bersifat mengahambat. Senyawa tersebut tergolong
senyawa sekunder karena timbulnya secara sporadis dan tidak berperan dalam
metabolisme primer organisme. Senyawa-senyawa yang bersifat menghambat
tersebut dikelompokkan menjadi 5 kelompok utama, seperti fenis, propian,
asetogenin, terpenoid, dan alkoloid. (Whittaker dan Fenny, 1971).
Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan
perpanjangan sel, aktivitas geberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju
fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim
tanaman. Adanya asam virulat dan asam kumurat dapat menghambat pembentukan
dan transportasi asam amino ( Djojosumarto, 2001 )
38
1.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Alelopati
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia
penyebab allelopati dari tanaman, antara lain: macam tanaman yang menghasilkan,
macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami
perombakan, dan sebagainya.
Beberapa jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai efek allelopati adalah:
Pinus merkusii, Imperata cylindrica, Musa spp. dan sebagainya. (Onrizal. 2008).
1.2 Infiltrasi
1.2.1 Definisi Infiltrasi
Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu
gerakan ke bawah dari permukaan tanah. Laju infiltrasi adalah jumlah air yang
meresap ke dalam tanah dalam waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah
laju infiltrasi maksimum air meresap ke dalam tanah. (Januardin, 2008)
Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk
kedalam tanah. Dengan kata lain infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam tanah
sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air kea rah vertikal). Setelah lapisan tanah
bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai
akibat gaya gravitasi bumi dikenal sebagai proses perkolasi. Infiltrasi beragam secara
terbalik dengan lengas tanah. Hal ini terjadi dalam tiga cara yaitu: Kandungan air
yang meningkat mengisi ruang pori dan mengurang kapasitas tanah untuk infiltrasi air
selanjutnya, bila hujan membasahi suatu permukaan tanah yang kering, gaya kapiler
yang kuat diciptakan yang cenderung untuk menarik air ke dalam tanah dengan laju
yang jenuh lebih tinggi dibandingkan laju yang dihasilkan dari gaya gravitasi saja,
meningkatkan air tanah yang menyebabkan pengembangan koloid dan mengurangi
ruang pori. (Januardin, 2008)
Nilai laju infiltrasi sangat bergantung pada kapasitas infiltrasi tanah. Kapasitas
infiltrasi tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk melalukan air dari permukaan
ke dalam tanah secara vertikal. Infiltrasi ke dalam tanah pada mulanya tidak jenuh,
karena pengaruh tarikan hisapan matrik dan gravitasi. Infiltrasi yang efektif akan
39
menurunkan run off, sebaliknya infiltrasi yang tidak efektif akan memperbesar.
(Maro’ah, 2011)
Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan
menurun dengan bertambahnya waktu. Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke
dalam tanah mengisi kekurangan kadar air tanah. Setelah kadar air tanah mencapai
kadar air kapasitas lapang, maka kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi
cadangan air tanah (ground water). (Hardjowigeno, 2003)
1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah:
1) Karakteristik –karakteristik hujan
2) Kondisi-kondisi permukaan tanah
Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan permukaan tanah
dan mengurangi infiltrasi. Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat
pori-pori pada permukaan tanah dan mengurangi laju inflasi.
3) Kondisi-kondisi penutup permukaan
Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan melindungi
pori-pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju infiltrasi yang
tinggi.
4) Transmibilitas tanah
Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari struktur tanah,
merupakan salah satu faktor penting yang mengatur laju transmisi air yang
turun melalui tanah.
5) Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi
Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya
belum pasti. Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi antara lain :
1) Dalamnya genangan di atas permukaan tanah (surface detention) dan tebal
lapisan jenuh.
2) Kadar air dalam tanah
3) Pemampatan oleh curah hujan
40
4) Tumbuh-tumbuhan
5) Karakteristik hujan
6) Kondisi-kondisi permukaan tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain :
1) Kedalaman genangan dan ketebalan lapisan jenuh
Dapat dipahami bahwa saat pertama turunnya hujan, penyerapan air oleh
tanah ( laju infiltrasi terjadi ngen cepat ). Sehingga semakin dalam genangan
dan tebal laipsan jenuh maka laju infiltrasi semakin lambat.
2) Kelembaban tanah
Semakin lembab keadaan tanah, maka laju infiltrasi semakin berkurang
karana tanah semakin dekat dengan keadaan jenuh.
3) Pemampatan oleh hujan dan penymbatan oleh butir halus
Pemampatan tanah karena air hujan adalah keadaan turunnya hujan
menyebabkan tanah semakin padat dan pori tanah mengecil, sehingga
melambat laju infiltrasi. Butiran halus yang terbentuk saat tanah kering juga
melambat infiltrasi karena saat hujan butiran tersebut masuk kedalam tanah
dan menutup pori tanah.
4) Tanaman penutup
Banyak tanaman seperti rumput atau tanaman besar di area turunnya hujan
dapat mempercepat lajunya infiltrasi. Karena biasanya pada tanah seperti ini
banyak terdapat humus dan sarang serangga. Sehingga membantu masuknya
air kedalam tanah.
5) Topografi dan intensitas hujan
Topografi adalah keadaan permukaan / kontur tanah, dan intensitas hujan
adalah besarnya hujan yang turun dalam satuan waktu. Apabila hujan yang
turun besar dan topografi tanah terjal, maka laju infiltrasi kecil. Begitu juga
sebaliknya, topografi yang landai dapat memperbesar infiltrasi. (Junaedi,
2006)
41
Gambar Proses Infiltrasi
(Sumber: spatialygeo.wordpress.com)
1.3 Evapotranspirasi
1.3.1 Definisi Evapotranspirasi
Transpirasi merupakan peristiwa penguapan air dari tumbuhan melalui pori-pori
daun, sedangkan evapotranspirasi (evaporasi-transpirasi) itu sendiri merupakan
peristiwa menguapnya permukaan air dari daun atau tajuk tanaman dari hasil
metabolisme maupun yang tidak berasal dari kegiatan tersebut. Evaporasi adalah
difusi molekul cairan kedua, molekul dibebaskan melalui evaporasi dalam bentuk
gas. Bentuk gas dari air disebut uap air. Air sebagian besar secara konstan
dievaporasikan dari sel tumbuhan yang sama halnya dengan evaporasi Evaporasi
terjadi pada berbagai jenis seperti permukaan danau, sungai, lahan pertanian, tanah,
maupun dari vegetasi yang basah. Pada transpirasi, evapokorasi terjadi terutama di
ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer,
hamper semua air yang di ambiltanaman dari media tanam (tanah) akan di
tranpirasikan, dan hanya sebagian kecil yang di manfaatkan tanaman . (Michael, M.
1992)
Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Tumbuhan
merupakan mahluk hidup yang tidak bergerak secara aktif melainkan gerakannya
bersifat pasif. Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke
atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air itu
42
kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan
semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan
melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi
kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat
itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar – besaran mungkin
mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh
– tumbuhan. (junaedi. 2006)
Udara tanah terdiri dari pertama-tama atas nitrogen dan oksigen mirip seperti
yang terdapat di atmosfer maupun berbeda dalam hal susunan udara tanah yang
mengalami turun naik sangat besar. Pada saat akar-akar tanaman yang bernafas
mengeluarkan karbon dioksida. Bila perubahan udara yang tidak mengambil tempat
udara atmosfer, konsentrasi karbon dioksida dapat mencapai kadar yang tinggi pada
saat ia menjadi beracun kebanyakan tanaman yang di tanam, meskipu tanamantanaman menurunkan sebagian besar CO2 untuk fotosintesis dari udara tanah
Transpirasi yang melalui kutikula lebih sedikit dibandingkan dengan stomata karena
pada kutikula terjadi difusiuap air dengan langsungmengakibatkan uap air dan
terdapat lapisan penghalang pada kutikula seperti kutin, lilin dan yang lain akan
memperlambat proses hilangnya air dari permukaan daun tersebut (Polunin, N. 1990 )
1.3.2 Faktor-Faktor Evapotranspirasi
Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi :
1.) Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena
kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi
apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula
kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masingmasing satuan penambahan lebar stomata. Faktor utama yang mempengaruhi
pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya
dan kelembapan.
2.) Jumlah dan ukuran stomata. Dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan
mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada
pembukaan dan penutupan stomata
43
3.) Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi.
4.) Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai mekanisme
dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air
terbatas.
5.) Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah
oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar.
Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar
(akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan
volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Campbell. 2003 )
1.4 Tumbuhan Invasif
1.4.1 Definisi Tumbuhan Invasif
Tumbuhan Invasif sebagai tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan organisme
lain yang bukan bagian dari suatu ekosistem yang dapat menimbulkan kerusakan
ekosistem, lingkungan,kerugian ekonomi, dan atau berdampak negatif terhadap
keanekaragaman hayati dan kesehatan manusia (Alaydrus, 2002).
Masuknya spesies asing ke dalam suatu ekosistem menimbulkan dampak
negatif terhadap ekosistem apabila jenis tumbuhan asing tersebut asing tersebut telah
menjadi invasif. Spesies asing invasif tersebut tumbuh dan berkompetisi dengan
jenis lokal, kemudian mengganggu jenis-jenis lokal sehingga terjadi perubahan pada
ekosistem. Perubahan tersebut biasanya menyebabkan:
1. Penurunan keanekaragaman hayati
2. Perubahan pada suplai sumber daya
3. Kerusakan ekosistem
Ekosistem mempunyai derajat kepekaan yang berbeda-beda terhadap invasi
spesies asing. Karakter ekosistem yang mempengaruhi kepekaan terhadap invasi
kadang tidak jelas, tetapi
umumnya terjadi pada ekosistem yang mengalami
perubahan. Perubahan tersebut akan mempengaruhi kemudahan invasi oleh suatu
spesies tertentu. Perubahan ekosistem disebabkan oleh dua hal, yaitu perubahan
secara alami, seperti hujan dengan angin putting beliung dan banjir dan perubahan
44
akibat kegiatan manusia, seperti perubahan sistem bentangan lahan, kebakaran,
kegiatan fisik antara lain pembangunan jalan, jembatan dan bendungan (Alaydrus,
2002).
Daerah umum yang rentan terhadap invasi biologis meliputi :
a) Daerah pantai dan perai ran laut dangkal
b) Perairan air tawar terutama di waduk, danau dan sungai
c) Hutan
d) Savana
e) Daerah kering
f) Gunung
g) Daerah pertanian atau perkebunan
1.4.2 Proses Masuknya Spesies Tumbuhan Asing Invasif
Proses invasif terjadi secara bertahap diawali dari kehadiran spesies invasive
disuatu home range (habitat asli) hingga terjadinya pengambil alihan lokasi baru.
Spesies
tumbuhan asing invasif mempunyai pengaruh yang luas terhadap
keanekaragaman asli termasuk berkompetisi dengan takson tumbuhan
asli,
persilangan secara genetik dengan spesies terdekat, merubah karakter kimiawi atau
fisik tanah, modifikasi habitat alami atau semi alam (Pitopang, 2012).
1.4.3
Penyebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Indonesia
Semakin berkembangnya teknologi pada masa sekarang ini, akan sangat sulit
bagi semua negara untuk menutup dirinya dari temuan-temuan dan masuknya spesies
asing, seperti pemasukan bibit unggul untuk kegiatan pertanian. Batasan spesies
asing bagi
Indonesia tidak membatasi spesies yang datang dari luar wilayah
Indonesia saja, tetapi mencakup perpindahan spesies antar pulau dalam wilayah
ndonesia. Masuknya flora, fauna dan mikroorganisme asing tersebut sudah cukup
lama dan dalam jumlah yang relatif banyak.
Contoh beberapa tumbuhan invasif yaitu :
45
1. Eceng gondok ( Eichhornia crassipes) yang pertamakali diintroduksi ke
Indonesia pada tahun 1886 dari Brazil ke kebun Raya Bogor untuk
dikembangkan sebagai t anaman ornamental/hias.
2. Erechtites valerianifolia yang terikut sebagai kontaminan biji kopi dari
Brazil dan Chromolaena odorata , spesies yang berasal dari Amerika
Selatan/Utara yang secara tidak sengaja terbawa masuk Indonesia melalui
perdagangan via kapal laut
3. Mikania micrantha yang masuk ke Indonesia melalui Kebun Raya Bogor
untuk bahan baku obat namun dalam prosesnya menyebar keluar dan
menekan pertumbuhan Mikania lokal ( M. cordata)
4. Acacia nilotica yang sengaja
dimasukkan dari Australia untuk
penghijauan (Alaydrus, 2002).
2. Metodelogi Praktikum
2.1 Bahan dan Alat
2.1.1 Alat
A. Alat Alelopati
Blander
Timbangan analitik
Beaker glass
Gelas ukur
Penggaris
Polibag
Saringan
Gunting
B. Alat Infiltrasi
Brechtel
Botol aqua kosong atau semacam alat untuk mengambil air (baskom)
Penggaris
Alat tulis dan papan dada
46
HP (timer waktu) atau jam tangan atau stopwatch
C. Alat Evapotranspirasi
beker glass
gelas ukur
timbangan analitik
Penggaris
polybag
blender
D. Alat Tumbuhan Invasif
Kamera
2.1.2 Bahan
A. Bahan Alelopati
Alang-alang
Rumput Teki
Daun Kamboja
Bunga Kamboja
Pinus
Tanaman Cabe
B. Bahan Infiltrasi
Air
C. Bahan Evapotranspirasi
tanaman sampel
tanah
air
ekstrak tumbuhan alelopati
D. Bahan Tumbuhan Invasif
Tumbuhan invasif
47
2.1.3 Tabel Gambar Alat Praktikum
A. Alelopati
No
1.
Gambar
Blender
Keterangan
Fungsi : Untuk menghaluskan atau
menghancurkan bahan
Cara Penggunaan :
1. Menyambungkan kabel pada
stopkontak
Sumber :www.anugrahjuni.com
2. Memasukkan potongan bahan
yang telah ditimbang.
3. Tambahkan air sesuai dengan
takaran.
4. Tekan tombol ON dan atur
kecepatan.
Sumber :www.anugrahjuni.com
2.
Timbangan Analitik
Fungsi : Untuk menimbang bahan
Cara Penggunaan :
1. Menyalakan alat dengan
menghubungkan adaptor ke
sumber listrik.
2. Tekan tombol Re-Zero sehingga
Sumber: www.diwidimoty.com
layar pada alat menunjukkan
angka 0.000.
3. Masukkan sampel yang akan
ditimbang.
4. Tunggu hingga layar pada alat
menunjukkan angka pengukuran
yang konstan.
Sumber: www.diwidimoti.com
48
B. Infltrasi
No.
1.
Gambar
Keterangan
Brecthel
Fungsi:
Untuk
mengetahui
kecepatan tanah dalam menyerap
air.
Cara penggunaan :
1. Letakkan pada tanah yang datar
atau permukaannya rata.
2. Tekan alat ini yang bagian
Sumber: Dokumen pribadi
runcing
sampai
kedalaman
±1m.
3. Tuang air pada bagian tengah
dahulu pastikan tidak ada yang
bocor setelah itu isi bagian
samping-sampingnya.
4. Letakkan penggaris di dalam
silinder bagian tengah.
5. Catat waktu yang diperlukan
dalam penurunan air di silinder
tegah setiap 5 menit sekali.
2.
Baskom
Fungsi: Sebagai tempat air
Cara penggunaan :
1.Memasukkan
air
ke
dalam
baskom atau mengambil air
menggunakan baskom.
Sumber: www.productsdb.com
3.
Sumber: www.productsdb.com
Penggaris
49
Fungsi:
Untuk
mengukur
tingginya air pada brecthel.
Cara penggunaan :
1.Menancapkan pada tanah di
dalam brecthel bagian tengah.
Sumber: dc372.4shared.com
4.
Sumber: dc372.4shared.com
Papan dada dan alat tulis
Fungsi: Untuk mencatat hasil
praktikum.
Cara penggunaan :
1. letakkan LK pada papan dada
dan tulis menggunakan alat
Sumber: www.alat2tulis.com
5.
Stopwatch
tulis yang ada.
Sumber: www.alat2tulis.com
Fungsi: Untuk timer waktu.
Cara penggunaan :
1.Tekan tombol untuk
menjalankan stopwatch.
Sumber: www.bukalapak.com
Sumber: www.bukalapak.com
C. Evapotranspirasi
No.
Gambar
Keterangan
50
1. Beker glass
Fungsi
:
Untuk
larutan
sesuai
meletakkan
ukuran
yang
ditentukan.
Cara penggunaa :
1.Tuangkan
yang
Sumber : www.sks-science.com
larutan
diinginkan
sebanyak
ke
dalam
beker glass.
2. Gelas ukur
Sumber : www.sks-science.com
Fungsi : Untuk meletakkan
2
larutan
sesuai
ukuran
yang
ditentukan.
Sumber : www.rakuten.co.id
Cara penggunaan :
1.Menuangkan larutan sebanyak
yang
diinginkan
ke
dalam
beker glass.
Sumber : www.sks-science.com
3. Penggaris
Fungsi
:
Untuk
mengukur
3
pertambahan pertumbuhan pada
tanaman yang diamati.
Cara penggunaan :
1.Mengukur tumbuhan
Sumber:
menggunakan penggaris, lalu
www.pictureminimalis.com
catat angka yang dituju.
Sumber:
4. Timbangan anlitik
www.pictureinimalis.com
Fungsi : Untuk mengukur berat
4
sampel yang akan ditimbang
sesuai yang diinginkan.
Cara penggunaan :
1.
Menyalakan
alat
dengan
51
Sumber:
menghubungkan adaptor ke
www.analitikku.blogspot.com
sumber listrik.
2.
Tekan
sehingga
tombol
layar
Re-Zero
pada
alat
menunjukkan angka 0.000.
3. Masukkan sampel yang akan
ditimbang.
4. Tunggu hingga layar pada alat
menunjukkan
angka
pengukuran yang konstan.
Sumber:
5. Polybag
www.analitikku.blogspot.com
Fungsi : Untuk tempat atau
5
wadah tanaman.
Cara penggunaan :
1.Memasukkan tanah dan
tanaman pada polybag sesuai
Sumber : www.tokopedia.com
kebutuhan.
6. Blender
Sumber : www.tokopedia.com
Fungsi : Untuk menghaluskan
6
tanaman alelopati yang akan
dipakai.
Cara penggunaan :
1.Memasukkan bahan yang akan
dihaluskan lalu tutup
Sumber : www.kitchenaid.com
menggunakan tutup blender
kemudian tekan tombol on untuk
memblendernya.
Sumber : www.kitchenaid.com
D. Tumbuhan Invasif
52
No
1.
Gambar
Kamera
Keterangan
Fungsi : untuk memfoto dan
merekam tumbuhan invasif
Cara Penggunaan :
1. Tekan tombol ON
2. Tekan tombol “Record”
Sumber : gressnews.com
Sumber : gressnews.com
1.3 Cara kerja
2.2.1 Cara Kerja Alelopati
1. Buatlah ekstrak alang-alang, pinus dan mangium dengan cara berikut: a.
Hancurkan dan haluskan bagian tumbuhan yang dipilih tersebut dengan mangkok
penggerus atau blender. b. Buatlah ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan
tersebut dengan air, dengan perbandingan bagian tumbuhan : air adalah 1 : 7, 1 :
14, dan 1 : 21 dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, saringlah ekstrak
yang diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
2. Letakkan biji sengon, biji jagung atau biji kacang hijau pada cawan petri, sebanyak
9 petri setiap regu.
3. Siram sebanyak 5 ml ekstrak allelopati ke dalam cawan petri yang telah berisi biji
pinus, biji kacang hijau atau biji jagung.
4. Tiap regu dapat memilih kombinasi perlakuan, biji sengon, biji kacang hijau atau
biji jagung dengan perlakukan (kontrol dan perlakukan ekstrak dengan salah satu
konsentrasi 1 : 7 atau 1 : 14 atau 1 : 21).
5. Tiap regu terdapat 3 (tiga)
7. Dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap gunakan sidik ragam
untuk mengetahui pengaruh perlakukan pemberian ekstrak bahan allelopati
terhadap respon pertumbuhan.
53
2.2.2
Cara Kerja Infiltrasi
1.Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti baskom atau aqua botol
yang berisi air dan brechtel dll.
2. Mencari tanah yang sedikit lembab misalnya lapangan dan pastikan permukaannya
datar agar air yang ada di brechtel tidak keluar dari alat itu.
3. Meletakkan alat brechtel pada tanah yang sesuai, lalu tekan menggunakan batu
atau diinjak dengan kaki hingga bagian yang lancip pada bagian bawah brechtel
masuk sedikit didalam tanah, pasikan sudah tepat dan sisinya rata (tidak tinggi
sebelah)
4. Memasukkan air sedikit demi sedikit pertama yang diisi yaitu bagian yang tengah
sampai penuh, pastikan disisi-sisinya airnya tidak keluar. Setelah itu isi kolom
bagian-bagian sampingnya sampai penuh semua.Memasukkan
5. Penggaris pada kolom brechtel yang paling tengah dan tancapkan. Tunggu
perubahannya setiap 5 menit sekali dan setiap 5 menit tulis penurunan airnya yang
tertera pada penggaris di LK.
6. Menuliskan hasilnya pada LK.
2.2.3
Evapotranspirasi
1. Menyiapkan bahan evapotranspirasi seperti tanah, tanaman dan air yang akan
digunakan
2. Menyiapkan 2 polibag. 1 polybag tanpa tanaman, 1 polybag dengan tanaman
3. Mengisi polybag dengan tanah yang sudah disiapkan
4. Menimbang kembali tanah pada polybag, perbedaan berat awalnya dan akhir
setelah beberapa waktu merupakan jumlah air yang melalui evapotranpirasi.
5. Menimbang pot berisi tanaman dan pot tidak berisi tanaman setelah disiram
6. Kemudian tanah tersebut di tempatkan pada beberapa tempat (terbuka cahaya)
selama 12 jam dan ternaungi.
7. Menimbang kembali polybag yang berisikan tanaman dan tanpa tanaman yang
telah dijemur.
54
2.2.4 Tumbuhan Invasif
1. Praktikan mencari lahan tumbuhan invasif
2. Mengamati pertumbuhan dari perkembangan tumbuhan invasif di lokasi tersebut
3. Mengamati dampak dari penyebaran tumbuhan invasif
55
DAFTAR PUSTAKA
Alaydrus, R. 2002. Spesies Tumbuhan Asing Invasif (Invasive Alien Plant Species)
dan Peluang Pengawasannya dalam Penyelenggaraan Perkarantinaan
Tumbuhan. Jurnal Penelitian November 2012 Vol. 12 (1)56-79.
Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Djojosumarto, P. 2001. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Jakarta: Penerbit
Kanisius.
Fenny, Whittaker. 2000. Physiology Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Hardjowigeno, H. Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Indriyanto. 1999. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Januardin. 2008. Pengukuran Laju Infiltrasi pada Tata Guna Lahan yang Berbeda di
Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan. Skripsi
FP-USU Hlm. 3-7. Medan.
Junaedi. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Kimball, J.W. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Kurniawan. 2006. Pengaruh Alelopati Gulma Teki (Ciperus Rotundus) dan AlangAlang( Imperata cylindrica) Terhadap Kadar Protein Serat Kasar Hijau
Jagung (Zea Mays L.). PS. September 2006. Jakarta
Lakitan,Benyamin. 2012. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Maro’ah S. 2011. Kajian Laju Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah pada Beberapa
Model Tanaman (Studi Kasus Sub DAS Keduang, Wonogiri). Skripsi
FP- Universitas Sebelas Maret Hlm. 7-8. Surakarta
Pitopang, R. 2012. Struktur dan Komposisi Vegetasi Pada 3 Zona Elevasi Yang
Berbeda di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah Indonesia.
Jurnal Natural Science Desember 2012 Vol. 1.(1) 85-105
Onrizal dan Kusmana,C. 2005. Ekologi Hutan. Medan : Departemen Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
56