HASIL KAJIAN PERUBAHAN FORMAT KARTU KELU
HASIL KAJIAN PERUBAHAN FORMAT KARTU KELUARGA
Berkaitan dengan progress penyusunan kajian perubahan format kartu
keluarga, terdapat beberapa hal yang patut untuk diketahui sebagai berikut :
1. Bahwa ketentuan tentang format Kartu Keluarga diatur dalam Pasal 61 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, yang
mengamanatkan bahwa Kartu Keluarga (KK) memuat keterangan mengenai
kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK,
jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga,
kewarganegaraan, dokumen imigrasi dan nama orang tua.
Sedangkan format Kartu Keluarga sudah diatur terlebih dahulu melalui
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 94 Tahun 2003 tentang Spesifikasi,
Pengadaan dan Pengendalian Blangko Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk, Buku Register Akta dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
2. Kartu Keluarga merupakan salah satu dokumen kependudukan yang
diterbitkan setelah penduduk mencatatkan biodatanya dalam database
kependudukan. Adapun permasalahan yang terjadi dalam penerbitan Kartu
Keluarga, antara lain meliputi status perkawinan, tanggal perkawinan, status
hubungan dengan kepala keluarga, nama orang tua serta beberapa elemen
data lainnya yang seharusnya dicantumkan dalam Kartu Keluarga, tetapi
dalam format Kartu Keluarga yang berlaku sekarang tidak dicantumkan.
3. Menyikapi permasalahan yang ada serta untuk mensinergikan dengan
regulasi lainnya, maka salah satu solusi yang dapat ditempuh untuk
mengatasi permasalahan yang ada adalah dengan melakukan perubahan
format Kartu Keluarga.
1
I. GAMBARAN UMUM
Sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 61 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2013, mengamanatkan bahwa Kartu Keluarga (KK) memuat
keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan
anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga,
kewarganegaraan, dokumen imigrasi dan nama orang tua.
Menindaklanjuti amanat dimaksud, maka format Kartu Keluarga adalah sebagai
berikut :
Format Blangko Kartu Keluarga
2
Format Kartu Keluarga yang sudah diisi :
Pengaturan tentang spesifikasi blangko dan formulasi kalimat dalam Kartu
Keluarga juga sudah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 94
Tahun 2003 tentang Spesifikasi, Pengadaan dan Pengendalian Blangko Kartu
Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, Buku Register Akta dan Kutipan Akta
Pencatatan Sipil.
3
II. PERMASALAHAN
Kartu Keluarga merupakan salah satu dokumen kependudukan yang diterbitkan
setelah penduduk mencatatkan biodatanya dalam database kependudukan,
sebagaimana digambarkan dalam bagan alur di bawah ini :
Beberapa permasalahan yang terjadi dalam penerbitan Kartu Keluarga dapat
duraikan sebagai berikut :
1. Status Perkawinan
Kolom status perkawinan dalam KK diisi berdasarkan hasil input-an elemen
data Formulir F1.01 mengenai status perkawinan. Dalam Formulir F.1-01,
pilihan status perkawinan terdiri dari :
1
2
3
4
Belum Kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
4
Permasalahan terjadi ketika penduduk mengisikan kolom status perkawinan
dengan "Kawin", akan tetapi bukti perkawinan berupa Buku Nikah ataupun
Akta Perkawinan tidak dimiliki oleh penduduk tersebut, karena perkawinannya
tidak dicacatkan. Jadi dalam hal ini penduduk tersebut hanya melakukan
perkawinan secara agama atau secara adat.
Dalam kondisi tersebut, maka di dalam Kartu Keluarga yang diterbitkan, untuk
kolom status perkawinan tidak terdapat perbedaan pengisian status
perkawinan antara perkawinan yang dicacatkan dengan perkawinan yang
tidak dicatatkan, semuanya ditulis dengan "KAWIN".
Sebagaimana diketahui bahwa Kartu Keluarga merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengurusan dan penerbitan Dokumen
Kependudukan lainnya, termasuk dalam hal ini adalah penerbitan KTP-el
maupun Akta Pencatatan Sipil.
Jadi apabila dalam KK status perkawinannya ditulis "Kawin", maka seharusnya
dalam KTP-el maupun Akta Pencatatan Sipil juga ditulis "Kawin" atau
menunjukkan bahwa terdapat pasangan suami isteri yang telah
melangsungkan perkawinan.
Namun pada kenyataannya, sebelum terbitnya Permendagri Nomor 9 Tahun
2016 tentang Percepatan Peningkatan Cakupan Kepemilikan Akta Kelahiran,
maka biarpun status perkawinan dalam Kartu Keluarga ditulis kawin, tetapi
penduduk yang bersangkutan tidak memiliki akta nikah/kutipan akta
perkawinan, maka dalam register maupun kutipan akta kelahiran anaknya
hanya dicantumkan nama ibunya saja.
Dilatarbelakangi bahwa Kartu Keluarga merupakan dokumen negara yang
juga diterbitkan dan ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang, tentu saja
status perkawinan dalam Kartu Keluarga merupakan bentuk pengakuan dan
pencatatan oleh negara atas status perkawinan seseorang penduduk. Dalam
hal ini, sesuai ketentuan yang diatur dalam Permendagri Nomor 9 Tahun
2016.
Untuk penduduk yang status perkawinannya "kawin" namun perkawinannya
belum dicatatakan, supaya nama ayah dan ibunya tercantum register maupun
kutipan akta kelahiran anaknya, maka penduduk yang bersangkutan harus
melampirkan Surat Penyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) kebenaran
sebagai pasangan suami isteri.
5
Supaya sinergi dengan pelaksanaan Permendagri Nomor 9 Tahun 2016, maka
kolom status perkawinan mendesak untuk segera dilakukan perubahannya,
dengan cara menambah pilihan status perkawinan menjadi :
1
2
3
4
5
Belum Kawin
Kawin Dicatatkan
Kawin Belum Dicatatkan
Cerai Hidup
Cerai Mati
2. Penambahan Kolom Tanggal Perkawinan
Tanggal perkawinan ditulis sesuai dengan tanggal pelaksanaan perkawinan
menurut hukum agama dan kepercayaannya. Kolom tanggal perkawinan perlu
dicantumkan dalam Kartu Keluarga, karena perkawinan merupakan bagian
dari peristiwa penting kependudukan yang harus diketahui dan dicatatkan
oleh negara, sehingga hasil pencatatan berupa bukti perkawinan penduduk
akan diterbitkan setelah tanggal perkawinannya yang dapat diketahui dari
Kartu Keluarga penduduk yang bersangkutan.
3. Perubahan pilihan dalam Kolom Status Hubungan Dengan Kepala
Keluarga (SHDK)
Kolom status hubungan dengan Kepala Keluarga diisi "sesuai dengan status
hubungan setiap anggota keluarga dalam hubungannya dengan Kepala
Keluarga", yang diisi berdasarkan hasil input-an elemen data Formulir F1.01
mengenai status hubungan dengan Kepala Keluarga. Dalam Formulir F.1-01,
pilihan status hubungan dengan Kepala Keluarga terdiri dari:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kepala Keluarga
Suami
Isteri
Anak
Menantu
Cucu
Orangtua
Mertua
Famili Lain
Pembantu
Lainnya
6
Permasalahan sering terjadi berkenaan dengan penulisan SHDK
adalah :
a) Statusnya "Anak Tiri" maupun "Anak hasil Pengangkatan Anak"
Pilihan Anak dalam kolom "SHDK" tidak dibedakan antara "Anak Kandung",
"Anak Tiri" maupun "Anak hasil Pengangkatan Anak". Permasalahan akan
timbul, apabila anak tersebut merupakan "Anak Tiri" maupun "Anak hasil
Pengangkatan Anak", yang tentu saja akan ditulis dengan "Anak" walapun
anak yang bersangkutan bukan "Anak Kandung".
Permasalahan ini juga akan timbul ketika akan menuliskan "Nama Ayah"
dan "Nama Ibu" pada kolom Nama Orang Tua. Sesuai dengan petunjuk
pengisian Formulir F.1-01, maka "Nama Ayah" dan "Nama Ibu" harusnya
ditulis dengan nama ayah kandung dan nama ibu kandung penduduk ybst.
Karena pilihan untuk status anak hanya "Anak", maka pengisian kolom
nama orang tua untuk "Anak Tiri" maupun "Anak hasil Pengangkatan Anak"
seringkali terjadi kekeliruan, yaitu ditulis dengan nama "ayah" dan "nama
"Ibu" yang tertulis di dalam Kartu Keluarga tersebut. Untuk itu pilihan
status "Anak" dirubah menjadi "Anak Kandung", "Anak Tiri" dan "Anak hasil
Pengangkatan AnaK'.
b)Penjelasan tentang status untuk "Famili Lain" dan "Lainnya" perlu
diperjelas
Apabila dalam Kartu Keluarga terdapat anggota keluarga di luar "keluarga
inti", seringkali menimbulkan kebingungan pada saat penduduk mengisi
Formulir F.1-01.
Misalnya :
1) Terdapat sopir yang masih ada hubungan saudara (keponakan, saudara
sepupu, adik/kaka ipar) dengan Kepala Keluarga, maka pilihan SHDK
akan ditulis apa? "Famili Lain" atau "Lainnya"? Untuk kasus seperti ini
tentu saja anggota keluarga tersebut harus dituliskan dalam kolom
SHDK dengan "Famili Lain", karena masih mempunyai hubungan
saudara dengan Kepala Keluarganya.
2) Demikian juga apabila terdapat sopir yang tidak mempunyai ada
hubungan saudara (orang lain) dengan Kepala Keluarga, maka pilihan
SHDK akan ditulis apa ? "Famili Lain" atau "Lainnya" ?
7
Untuk kasus seperti ini tentu saja anggota keluarga tersebut harus
dituliskan dalam kolom SHDK dengan "Lainnya", karena tidak
mempunyai hubungan saudara dengan Kepala Keluarganya. Pilihan
"Lainnya" juga untuk mengakomodir asisten rumah tangga yang
menumpang dalam Kartu Keluarga tersebut. Dengan demikian,
pilihan "Pembantu" dalam SHDK yang ada sekarang diusulkan
untuk dihapus saja.
3) Demikian juga, apabila terdapat adik kandung, kakak kandung, adik ipar
dan kakak ipar dari Kepala Keluarga menjadi anggota keluarga dalam
Kartu Keluarga, maka pilihan SHDK akan ditulis apa ? "Famili Lain" atau
"Lainnya" ? Atau "Famili" yang dalam pilihan SHDK belum ada. Untuk
kasus adik kandung, kakak kandung, adik ipar dan kakak ipar dari
Kepala Keluarga, maka untuk membedakan dengan status "Famili
Lainnya" tersebut, maka sebaiknya ditambahkan pilihan "Famili" untuk
adik kandung, kakak kandung, adik ipar dan kakak ipar dari Kepala
Keluarga.
Dalam kaitannya dengan hak keperdataan maupun hak waris, penulisan
SHDK dalam Kartu Keluarga tidak boleh salah, karena akan menentukan
apakah anggota keluarga tersebut mempunyai hak keperdataan ataupun
hak waris dengan Kepala Keluarganya.
Untuk itu, kami mengusulkan agar pilihan status hubungan dengan Kepala
Keluarga terdiri dari :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kepala Keluarga
Suami
Isteri
Anak
Menantu
Cucu
Orangtua
Mertua
Famili
Famili Lain
Lainnya
8
3. Penambahan Kolom Golongan Darah
Golongan darah merupakan elemen data yang sangat penting yang
menunjukkan golongan darah yang dimiliki oleh penduduk. Kolom golongan
darah perlu dicantumkan dalam Kartu Keluarga supaya data golongan darah
dari kepala keluarga beserta seluruh anggota keluarganya dapat diketahui
sekaligus dalam satu dokumen yaitu Kartu Keluarga".
4. Penghapusan kata "NIKS" dalam kolom "NIK/NIKS"
Nomor Induk Kependudukan Sementara (NIKS) tidak dikenal lagi dalam
sistem administrasi kependudukan yang sudah terhubung (online) antara
tempat pelayanan dengan Data Center Kependudukan, karena setelah biodata
penduduk tersimpan dalam database kependudukan, maka akan langsug
diterbitkan Nomor Induk Kependudukan (NIK).
5. Penghapusan kata "KITAS" dalam kolom "Dokumen Imigrasi"
Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 62 ayat (1) UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, diamanatkan bahwa "Penduduk WNI
dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap hanya diperbolehkan
terdaftar dalam 1 (satu) Kartu Keluarga. Dengan demikian, penduduk Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas tidak dapat dicantumkan dalam
Kartu Keluarga, sehingga kepemilikan KITAS tidak perlu dicantumkan dalam
Kartu Keluarga.
9
III.USULAN PERUBAHAN FORMAT KARTU KELUARGA
Berdasarkan hasil kajian terhadap permasalahan yang terjadi dalam penerbitan
Kartu Keluarga maupun Dokumen Kependudukan lainnya, maka perubahan
usulan format Kartu Keluarga yang diusulkan adalah sebagai berikut :
KARTU KELUARGA
No .
Nama Kepala Keluarga :
Kecamatan
:
Alamat
:
Kabupaten/Kota
:
RT/RW
:
Kode Pos
:
Kelurahan/Desa
:
Provinsi
:
DATA KELUARGA
No.
Nama Lengkap
NIK
Jenis
Kelamin
1
2
3
4
Tempat Lahir
5
Tanggal Lahir
Agama
6
7
Pendidikan
8
Pekerjaan
9
Golongan
Darah
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
No. Status Perkawinan
11
Tanggal
Perkawinan
Status Hubungan
Dalam Keluarga
Kewarganegaraan
12
13
14
Dokumen Keimigrasian
No. Paspor
No. KITAP
15
16
Nama Orang Tua
Ayah
Ibu
17
18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Dikeluarkan Tanggal :
...................................., ..........................20...
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten/Kota
Kepala Keluarga
LEMBAR : I
II
III
IV
:
:
:
:
Kepala Keluarga
RT
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Nama Lengkap :
Tanda Tangan/Cap Jempol
10
Nama Lengkap :
NIP :
Berkaitan dengan progress penyusunan kajian perubahan format kartu
keluarga, terdapat beberapa hal yang patut untuk diketahui sebagai berikut :
1. Bahwa ketentuan tentang format Kartu Keluarga diatur dalam Pasal 61 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, yang
mengamanatkan bahwa Kartu Keluarga (KK) memuat keterangan mengenai
kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK,
jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga,
kewarganegaraan, dokumen imigrasi dan nama orang tua.
Sedangkan format Kartu Keluarga sudah diatur terlebih dahulu melalui
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 94 Tahun 2003 tentang Spesifikasi,
Pengadaan dan Pengendalian Blangko Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk, Buku Register Akta dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
2. Kartu Keluarga merupakan salah satu dokumen kependudukan yang
diterbitkan setelah penduduk mencatatkan biodatanya dalam database
kependudukan. Adapun permasalahan yang terjadi dalam penerbitan Kartu
Keluarga, antara lain meliputi status perkawinan, tanggal perkawinan, status
hubungan dengan kepala keluarga, nama orang tua serta beberapa elemen
data lainnya yang seharusnya dicantumkan dalam Kartu Keluarga, tetapi
dalam format Kartu Keluarga yang berlaku sekarang tidak dicantumkan.
3. Menyikapi permasalahan yang ada serta untuk mensinergikan dengan
regulasi lainnya, maka salah satu solusi yang dapat ditempuh untuk
mengatasi permasalahan yang ada adalah dengan melakukan perubahan
format Kartu Keluarga.
1
I. GAMBARAN UMUM
Sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 61 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2013, mengamanatkan bahwa Kartu Keluarga (KK) memuat
keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan
anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga,
kewarganegaraan, dokumen imigrasi dan nama orang tua.
Menindaklanjuti amanat dimaksud, maka format Kartu Keluarga adalah sebagai
berikut :
Format Blangko Kartu Keluarga
2
Format Kartu Keluarga yang sudah diisi :
Pengaturan tentang spesifikasi blangko dan formulasi kalimat dalam Kartu
Keluarga juga sudah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 94
Tahun 2003 tentang Spesifikasi, Pengadaan dan Pengendalian Blangko Kartu
Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, Buku Register Akta dan Kutipan Akta
Pencatatan Sipil.
3
II. PERMASALAHAN
Kartu Keluarga merupakan salah satu dokumen kependudukan yang diterbitkan
setelah penduduk mencatatkan biodatanya dalam database kependudukan,
sebagaimana digambarkan dalam bagan alur di bawah ini :
Beberapa permasalahan yang terjadi dalam penerbitan Kartu Keluarga dapat
duraikan sebagai berikut :
1. Status Perkawinan
Kolom status perkawinan dalam KK diisi berdasarkan hasil input-an elemen
data Formulir F1.01 mengenai status perkawinan. Dalam Formulir F.1-01,
pilihan status perkawinan terdiri dari :
1
2
3
4
Belum Kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
4
Permasalahan terjadi ketika penduduk mengisikan kolom status perkawinan
dengan "Kawin", akan tetapi bukti perkawinan berupa Buku Nikah ataupun
Akta Perkawinan tidak dimiliki oleh penduduk tersebut, karena perkawinannya
tidak dicacatkan. Jadi dalam hal ini penduduk tersebut hanya melakukan
perkawinan secara agama atau secara adat.
Dalam kondisi tersebut, maka di dalam Kartu Keluarga yang diterbitkan, untuk
kolom status perkawinan tidak terdapat perbedaan pengisian status
perkawinan antara perkawinan yang dicacatkan dengan perkawinan yang
tidak dicatatkan, semuanya ditulis dengan "KAWIN".
Sebagaimana diketahui bahwa Kartu Keluarga merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengurusan dan penerbitan Dokumen
Kependudukan lainnya, termasuk dalam hal ini adalah penerbitan KTP-el
maupun Akta Pencatatan Sipil.
Jadi apabila dalam KK status perkawinannya ditulis "Kawin", maka seharusnya
dalam KTP-el maupun Akta Pencatatan Sipil juga ditulis "Kawin" atau
menunjukkan bahwa terdapat pasangan suami isteri yang telah
melangsungkan perkawinan.
Namun pada kenyataannya, sebelum terbitnya Permendagri Nomor 9 Tahun
2016 tentang Percepatan Peningkatan Cakupan Kepemilikan Akta Kelahiran,
maka biarpun status perkawinan dalam Kartu Keluarga ditulis kawin, tetapi
penduduk yang bersangkutan tidak memiliki akta nikah/kutipan akta
perkawinan, maka dalam register maupun kutipan akta kelahiran anaknya
hanya dicantumkan nama ibunya saja.
Dilatarbelakangi bahwa Kartu Keluarga merupakan dokumen negara yang
juga diterbitkan dan ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang, tentu saja
status perkawinan dalam Kartu Keluarga merupakan bentuk pengakuan dan
pencatatan oleh negara atas status perkawinan seseorang penduduk. Dalam
hal ini, sesuai ketentuan yang diatur dalam Permendagri Nomor 9 Tahun
2016.
Untuk penduduk yang status perkawinannya "kawin" namun perkawinannya
belum dicatatakan, supaya nama ayah dan ibunya tercantum register maupun
kutipan akta kelahiran anaknya, maka penduduk yang bersangkutan harus
melampirkan Surat Penyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) kebenaran
sebagai pasangan suami isteri.
5
Supaya sinergi dengan pelaksanaan Permendagri Nomor 9 Tahun 2016, maka
kolom status perkawinan mendesak untuk segera dilakukan perubahannya,
dengan cara menambah pilihan status perkawinan menjadi :
1
2
3
4
5
Belum Kawin
Kawin Dicatatkan
Kawin Belum Dicatatkan
Cerai Hidup
Cerai Mati
2. Penambahan Kolom Tanggal Perkawinan
Tanggal perkawinan ditulis sesuai dengan tanggal pelaksanaan perkawinan
menurut hukum agama dan kepercayaannya. Kolom tanggal perkawinan perlu
dicantumkan dalam Kartu Keluarga, karena perkawinan merupakan bagian
dari peristiwa penting kependudukan yang harus diketahui dan dicatatkan
oleh negara, sehingga hasil pencatatan berupa bukti perkawinan penduduk
akan diterbitkan setelah tanggal perkawinannya yang dapat diketahui dari
Kartu Keluarga penduduk yang bersangkutan.
3. Perubahan pilihan dalam Kolom Status Hubungan Dengan Kepala
Keluarga (SHDK)
Kolom status hubungan dengan Kepala Keluarga diisi "sesuai dengan status
hubungan setiap anggota keluarga dalam hubungannya dengan Kepala
Keluarga", yang diisi berdasarkan hasil input-an elemen data Formulir F1.01
mengenai status hubungan dengan Kepala Keluarga. Dalam Formulir F.1-01,
pilihan status hubungan dengan Kepala Keluarga terdiri dari:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kepala Keluarga
Suami
Isteri
Anak
Menantu
Cucu
Orangtua
Mertua
Famili Lain
Pembantu
Lainnya
6
Permasalahan sering terjadi berkenaan dengan penulisan SHDK
adalah :
a) Statusnya "Anak Tiri" maupun "Anak hasil Pengangkatan Anak"
Pilihan Anak dalam kolom "SHDK" tidak dibedakan antara "Anak Kandung",
"Anak Tiri" maupun "Anak hasil Pengangkatan Anak". Permasalahan akan
timbul, apabila anak tersebut merupakan "Anak Tiri" maupun "Anak hasil
Pengangkatan Anak", yang tentu saja akan ditulis dengan "Anak" walapun
anak yang bersangkutan bukan "Anak Kandung".
Permasalahan ini juga akan timbul ketika akan menuliskan "Nama Ayah"
dan "Nama Ibu" pada kolom Nama Orang Tua. Sesuai dengan petunjuk
pengisian Formulir F.1-01, maka "Nama Ayah" dan "Nama Ibu" harusnya
ditulis dengan nama ayah kandung dan nama ibu kandung penduduk ybst.
Karena pilihan untuk status anak hanya "Anak", maka pengisian kolom
nama orang tua untuk "Anak Tiri" maupun "Anak hasil Pengangkatan Anak"
seringkali terjadi kekeliruan, yaitu ditulis dengan nama "ayah" dan "nama
"Ibu" yang tertulis di dalam Kartu Keluarga tersebut. Untuk itu pilihan
status "Anak" dirubah menjadi "Anak Kandung", "Anak Tiri" dan "Anak hasil
Pengangkatan AnaK'.
b)Penjelasan tentang status untuk "Famili Lain" dan "Lainnya" perlu
diperjelas
Apabila dalam Kartu Keluarga terdapat anggota keluarga di luar "keluarga
inti", seringkali menimbulkan kebingungan pada saat penduduk mengisi
Formulir F.1-01.
Misalnya :
1) Terdapat sopir yang masih ada hubungan saudara (keponakan, saudara
sepupu, adik/kaka ipar) dengan Kepala Keluarga, maka pilihan SHDK
akan ditulis apa? "Famili Lain" atau "Lainnya"? Untuk kasus seperti ini
tentu saja anggota keluarga tersebut harus dituliskan dalam kolom
SHDK dengan "Famili Lain", karena masih mempunyai hubungan
saudara dengan Kepala Keluarganya.
2) Demikian juga apabila terdapat sopir yang tidak mempunyai ada
hubungan saudara (orang lain) dengan Kepala Keluarga, maka pilihan
SHDK akan ditulis apa ? "Famili Lain" atau "Lainnya" ?
7
Untuk kasus seperti ini tentu saja anggota keluarga tersebut harus
dituliskan dalam kolom SHDK dengan "Lainnya", karena tidak
mempunyai hubungan saudara dengan Kepala Keluarganya. Pilihan
"Lainnya" juga untuk mengakomodir asisten rumah tangga yang
menumpang dalam Kartu Keluarga tersebut. Dengan demikian,
pilihan "Pembantu" dalam SHDK yang ada sekarang diusulkan
untuk dihapus saja.
3) Demikian juga, apabila terdapat adik kandung, kakak kandung, adik ipar
dan kakak ipar dari Kepala Keluarga menjadi anggota keluarga dalam
Kartu Keluarga, maka pilihan SHDK akan ditulis apa ? "Famili Lain" atau
"Lainnya" ? Atau "Famili" yang dalam pilihan SHDK belum ada. Untuk
kasus adik kandung, kakak kandung, adik ipar dan kakak ipar dari
Kepala Keluarga, maka untuk membedakan dengan status "Famili
Lainnya" tersebut, maka sebaiknya ditambahkan pilihan "Famili" untuk
adik kandung, kakak kandung, adik ipar dan kakak ipar dari Kepala
Keluarga.
Dalam kaitannya dengan hak keperdataan maupun hak waris, penulisan
SHDK dalam Kartu Keluarga tidak boleh salah, karena akan menentukan
apakah anggota keluarga tersebut mempunyai hak keperdataan ataupun
hak waris dengan Kepala Keluarganya.
Untuk itu, kami mengusulkan agar pilihan status hubungan dengan Kepala
Keluarga terdiri dari :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kepala Keluarga
Suami
Isteri
Anak
Menantu
Cucu
Orangtua
Mertua
Famili
Famili Lain
Lainnya
8
3. Penambahan Kolom Golongan Darah
Golongan darah merupakan elemen data yang sangat penting yang
menunjukkan golongan darah yang dimiliki oleh penduduk. Kolom golongan
darah perlu dicantumkan dalam Kartu Keluarga supaya data golongan darah
dari kepala keluarga beserta seluruh anggota keluarganya dapat diketahui
sekaligus dalam satu dokumen yaitu Kartu Keluarga".
4. Penghapusan kata "NIKS" dalam kolom "NIK/NIKS"
Nomor Induk Kependudukan Sementara (NIKS) tidak dikenal lagi dalam
sistem administrasi kependudukan yang sudah terhubung (online) antara
tempat pelayanan dengan Data Center Kependudukan, karena setelah biodata
penduduk tersimpan dalam database kependudukan, maka akan langsug
diterbitkan Nomor Induk Kependudukan (NIK).
5. Penghapusan kata "KITAS" dalam kolom "Dokumen Imigrasi"
Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 62 ayat (1) UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, diamanatkan bahwa "Penduduk WNI
dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap hanya diperbolehkan
terdaftar dalam 1 (satu) Kartu Keluarga. Dengan demikian, penduduk Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas tidak dapat dicantumkan dalam
Kartu Keluarga, sehingga kepemilikan KITAS tidak perlu dicantumkan dalam
Kartu Keluarga.
9
III.USULAN PERUBAHAN FORMAT KARTU KELUARGA
Berdasarkan hasil kajian terhadap permasalahan yang terjadi dalam penerbitan
Kartu Keluarga maupun Dokumen Kependudukan lainnya, maka perubahan
usulan format Kartu Keluarga yang diusulkan adalah sebagai berikut :
KARTU KELUARGA
No .
Nama Kepala Keluarga :
Kecamatan
:
Alamat
:
Kabupaten/Kota
:
RT/RW
:
Kode Pos
:
Kelurahan/Desa
:
Provinsi
:
DATA KELUARGA
No.
Nama Lengkap
NIK
Jenis
Kelamin
1
2
3
4
Tempat Lahir
5
Tanggal Lahir
Agama
6
7
Pendidikan
8
Pekerjaan
9
Golongan
Darah
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
No. Status Perkawinan
11
Tanggal
Perkawinan
Status Hubungan
Dalam Keluarga
Kewarganegaraan
12
13
14
Dokumen Keimigrasian
No. Paspor
No. KITAP
15
16
Nama Orang Tua
Ayah
Ibu
17
18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Dikeluarkan Tanggal :
...................................., ..........................20...
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten/Kota
Kepala Keluarga
LEMBAR : I
II
III
IV
:
:
:
:
Kepala Keluarga
RT
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Nama Lengkap :
Tanda Tangan/Cap Jempol
10
Nama Lengkap :
NIP :