MAKALAH AKIDAH ISLAM TENTANG MALAIKAT

AQIDAH ISLAM TENTANG
PARA MALAIKAT

Disusun oleh: Kelompok III

1. Lasinrang Aditia
2. Siti Fatimah
3. Ernawati

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam
keadaan sehat

wal’afiat. Serta salam dan shalawat kita kirimkan kepada


Muhammad SAW, dimana nabi yang membawa ummat-Nya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan telah menjadi suri tauladan
bagi ummat-Nya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai ” Aqidah
Islam tentang para Malaikat “ karena sebagai seorang muslim maka kita perlu
mengetahui hal ini.
Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah keimanan
dan ketaqwaannya serta wawasan dan ilmu pengetahuan-Nya. Saran dan kritik
yang membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan manusia sendiri.

Samata-Gowa, 28 November 2013

Kelompok Tiga

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Manfaat Penulisan .................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Malaikat Sebagai Makhluk Rohani ........................................................... 7
B. Iman Kepada Malaikat.............................................................................. 8
C. Sifat-Sifat Para Malaikat........................................................................... 9
D. Kodrat dan Fungsi Malaikat ..................................................................... 9
E. Makhluk Ghaib Lainnya ........................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17

3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua makhluk ciptaan Allah SWT. dapat dibagi kepada dua macam,
yaitu: makhluk yang gaib (al ghaib) dan makhluk yang nyata (as syahadah).
Yang bisa membedakan keduanya adalah pancaindera manusia. Segala sesuatu
yang tidak bisa dijangkau oleh salah satu pancaindera manusia digolongkan
kepada al ghaib, sedangkan yang bisa dijangkau oleh salah satu pancaindera
manusia digolongkan kepada as syahadah.
Salah satu makhluk gaib Allah adalah malaikat. Allah menciptakan
mahkluk-makhluk untuk menjalankan alam semesta ini. Di antara makhlukmakhluk Allah, ada yang diciptakan nyata (yaitu meliputi seluruh zat dan
energi fisik, termasuk makhluk-makhluk biologis), dan ada yang diciptakan
ghaib . Hukum fisik real berlaku untuk mahkhuk nyata, dan hukum ghaib
berlaku untuk makhluk ghaib. Tidak banyak yang dapat diketahui manusia
tentang keghaiban, kecuali yang diinformasikan Allah melalui Rasul dan kitabNya.
Iman kepada Malaikat merupakan rukun Iman yang kedua setelah
beriman kepada Allah SWT. Allah SWT menciptakan makhluk-Nya dalam dua
bentuk yaitu bentuk yang nyata dan yang tidak nyata. Makhluk nyata seperti
manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Dan yang tidak nyata seperti Malaikat,
Jin, Setan dan Iblis. Iman kepada Malaikat berarti percaya atau yakin dengan
sepnuh hati akan adanya Allah SWT yang gaib, yang diciptakan dari Nur
(cayaha).

Dalam kaitan diatas maka manusia wajib sepenuh jiwa dan raga
mempercayai serta meyakini bahwa Allah SWT menciptakan makhluk yang
bernama malaikat. Karena pada dasarnya banyak manusia yang tidak percaya
akan adanya malaikat karena malaikat berbadan halus sedang manusia
berbadan kasar. Oleh sebab itu manusia wajib meyakininya. Dengan demikian,
jika kita mengingkari, berarti kita kufur kepada-Nya.
4

B. Rumusan Masalah
1.

Menjelaskan malaikat sebagai makhluk rohani?

2.

Apakah Iman Kepada Malaikat?

3.

Apa sajakah Sifat-Sifat Para Malaikat?


4.

Menjelaskan kodrat dan fungsi malaikat?

5.

Apa Sajakah Makhluk Ghaib Lainnya?

C. Manfaat
1. Dapat mengetahui bahwa malaikat sebagai makhluk rohani.
2. Dapat mengetahui apa itu iman kepada malaikat.
2. Dapat mengetahui Sifat-Sifat Para Malaikat.
3. Dapat mengetahui kodrat dan fungsi malaikat.
4. Dapat mengetahui Makhluk Ghaib Lainnya.

5

BAB II
PEMBAHASAN

Orang yang beriman kepada malaikat akan semakin merasakan keagungan
Allah dan merasakan rahmat-Nya. Sebab Allah telah mengamanahkan kepada
para malaikat itu untuk mendo’akan orang-orang mukmin dan memintakan ampun
untuknya. Penjagaan diri seseorang dari kemaksiatan juga akan semakin ketat
manakala teringat bahwa para malaikat itu ada yang bertugas mencatat dan
membukukan setiap apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan. Akan muncul
pula sifat kepahlawanan dan keberanian untuk berjihad ketiika ia tahu bahwa di
antara para malaikat itu ada yang bertugas memperkuat barisan mujahidin dengan
perintah Allah SWT. Ia akan akan giat beramal agar bisa masuk surga dan
mendapatkan salam sejahtera dari para malaikat. Sebaliknya ia akan menjauhi halhal yang menyebabkan masuk neraka agar tidak tergolong orang-orang yang
dijelek-jelekkan oleh para malaikat itu.
Nilai dan buah dari iman kepada para malaikat secara global adalah,
berusaha menyerupai mereka dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi
kemaksiatan (kedurhakaan) serta menguatkan sisi kemalaikatan dalam diri
manusia. Maka untuk meyakini dan mengimani keberadaan malaikat bisa
ditempuh dengan dua cara.
Pertama, melalui berita (akhbar) yang disampaikan oleh firman Allah
dalam Al-Qur‘an maupun sabda Rasulullah SAW dalam Hadits. Banyak sekali
ayat-ayat Al-Qur‘an dan hadits yang menjelaskan perihal malaikat. Karena kita
mengimani kebenaran sumber (Al-Qur‘an dan Hadits), maka berita tentang

malaikat pun kita imani adanya.
Kedua, kita dapat mengetahui dan mengimani wujud malaikat melalui
bukti-bukti nyata yang ada di alam semesta yang menunjukkan bahwa malaikat
itu benar-benar ada. Misalnya, Malaikat Maut yang bertugas mencabut nyawa
manusia, dapat dibuktikan secara nyata dengan adanya peristiwa kematian
manusia.

6

A. Malaikat Sebagai Mahkluk Rohani
Iman kepada Malaikat merupakan rukun iman yang kedua setelah
beriman kepada Allah SWT. hal ini dimaksudkan agar manusia memiliki
keyakinan bahwa Allah SWT. mempunyai mahluk yang senantiasa patuh dan
tidak pernah durhaka kepada-Nya, yakni malaikat, yang memiliki tugas pokok
bertasbih kepada Allah SWT. Malaikat termasuk salah satu jenis mahluk yang
gaib yaitu mahluk yang keberadaannya tidak dapat dibuktikan oleh panca
indera manusia. Segala sesuatu yang bersifat gaib hanya boleh dipercaya bila
bersumber dari Al Qur’an atau Hadis Nabi SAW.
Menurut bahasa, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang berasal
dari Arab malak (‫ )ﻣﻠــﻚ‬yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar

“al-alukah” yang berarti risalah atau misi, kemudian sang pembawa misi
biasanya disebut dengan Ar-Rasul. Malaikat adalah makhluk Allah yang taat,
diciptakan dari cahaya, mempunyai tugas khusus dari Allah SWT.
Malaikat menurut istilah malaikat merupakan makhluk rohaniah yang
bersifat gaib, diciptakan dari Nur (cahaya). Karena sifatnya gaib, malaikat
tidak dapat didengar, dilihat atau diraba, namun, mereka diberi kekuasaan oleh
Allah untuk dapat menjelma dalam bentuk lainnya yang dapat dilihat manusia.
Adanya malaikat adalah pasti dan disebutkan dalam Al-Qur’an. Barang
siapa mengingkari sesuatu yang diberitakan oleh Al-Qur’an mengenai mereka,
maka ia telah kafir. Di antara berita dan sifat mereka yang disebutkan oleh AlQur’an adalah sebagai berikut :
1. Mereka (para malaikat) diciptakan sebelum manusia. Allah memberitakan
kepada kita tentang malaikat itu bahwa ketika Allah hendak cipatkan
manusia.
2. Mereka diciptakan untuk taat secara murni. Mereka juga tidak pernah
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka, dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan itu.
3. Tatkala Allah telah selesai mencipta Adam, kemudian Dia mengajarkannya
nama-nama dan menguji para malaikat dengan menanyakan nama-nama itu.
7


Para malaikat tidak dapat mengetahuinya sehingga Adam mengajarkan
kepada mereka.
4. Mereka sekali waktu menampakkan diri dari bentuk aslinya dan kadang pula
dengan bentuk Bani Adam (manusia).
5. Tempat persemayaman mereka adalah di langit. Mereka turun menuju bumi
dengan perintah Allah SWT.
6. Mereka berkelas-kelas dan memiliki derajat masing-masing dalam hal asal
penciptaan maupun kedudukan ubudiyahnya. Allah menjadikan mereka
sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan). Mereka
mempunyai sayap, masing-masing ada yang dua, tiga, dan empat. Allah
menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendakinya-Nya.
7. Di antara pekerjaan (tugas) mereka yang diberitakan oleh Al-Qur’an adalah
bahwa mereka memperkuat kaum mukminin di medan perang.
B. Iman Kepada Malaikat
Iman kepada Malaikat berarti percaya, atau yakin dengan sepnuh hati
akan adanya makhluk Allah SWT yang ghaib. Maksud dari ghaib adalah tidak
dapat dilihat dengan panca indera manusia. Firman Allah SWT:
            
         
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS. At-Tahrim: 6)

8

C. Sifat-Sifat Para Malaikat
Dalam Al-Qur’an ataupun hadits tidak menggambarkan wujud
Malaikat, tapi hanya menerangkan tentang sifat-sifat Malaikat, antara lain
sebagai berikut:
1. Malaikat selalu taat dan patuh kepada Allah SWT serta tidak pernah
durhaka kepada-Nya
2. Malaikat dapat berubah bentuk apa saja atas izin Allah SWT seperti
seorang laki-laki atau hewan
3. Malaikat senantiasa bertasbih kepada Allah SWT dan tidak pernah merasa
lelah dan bosan.
4. Malaikat tidak memiliki sesuatu keinginan atau nafsu
5. Malaikat tidak pernah sombong atau takabur dan selalu mengikuti perintah
Allah SWT

D. Kodrat dan Fungsi Malaikat
Kita dapat melihat bahwa Allah menciptakan segala sesuatunya dengan
derajat atau tingkat yang berbeda-beda. Allah menginginkan agar semua
makhluk dari yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi berpartisipasi
dalam kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah.
Dari sisi kodrat, maka sesungguhnya malaikat mempunyai kodrat lebih
tinggi dibandingkan dengan kodrat manusia, karena malaikat diciptakan murni
spiritual sedangkan manusia diciptakan dengan kodrat yang terdiri dari tubuh
yang bersifat material dan jiwa yang bersifat spiritual. Ketinggian sesuatu yang
bersifat spiritual dapat dilihat dari kekekalan dan kemampuan.
Dari sisi kekekalan, maka sesuatu yang kekal lebih sempurna
dibandingkan dengan sesuatu yang bersifat sementara. Dengan prinsip ini,
maka kita melihat bahwa jiwa kita lebih utama tubuh kita, karena tubuh adalah
sementara, sedangkan jiwa adalah kekal. Kalau kita terapkan pada malaikat dan
manusia dengan prinsip ini, maka kita dapat mengatakan bahwa malaikat lebih

9

tinggi derajatnya dari manusia, karena malaikat adalah murni spiritual
sedangkan manusia terdiri dari material (tubuh) dan spiritual (jiwa).
Dari sisi kemampuan, maka semakin sederhana (simple) sesuatu dalam
spiritual, maka tingkatannya akan semakin tinggi. Karena manusia mempunyai
jiwa dan tubuh, maka hal ini membuat manusia menjadi lebih kompleks
dibandingkan malaikat. Sebagai contoh sederhana, malaikat tidak memerlukan
organ otak untuk bertindak dengan benar. Sebaliknya, walaupun manusia
mempunyai jiwa, namun kalau organ otaknya rusak, maka dia tidak dapat
bertindak dengan benar.
Fungsi dan macam-macam malaikat yaitu sebagai berikut :
1. Malaikat Jibril, disebut juga Ruhul Qudus atau Ruhul Amin. Ia merupakan
penghulu para malaikat. Tugasnya menyampaikan wahyu dari Allah kepada
para Nabi dan Rasul sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW.
Malaikat Jibril pula yang mengantar (mengawal) Nabi Muhammad SAW
melakukan Isra’ Mi’raj.
2. Malaikat Mikail, bertugas dan menyampaikan rezeki kepada seluruh
makhluk Allah, termasuk juga mengatur hujan, angin, dan bintang-bintang.
Disamping itu, malaikat Mikail juga mendampingi Malaikat Jibril ketika
membedah dada Nabi dan menyucikannya dengan air zam-zam. Juga
mendampingi Malaikat Jibril mengantar Nabi Muhammad SAW dalam Isra
mi’raj.
3. Malaikat Israfil, tugasnya adalah menipu trompet atau sangkakala di saat
manusia dibangkitkan dari kubur.
4. Malaikat Izrail, bertugas mencabut nyawa seluruh makhluk termasuk
malaikat, manusia, jin, dan nyawanya sendiri. Maka dia juga disebut
Malaikatul Maut.
5. Malaikat Raqib, tugasnya mencatat amal kebaikan yang dilakukan manusia
sejak aqil baligh selama hidupnya.
6. Malaikat Atid, tugasnya mencatat amal kejahatan manusia selama hidupnya.
7. Malaikat Munkar, tugasnya menjaga alam kubur, sekaligus sebagai penanya
kepada manusia di alam kubur.
10

8. Malaikat Nakir, tugasnya sama dengan malaikat munkar menanyakan
manusia tentang 6 pokok permasalahan, yakni Tuhan, Agama, Nabi/Rasul,
Kitab, Qiblat, dan teman (saudara).
9. Malaikat Malik, tugasnya menjaga pintu neraka tempat manusia menerima
azab/siksa karena kedurhakaannya (kejahatannya).
10. Malaikat Ridwan, tugasnya menjaga pintu surga tempat hamba Allah
menerima balasan dan ketakwaan.
Dengan mengetahui 10 Malaikat tersebut di atas diharapkan bagi
seorang Muslim untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga beriman kepada Malaikat tersebut minimal memiliki Fungsi antara
lain :
1. Meningkatkan nilai dan martabat hidup manusia dengan bertambahnya
pengetahuan inderawi terhadap makhluk yang materinya tidak tampak.
Manusia yang meyakini adanya malaikat, maka tidak perlu memiliki
perasaan takut pada saat berkumpul dengan orang lain maupun pada saat
sendirian, sebab pada saat sendirian kemungkinan malaikat yang bersifat
gaib ada disekitarnya.
2. Dalam menghadapi berbagai persoalan, manusia yang beriman kepada
malaikat akan memiliki perasaan optimis. Perasaan tersebut timbul karena
manusia yang beriman kepada malaikat meyakini dan mengetahui bahwa
malaikat akan selalu membantu usaha manusia yang diijinkan dan diridhoi
Allah.
3. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia yang beriman kepada malaikat akan
selalu berhati-hati. Hal tersebut karena manusia yang beriman kepada
malaikat akan mengetahui adanya malaikat Atid dan Rokib yang bertugas
mengawasi dan mencacat segala gerak-gerik dan amal perbuatan setiap
manusia. Malaikat Atid mencatat gerak-gerik dan amal perbuatan yang baik,
sedangkan malaikat Rokib mencatat yang jelek.

11

D. Makhluk Ghaib Lainnya
Selain malaikat yang diciptakan sebagai makhluk halus, Allah SWT
menciptakan pula makhluk halus lainnya yaitu Jin, Syetan dan Iblis. Kalimat
jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali disebutkan dalam Al-Qur`an, bahkan
mayoritas kita pun sudah tidak asing lagi mendengarnya. Sehingga
eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT. tidak lagi diragukan, berdasarkan
Al-Qur`an dan As-Sunnah serta ijma’ ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Seperti telah dikatakan bahwa makhluk gaib itu selain jin adalah iblis dan
setan, namun perbedaannya diantara jin itu ada yang beriman dan ada juga
yang kafir, sedangkan setan dan iblis semuanya durhaka dan kafir. Pekerjaan
setan dan iblis adalah menyesatkan manusia kedalam jalan maksiat dan dosa.
Oleh karena itu Islam menekankan dengan keras supaya memusuhi dan
menghindari bujuk rayu stan dan iblis ini. Bentuk setan dan iblis ini sangat
halus sehingga tidak dapat dilihat dengan panca indera manusia.
1. Jin
Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang bermakna
satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup berarti
tersembunyi. Jadi, jin itu disebut dengan jin karena keadaannya yang
tersembunyi.
Keberadaan jin merupakan hal yang tak dapat disangkal lagi
mengingat pemberitaan dari para Nabi sudah sangat mutawatir dan
diketahui orang banyak. Secara pasti, kaum jin adalah makhluk hidup,
berakal dan mereka melakukan segala sesuatu dengan kehendak. Bahkan
mereka dibebani perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak memiliki
sifat dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau selainnya. Jin lebih
dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah SWT.
dalam firman-Nya:
‫ وَ اﻟْﺠَﺎنﱠ ﺧَ ﻠ َﻘْ ﻨَﺎه ُ ﻣِﻦْ ﻗ َ ْﺒ ُﻞ ﻣِﻦْ ﻧ َِﺎر اﻟﺴﱠﻤُﻮْ مِ وَ ﻟ َﻘ َ ْﺪ ﺧَﻠ َﻘْ ﻨ َﺎ‬. ٍ‫ا ِْﻹﻧْ َﺴ ﺎنَ ﻣِﻦْ ﺻَ ﻠْﺼَﺎلٍ ﻣِﻦْ ﺣَ ﻤَ ﺈ ٍ ﻣَ ﺴْﻨ ُﻮْ ن‬
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam)
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
12

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat
panas.” (Q.S.Al-Hijr : 26-27)
Jin berbeda jauh dengan malaikat. Karena jin dan malaikat serta
manusia diciptakan dari unsur yang berbeda. Rasulullah SAW. bersabda :
ْ‫ﺖ اﻟْﻤَ ﻼ َﺋ ِﻜَﺔ ُ ﻣِﻦ‬
ِ َ ‫ﻖ آدَمُ ﻣِﻤﱠﺎ وُﺻِﻒَ ﻟ َﻜُﻢْ ﺧُ ﻠ ِﻘ‬
َ ِ ‫ﺖ اﻟْﺠَﺎنﱡ ﻣِﻦْ ﻣﱠﺎرِج ٍ ﻣِﻦْ ﻧ ٍَﺎر وَ ﺧُ ﻠ‬
ِ َ ‫ﻧ ُﻮْ ٍر وَ ﺧُ ﻠ ِﻘ‬
Artinya : “Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala
api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian.” (HR.
Muslim no. 2996 dari ’Aisyah radhiallahu ‘anha)
2. Setan
Setan atau Syaithan ( ٌ‫ ) َﺷﯿْﻄ َﺎن‬dalam bahasa Arab diambil dari kata
( َ‫ )ﺷَﻄ َﻦ‬yang berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata
( َ ‫ )ﺷَﺎط‬yang berarti terbakar atau batal. Pendapat yang pertama lebih kuat
menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir, sehingga kata Syaithan artinya yang
jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah SWT. Ibnu Jarir menyatakan,
syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia
atau hewan, atau dari segala sesuatu. Demikianlah Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman :
َ ‫ْﺾ زُﺧْ ﺮُفَ ْاﻟﻘ‬
ٍ ‫ﻀﮭُﻢْ إ ِﻟَﻰ ﺑ َﻌ‬
ُ ‫ﻧْﺲ وَ اﻟْﺠِ ﻦﱢ ﯾُﻮْ ﺣِﻲ ﺑ َ ْﻌ‬
ِ ‫ﻮْ لِ ﻏُ ﺮُوْ رً ا وَ ﻛَﺬَ ﻟ ِﻚَ ﺟَ ْﻌَﻠﻨ َﺎ ﻟِﻜُﻞﱢ ﻧ َﺒ ِﻲﱟ َﻋﺪُوّ ً ا َﺷﯿ َﺎطِ ﯿْﻦَ ا ِْﻹ‬
Artinya : “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh,
yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka
membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indahindah untuk menipu.” {Q.S.Al-An’am(6) : 112}
Dalam ayat ini Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti
halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan,
karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk
yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. Dan yang menyebabkan
adanya tafsiran mengenai setan dari hewan yaitu dari hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat Muslim:
ٌ‫ْاﻟﻜَﻠْﺐُ ا ْﻷ َ ﺳْﻮَ ُد َﺷﯿْﻄ َﺎن‬
Artinya : “Anjing hitam adalah setan.” (HR. Muslim)
13

Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya –wallahu a’lam– yaitu setan dari jenis
anjing.”
Setan adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ً‫أ َ ﻓ َﱠﺨِﺘ َﺘﺬُوْ ﻧ َﮫُ وَ ذُرﱢ ﯾﱠﺘ َﮫُ أ َوْ ﻟ ِﯿ َﺎءَ ﻣِﻦْ دُوْ ﻧ ِﻲ وَ ھ ُﻢْ ﻟ َﻜُﻢْ َﻋ ُﺪ ﱞو ﺑ ِﺌْﺲَ ﻟ ِﻠﻈ ﱠﺎﻟ ِﻤِ ﯿْﻦَ ﺑ َﺪَﻻ‬
Artinya : “Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai
pemimpin selain-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis
itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” {Q.S.AlKahfi(18) : 50}
3. Iblis
Iblis adalah wazan dari fi’il, diambil dari asal kata al-iblaas yang
bermakna at-tai`as (putus asa) dari rahmat Allah SWT. Mereka adalah
musuh bagi manusia, musuh bagi Adam dan keturunannya. Dengan
kesombongan dan analoginya yang rusak serta kedustaannya, mereka berani
menentang perintah Allah SWT. saat mereka enggan untuk sujud kepada
Adam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ‫وَ إ ِْذ ﻗ ُْﻠﻨ َﺎ ﻟﻼِﻠَْﻤَﺋ ِ َﻜ ِﺔ ا ْﺳ ُﺠﺪُوا ﻵدَمَ ﻓ َﺴَﺠَ ﺪُوا إ ِﻻ ﱠ إ ِ ْﺑﻠ ِﯿْﺲَ أ َ ﺑ َﻰ وَ ا ْﺳﺘ َﻜْ ﺒ َﺮَ وَ ﻛَﺎنَ ﻣِﻦَ ْاﻟﻜَﺎﻓ ِِﺮﯾْﻦ‬
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia
enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang
kafir.” (Al-Baqarah: 34)
Iblis berasal dari jenis jin. Ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri
rahimahullahu. Beliau menyatakan: “Iblis tidak pernah menjadi golongan
malaikat sekejap matapun sama sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin,
sebagaimana Adam adalah asal-usul manusia.”
Pendapat ini didasarkan pada firman Allah SWT.
‫َﻣْﺮ رَ ﺑﱢ ِﮫ وَ إ ِْذ ﻗ ُْﻠﻨ َﺎ‬
ِ ‫ﻖ ﻋَﻦْ أ‬
َ ‫َﻟ ِﻠﻼ َْﻤﺋ ِ َﻜ ِﺔ ا ْﺳ ُﺠﺪُوا ﻵدَمَ ﻓ َﺴَﺠَ ﺪُوا إ ِﻻ ﱠ إ ِ ْﺑﻠ ِﯿْﺲَ ﻛَﺎنَ ﻣِﻦَ اﻟْﺠِ ﻦﱢ ﻓ َﻔ َ َﺴ‬
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia
adalah dari golongan jin, lalu ia mendurhakai perintah Rabbnya.” {Q.S.AlKahfi(18) : 50}
14

Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa iblis dari jin, dan jin
bukanlah malaikat. Ulama yang memegang pendapat ini menyatakan: “Ini
adalah nash Al-Qur`an yang tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini.”
Beliau juga menyatakan: “Dan hujjah yang paling kuat dalam masalah ini
adalah hujjah mereka yang berpendapat bahwa iblis bukan dari malaikat.”

15

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas kami dapat mengambil kesimpulan bahwa beriman
kepada Malaikat itu erat kaitannya dengan keimanan kepada Allah SWT, dan
kebenaran wahyu-Nya yang diterima oleh para Rasul untuk diteruskan kepada
umat manusia. Selain itu harus diyakini bahwa para Malaikat adalah hamba Allah
yang tidak dibenarkan dijadikan sekutu-kutu bagi Allah SWT.
B. Penutup
Demikian makalah ini kami buat, kami ucapkan banyak terima kasih
kepada pihak yang telah membantu atas terselesainya makalah ini. Kami
menyadari makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar kami dapat
memperbaiki makalah kami selanjutnya.

16

DAFTAR PUSTAKA

Ali Thanthawi, Syaikh, Aqidah Islam, Doktrin, dan Filosofi, cetakan pertama.
Solo: ERA INTERMEDIA. 2004.
Al-Banna, Hasan, Majmu'atu ar-Rasail, Muassasah al-Risalah Beirut, al-Jazairy,
Aqidah al-Mukmin, Maktabah Kulliyat. Al-azhariyah. Cairo. 1978.
Ilyas , Yunahar, ”Lc Kuliah Aqidah Islam", LPPI ,Yogyakarta. 1992
Rosihon Anwar, M.Ag, Akidah Akhlak, Pustaka Setia. Bandung, 2008

17