ACARA I ACARA I ACARA I

ACARA I
DESTILASI
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara I Destilasi adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk destilasi, utama alat
berikut fungsi masing-masing bagian utama.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan
alat sesuai yang dikehendaki.
3. Mengetahui penampilan teknis mesin
a. Kapasitas alat/mesin
b. Klasifikasi kwalitas produk
B. Latar Belakang
Indonesia adalah negara maritim dimana keberadaan air melimpah.
Air adalah zat atau materi atau unsur terpenting bagi semua bentuk
kehidupan di bumi. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi terdapat
1,4 triliun kilometer kubik tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di
laut dan pada lapisan-lapisan es akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan
hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air dan lautan es. Air dalam
objek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air yaitu melalui
penguapan, hujan dan aliran air diatas permukaan tanah menuju laut. Air
bersih penting bagi kehidupan manusia. Destilasi atau penyulingan

merupakan suatu proses pemurnian zat cair yang didasarkan atas
perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan berubah menjadi uap,
uap ini adalah zat murni kemudian uap ini didinginkan. Pada pendinginan
ini uap mengembun menjadi cairan murni yang disebut destilat.
Destilasi dapat digunakan untuk memperoleh pelarut murni dari
larutan yang mengantung zat terlarut misalnya air sungai untuk
memperoleh air murni. Di Indonesia terdapat banyak sungai yang mampu
menjadi sumber penghidupan masyarakat Indonesia. Namun keadaan air
yang kurang memungkinkan untuk dikonsumsi menjadikan satu masalah

yang kompleks. Air melimpah namun tidak menjadi manfaat bagi
masyarakat. Dengan adanya proses destilasi atau penyulingan dapat
meminimalisir adanya kekurangan air dan dapat memberikan manfaat
terhadap masyarakat banyak. Tidak hanya manusia yang diuntungkan
tetapi makhluk hidup lain yang berada di bumi dapat merasakan
keuntungannya juga. Oleh karenanya, praktikum mengenai destilasi ini,
sangat bermanfaat bagi praktikan.
C. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Distilasi adalah pemisahan senyawa-senyawa suatu campuran

dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap
dari masing- masing zat tersebut. Distilasi dapat dilakukan jika titik
didih senyawa-senyawa dalam campuran memiliki perbedaan yang
berarti. Titik didih adalah temperatur pada saat cairan berubah menjadi
uap pada tekanan atmosfer atau temperatur pada saat tekanan uap
dari cairan tersebut sama dengan tekanan gas atau uap yang berada
disekitarnya (Wartini, 2009).
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik
pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang
memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat
dipisahkan dengan destilasai biasa ini untuk memperoleh senyawa
murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat
mencapai titik didih masing-masing. Destilasi vacuum memisahkan
dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode yang
digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih
rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah,
dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendestilasinya tidak
perlu terlalu tinggi (Walangare dkk, 2013).
Untuk mendestilasi suatu zat dalam destilasi secara basah
digunakan suatu panas yang diperoleh dari air yang dipanasi ataupun


uap air panas. Dalam destilasi secara basah berdasarkan sumber panas
yang digunakan dalam proses destilasi, ada tiga macam yaitu, destilasi
dengan uap panas, destilasi dengan campuran uap panas dan air serta
destilasi dengan air. Bagian alat destilasi basah terdiri dari empat
bagian bagian pertama adalah bagian penghasil panas, kedua bagian
dimana terjadi proses penyulingan, ketiga bagian pengembun dan
keempat adalah bagian pemisah bahan yang disuling dari komponen
zat yang lain (Darsam dan Afandi, 1980).
Distilasi sama halnya dengan ketel uap (steam boyler), mesin
pendingin (refrigerator), atau mesin pemanas lainnya, destilator juga
mempakan sebuah alat penukar kalor (heat exchanger), yang terdiri
dari beberapa peralatan utama yaitu peralatan penguapan (evaporator)
dan peralatan pengembunan (kondensor). Proses perpindahan kalor
pada kedua peralatan ini adalah merupakan proses gabungan yang
melibatkan radiasi dan konduksi, atau dapat dikatakan bahwa proses
yang terjadi adalah proses konveksi. Proses penguapan yang terjadi
pada evaporator disesuaikan pada panas yang diasilkan motor induk
yang terbawa oleh air pendingin dan sifat-sifat fisik pada kondisi
tersebut (Sahuburua, 2006).

Zat pemisahan dari bahan tanaman dengan distilasi uap dan
ekstraksi menggunakan pelarut organik memiliki kelemahan. Prosedur
distilasi hanya memisahkan senyawa yang mudah menguap (minyak
esensial) untuk sebagian besar atau lebih kecil, dapat berubah di bawah
pengaruh suhu tinggi. Di sisi lain, ekstraksi dengan pelarut organik
tidak bisa membuat ekstrak bebas dari hasil pelarut organik, yang tidak
diinginkan baik untuk organoleptik untuk alasan kesehatan. Selain itu,
pelarut organik kurang selektif sehingga selain zat aktif pelarut organik
juga melarutkan beberapa senyawa bersamaan. Tidak adanya cahaya
dan udara selama ekstraksi mengurangi risiko reaksi degradasi. Untuk
alasan ini ekstraksi fluida superkritis (SFE) dengan karbon dioksida
(CO2) yang sangat penting sebagai alternatif untuk prosedur klasik.

Prosedur ekstraksi yang melibatkan CO 2 super kritis milik teknologi
bersih, tanpa produk sekunder yang dapat mencemari lingkungan. CO 2
adalah yang paling banyak digunakan dalam SFE karena mudah
digunakan, murah, mudah terbakar, tidak beracun, kimia stabil,
menunjukkan afinitas yang besar untuk volatil (lipofilik) senyawa, dan
dapat dengan mudah dan benar-benar dihilangkan dari ekstrak apapun
(Zekovic et.al, 2009).

Produksi gula pertama berasal dari sub-benua India. Di india
kebanyakan gula dihasilkan dari tebu. Proses manufaktur gula
melibatkan banyak unit teknik kimia. Hal utama yang dilakukan yaitu
persiapan tebu dan ekstraksi jus, perpindahan panas, sedimentasi,
filteration, penguapan dan kristalisasi. Sebuah tebu mentah khas berisi
sukrosa (97,5%), gula pereduksi (0,86%) dan senyawa organik lainnya
abu dan air. Tebu mengandung sekitar 11 sampai 15% sukrosa dari
yang hanya 8 sampai 11% crystalizable. Sisa sukrosa masuk ke oleh
produk seperti mengurangi gula (Thamilvanan, 2013).
Distilasi osmotik adalah jenis transfer yang di dorong oleh
proses membrane. Dimana massa kekuatan pendorong adalah
perbedaan tekanan uap antara dua solusi. Bahwa membran distilasi
(MD) dalam kasus OD juga digunakan hyrdophobic, berpori, membran
polimer. Untuk proses distilasi osmotik biasanya konsentrasi tinggi zat
osmotik, sebagian larutan garam (NaCl, CaCl2, K2HPO4, K-asetat) atau
semacam solusi organik (polyethylene-glikol, gliserol, dll) digunakan
dapat menjaga dan mempertahankan rendahnya nilai tekanan uap
selama proses (Racz et.al, 2013).
2. Tinjauan Bahan
Minyak atau lemak adalah suatu ester asam lemak dan gliserol

dalam bentuk gliserida, terutama trigliserida. Sebagai bahan makanan,
minyak merupakan sumber kalori di samping sebagai zat pelarut
vitamin terutama vitamin A. Pokok dasar pengolahan minyak dari
berbagai

hasil

pertanian

kurang

lebih

sama.

Pokok-pokok

pengolahannya dapat dibagi dalam tiga pokok dasar yaitu perlakuan
pendahuluan,


pemecahan

jaringan

dan

pengeluaran

minyak

(Djarir, 1982).
Minyak nabati adalah minyak yang berasal dari tumbuhtumbuhan yang dapat diperbarui, sehingga dapat memberikan harapan
memperoleh sumber minyak untuk waktu yang lebih panjang.
Berdasarkan kegunaanya, minyak nabati terbagi menjadi dua
golongan. Pertama minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri
makanan (edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng
meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit, mimyak zaitun, minyak
kedelai dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam industri
bukan makanan (non edible oils) misalnya minyak kayu putih dan
minyak jarak (Fatoni, 2002).

Indonesia mempunyai potensi sebagai penghasil minyak atsiri
yang berlimpah. Produk minyak atsiri baru pada tahap menghasilkan
minyak kasar (crude oil). Jika minyak kasar tersebut diolah lebih lanjut
menjadi berbagai komponen minyak esensial murni. Fraksinasi minyak
atsiri adalah pemisahan minyak atsiri menjadi beberapa fraksi
berdasarkan perbedaan titik didihnya. Sebaiknya minyak atsiri tidak
difrakasinasi pada tekanan atmosfir, tetapi dalam keadaan

vakum

karena tekanan tinggi dan suhu tinggi dapat mengakibatkan
dekomposisi dan resinifikasi, sehingga destilat mempunyai bau dan
sifat

fisiko

kimia

yang


berbeda

dengan

minyak

murni

(Nurhasanah, 2009).
Faktor yang mempengaruhi mutu minyak atsiri meliputi jenis
metode destilasi yang dilakukan, ukuran bahan, jumlah bahan,
lamanya

proses destilasi, besarnya tekanan serta mutu uap yang

dipakai. Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi
minyak atsiri adalah destilasi air dan destilasi uap air. Karena metode
tersebut merupakan metode yang sederhana dan membutuhkan biaya
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan destilasi uap. Namun


belum ada penelitian tentang pengaruh kedua metode destilasi tersebut
terhadap minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak atsiri dalam tanaman
aromatik diselubungi oleh kelenjar minyak, pembuluh–pembuluh,
kantung minyak atau rambut granular (Yuliarto, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Darsam dan K. Muchtar Afandi. 1980. Petunjuk Praktek Alat atau Mesin
Pengolahan Hasil Pertanian 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Fatoni, Anwar; Cokorda P dan Mahandari. Kajian Awal Biji Buah Kepayang
Masak Sebagai Bahan Baku Minyak Nabati Kasar.
Nurhasanah, Siti; Efri Mardawati dan Marleen Herudiyanto. 2009. Pemisahan
Eugenol dari Minyak Cengkeh dengan Cara Distilasi Fraksinasi. Jurnal
Teknologi.
Racz, G; N. Papp; A. Hagedus; E. Banyai; G. Vatai. 2013. Concentration Of Sour
Cherry Juice Using Osmotic Distillation. . Vol. 2 No. 1.
Sahuburua, Dominggus. 2006. Desain Destilator Untuk Destilasi Air Laut Pada
Kapal Penangkap Ikan (Sebuah Stud1 Pada Km. Toy0 21. Jurnal Teknik
Mesin Vo. 5 No. 2.
Thamilvanan, G and R. Senthamil Selvi. 2013. Distillation of ethanol from Sugar

Molasses. International Journal of Medicine and Biosciences Vol. 2 Hal.
33-35.
Wartini, Ni Made. 2009. Senyawa Penyusun Ekstrak Flavor Daun Sala (Eugenia
Polyantha Wight) Hasil Distilasi Uap Menggunakan Pelarut N-Heksana
Dan Tanpa H-Heksana. Jurnal Agrotekno Vol. 15 No. 2.
Walangare, K. B. A; A. S. M. Lumenta; J. O. Wuwung; B. A. Sugiarso. 2013.
Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air Minum Dengan
Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik. Jurnal
Teknik Elektro dan Komputer.
Yuliarto, Fuki Tri; Lia Umi Khasanah dan R. Baskara Katri Anandito. 2012.
Pengaruh ukuran bahan dan metode Destilasi (Destilasiair Dan
Destilasi Uap-Air) Terhadap kualitas minyak atsiri kulit Kayu manis
(Cinnamomumburmannii). Jurnal Teknosains Pangan Vol.1 No.1.
Zekovic, Zoran P; Zika D. Lepojevic; Ibrahim O and Mujic. 2009. Laurel
Extracts Obtained by Steam Distillation, Supercritical Fluid and Solvent
Extraction. Journal of Natural Products, Vol. 2 Page 104-109.