Kemampuan membaca aL-Qur'an berdasarkan latar belakang pendidikan siswa : Studi kasus di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang .

(1)

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN BERDASARKAN

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA

(Studi Kasus di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I.)

Oleh:

AHMAD SAEFULMILLAH

NIM.: 103011026799

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN BERDASARKAN

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA

(STUDI KASUS DI SMP ISLAMIYAH CIPUTAT TANGERANG)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I.)

Oleh:

AHMAD SAEFULMILLAH NIM: 103011026799

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA Abdul Ghofur, MA NIP: 19520520 198103 1 001 NIP: 19681208 199703 1 003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H./2009 M.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul: “Kemampuan Membaca Al-Qur’an Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Siswa (Studi Kasus di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 26 Januari 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, 26 Januari 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)

Dr. H. Abd. Fattah Wibisono, MA. ... ... NIP.: 19580112 198803 1 002

Sekretaris Jurusan PAI

Drs. Sapiudin Shiddiq, MA. ... ... NIP.: 19670328 200003 1 001

Penguji I

Prof. Dr. H. Salman Harun, MA. ... ... NIP.:

Penguji II

Drs. Sapiudin Shiddiq, MA. ... ... NIP.: 19670328 200003 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP.: 19571005 198703 1 003


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Saefulmillah

Tempat/tgl.Lahir : Tangerang, 24 Februari 1985

Nim : 103011026799

Fakultas/Jurusan : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Kemampuan Membaca Al-Qur’an Berdasarkan Latar

Belakang Pendidikan Siswa (Studi Kasus di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang).

Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA. 2. Abdul Ghofur, MA.

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memnuhi salah satu syarat memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya penulis atau hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Januari 2010


(5)

ABSTRAK

Ahmad Saefulmillah, Nomor Induk : 103011026799 “Kemampuan Membaca al-Qur’an Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Siswa (Studi Kasus di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang).”

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang agung, yang dijadikan pedoman oleh seluruh kaum Muslimin. Membacanya bernilai ibadah dan mengamalkannya merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Seorang muslim harus mampu membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan baik sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Al-Qur’an juga adalah gudangnya ilmu dan gerbangnya adalah membacanya. Mungkin tepat untuk mengilustrasikan betapa besarnya peranan membaca bagi tumbuhnya kekuatan akal dan intelektual.

Berkenaan dengan latar pendidikan pendidikan siswa yang berbeda sehingga kemampuan dalam membaca al-Qur’an pun akan berbeda pula, terutama dalam penerapan kaidah ilmu Tajwid dan pengucapan Makharijul Huruf Hijaiyah. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan bagaimana tingkat kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah yang berasal dari Sekolah Dasar (SD), serta apakah ada perbedaaan yang signifikan tingkat kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda. Begitu juga dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan terhadap kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an di SMP Islamiyah Ciputat.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu lebih menitik beratkan pada pengumpulan data empiris, kemudian diolah menggunakan data statistik. Guna menjawab permasalahan ada atau tidaknya perbedaan kedua variabel yang diteliti. Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Komparasional yaitu untuk mencari perbedaan antara dua variabel. Teknik pengumpulan datanya yaitu dengan teknik observasi, wawancara, tes lisan dan dokumentasi. Tekhnik pengolahan data menggunakan teknik analisis komparasional tes “t” yang bersumber dari hasil tes lisan dan nilai raport BTQ siswa kelas 1 SMP Islamiyah, kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Hal ini untuk mengetahui tingkat perbedaan kedua variabel tersebut.

Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian dengan t tes yang diperoleh dari hasil ujian semeter BTQ sebesar 3,49, sedangkan t tabel 2,03 dan 2,72, maka t tes adalah lebih besar dari t tabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1 %. Begitu juga hasil penelitian dengan t tes yang diperoleh dari hasil tes lisan sebesar 3,89, baik t tabel pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1% itu t tesnya lebih besar dari t tabel. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda.


(6)

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan tabel “r” product moment

ternyata dengan df sebesar 38 dan taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,325; sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh r tabel = 0,418; karena r xy atau ro

pada taraf signifikansi 5% dan 1% itu lebih besar dari r tabel (0,573 > 0,325 dan 0,573 > 0,418), maka pada taraf signifikansi 5% dan 1% Hipotesa Alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesa Nihil (Ho) ditolak, berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% dan 1% itu memang terdapat korelasi positif yang signifikan antar variabel X dengan variabel Y korelasinya sedang atau cukup. Maka dari itu tinggi rendahnya siswa yang berbeda latar belakang pendidikan itu ada hubungannya (berpengaruh) terhadap tinggi rendahnya kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an, dan korelasi positif itu adalah korelasi yang sedang atau cukup.


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan segala potensi peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt., cerdas terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa dan negara serta Agama. Proses itu sendiri sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.1

Begitu juga di dalam GBPP PAI, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pangajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.2

Dari pengertian di atas, ternyata Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individu (peserta didik) dan sosial yang membawa penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian Islam secara komprehensif. Agar penganutnya mampu memikul amanat yang dikehendaki oleh Allah, pendidikan Islam harus kita maknai secara rinci. Karena itu, keberadaan referensi atau sumber pendidikan Islam harus merupakan sumber utama Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.

Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipal diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama tentu saja adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an misalnya memberikan prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan sosial. Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan warisan pemikiran Islam yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.3

Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kaffah), maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.4

Dalam surat Al-Isra’ ayat 9 Allah berfirman:

! " #$%

&'()* +, $

1

Dr. Armai Arief, MA., Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 3.

2

Drs. Muhaimin, M.A. et.al. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah). (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 3, h. 75-76.

3

Prof. Dr. Azyumardi Azra, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), Cet. 4, h. 9.

4

Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 3.


(8)

-. / 024

-5 #67

"8

48 ,

9

2

:;

$%

<&=>+

? @A$%

/'

B

C

DEF

“Sesunguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira bagi kaum mukminin yang banyak berbuat amal kebajikan, sesungguhnya bagi mereka pahala yang besar.” (Al-Isra’: 9).

Al-Qur’an merupakan salah satu sumber dari pendidikan yang berbasis Islam. Maka dari itu, siswa yang berada pada lembaga tersebut harus mempunyai kemampuan dalam membaca al-Qur’an dengan fasih, memahami isi kandungan al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Membaca al-Qur’an merupakan bagian dari ibadah misalnya shalat. Oleh karena itu kemampuan membaca al-Qur’an menjadi pra syarat syahnya ibadah shalat seseorang.

Dalam pengajaran agama di sekolah banyak sekali problem yang dihadapi guru PAI, khususnya dalam membaca al-Qur’an. Siswa yang berasal dari Sekolah Dasar memasuki sekolah yang berbasis Islam yakni SMP Islam atau Madrasah, mungkin pengetahuan dan pengalaman belajar yang diperolehnya dalam membaca Qur’an sangat sedikit. Maka dapat diduga minatnya dalam mempelajari al-Qur’an pun tidak terlalu besar. Sedangkan siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah kemudian masuk ke SMP Islam tidak akan terlalu kesulitan dalam membaca al-Qur’an ini karena mereka mendapatkan pengalaman belajar yang lebih daripada siswa yang berasal dari Sekolah Umum. Hal ini akan menyebabkan perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an yang diraih oleh siswa-siswa yang berbeda latar belakang pendidikannya tersebut.

Salah satu faktor yang menghambat sampainya informasi yang disampaikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam proses pembelajaran adalah latar belakang pendidikan siswa. Latar belakang pendidikan di sini adalah jenjang pendidikan yang dilalui oleh siswa sebelum siswa tersebut masuk ke jenjang pendidikan berikutnya, pada penelitian ini ditujukan pada pendidikan mereka sebelum mereka memasuki Sekolah Menengah Pertama. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yakni pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.


(9)

Bentuk lembaga pendidikan di Indonesia tidak hanya sekolah, melainkan juga Madrasah. Dari masing-masing pengelola ini memiliki karakteristik dan kekhususan tersendiri yang tercermin dalam tujuan intitusionalnya. Perbedaan ini berimplikasi kepada perbedaan struktur program pengajarannya tertuang dalam kurikulum yang digunakan oleh lembaga tersebut. Namun demikian, kesemuanya mengarah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Begitu pentingnya keseimbangan antara keimanan dan pengetahuan seseorang. Oleh karena itu disamping ilmu pengetahuan umum siswa mungkin juga harus mempelajari ajaran-ajaran Allah yang terdapat di dalam al-Qur’an, dengan cara membaca dan memahami isi kandungannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai hal tersebut dan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah yang

berjudul: “KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN BERDASARKAN

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA (Studi Kasus di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang)”.

5

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Naisonal (Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 6.


(10)

Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka timbullah beberapa pertanyaan yang diidentifikasikan antara lain sebagai berikut:

a. Perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang.

b. Praktek Pembelajaran Membaca al-Qur’an di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang.

c. Metode yang digunakan pada pembelajaran membaca al-Qur’an di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca al-Qur’an di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang.

e. Pengaruh antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa SMP Islamiyah Ciputat dalam pembelajaran membaca al-Qur’an.

2. Pembatasan masalah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pembahasan ini, penulis membatasi permasalahan pada:

a. Perbedaan kemampuan memahami tajwid dalam membaca al-Qur’an SMP Islamiyah Ciputat siswa yang berasal dari Sekolah Dasar dan siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah dengan cara membandingkan kemampuan memahami tajwid dalam membaca al-Qur’an mereka.

b. Pengaruh antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an.


(11)

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan permasalahannya adalah:

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan lisan dalam membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari Sekolah Dasar dengan kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari Madsarah Ibtidaiyah.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an.

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian pada skripsi ini adalah untuk:

Menemukan data terkait dengan realitas kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang berasal dari Sekolah Dasar.

Menemukan data terkait dengan realitas kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah.

Menemukan data terkait dengan perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang berasal dari Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang nanti akan dilihat dari nilai raport dan kemampuan lisan dalam membaca al-Qur’an siswa.


(12)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN MEMBACA

AL-QUR’AN BERDASARKAN LATAR BELAKANG

PENDIDIKAN SISWA

Al-Quran dan Keutamaan Membacanya

Pengertian al-Qur’an dari segi bahasa, terdapat berbagai macam pendapat berbeda yang dikemukakan oleh para ahli. Sebagian berpendapat, penulisan lafal al-Qur’an dibubuhi huruf hamzah. Pendapat lain mengatakan penulisannya tanpa dibubuhi huruf hamzah. Asy-Syafi’i, al-Farra, dan al-Asy’ari termasuk di antara ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis tanpa huruf hamzah. Dan pendapat ini jauh dari kaidah pemecahan kata (isytiqaq) dalam bahasa Arab. Di antara para ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis dengan tambahan huruf hamzah di tengahnya adalah al-Zajjaj, dan al-Lihyani.

Pendapat yang terakhir bahwa al-Qur’an dengan tambahan huruf hamzah di tengahnya itu lebih kuat dan lebih tepat, karena dalam bahasa Arab lafal al-Qur’an adalah bentuk masdar yang maknanya sinonim dengan qira’ah berarti bacaan. Ia merupakan kata turunan (Masdar) dari kata Qara’a (fiil madhi) dengan

ism al-maf’ul, yaitu maqru’ yang artinya dibaca. Pengertian ini merujuk pada sifat al-Qur’an yang difirmankan-Nya dalam al-Qur’an (Q.S. al-Qiyamah [75]: 17-18). Dalam ayat tersebut Allah berfirman:

/ GH

I&>

8J2

I&> K

8# $

DLMF

2N O2P

&>

KP%

2#

@Q R S

2P

I&> K

8#

DLF

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”. (QS. Al-Qiyamah: 17-18).6

6

Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 4-6.


(13)

Menurut Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan dalam bukunya

Pengantar Ilmu Tafsir bahwa Al-Qur’an itu Kalamullah, meliputi dua macam Kalam yaitu Nafsi dan Lafdzi. Mereka yang cenderung pada kalam nafsi hanya kalangan Mutakallimin. Mereka mungkin berkepentingan untuk membebaskan Allah dari sifat-sifat yang hadits di satu pihak. Adapun yang lebih condong pada

kalam lafdzi adalah dari kalangan: Ushuliyyin, para Fuqaha dan ahli bahasa Arab. Ulama Ushul dan Fuqaha cenderung pada kalam lafdzi karena mereka berkepentingan dengan lafaz-lafaz al-Qur’an itu dalam rangka menentukan dalil-dalil hukum atau dalam rangka istinbath hukum, karena untuk itu semua, tidak mungkin dilakukan tanpa ada lafaz.

Dengan pola pikir tersebut di atas, dari segi istilah ulama Ushul, Fuqaha dan ahli bahasa Arab menyepakati definisi al-Qur’an sebagai berikut:

!

"ﺡ $

%

&ﺕ'

(

“Al-Qur’an adalah kalamullah yang mengandung i’jaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang termaktub dalam mushaf-mushaf (utsmani) yang dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawatir yang dianggap bernilai ibadah.”7

Menurut Manna’ al-Qaththan, al-Qur’an adalah firman Allah (kalamullah) yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang pembacaannya menjadi suatu ibadah.8

Menurut Abu Syuhbah al-Qur’an adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yang memiliki kemu’jizatan lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.9

Menurut Dr. Subhi as-Shalih merumuskan definisi al-Qur’an adalah Kalam Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan tertulis di dalam

7

Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Bulan Binatang, 1992), h. 38-39.

8

Syaikh Manna’ al-Qaththan, H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc. (Penterjemah), Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), cet. Ke-4, h. 18.

9


(14)

mushaf berdasarkan sumber-sumber mutawatir yang bersifat pasti kebenarannya, dan yang dibaca umat Islam dalam rangka ibadah. Penamaan al-Qur’an yang demikian itu telah disepakati bulat oleh semua ulama ahli ilmu kalam, ulama ahli ilmu Fiqh dan ulama ahli ilmu bahasa Arab.10

Dari definisi-definisi di atas terdapat beberapa segi yang membedakan al-Qur’an dari kitab-kitab lainnya, yaitu:

1. Isi al-Qur’an

Dari segi isi, al-Qur’an adalah kalamullah atau firman Allah. Dengan jenis ini, ucapan Rasulullah, Malaikat, Jin, dan sebagainya tidak dapat disebut al-Qur’an. Kalamullah mempunyai keistimewaan yang tak mungkin dapat ditandingi oleh perkataan lainnya.

2. Cara turunnya

Dari segi turunnya, al-Qur’an disampaikan melalui Malaikat Jibril yang terpercaya (al-Ruh al-Amin). Dengan demikian, jika ada wahyu Allah langsung disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, tanpa perantaraan Malaikat jibril, seperti hadis qudsi, tidaklah termasuk al-Qur’an.

3. Penerimanya

Dari segi penerimanya, al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, seorang Rasul yang dikenal bergelar al-Amin (terpercaya). Ini berarti bahwa wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Nabi lainnya tidak dapat disebut al-Qur’an.

4. Fungsinya

Dalam definisi al-Qur’an tersebut di atas disebutkan bahwa al-Qur’an antara lain berfungsi sebagai dalil atau petunjuk atas kerasulan Muhammad saw, pedoman hidup bagi umat manusia, menjadi ibadah bagi yang membacanya, serta pedoman dan sumber petunjuk dalam kehidupan. 5. Susunannya

10


(15)

Al-Qur’an terhimpun dalam suatu mushaf yang terdiri dari ayat-ayat dan surah-surah. Ayat-ayat al-Qur’an disusun sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad saw. Sedangkan urutan surah dimulai dengan al-Fatihah dan diakhiri surah an-Nas disusun atas tauqifi, usaha, dan kerja keras para sahabat di zaman pemerintahan khalifah Abu bakar dan Usman bin Affan. Para sahabat yang menyusun urutan surah-surah tersebut terkenal jujur, cerdas, pandai, sangat mencintai Allah dan Rasul, dan hidup serta menyaksikan hal-hal yang berkaitan pada waktu ayat al-Qur’an turun. 6. Penyampaiannya

Al-Qur’an disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, dalam arti, disampaikan oleh sejumlah orang yang semuanya sepakat bahwa ia benar-benar wahyu Allah swt, terpelihara dari perubahan atau pergantian.

Al-Qur’an merupakan Kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw., sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi orang-orang yang taqwa. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa saja yang mempercayai serta mengamalkannya. Bukan itu saja, tetapi juga al-Qur’an itu adalah kitab suci yang paling penghabisan diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari’at yang terdapat dala kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkanya sampai merata rahmatnya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta.

Selanjutnya, Setiap Mukmin yakin bahwa membaca al-Qur’an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu, sebab yang dibacanya itu adalah Kitab Suci Ilahi. Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang Mukmin, baik di kala senang maupun di kala susah, di kala gembira ataupun di kala sedih. Malahan membaca


(16)

al-Qur’an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat penawar bagi orang yang gelisah di jiwanya.11

Sungguh banyak ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah saw. yang menunjukkan kelebihan dan keutamaan membaca dan mempelajari al-Qur’an. Berikut ini beberapa keutamaan membaca al-Qur’an:

1. Orang yang membaca al-Qur’an akan bernilai pahala yang melimpah. Firman Allah dalam QS. Faatir: 29-30:

-5 #67

U"8 V ,

W

V

C

X7

Y

"0

2#$% $

HZ["H :;

Y

"

\K$% $

]4 0

<^

/ #

_ `

'(a

/b G Kc

 $

U"A

,

/Z

b^ 0

d6

`"&R2S

DeEF

g^ G hP "

<8

`"Ai%

<8

,j

, $

d k0

\l %

@E2P

[

I&> K

m`" \

n

m`" B

6

Dj

F

o

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Faatir: 29-30).12

Membaca al-Qur’an dengan niat ikhlas dan maksud baik adalah suatu ibadah yang karenanya seorang muslim mendapatkan pahala. Begitu juga kegiatan membaca al-Qur’an per satu hurufnya dinilai satu kebaikan dan satu kebaikan ini dapat dilipatgandakan hingga sepuluh kebaikan. Bayangkan bila satu ayat atau satu surah saja mengandung puluhan aksara Arab, sebuah anugerah Allah swt. yang agung. Sebagaimana dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:

11

Muhammad Slamet Saubary, Catatan Kaki Secara Illmiah dalam al-Qur’an, (Jakarta: Perpustakaan Slamet Saubary, 1999), Jilid 1, h. 135.

12

Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 235.


(17)

) *ﺡ & & +

, -

ﺡ . /

-%

0 1 . 2 ) * '

%

/ 3

4 ﺡ 5 ' 4 ﺡ 3' 4 ﺡ " . - ' 4 ﺡ 5 .

6

7 '8

9:

;

“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dan setiap kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, melainkan alif satu huruf, laam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-Turmudzi).13

2. Membaca al-Qur’an merupakan sebagai obat (terapi) jiwa yang gundah. Membaca al-Qur’an bukan saja amal ibadah, namun juga bisa menjadi obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tenteram, dan sebagainya. Allah swt. berfirman:

pkr ?&K $

sd 0

F

0

"8

m 7

\ 6

tb J" ` $

-. / 024P

h

a

DeF

“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang beriman...” (QS. al-Isra’: 82).

Hal ini sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi hati. Mereka menyebutkan salah satu obat hati yang utama adalah membaca al-Qur’an dengan khusyu’ seraya merenungkan makna kandungannya di samping lima hal yang lain, yaitu berteman dengan orang saleh, zikir di waktu sunyi, shalat malam, dan puasa.

Dalam ilmu jiwa (psikologi) modern dinyatakan bahwa berkomunikasi dengan orang lain sangat efektif untuk mengurangi beban berat yang ditanggung jiwa. Para psikolog menyarankan orang-orang yang jiwanya tengah menanggung beban berat untuk berkomunikasi dengan orang lain, bicara dari hati ke hati, agar terkurangi bebannya. Sementara membaca al-Qur’an ibaratnya adalah komunikasi dengan Allah. Otomatis, dengan komunikasi itu, orang yang membaca al-Qur’an jiwanya akan menjadi tenang dan tenteram, lebih-lebih bila dihubungkan bahwa malaikat akan turun memberikan ketenangan kepada orang yang tengah membaca al-Qur’an.

13

Abi Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Riyadh ash-Sholihin, (Beirut: Darul Fikr, 1992), h. 432.


(18)

Jika membaca al-Qur’an efektif mengobati penyakit hati atau mental (psikoterapi), tidak menutup kemungkinan, membaca Kitab Suci (al-Qur’an) ini juga efektif untuk mengobati berbagai penyakit fisik, karena sekian penyakit fisik awalnya banyak dipicu oleh gangguan kejiwaan seperti pikiran kacau, panik, cemas, gelisah, emosi tak terkendali, dan sebagainya.14

3. Orang yang membaca al-Qur’an akan mendapat syafaat pada hari kiamat.

Al-Qur’an bisa hadir memberikan pertolongan bagi orang-orang yang senantiasa membacanya di dunia. Dari Abu Umamah, Dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw, Bersabda:

/!

<

& ﺹ> ?ﺵ )

ی ﺕBی &ﻥD .

'

6

5 * 7 '8

;

“Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya.” (HR. Muslim).15

Adab Membaca Al-Qur’an

Adab membaca al-Qur’an sangatlah diperlukan ketika kita hendak akan membaca al-Qur’an. Adapun adab membaca al-Qur’an adalah sebagai berikut: a. Adab Hati

Menurut Abu ‘Abdu al-Rahman dalam bukunya Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur’an bahwa adab membaca al-Qur’an secara hati (Bathin) antara lain:

1. Niat ikhlas membacanya semata-mata karena Allah, dengan mengharapkan ridha Allah dan memusatkan hati serta membuang semua bisikan yang ada dalam hati tatkala membaca.

2. Tadabbur (merenungkan) dan berusaha menguasai artinya, karena hal ini merupakan perintah tuhan alam semesta yang harus dilaksanakan oleh hamba Allah dengan penuh semangat setelah memahami dan merenungkannya.

3. Berusaha terkesan sehingga memberi reaksi terhadap setiap ayat yang dibacanya. Pada ayat ancaman hatinya bergetar karena takut. Terhadap ayat janji hatinya bersuka ria. Di saat disebutkan Allah, sifat-sifat dan nama-nama-Nya, hatinya tertunduk merendah.

14

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak, Membaca, Menulis, dan Mencintai al-Qur’an,

(Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 47.

15

Muslim Bin Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Fikr, 1992), h. 90.


(19)

4. Berlepas diri dari daya dan upayanya, karena tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah swt, dan tidak memperhatikan dirinya sendiri dengan penuh keridhaan dan pensucian.16

Sedangkan menurut Imam al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya Ulumuddin,

adab membaca secara hati (bathin) itu diperinci lagi menjadi arti memahami asal kalimat, cara hati membesarkan Allah, menghadirkan hati di kala membaca sampai ke tingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa. Bagi pembaca al-Qur’an ketika dia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus menghadirkan dalam hatinya betapa kebesaran Allah yang mempunyai kalimat-kalimat itu. Dia harus yakin dalam hatinya, bahwa yang dibacanya itu bukanlah kalam manusia, tapi adalah kalam Allah swt. membesarkan kalam Allah itu, bukan saja dalam membacanya, tetapi juga dalam menjaga tulisan-tulisan al-Qur’an itu sendiri.17

b. Adab Lahiriyah

Dianjurkan bagi orang yang hendak membaca al-Qur’an harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan tata cara membaca al-Qur’an. Abu ‘Abdu al-Rahman menerangkan dalam bukunya Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur’an bahwa adab membaca al-Qur’an sebagai berikut:

Disunnahkan untuk bersuci dan berwudhu terlebih dahulu sebelum membaca al-Qur’an dan bersiwak (sikat gigi) dahulu.

Lebih utamanya, membaca al-Qur’an ditempat yang bersih dan tempat yang lebih utama adalah masjid. Dengan menghadap ke arah kiblat, karena kiblat adalah arah yang paling mulia.

Membaca Ta’awudz, kemudian membaca basmalah, jika mulai dari awal surat serta jangan memotong bacaan dengan pembicaraan yang tidak penting dan memperindah suara bacaan al-Qur’an semampunya.

Memilih tempat yang layak, seperti masjid atau suatu ruangan dirumahnya yang jauh dari hal-hal yang dapat menghilangkan nilai kesuciannya. Memilih waktu yang tepat dan waktu disaat-saat Allah memperhatikan

hamba-hambanya dan saat-saat Allah menurunkan curahan-Nya. Dan waktu yang paling utama adalah sepertiga malam terakhir dan waktu menjelang subuh.

16

Abu ‘Abdu al-Rahman, Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Hadi Press, 1997), cet. I, h. 37-39.

17

Departemen Agama RI, Tajwid dan Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Peroyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 2001), h. 11.


(20)

Menangis saat membaca al-Qur’an, khususnya saat membaca ayat-ayat adzab atau melewati ayat-ayat yang melukiskan Masyhad, yaitu pada hari diperlihatkannya peristiwa yang pasti terjadi di hari kiamat dan peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi di akhirat serta keadaan yang sangat mengerikan yang pasti diperlihatkan.18

Sedangkan menurut Ahsin W. Al-Hafidz dalam bukunya Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an ia berpendapat bahwa adab membaca al-Qur’an antara lain adalah:

1. Disunnahkan membaca al-Qur’an dengan tartil (pelan-pelan sambil memperhatikan tajwidnya).

2. Disunnahkan merenungi dan memahami kandungan al-Qur’an sebab hal itu merupakan maksud dan tuntutan yang paling mulia.

3. Disunnahkan membaca al-Qur’an dengan tafkhim.

4. Disunnahkan dengan mengeraskan suara ketika membaca al-Qur’an. Atau membacanya dengan jahr, karena membacanya dengan jahr yakni dengan suara yang keras lebih uatama, sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi yang artinya:

“Allah tidak mendengarkan sesuatu selain suara merdu Nabi yang membacakan al-Qur’an dengan suara jahr.” (HR. Bukhori dan Muslim)19

Sedangkan menurut Syaikh Manna’ al-Qaththan menerangkan dalam bukunya Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an bahwa adab membaca al-Qur’an sebagai berikut:

1. Membaca al-Qur’an sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling utama dan bersiwak sebelum mulai membaca.

2. Membacanya di tempat yang bersih dan suci, untuk menjaga keagungan membaca al-Qur’an.

3. Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat. Dan membaca ta’awudz pada permulaannya serta membaca basmalah pada permulaan setiap surah.

4. Membacanya dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan jelas serta memberikan hak setiap huruf, seperti membaca mad dan idghom.

5. Membaguskan suara dengan membaca al-Qur’an dan mengeraskan bacaan al-Qur’an, karena membacanya dengan suara jahar (keras) lebih utama. 6. Membaca al-Qur’an dengan melihat langsung kepada mushaf dan

membacanya dengan hafalan.20

18

Abu ‘Abdu al-Rahman, Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur’an, h. 39-42.

19

Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 34.

20

Syaikh Manna’ al-Qaththan, H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc. (Penterjemah), Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, h. 233-237.


(21)

Kompetensi dalam Membaca Al-Quran

Kompetensi dalam membaca al-Qur’an merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari dan dipraktikan ketika membaca Qur’an, karena dengan memperhatikan kompetensi tersebut, maka kita akan mudah untuk membaca al-Qur’an dengan fasih dan benar. Adapun kompetensi dalam membaca al-al-Qur’an itu antara lain :

Tajwid

Tajwid secara bahasa berasal dari kata “Jawwada-yujawwidu-tajwidan”

yang artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Dan pengertian yang lain menurut lughoh (bahasa), tajwid dapat juga diartikan:

ﺕ E

“Segala sesuatu yang mendatangkan kebajikan.”21

Dalam buku Tajwid dan Ilmu al-Qur’an Depag RI, Tajwid juga menurut bahasa berarti tahsin (memperindah). dikatakan hadza syaiun jayyidun artinya saya telah memperindah sesuatu.22

Sedangkan pengertian Tajwid menurut istilah adalah:

F'

' G ?$ - & * ' & ﺡ 4 ﺡ H, I J ! & 4 ی 5

ﻥ' 5 K? ' L /

, M N O'

“Ilmu yang memberikan segala pengertian tentang huruf, baik hak-hak huruf (haqqul huruf) maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak huruf (mustahaqqul huruf) dipenuhi, terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum madd, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah tarqiq, tafhim, dan semisalnya.”23

Dari pengertian Tajwid di atas, maka secara garis besar pokok bahasan (ruang lingkup) Ilmu Tajwid dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Haqqul Huruf, yaitu segala sesuatu yang lazimat (wajid ada) pada setiap huruf. Hak huruf ini meliputi sifat-sifat huruf (sifatul huruf) dan tempat keluarnya huruf (makharijul huruf). Apabila hak huruf ditiadakan, maka semua suara yang diucapkan tidak mungkin mengandung makna karena bunyinya menjadi tidak jelas.

b. Mustahaqqul Huruf, yaitu hukum-hukum baru (Aridlah) yang timbul oleh sebab-sebab tertentu setelah hak-hak huruf melekat pada setiap huruf. Mustahaqqul Huruf meliputi hukum-hukum seperti Izh-har, Ikhfa’, Iqlab, Idghom, Qolqolah, Ghunnah, Tafkhim, Tarqiq, Mad, Waqaf, dan lain-lain.

Selain pembagian di atas, ada juga yang membagi pokok bahasan Ilmu Tajwid ke dalam enam cakupan masalah, yaitu:

Makharijul Huruf, membahas tentang tempat-tempat keluarnya huruf.

21

Syeikh Muhammad al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, (Semarang: Pustaka al-‘Alawiyyah), h. 4.

22

Departemen Agama RI, Tajwid dan Ilmu al-Qur’an, h. 23.

23


(22)

Sifatul Huruf, membahas tentang sifat-sifat huruf.

Ahkamul Huruf, membahas tentang hukum-hukum yang lahir dari hubungan anatr huruf.

Ahkamul Mad Wal Qashr, membahas tentang hukum-hukum memanjangkan dan memendekkan bacaan. Ahkamul Waqfi Wal Ibtida’, membahas tentang hukum-hukum menghentikan dan memulai bacaan. Al-Khoththul Utsmaniy, membahas tentang bentuk tulisan mushaf Ustmaniy.24

Para ahli qira’ah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tajwid adalah menghiasi bacaan al-Qur’an, yakni memerlukan setiap huruf sesuai dengan haknya dan runtutannya mengembalikan huruf pada makhrajnya masing-masing melantunkannya dengan cara yang baik dan sempurna tanpa berlebih-lebihan.25

Para ulama, dahulu dan sekarang, menaruh perhatiaan besar terhadap tilawah (cara membaca) al-Qur’an sehingga mengucapkan lafaz-lafaz al-Qur’an menjadi lebih baik dan benar. Cara membaca ini, di kalangan mereka dikenal dengan Tajwidul Qur’an. Mereka mendefinisikan Tajwid sebagai ”memberikan kepada huruf akan hak-hak dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj

dan asalnya, serta mengaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa-paksakan.”

Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-kaidah tertentu yang harus dipedomani dalam pengucapan huruf-huruf dari makhrajnya disamping harus pula diperhatikan hubungan setiap huruf dengan yang sebelum dan sesudahnya dalam cara pengucapannya. Oleh karena itu tidak dapat diperoleh hanya sekedar dipelajari namun juga harus melalui latihan, praktek dan menirukan orang yang baik bacaannya.26

Membaca al-Qur’an termasuk ibadah dan karenanya harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Sikap memperbaiki bacaan al-Qur’an dengan menata huruf sesuai dengan tempatnya merupakan suatu ibadah, sama halnya meresapi, memahami, dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an merupakan suatu ibadah. Sahabat Abdullah bin Mas’ud berpesan, “Jawwidul Qur’an,” ‘bacalah al-Qur’an itu dengan baik’ (bertajwid). Para ulama menyebut membaca al-Qur’an yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid sebagai al-Lahn, yakni kekeliruan atau cacat dalam membaca.

Atas dasar perlunya membaca al-Qur’an secara bertajwid, anak (siswa) hendaknya diajarkan ilmu tajwid. Dalam ilmu tajwid diajarkan bagaimana cara melafalkan huruf yang berdiri sendiri, huruf yang dirangkaikan dengan huruf yang lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makhrajnya, belajar mengucapkan bunyi yang panjang dan pendek, cara menghilangkan bunyi huruf dengan menggabungkannya (idghom), berat atau ringan, berdesis atau tidak, mempelajari tanda-tanda berhenti dalam bacaan, dan sebagainya.27

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang agung, yang dijadikan pedoman oleh seluruh kaum Muslimin. Membacanya bernilai ibadah dan mengamalkannya merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Seorang muslim harus mampu membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan baik sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw.. Inilah salah satu tujuan mempelajari Ilmu Tajwid, sebagaimana diterangkan oleh Syekh Muhammad al-Mahmud sebagai berikut :

24

Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya: Halim Jaya, 2008), cet. Ke-2, h. 2-3.

25

Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 54.

26

Syeikh Manna’ al-Qaththan, H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc. (Penterjemah), Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, h. 229-230.

27

Ahmad Syarifuddin, Mendidik anak, membaca, menulis, dan mencintai al-Qur’an, h. 91-92.


(23)

)ی ( P Q

- R ﺕ

S?

)ی 0 T

& ی O

ﺕ +

,

I JK -

*

ﺹ & ی O H /' ) $ 3

“Tujuan (mempelajari Ilmu Tajwid) adalah agar dapat membaca ayat-ayat al-Qur’an secara betul (fasih) sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw, juga agar dapat memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca kitab Allah ta’ala (al-Qur’an).”28

Hukum mempelajari Tajwid sebagai disiplin ilmu adalah Fardlu kifayah atau merupakan kewajiban kolektif. Artinya, mempelajari secara mendalam tidak diharuskan bagi setiap orang, tetapi cukup diwakili oleh beberapa orang saja. Namun, jika dalam suatu kaum tidak ada seorangpun yang mempelajari Ilmu Tajwid, maka berdosalah kaum itu. Adapun hukum membaca al-Qur’an dengan menggunakan aturan Tajwid adalah Fardlu ‘Ain atau merupakan kewajiban pribadi, karenanya apabila seseorang membaca al-Qur’an dengan tidak menggunakan Ilmu Tajwid, hukumnya dosa.

Dalam kitab Hidayatul Mustafid Fi Ahkamit Tajwid dijelaskan:

H,

- U & H

' )ی ?, U &ﻥ

4 ﺥ3 ی

- ?

- ) * ' 5 *

“Tidak ada perbedaan pendapat bahwa (mempelajari) Ilmu Tajwid hukumnya Fardlu Kifayah, sementara mengamalkannya (ketika membaca al-Qur’an) hukumnya Fardlu ‘Ain bagi setiap muslim dan muslimah yang telah mukallaf.”29

Makharijul Huruf

Makhraj ditinjau dari morfologi berasal sari fi’il Madly WX ﺥW yang berarti keluar. Kemudian diikutkan wazan WH ?W

yang bershigot isim makan, maka menjadi WX KW yang berarti tempat keluar. Bentuk jama’nya adalah 4' X8 K

yang berarti tempat-tempat keluar. Jadi “Makharijul Huruf” berarti tempat-tempat keluarnya huruf. Secara bahasa Makhraj artinya; X' K Yﺽ yang berarti tempat keluar.

Sedang menurut istilah, makhraj adalah:

5ﺱ !

4

& I 2 ی \: H

“Suatu nama tempat, yang padanya huruf dibentuk (diucapkan).”

Jadi, Makharijul Huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan. Ketika membaca al-Qur’an, setiap huruf harus dibunyikan sesuai Makhrajnya. Kesalahan dalam pengucapan huruf dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang sedang dibaca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran apabila dilakukan dengan sengaja dan benar.

28

Syeik Muhammad al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, h. 4.

29


(24)

Contoh kesalahan Makhraj yang menyebabkan berubahnya arti misalnya ‘Ainnya lafaz W- W pada kalimat + W

- 8

W yang terbaca Hamzah. Arti W- W dengan ‘Ain adalah semesta alam, sedang W- 3W dengan hamzah adalah (segala) penyakit.30

Para ulama berbeda pendapat tentang pembagian Makharijul Huruf. Imam Syibawaih dan asy-Syatihiby berpendapat bahwa Makhraj Huruf terbagi atas 16 Makhraj, sementara menurut Imam al-Farra’ terbagi atas 14 Makhraj. Namun pendapat yang paling masyhur dalam masalah ini adalah yang menyatakan bahwa Makhorijul Huruf terbagi atas 17 Makhraj. Imam Kholil bin Ahmad menjelaskan bahwa pendapat inilah yang banyak dipegang oleh qori’ termasuk Imam Ibnu Jazariy – serta para ahli Nahwu.

Selanjutnya, ketujuhbelas Makhraj ini klasifikasikan ke dalam lima tempat. Lima tempat inilah yang merupakan letak Makhraj dari setiap huruf. Lima tempat yang dimaksud dalam Makharijul Huruf ialah:

a. Al-Jauf, lobang (rongga) tenggorokan dan mulut.= 1 Makhraj

b. Al-Halq, tenggorokan = 3 Makhraj

c. Al-Lisan, Lidah = 10 Makhraj

d. Asy-Syafatan, dua bibir = 2 Makhraj

e. Al-Khoisyum, pangkal hidung = 1 Makhraj +

17 Makhraj Adapun perincian mengenai Makharijul Huruf yaitu:

Al-Jauf

Al-jauf artinya rongga tenggorokan dan mulut. Dari Makhraj al-Jauf ini keluar tiga huruf Mad, yaitu Alif, Wawu, da Ya’ yang bersukun. Dan ketiga huruf Mad tersebut disebut juga huruf W) ﺝW

Al-Halq

Al-Halq artinya tenggorokan. Maksudnya, tempat keluarnya huruf terletak pada tenggorokan. Dari al-Halq ini keluar tiga Makhraj, yang digunakan untuk tempat keluarnya 6 (enam) huruf. Ketiga Makhraj tersebut antara lain:

Aqshal Halq adalah pangkal tenggorokan atau tenggorokan bagian dalam. Dari Makhraj ini keluar huruf Hamzah

6 I

; dan Ha ^; 6

Watsul Halq adalah tenggorokan bagian tengah. Dari makhraj ini keluar huruf ‘Ain ;_6 dan ha;`6

Adnal Halq adalah tenggorokan bagian luar atau ujung tenggorokan. Dari Makhraj ini keluar huruf Kho ;a6 dan Ghoin;T6

Keenam huruf di atas

;

I

-

^

-

`

-

_

-

_

-

a

-

T

6

disebut juga huruf W) ﺡW yang artinya tenggorokan, karena huruf-huruf tersebut keluar dari tenggorokan.

Al-Lisan

Al-Lisan artinya lidah. Maksudnya tempat keluarnya huruf yang terletak pada lidah. Jumlah huruf Hijaiyah yang keluar dari Makhraj ini berjumlah 18 huruf dan terbagi atas 10 Makhraj.

Kedelapanbelas huruf tersebut:

;

i

-

h

-

-

g

-

f

-

N

-

e

-

F

-

G

-

8

-

-

-

U

-

\

-

X

-

d

-

c

-

b

6

Asy-Syafatan

Asy-Syafatan artinya dua bibir. Maksudnya, tempat keluarnya huruf yang terletak pada dua bibir. Bibir atas dan bibir bawah asy-Syafatan ini terbagi atas dua Makhraj, yaitu:

30

Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV Penerbit Dipenogoro, 2003), h. 20-21.


(25)

Perut (bagian dalam) bibir bawah atau bagian tengah bibir bawah dengan ujung dua buah gigi seri yang atas. Dari Makhraj ini keluar huruf Fa’ ;46

Kedua bibir atas dan bawah bersama-sama, jika kedua bibir tersebut tertutup rapat, keluarlah huruf Mim ;6 dan Ba

6

; . Ba’ lebih rapat daripada Mim. Dan jika terbuka, keluarlah huruf Wawu;'6. Keempat huruf di atas ;'- --46 disebut juga huruf W)ی ?ﺵW yang artinya dua bibir. Al-Khoisyum

Al-Khoisyum artinya Aqshal anfi (pangkal hidung). Dari al-Khoisyum ini keluar satu Makhraj, yaitu al-Ghunnah (sengau/dengung), sehingga dari Makhraj inilah keluar segala bunyi dengung/sengau. Bunyi sengau ini terjadi pada:

Nun sakinah ; 6 atau tanwun ketika dibaca idgham Bigunnah, Ikhfa’ dan ketika Nun itu bertasydid. Mim sakinah;6 ketika dibaca Idghom (Mitslain) Ikhfa (Syafawiy) dan ketika Mim itu bertasydid.31

Tartil

Dalam seni suara (nyanyian) dikenal istilah tempo untuk menunjukkan apakah suatu lagu dibawakan dengan cepat dan semangat seperti lagu-lagu mars atau dengan lambat dan khidmat seperti lagu hymne. Membaca al-Qur’an juga tidak terlepas hubungannya dengan masalah tempo ini.

Ada empat tingkatan (tempo) yang telah disepakati oleh ahli Tajwid, yaitu:

At-Tartil yaitu membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya, baik asli maupun baru dating (hukum-hukumnya) serta memperhatikan makna (ayat). Membaca dengan pelan dan tenang maksudnya tidak tergopoh-gopoh namun tidak tidak pula terseret-seret. Huruf diucapkan satu persatu dengan jelas dan tepat menurut makhrajnya dan sifatnya. Ukuran panjang pendeknya terpelihara dengan baik serta berusaha mengerti kandungan maknanya.

Al-Hadr yaitu membaca dengan cepat tetapi masih menjaga hukum-hukumnya. Yang dimaksud cepat di sini adalah dengan menggunakan ukuran terpendek dalam peraturan Tajwid, jadi bukannya keluar dari peraturan sebagaimana yang sering kita jumpai.

At-Tadwir yaitu tingkat pertengahan antara tartil dan hard. Bacaan at-Tadwir ini lebih dikenal dengan bacaan sedang tidak terlalu cepat juga tidak terlalu pelan, tetapi pertengahan anatara keduanya.

At-Tahqiq yaitu membaca seperti halnya tartil tetapi lebih tenang dan perlahan-lahan. Tempo ini hanya boleh dipakai untuk belajar (latihan) dan mengajar. Dan tidak boleh dipakai pada waktu shalat atau menjadi imam.32

Membaca al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan bacaan lainnya karena ia adalah kalam Allah swt. Oleh karena itu, membacanya mempunyai etika zahir adalah membacanya dengan tartil. Makna membaca dengan tartil adalah dengan perlahan-lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya.

As-Suyuti mengatakan bahwa disunnahkan membaca al-Qur’an dengan tartil. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS. Al-Muzammil ayat 4:

Fu ZS ` $

v

S

2S

DF

o

Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.”(QS. Al-Muzammil: 4).33

31

Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, h. 28-36.

32


(26)

Dalam kitab al-Burhan karya az-Zarkasyi dikatakan kesempurnaan tartil adalah dengan membaca dengan seksama lafal-lafalnya serta jelas huruf-hurufnya, dan satu huruf tidak ada yang tercampur dengan huruf lain. Dan yang paling sempurna adalah dengan membacanya di rumahnya. Jika ia membaca ayat yang berisi ancaman maka ia membacanya dengan ekspresi ancaman dan jika ayat itu berisi pemuliaan maka ia membacanya dengan ekspresi pemuliaan.

Al-Ghazali mengatakan bahwa tartil disunnahkan tidak semata untuk

tadabbur. Karena non-Arab yang tidak memahami makna al-Qur’an juga disunnahkan untuk membaca dengan tartil karena tartil lebih dekat kepada pemuliaan dan penghormatan terhadap al-Qur’an, dan lebih berpengaruh bagi hati daripada membaca dengan tergesa-gesa dan cepat.34

Metode-Metode Pembelajaran Membaca al-Qur’an

Metode merupakan alat atau fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran mencapai tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pegajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran.35

Dalam menggunakan model mengajar sudah barang tentu guru yang tidak mengenal metode mengajar jangan diharap bisa melaksanakan proses belajar mengajar sebaik-baiknya. Hal yang penting dalam metode ialah, bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.

Adapun jenis-jenis metode pembelajaran membaca al-Qur’an adalah : Metode Musyafahah (Adu Lidah)

33

Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, h. 231.

34

Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, h. 233.

35

Pupuh Fathurrahman, Strategi Belajar Mengajar Suatu Pendekatan Baru dan Praktis, (Bandung: Tunas Nusantara, 2001), h. 58.


(27)

Dalam metode ini guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul anak atau murid. Dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak dapat melihat dan menyaksikan langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya, yang disebut Musyafahah (adu lidah). Metode ini diterapkan oleh Nabi Muhammad saw kepada kalangan sahabat.

Metode Sorogan atau ‘Ardul Qira’ah (Setoran Bacaan)

Dalam metode ini murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya. Metode ini dikenal dengan metode Sorogan atau ‘Ardul Qira’ah

(Setoran Bacaan). Metode ini terdapat sisi positif yaitu aktifnya murid (cara belajar siswa aktif).36

Metode Al-Bayan

Metode al-Bayan merupakan metode yang mengajarkan cara cepat belajar al-Qur’an dengan bacaan yang baik dan benar menurut ilmu tajwid, disusun secara sistematis, dilengkapi dengan pengetahuan tajwid praktis, dan dibantu dengan cara membaca versi Indonesia. Bacaannya menggunakan bacaan yang sudah umum di Indonesia yakni menurut riwayat Imam Hafsh ‘an ‘Ashim Thariq Syathibiyah.

Metode bayan menggunakan tingkat usia sekolah dan jumlah pertemuan sebagai tolak ukur pembelajarannya, sehingga bagi mereka mempunyai masa pembelajaran yang berbeda. (Lihat Tabel).

Usia Sekolah Waktu yang diperlukan Buku Panduan

TK B s/d kelas 3 SD 21 pertemuan Jilid 1

Kelas 4 SD s/d 3 SMP 19 pertemuan Jilid 2

SMU s/d seterusnya 16 pertemuan Jilid 3

Adapun bagi mereka yang ingin mengajar dan belajar mandiri dengan metode al-Bayan, cukup menggunakan jilid 4.

Dengan berpegang pada tolak ukur tersebut maka hingga pertemuan terakhir, dijamin akan mampu membaca al-Qur’an dengan baik, lancar,

36

Ahmad Syarifuddin, Mendidik anak, membaca, menulis, dan mencintai al-Qur’an, h. 81.


(28)

menguasai bacaan panjang-pendek, bacaan dengung (gunnah) dan hukum-hukum bacaan panjang (mad).

Untuk memperoleh manfaat terbaik dan mencapai hasil yang maksimal dengan metode al-Bayan, lakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Gunakan skema proses pembelajaran, yakni 10 (sepuluh) pertemuan untuk menguasai cara membaca,dan 11 (sebelas) pertemuan untuk menguasai cara membaca yang benar dengan ilmu tajwid.

b. Tidak berpindah ke pertemuan selanjutnya, jika pertemuan sebelunya belum dikuasai.

Manfaat yang dapat diambil dari belajar dengan menggunakan Metode al-Bayan antara lain adalah terbebas dari buta huruf al-Qur’an, mempermudah belajar membaca al-Qur’an, dapat membaca al-Qur’an secara baik dan benar dalam waktu singkat, dan dapat menguasai pengetahuan ilmu tajwid.37

Metode Drill (Latihan).

Setelah menjelaskan metode-metode di atas, perlu juga dibahas metode Driil. Metode drill (latihan) adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap pelajaran yang sudah diberikan.

Metode ini berasal dari metode pengajaran Herbart, yaitu metode asosiasi dan ulangan tanggapan, yang dimaksud dengan memperkuat tangggapan pada murid-murid. Metode driil biasanya digunakan pada pelajaran yang bersifat motoris seperti pelajaran menulis, pelajaran bahasa, pelajaran keterampilan, dan pelajaran yang bersifat kecakapan mental, dalam arti melatih anak-anak berfikir cepat. Dalam pendidikan agama metode ini sering dipakai untuk melatih ulangan pelajaran al-Qur’an dan praktik ibadah.38

Metode latihan (drill) atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan dari apa yang sudah dipelajari. Metode latihan mempunyai kebaikan-kebaikan,

37

O. Surasman, Metode Al-Bayan Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. vii-viii.

38

Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 106.


(29)

antara lain adalah pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan, pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya, dan pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi otomatis.39

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

al-Qur’an

Dalam diri setiap muslim mempunyai kemampuan membaca Al-Qur’an, ada berbagai macam tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an dari yang tinggi, sedasng, sampai yang rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor di antaranya yaitu:

Faktor Pembawaan

Sebelum kita utarakan lebih lanjut, dapatlah kiranya kita mengatakan bahwa pembawaan adalah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan).

Kesanggupan untuk membaca Al-Qur’an yang diawali dengan terbata-bata telah ada dalam pembawaannya akan berkembang, dan karena lingkungan dan kematangannya pada suatu saat tertentu anak dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Sehinga jelas pembawaan dapat mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an.

Faktor Keturunan

Maksud dari keturunan di sini adalah sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak. Jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Misalnya seorang Bapak atau Ibu ada persamaan dengan anaknya dalam membaca Qur’an pada waktu membaca Al-Qur’an. Dapat juga sifat-sifat ini bersembunyi selama beberapa generasi mungkin

39

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 217-218.


(30)

juga sifat-sifat keturunan itu diwsarisi dari nenek atau buyutnya. Sehingga anak tersebut mempunyai kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai dengan keturunan.

Faktor Lingkungan

Seorang ahli psikologi dari Amerika yang bernama Sartain mengatakan bahwa:

Lingkungan (environment) adalah meliputi segala kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.40

Ditambahkan oleh Sartain bahwa lingkungan itu dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:

a. Lingkungan Alam/Luar (Extenalor Physical Environment)

Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan dan sebagainya.

b. Lingkungan Dalam (Internal Environmet)

Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang termasuk lungkungan luar. Contohnya makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh-pembuluh darah atau di dalam cairan limpa yang mempengaruhi tiap-tiap sel di dalam tubuh.

c. Lingkungan Sosial (Social Environment)

Lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan soaial itu ada yang kita terima secara langsung, seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, keluarga kita, teman-teman kita, kawan sekolah, seperjaan, dan sebagainya.41

Dari uraian faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an di atas, bahwa faktor pembawaan, keturunan, dan lingkungan merupakan

40

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-23, h. 28.

41


(31)

faktor yang sangat penting sekali dalam proses meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.

Pendidikan sebagai Faktor Pengaruh terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.42

Pendidikan juga dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa.43

Dilihat dari sudut proses bahwa pendidikan adalah proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya. Dilihat dari sudut pengertian atau definisi, dengan demikian pendidikan itu ialah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melaui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung dalam bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di sekolah dan di luar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada pendidik yang melayani para siswanya melakukan kegiatan belajar, dan pendidik menilai atau mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa tersebut dengan prosedur yang ditentukan.

Dengan mulainya anak bersekolah, dunia anak semakin luas dan demikian pula pemahamannya. Pemahaman anak mengenai lingkungan meningkat tidak hanya melalui pengajaran formal yang diterima di kelas tetapi juga diperluas

42

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Naisonal, h. 2-3.

43


(32)

melalui pertukaran pikiran dengan teman-teman sebayanya dan melalui kemampuan membaca di lingkungan tempat tinggalnya.

Secara lebih khusus Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah memiliki jumlah mata pelajaran yang berbeda di mana materi pada Sekolah Dasar lebih bersifat pendidikan umum, sedangkan materi pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah selain pendidikan umum juga mencakup pendidikan agama sehingga materi pelajarannya pun berbeda.


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

B. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.44

Sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca al-Quran siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah dan variabel kedua adalah kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal Sekolah Dasar.

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang yang beralamat di Jalan Ki hajar Dewantara No. 23 Ciputat Tangerang-Banten. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah selama empat bulan, dimulai dari tanggal 7 September sampai 23 Desember 2009.

B. Metode penelitian

Metode penilitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif lebih menitikberatkan pada pengumpulan data empiris, kemudian diolah menggunakan statistik guna menjawab permasalahan ada atau tidaknya perbedaan kedua variabel yang diteliti. Jenis pendekatan yang digunakan dala penelitian ini adalah komparasional yang bertujuan untuk mencari perbandingan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif. Hal ini agar penulis dapat memperoleh data yang lengkap dan gambaran mengenai keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti, yaitu gambaran perbandingan antara kemampuan membaca al-Qur’an siswa.

Adapun jenis pendekatan yang digunakan juga dalam penelitian ini adalah

korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan (pengaruh) antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara deksriptif. Hal ini agar penulis dapat memperoleh data yang lengkap dan gambaran mengenai keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti, yaitu gambaran pengaruh siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an. Dalam teknik penulisan penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

44

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. Ke-6, h. 82.


(34)

C. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti.45 Adapun populasi yang terdapat pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas satu SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Tahun Pelajaran 2008-2009 yang berjumlah 292 orang.

2. Sampel

Sampel adalah suatu proses proporsi kecil dari populasi yang seharusnya diteliti, yang dipilih atau ditetapkan untuk keperluan analisa.46 Penulis mengambil sampel sebanyak 13 % dari keseluruhan populasi yang ada, yaitu 40 orang siswa masing-masing 20 orang siswa berlatar belakang pendidikan madrasah ibtidaiyah dan 20 orang siswa berlatar belakang pendidikan sekolah dasar. Dengan tehnik pengambilan sampel yang diambil secara acak yaitu menggunakan tehnik purposive random sampling.

D. Teknik pengumpulan data

Mengenai perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an siswa berdasarkan latar belakang pendidikan siswa, dan hubungan (pengaruh) antara sikap siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran al-Qur’an di SMP Islamiyah, maka penulis menggunakan beberapa alat untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah

penelitian sehingga tercapai tujuan yang telah dirumuskan, teknik tersebut yaitu: 1. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang yang tampak pada objek penelitian mengenai perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an siswa berdasarkan latar belakang siswa, dan pengaruh antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan

45

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 108.

46

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), h. 266.


(35)

dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an di SMP Islamiyah serta mengamati secara langsung data-data yang diperlukan. Dengan demikian data yang didapat oleh penulis selama observasi berlangsung dapat menjadi masukan bagi penulisan skripsi ini.

Observasi dilakukan untuk mengadakan pengumpulan dan pencatatan secara sistematis terhadap yang berkaitan dengan kejadian penelitian. Adapun yang menjadi sasaran observasi adalah lingkungan sekolah, sarana prasarana sekolah, keadaan para siswa dan para guru serta pengajaran membaca al-Quran di Lingkungan SMP Islamiyah Ciputat Tangerang.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapat hal-hal atau varibel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan peratura-peraturan. Dalam hal ini, penulis gunakan untuk mendapatkan data-data yang berkenaan dengan latar belakang berdirinya SMP Islamiyah Ciputat yang memberi input sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Tes Lisan

Tes lisan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca al-Quran siswa. Dalam melakukan tes lisan ada empat kategori nilai kemampuan dalam membaca al-Qur’an. Kategori tersebut adalah sebagai berikut:

a. Nilai antara 80-100: kategori kemampuan membaca al-Qur’an sangat baik (istimewa), dilihat dari segi bacaan sesuai tajwid, fasih dalam pengucapan huruf atau makharijul huruf, serta lancar dalam membaca. Kategori baik dalam penguasaan ilmu tajwid.

c. Nilai antara 70-79: kategori membaca al-Qur’an baik, dilihat dari segi bacaan sesuai tajwid, fasih dalam pengucapan huruf atau makharijul huruf, akan tetapi membacanya sedikit terbata-bata atau belum lancar. Kategori cukup dalam mengetahui ilmu tajwid.

d. Nilai antara 60-69: kategori membaca al-Qur’an cukup, dilihat dari segi bacaan tajwid belum benar, pengucapan huruf atau makharijul huruf kurang benar dan membacanya masih terbata-bata atau belum lancar. Kategori kurang dalam mengetahui ilmu tajwid.


(36)

e. Nilai antara 50-59: kategori membaca al-Qur’an kurang atau tidak mampu. Masih pengenalan huruf hijaiyah, sanagt kurang dalam mengetahui ilmu tajwid.

4. Wawancara

Secara umum wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk menanyakan kepada kepala sekolah, guru, dan siswa mengenai pengajaran membaca al-Quran di Lingkungan SMP Islamiyah Ciputat Tangerang. Hal ini penulis lakukan untuk memperoleh data yang menyempurnakan dari hasil observasi, guna mendukung kebenaran yang diperoleh sekaligus menambah data yang lebih sempurna. Sehingga penlitian yang penulis lakukan dapat diterima kebenarannya.

5. Angket

Teknik pengumpulan data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan (kuesioner) kepada siswa SMP Islamiyah Ciputat yang menjadi responden. Dalam hal ini penulis menggunakan pertanyaan-pertanyaan multiple choice dan bersifat langsung.

Tabel 1

KISI-KISI ANGKET

Siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dalam pembelajaran membaca al-Qur’an.

No. Indikator No. Butir Jumlah Item

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Keinginan Perhatian Disiplin Perasaan

Menyelesaikan tugas Meningkatkan kemampuan Mengembangkan bakat

1, 4 5, 6

8, 11, 14, 15, 17 3, 13, 20 7

9, 12, 16, 18, 19 2, 10

2 2 5 3 1 5 2

Jumlah 20


(37)

Setelah data-data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen antara lain wawancara dan angket. Tiap-tiap instrumen tersebut digunakan untuk melengkapi antara satu sama lainnya. Data yang diperoleh dari obsevasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan penulis untuk mendapatkan informasi-informasi yang tidak diperoleh dari angket, untuk menganalisa data-data yang telah terkumpul maka dapat digunakan analisa kulaitatif dan analisa kuantitatif. Berkenaan dengan penelitian ini, data-data yang penulis peroleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dianalisa secara kualitatif, sedangkan data yang penulis peroleh melalui penyebaran angket dan laporan hasil kemampuan baca al-Qur’an diolah atau dianalisa secara kuantitatif. Teknik analisa merupakan suatu cara untuk menguraikan keterangan-keterangan data yang diperoleh agar data-data tersebut dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang menelitinya, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu.

Penggunaan teknik analisa data penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui hasil penelitian ini, maka data yang penulis peroleh dari kuesioner atau angket yang disebarkan diolah dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 2. Teknik pengolahan data

a. Editing

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan kepada responden. Jadi setelah angket diisi oleh responden dan diserahkan kepada penulis, kemudian penulis periksa satu persatu angket tersebut. Bila ada jawaban yang meragukan atau ada pertanyaan yang belum terjawab, maka penulis menghubungi kembali responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. Tujuan dari editing ini adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan.

Dalam pengolahan data yang pertama kali dilakukan adalah editing, yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisnya. Dalam tahap ini dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran pengisian dan kejelasan penulisnya.

b. Coding

Setelah data-data tersebut diedit, penulis melakukan pengkodean dan pengelompokkan data-data tersebut berdasarkan kategori pembahasan.

c. Tabulasi

Pada tahap ini langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan memindahkan jawaban yang ada terdapat dalam angket dan telah dikelompokkan ke dalam bentuk tabel frekwensi ini untuk memudahkan penulis dalam mengolah data yang telah diedit. Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekwensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu tabel yang mempunyai kolom setiap bagian angket yang terlihat jawaban yang satu dengan jawaban yang lain dengan jelas.

d. Prosentase

Setiap data perlu diprosentasekan setelah ditabulasikan dalam jumlah frekwensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban. Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besar kecilnya tingkat keberhasilan yang diperoleh dari hasil besarnya kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran al-Qur’an yang dimiliki siswa dan sikap siswa yang berbeda latar belakang pendidikan siswa dalam pembelajaran al-Qur’an yang didapat dari responden tersebut. Adapun rumus yang di gunakan dalam mencari prosentase terdapat di bawah ini.

Untuk analisis data tentang meningkatkan kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an pada siswa SMP Islamiyah, penulis menyimpulkan dengan kriteria perhitungan sebagai berikut:


(38)

N Keterangan: P = persentase %

F = frekuensi yang diperoleh

N = Number of casses (jumlah frekuensi) 1. Analisa Data

a. Analisis Kualitatif

Data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi seperti surat kabar, buku, majalah, dan yang lainnya, kecuali laporan hasil belajar. Akan dioleh dengan analisa kualitatif karena tidak dapat ditabulasikan (diwujudkan ke dalam angka).

b. Analisis Kuantitatif

Analisa kuantitatif adalah analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan perhitungan dengan menggunakan statistik sederhana untuk memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan perhitungan prosentase dari hasil angket dan juga digunakan rumus analisis korelasi product moment. Analisis product moment tersebut dimaksudkan untuk mencari titik nilai korelasi antara variabel X dan Y dan juga untuk mengetahui apakah ada hubungannya erat, cukup atau lemah. Dan penulis juga menggunakan rumus analisis komparasional dari data nilai semester/raport dan juga dari nilai tes lisan yang dilakukan oleh siswa, untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari SD dan MI.

Kemudian teknik analisis selanjutnya adalah dengan skoring, untuk menentukan skoring semua pertanyaan dan pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut:

Tabel 2

Skor Item Alternatif Jawaban Rensponden

Positif (+) Negatif (-)

Jawaban Skor Jawaban Skor

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

4 3 2 1

Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

1 2 3 4

Dalam penelitian ini juga digunakan korelasi product moment, adapun rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment, secara operasional analisa data tersebut dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

1. Mencari angka dengan rumus:

NjXY- (jX)( jY)

rxy = [Njx² - (jx2)²] [Njy² - (jy2)²]

keterangan:


(39)

pembelajaran membaca al-Qur’an.

Y : Kemampuan (kompeten) dalam membaca al-Qur’an (nilai raport BTQ)

rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment

jxy : Jumlah hasil perkalian antara X dan Y

jX : Jumlah seluruh skor X

jY : Jumlah seluruh skor Y N : Number of cases.

2. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment. a. Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan perhitungan

dengan angka indeks korelasi “r” product moment di bawah ini: Besarnya “r” product moment Interpretasi

0.00-0.20 Antara variabel X dan variabel Y memang

terdapat korelasi, akan tetapi korelasi tersebut diabaikan (diangap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y.

0.20-0.40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang lemah atau rendah.

0.40-0.70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang sedang atau cukup.

0.70-0.90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang kuat atau tinggi.

0.90-1.00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

b. Interpretasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencri derajat bebasnya (db) atau deegres of fredom (df) yang rumusnya adalah:

df = N – nr Dengan ketentuan sebagai berikut: df : Deegres of freedom N : Number of Cases Nr : Banyaknya variabel


(40)

Kemudian dengan melihat tabel nilai koefisien korelasi “r” product moment dari person untuk berbagai (df). c. Mencari kontribusi variabel X dan variabel Y dengan rumus sebagai berikut:

Dalam penelitian ini juga penulis menggunakan Teknik Analisis Komparasional Tes “t” (“t” Tes), yaitu dengan membandingkan kemampuan membaca al-Qur’an para siswa dengan menggunakan nilai semester/raport dan tes lisan.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mencari Mean Variabel X1 dengan rumus:

M1 = jX1 N1

2. Mencari Mean Varibel X2 dengan rumus: M2 = jX2

N2

3. Mencari Deviasi Sekor Variabel X1, dengan rumus: x1 = X1 – M1

4. Mencari Deviasi Sekor Variabel X2, dengan rumus: x2 = X2 – M2

5. Mengkuadratkan x1, lalu dijumlahkan; diperoleh jx1² 6. Mengkuadratkan x2, lalu dijumlahkan; diperoleh jx2² 7. Mencari to dengan rumus:

M1 – M2

to = (jx1² + jx2²) (N1 + N2)

(N1 + N2 – 2) (N1 . N2)

8. Memberikan interpretasi terhadap to dengan mempergunakan Tabel Nilai “t”, dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(41)

a. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan, dengan jalan membandingkan besarnya “to” yang telah diperoleh dalam perhitungan dengan besarnya “to” yang tercantum dalam Tabel Nilai “t” dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau

degrees of freedomnya (df) yang dirumuskan sebagai berikut: df atau db = (N1 + N2) -2

Keterangan:

df atau db = degrees of freedom atau derajat kebebasan, N1 = Banyaknya subyek kelompok I (jumlah sampel

kelompok I)

N2 = Banyaknya subyek kelompok II (jumlah sampel kelompok II)

Setelah (db) atau (df) diperoleh, maka besarnya “t” yang tercantum dalam Tabel Nilai “t” dapat dicari, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% jika to sama dengan atau lebih besar daripada harga kritik “t” yang tercantum dalam Tabel, maka Hipotesa Nihil ditolak, sebaliknya Hipotesa alternatif diterima, berarti perbedaan Mean dari ke dua sampel itu adalah perbedaan yang signifikan.

Jika to lebih kecil daripada “t” Tabel, maka Hipotesa Nihil, disetujui atau diterima; sebaliknya Hipotesa alternatif ditolak. Berarti perbedaan Mean dua sampel itu bukanlah perbedaan yang berarti, atau bukan perbedaan yang signifikan.

b. Menarik Kesimpulan.47

47


(1)

PEDOMAN WAWANCARA OBSERVASI

Hari, tanggal : Senin, 9 November 2009 Yang diwawancarai : Mudalih, S. Ag.

Jabatan : Kepala SMP Islamiyah Ciputat

Pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Sejarah berdirinya SMP Islamiyah Ciputat? 2. Bagaimana struktur organisasi di sekolah yang bapak pimpin?

3. Berapakah jumlah guru beserta staf-stafnya ada di SMP Islamiyah Ciputat? 4. Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki sekolah yang Bapak pimpin? 5. Program apa saja yang telah Bapak lakukan untuk meningkatkan minat

membaca al-Qur’an siswa?

6. Bagaimana antusias siswa dalam mengikuti program yang telah Bapak lakukan?


(2)

BERITA WAWANCARA

Hari, tanggal : Senin, 9 November 2009 Yang diwawancarai : Mudalih, S. Ag.

Jabatan : Kepala SMP Islamiyah Ciputat Tempat : SMP Islamiyah Ciputat Tangerang.

Jawaban Kepala SMP Islamiyah sebagai berikut:

1. Bagaimana Sejarah berdirinya SMP Islamiyah Ciputat?

Jawab: SMP Islamiyah Ciputat merupakan lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan sebuah Yayasan Islamiyah telah ada sejak tanggal 12 Mei 1965, namun baru mendapatkan Status hukum pada tanggal 5 Agustus 1976 bertepatan dengan tanggal 1 Ramadhan 1398 Hijriyah, berdasarkan akta No. 16 Tanggal 11 Agustus 1978, yang berdiri diatas lahan tanah seluas 1.600 M2, yang bertempat di jalan Ki Hajar Dewantara No 23 Ciputat.

2. Bagaimana struktur organisasi di sekolah yang bapak pimpin?

Jawab: Adapun struktur organisasi di SMP Islamiyah Ciputat secara berurutan adalah di bawah mendiknas, yayasan, ketua yayasan, kepala sekolah, staf, guru dan siswa.

3. Berapakah jumlah guru beserta staf-stafnya ada di SMP Islamiyah Ciputat?

Jawab: Gurunya berjumlah 41 guru dan 16 karyawan.

4. Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki sekolah yang Bapak pimpin?

Jawab: Sarana dan prasarana penunjang sekolah termasuk cukup memadai seperti tersedianya ruang belajar 14 lokal, ruang kepsek, ruang guru, ruang tata usaha, ruang BP, ruang perpustakaan, Lab. IPA, Lab. Bahasa, Lab. Komputer, sarana Ibadah (Musholla), Lapangan Futsal dan Basket, Kantin, ruang OSIS dan Pos Satpam.

5. Program apa saja yang telah Bapak lakukan untuk meningkatkan minat membaca al-Qur’an siswa?


(3)

Jawab: sejak awal kami mengadakan general test baca al-Qur’an, setelah melakukan test kami mengklasifikasikan tingkat kemampuan baca al-Qur’an pada siswa. Sehingga kami bisa mengetahui siswa yang sudah lancar dan siswa yang belum bisa baca al-Qur’an sama sekali. Selanjutnya kami membentuk kelompok iqra, agar siswa bisa membaca lancar. Selain itu guru al-Qur’an juga mengadakan test qira’at.

6. Bagaimana antusias siswa dalam mengikuti program yang telah Bapak lakukan?

Jawab: Antusias siswa dalam mengikuti program ini cukup baik, mereka pun mengikuti program tersebut dengan senang hati.

7. Apa rencana bapak selanjutnya agar minat dan sikap siswa lebih baik lagi?

Jawab: melaksanakan program-program yang telah dirangcang oleh kami yaitu seperti program yang diadakan sejak siswa masuk SMP Islamiyah Ciputat.

Pewawancara Yang diwawancarai


(4)

Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment

dari Pearson untuk Berbagai df

Banyak variabel yang dikorelasikan 2

Harga “r” pada taraf signifikansi: df.

(degrees of freedom) atau

db. (derajat bebas)

5% 1%

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 35 38 40 45 50 60 70 80 90 100 125 150 200 300 400 500 1000 0,413 0,404 0,396 0,388 0,381 0,374 0,367 0,361 0,355 0.349 0,325 0,325 0,304 0,288 0.273 0,250 0,232 0.217 0,205 0,195 0,174 0,159 0,138 0,113 0,098 0,088 0,062 0,526 0,515 0,505 0,496 0,487 0,478 0,470 0,463 0.456 0,449 0,418 0,418 0,393 0,372 0,354 0,325 0.302 0,283 0,267 0,254 0,228 0,208 0,181 0,148 0,128 0,115 0,081


(5)

Tabel Nilai “t” Untuk Berbagai df

Harga Kritik “t” pada Taraf Signifikansi: df.

(degrees of freedom) atau

db. (derajat bebas)

5% 1%

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 35 38 40 45 50 60 70 80 90 100 125 150 200 300 400 500 1000 2,08 2,07 2,07 2,06 2,06 2,06 2,05 2,05 2,04 2,04 2,03 2,03 2,02 2,02 2,01 2,00 2,00 1,99 1,99 1,98 1,98 1,98 1,97 1,97 1,97 1,96 1,96 2,83 2,82 2,81 2,80 2,79 2,78 2,77 2,76 2,76 2,75 2,72 2,72 2,71 2,69 2,68 2,65 2,65 2,64 2,63 2,63 2,62 2,61 2,60 2,59 2,59 2,59 2,58


(6)