ALIRAN TATA BAHASA Pengantar Linguistik

ALIRAN TATA BAHASA
~ Pengantar Linguistik~

Dosen Pembimbing:

Karlina Helmanita, M.Hum

Semester 3-B
Kelompok 4:
Salma Hafiz
(11140240000032)

JURUSAN TARJAMAH (BAHASA ARAB)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Aliran Tradisional
2015/2016

Asal usul bahasa merupakan aspek bahasa yang paling banyak
dipertentangkan. Sehingga pada tahun 1866 Masyarakat Linguistik

Perancis melarang mendiskusikan asal bahasa karena itu hanya spekulasi
yang tiada artinya. Para peminat studi bahasa tentu harus hangat tanggap
kepada asal usul bahasa ini, meskipun sulit untuk ditelusuri secara ilmiah.
Asal-usul bahasa sendiri dalam linguistik dikenal dengan teori tradisional. 1
Teori ini merupakan teori yang berdasarkan pada pola pemikiran secara
filosofis yang bermula dari Plato dan Aristoteles.2
Para

filsuf-filsuf

Yunani

memperdebatkan

apakah

bahasa

dipengaruhi oleh “alam” atau “konvensi”. Pertentangan antara “alam” dan
“konvensi” ini biasa dalam spekulasi filsafat Yunani. Apabila suatu

lembaga tertentu dikatakan “alamiah”, itu berarti bahwa lembaga itu
berasal dari asas-asas yang abadi dan tidak berubah di luar manusia
sendiri; sedangkan “konvensional” adalah hasil dari kebiasaan dan tradisi
yakni persetujuan yang tidak terucapkan, atau ”perjanjian sosial”, antara
angota-anggota masyarakat “perjanjian” yang dapat dibatalkan oleh
manusia, karena itu adalah hasil perbuatan manusia sendiri.3
Pada akhir abad ke-2 SM, Dyonisius Thrax, ahli bahasa terkemuka saat itu
merupakan orang pertama yang berhasil membuat aturan tata bahasa
secara sistematis serta menambahkan kelas kata adverbia, partisipel,
pronomina, dan preposisi terhadap kelas kata.4
Di sisi lain, perkembangan linguistik tradisional juga terjadi di dunia Arab
setelah turunnya al-Quran. Mulai dari situlah orang Arab mulai serius
mengkaji bahasa Arab.5 Pada aliran linguistik Arab tradisional ini, ada tiga
hal penting yang dapat diambil yakni sebagai berikut.6
1. Para ahli bahasa Arab telah lama melakukan kajian kebahasaan, mulai
dari fonetik, sintaksis, morfologi, dan leksikografi
1 A. Czaedar Alwasilaz, Linguistik Suatu Pengantar (Bandung:
Percetakan Angkasa, 1993), zal. 1.
2 Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2002), zal. 44.

3 Jozn Lyons, Pengantar Teori Linguistik (Jakarta: Gramedia, 1995), zal.
6.
4 Mocz. Syarif Hidayatullaz, Cakrawala Linguistik Arab (Tangerang
Selatan: Alkitabaz, 2012), zal. 13.
5 Ibid., zal. 19
6 Ibid., zal. 23

2

2. Kajian kebahasaan tersebut umumnya masih bersifat deskriptif
3. Para ahli bahasa belum melakukan analisis kontrastif yang
memperbandingkan bahasa Arab dengan bahasa lainnya.
Adapun ciri-ciri dari aliran tradisional tersebut adalah sebagai berikut. 7
1. Bertolak dari Pola Pikir Secara Filosofis
Kriteria pembagian jenis kata yang dipergunakan tidak lagi sematamata filosofis, akan tetapi sudah mengarah sedikit ke pemikiran
linguistik.
2. Tidak Membedakan Bahasa dengan Tulisan
Teori ini mencampurkan pengertian bahasa (arti sebenarnya) dengan
tulisan (perwujudan bahasa dengan media huruf). Ini dikarenakan
kebiasaan orang-orang Romawi yang mendewa-dewakan bahasa tulis,

dan juga karena terpacu oleh pesatnya teknologi Guttenberg (penemu
mesin tulis/mesin cetak)
3. Senang Bermain dengan Definisi
Ciri ini merupakan pengaruh dari cara berfikir secara dedukatif. Semua
istilah diberi definisi terlebih dahulu dan untuk selanjutnya diberi
contoh, yang kadang-kadang hanya ala kadarnya. Teori ini tidak
pernah menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa yang kemudian
dianalisis dan disimpulkan. Yang paling utama adalah memahami
istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
4. Pemakaian Bahasa Berkiblat pada Pola/Kaidah
Ketaatan pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional
mengambil alih pola-pola bahasa Latin untuk diterapkan pada bahasa
mereka sendiri. Kaidah bahasa yang telah mereka susun dalam bentuk
buku tata bahasa harus benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap
pelanggaran kaidah dinyatakan sebagai bahasa yang salah atau tercela.
5. Level-level Gramatik Belum Ditata Secara Rapi
Level tataran terendah menurut teori ini adalah huruf. Level di atas
huruf adalah kata, sedangkan level yang tertinggi adalah kallimat.
Menurut teori ini, huruf didefinisikan sebagai unsur bahasa terkecil,
kata didefinisikan sebagai kumpulan dari huruf yang menagandung

7 Ibid., zal. 11

3

arti, sedangkan kalimat didefinisikan sebagai kumpulan kata yang
mengandung pengertian lengkap.
6. Tata Bahasa Didominasi oleh Jenis Kata (part of speech)
Ciri ini merupakan ciri yang paling menonjol di antara ciri-ciri yang
lain. Hal ini dapat dimengerti karena masalah penjenisan kata
merupakan aspek linguistik yang paling tua dalam sejarah kajian
linguistik. Sejak Plato menemukan dua macam jenis kata yakni onoma/
kata benda dan rhema/ kata sifat atau kerja yang kemudian Aristoteles
mengukuhkan menjadi tiga jenis kata yakni dengan menambah
syndesmos tidak pernah mengalami perubahan bentuk oleh perbedaan
apa pun. Pemberian fungsi jenis kata dalam kalimat dibahasakan dalam
istilah (1) nomina, (2) pronomina, (3) artikel, (4) verba, (5) adverbia,
(6) preposisi, (7) partisipium, dan (8) konjugasi.
B. TEORI/ALIRAN STRUKTURAL
Teori ini berlandaskan pola pemikiran secara behaviorisik. Paham
behavioristik beranggapan bahwa jiwa seseorang dan hakikat sesuatu

hanya bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan lahiriahnya yang
tampak. Sejalan dengan itu, aliran struktural mengamati bahasa dan
hakikatnya dalam perwujudannya yang konkret sebagai bentuk ujaran.
Aliran struktural lahir pada awal abad XX atau tepatnya pada tahun
1916. Tahun tersebut sangat monumental karena pada tahun inilah terbit
buku berjudul “Course de Linguistique Generale” karya Ferdinand De
Seassure yang berisi teori-teori struktural yang juga sebagai pokok-pokok
pikiran linguistik modern. Inilah mengapa De Seassure dijuluki ‘Bapak
Strukturalisme’ dan sekaligus ‘Bapak Linguistik Modern’.8
Terlepas dari dunia Barat, ternyata di dunia Arab justru yang lebih dulu
menerapkan linguistik dengan pendekatan modern. Ini karena di dunia
Arab, Jorji Zaidan dengan karyanya al-falsafah al-lughawiyyah wa alalfa:zh al-‘arabiyyah, telah mengangkat karakter, fungsi, dan metode
pengajaran bahasa.9
Adapun ciri-ciri aliran struktural tersebut adalah sebagai berikut.
8 Ibid., zal. 47.
9 Mocz. Syarif Hidayatullaz, op.cit., zal. 24.

4

1. Berlandasakan pada Paham Behavioristik

Proses bahasa merupakan suatu proses rangsang-tanggap (stimulusrespon). Setiap manusia berujar pada dasarnya merupakan respons dari
sutau stimulus. Stimulus ada kalanya berupa ujaran, ada kalanya
berupa isyarat dengan gerakan anggota badan, dan ada kalanya berupa
situasi.
2. Bahasa Berupa Ujaran
Ciri ini menunjukkan bahwa hanya yang berupa ujaran sajalah yang
merupakan bahasa. Bentuk-bentuk perwujudan yang selain ujaran
tidak dapat digolongkan bahasa dalam arti sebenarnya, termasuk juga
tulisan.
3. Bahasa Berupa Sistem Tanda (signnifie dan significant)
Pada hakikatnya bahasa adalah tanda. Sistem tanda tersebut bersifat
arbitrer dan konvensional. Sistem tanda dalam bahasa terdapat dua sisi,
sisi pertama berupa signifie tertanda) sedangkan sisi lain berupa
significant (penanda). Adapun yang dimaksud dengan arbitrer adalah
sifat dari tanda tersebut adalah semena-mena. Namun demikian,
semena-menaan itu dibatasi oleh suatu konvensi atau kesepakan antar
pemakai.
4. Bahasa Merupakan Faktor Kebiasaan (habit)
Ciri ini dipertentangan oleh teori transformasi yang beranggapan
bahwa bahasa bukan faktor kebiasaan melainkan berupa faktor warisan

(innate). Aliran struktural berkeyakinan bahwa teorinya benar dan
dapat memberikan bukti yang meyakinkan.
Berkaitan dengan konsep habit ini, kaum strukturalis memnerapkan
metode di dalam pembelajaran bahasa yang kemudian terkenal dengan
metode drill and practice, yakni suatu bentuk metode yang
menerapkan pemberian latihan yang terus menerus dan berulang-ulang
sehingga akhirnya membentuk suatu kabiasaan. Sayangnya bentuk
latihan semacam ini sangat menjemukkan.
5. Kegramatikalan Berdasarkan Keumuman
Ciri ini sebenarnya sejalan dengan ciri pada 4 butir di atas. Bentuk dan
struktur abahsa yang sudah biasa dipakai atau yang sudah umum

5

sajalah yang dinilai sebagai bentuk yang gramatikal. Bentuk-bentuk
yang secara kaidah sebenarnya betul akan tetapi belum biasa dipakai
atau belum umum, maka bentuk tersebut terpakasa dnyatakan sebagai
bentuk yang tidak gramatikal. Dengan demikian standar yang dipakai
untuk menetapkan kegramatikalan suatu bahasa adalah standar
keumuman, bukan standar kaidah atau norma. Contoh: kata bupati +

ke-an seharusnya menurut kaidah menjadi kebupatian sama halnya
dengan kata menteri + ke-an menjadi kementerian. Akan tetapi bentuk
kata kebupatian tidak dianggap gramatikal karena tidak umum.
6. Level-level Gramatikal Ditegakkan Secara Rapi
Level-level gramatikal mulai ditegakkan dari level terendah berupa
fonem sampai level tertinggi yang berupa kalimat. Secara berturutturut level atau tataran gramatikal tersebut adalah morfem, kata, frasa,
klausa, dan kalimat. Tataran di atas kalimat belum terjangkau oleh
aliran ini.
7. Tekanan Analisis pada Bidang Morfologi
Aliran strukturalisme lebih menekankan analisis morfologi. Hal ini
tidak berarti bahwa bidang yang lain diabaikan begitu saja.
8. Bahasa Merupakan Deretan Sintakmatik da Paradigmatik
a. Deretan Sintakmatik
Deretan ini adalah deretan unsur secara horisontal yang terjadi
dalam segala tataran. Fonem-fonem segmental secara sintakmatik
membentuk struktur yang lebih besar berupa silabel dan morfem.
Prosedur semacam ini dinamakan fonotaktik. Morfem-morfem
secara sintakmatik membentuk struktur yang lebih besar, yakni
kata, kata-kata menjadi farasa, frasa-frasa menjadi klausa, klausaklausa menjadi kalimat. Tiga prosede yang disebut terkakhir yang
dinamakan prosede sintaksis.

b. Deretan Paradigmatik
Adalah dertetan struktur yang sejenis secra vertikal.
‫الكلب هنا‬

Anjing itu ada di sini

‫كلب هنا‬

Seekor anjing ada di sini

‫الكلب مريض‬

Anjing itu sakit

6

‫كلب مريض‬

Seekor anjing sakit


Kegunaan derertan pardigmatik ini adalah untuk mencari atau
menentukan unsur-unsur bahasa. Pad deretan paradigmatik di atas
kita bisa menentukan bahwa unsur bahasa-bahasa ‘kalbun’ berarti
anjing. Deretan paradigmatik ini juga berlaku pada semua tataran.
9. Analisis Bahasa Secara Deskripsif
Menurut aliran struktural analisis bahasa harus didasarkan atas
kenyataan yang ada. Data bahasa yang dianalisis hanyalah data yang
ada pada saa penelitian dilakukan. Semboyan mereka: describe the
facts, all the facts, and nothing but the facts.
10. Analisis Struktur Bahasa Berdasarkan Unsur Langsung
Yang dimaksud dengan unsur langsung adalah unsur yang setingkat
lebih rendah atau lebih bawah dari struktur tersebut. Unsur langsung
ini biasa juga disebut dengan istilah immidiate constituents disingkat
Ics atau “unsur bawahan terdekat”. Disingkat UBT.
Dalam teori struktural ada beberapa model analisis unsur langsung,
antara lain model Nida, model Hockett, model Nelson, dan model
Wells.
Contoh:
a. Model Nida

:

b. Model Hockett

:

a

beautiful

a

Beautifu

girl
gir

l
l
beautiful girl
a beautiful girl
c. Model Nelson

: {(a) [(beautiful) (girls)]}

d. Model Wells

:
a

C. Teori/Aliran Transformasional

7

beautiful

girl

Transformasi berarti hubungan-hubungan yang lebih dalam. 10
Aliran yang dipelopori oleh N. Chomsky ini merupakan reaksi dari paham
strukturalisme. Konsep strukturalisme yang paling ditentang ialah konsep
bahwa bahasa sebagai faktor kebiasaan (habit). Setiap tata bahasa dari
suatu bahasa, menurut Chomsky, adalah merupakan teori bahasa itu
sendiri; dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu11:
Pertama, kalimat yang dihasilkan tata bahasa itu harus daoat
diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan
tidak dibuat-buat.
Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa,
sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala
bahasa tertentu saja, dan semua ini harus sejajar dengan teori linguistik
tertentu.
Adapun ciri-ciri aliran transformasional adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Paham Mentalistik
Aliran ini beranggapan bahwa proses berbahasa bukan sekedar proses
rangsang tanggap semata-mata, akan tetapi justru menonjol sebagai
proses kejiwaan. Proses berbahasa bukan sekedar proses fisik yang
berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang diterima oleh alat
auditoris, akan tetapi berupa proses kejiwaan di dalam diri peserta
berbicara. Oleh karena itu, aliran ini sangat erat kaitannya dengan
subdisiplin psikolinguistik.
2. Bahasa Merupakan Innate
Kaum transformasi enertawakan anggapan kaum struktural bahwa
bahasa merupakan faktor kebiasaan. Mereka beranggapan dengan
penuh keyakinan ahwa bahasa merupakan faktor innate (warisan
keturunan). Apabila kaum struktural dapat memberikan bukti bahwa
bahasa merupakan habit, maka kaum transformasi pun dapat
menunjukkan bahwa bahasa bukan habit. Dalam kasus ini, Chomsky
dapat membuktikan melalui rekan ahli bedahnnya bahwa struktur otak
10 Jozn Lyons, op.cit., zal. 244.
11 Abdul Czaer, Linguistik Umum (Jakarta Rineka Cipta, 2012), zal.
364.

8

simpanse dengan manusia persis kecuali satu simpul syaraf bicara
yang ada pada manusia tidak dimiliki pada simpanse meskipun ada
simpanse yang kecerdasan otaknya mendekati manusia, meskipun
simpanse itu harus dilatih seribu kali dalam sehari. inilah mengapa
sebab tidaknya berbicara itu bukan faktor latihan atau kebiasaan akan
tetapi faktor warisan atau innate.
3. Bahasa Terdiri atas Lapis Dalam dan Lapis Permukaan
Teori transformasi memisahakan bahasa atas dua lapis, yakni deep
structure (struktur dalam/ lapis batin) dan surface structure (Struktur
luar, struktur lahiriah). Lapis batin adalah tempat terjadinya proses
berbahasa

yang

sesungguhnya/

secara

mentalistik,

dan

lapis

permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasikan dari laips
batin. Aku tresno marang kowe, Aku cinta padamu, I love you, Wo ai
ni merupakan empat struktur permukaan yang ditransformasikan dari
satu struktur dalam yang sama.
4. Bahasa Terdiri atas Unsur Competent dan Performance
Linguis competent atau kemampuan linguistik adalah pengetahuan
yang dimiliki oleh seorang penurut tentang bahasanya, termasuk juga
disini kemampuan seseorang untuk menguasai kaidah-kaidah yang
berlaku bagi bahasanya. Linguistic performance atau performansi
linguis adalah keteranpilan seseorang dalam menggunakan bahasa.
5. Analisis Bahasa Bertolak dari Kalimat
Kaum transformasional beranggapan bahwa kalimat merupakan tataran
gramatik yang tinggi. Dari kalimat analisisnya turun ke frasa dan
kemudian dari frasa turun ke kata karena teori ini tidak mengkaji
eksistensi klausa.
6. Bahasa Bersifat Kreatif
Ciri ini meruapakn reaksi atas anggapan kaum struktural yang fanatik
terhadap standar keumuman. Bagi kaum transformasioanal masalah
umum atau tidak umum bukan persoalan, yang penting kaidah.
7. Membedakan Kalimat Inti dan Kalimat Transformasi

9

Kalimat inti adalah kalimat yang belum dikenai kaidah transformasi,
sedangkan kalimat transformasi adalah kalimat yang dikenai kaidah
transformasi.
KALIMAT INTI
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)

Lengkap
Simpel
Aktif
Statemen
Positif
runtut

KAIDAH

KALIMAT

TRANSFORMASI
Pelepasan/delisi
Penggabungan
Pemasifan
Tanya/ perintah
Pengingkaran
pembalikan

TRANSFORMASI
Kalimat elips/ minor
Kalimat kompleks
Kalimat pasif
Kalimat tanya/perintah
Kalimat ingkar
Kalimat inversi

8. Analisis Diwujudkan dalam Bentuk Rumus dan Diagram Pohon
a. Diagram pohon
S
NP1

VP

N

V

Hunter

NP2

Menangkap

N

Det

Penyelundup

Itu

b. Rumus
S

 NP +VP

NP1

N

NP2

 N + Det

VP

 V+ NP2

N

 Hunter, penyelundup

V

 Menangkap

Det

 Itu

9. Gramatikal Bersifat Generatif
Tata Bahasa tang bertolak belakang dari teori ini dinamakan tata
bahasa generatif transformasi (TGT). Di dalam teori ini ada anggapan
bahwa aturan gramatikal memberikan mekanisme dalam otak yang

10

membangkitkan kalimat-kalimat. Dengan satu kaidah (atau dengan
sedikit kaidah) kita dapat menghasilkan yang tak terhingga banyaknya.
Teori transformasi ini pada garis besarnya terdiri atas dua generasi.
Generasi pertama biasa disebut dengan “Syintactic Structure”(1957),
sedangkan generasi kedua biasa disebut “Aspect of the Theory of
Syntac”(1965). Perbedaan prinsip kedua generasi ini adalah pada
generasi

pertama

komponen

semantik

belum

diintegerasikan,

sedangkan pada generasi kedua komponen semantik sudah diinteregasi
bersama dengan komponen sintaksis dan fonologi.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Tiara Wacana Yogya.

11

Lyons, John. 1995.

Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.
Hidayatullah. Moch. Syarif. 2012. Cakrawala Linguistik Arab. Tangerang
Selatan: Alkitabah.
Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Percetakan
Angkasa.

12