Laporan Praktikum Derajat Kerut Tanah
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan
organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang
berbeda beda.Tanah adalah tubuh
alam yang terbentuk dan berkembang akibat
bekerjanya gaya-gaya alam terhadap bahan-bahan alam di permukaan bumi. Tanah
sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah adalah tempat
makhluk hidup untuk berpijak dan tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan hara dan air sekaligus penopang akar agar tanaman bisa tumbuh dengan
baik. Di bumi ini terdapat berbagai jenis tanah. Jenis tanah menentukan tingkat
kesuburan tanah untuk ditumbuhi oleh tanaman. Tanah mempunyai sifat yang mudah
dipengaruhi oleh cuaca dan iklim.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,
bahanorganik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan
fraksitanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan
sifat yang berbeda-beda.
Pasir memiliki ukuran 0,05 mm – 2 mm, bersifat plastis, tidak liat, dan daya
menahan airnya rendah. Debu memiliki ukuran 0,002 mm – 0,05 mm, memiliki
sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik. Sedangkan liat memiliki ukuran <
0,002 mm, berbentuk lempeng, lengket bila dibasahi, sangat plastis, sifat
mengembang dan mengkerut yang besar.
Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk
mengetahuikandungan bahan organik dalam tanah tersebut. Berat ringannya tanah
dan kandungan bahan organik tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.
Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Namun kandungan
bahan organik tanah malah sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik
tanah maka derajat kerut tanah semakin kecil.
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan
sesuaidengan kemampuan yang dibebankan kepadanya, yaitu kemampuan untuk
menjadi kerasdan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas,
kemudahan untukditembus akar, aerasi, dan kemampuan menahan retensi unsureunsur hara tanaman yang semuanya berhubungan dengan kondisi fisik tanah. Kondisi
meliputi warnatanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.
Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar
dankedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan
hasilkarya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan
menampakkan profil yang berbeda.
Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral
didalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan
tentang profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok
untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor
utama dalam budidaya pertanian.
B. Tujuan
Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan
membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang sangat penting ada
konsep sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman. Bila kota-kota besar
berkembang, tanah menjadi penting sebagai bahan rekayasa guna mendukung jalanjalan dan bangunan-bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak lagi mendukung
fungsi rekayasa, termasuk untuk menimbun bahan-bahan bangunan. Konsep tanah
sebagai bahan rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah
mengalami pelapukan atau regolit (Foth, 2006).
Notohadiprawiro (1998) menyatakan bahwa dalam analisis agihan besar
zarah, bahan tanah halus dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama yaitu pasir,
debu dan lempung. Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah berukuran diantara
batas-batas tertentu.
Menurut Hardjowigeno (1987), fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah
yang berukuran diantara batas-batas tertentu. Dalam analisis besar zarah, bahan tanah
dapat dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama. Masing-masing fraksi
mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air
rendah, ukurannnya yang menyebabkan pori akro lebih banyak, perkolas cepat,
sehingga aerasi dan drainase tanah pasiran relatif lebih baik.
2. Debu (0,002 mm – 0,05 mm) sebenarnya merupakan pasir mikro dan sebagian
besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang
baik.
3. Liat ( < 0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng bila dibasahi amat lengket dan
sangat plastis, sifat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut
banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembang volume dan
terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas pembasahan.
Tanah secara umum mempunyai 2 (dua) sifat utama, yaitu sifat fisis dan sifat
mekanis.
1. Sifat Fisis Tanah
Sifat fisis tanah yaitu sifat yang berhubungan dengan elemen penyusunan
massa tanah yang ada, misalnya volume tanah, kadar air, dan berat tanah. Dalam
keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu butiran padat (solid),
bagian air (water), dan bagian udara (air). Keberadaan materi air dan udara
biasanya menempati pada ruangan antara butiran/pori pada massa tanah tersebut.
2. Sifat Mekanis Tanah
Sifat mekanis tanah merupakan sifat perilaku dari struktur massa tanah
pada dikenai suatu gaya atau tekanan yang dijelaskan secara teknis mekanis.
Parameter kekuatan tanah terdiri dari kohesi, tegangan air pori negatif, bagian
butiran,kuat geser undrained (Aburizal et all, 2012).
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum derajat kerut tanah yaitu cawan
porselin, cawan dakhil, colet, botol semprot, kuas dan jangka sorong. Bahan yang
digunakan adalah tanah halus jenis andisol, vertisol, ultisol, inceptisol, dan entisol
(0,5 mm), air, dan vaselin.
B. Cara Kerja
1. Diameter cawan dakhil dikur dengan jangka sorong.
2. Cawan dakhil diolesi vaselin secara merata dengan kuas.
3. Tanah inceptisol dimasukkan kecawan porselin lalu diberi air dengan botol
semprot.
4. Tanah diaduk dengan colet hingga menjadi pasta yang homogen
5. Pasta tanah yang homogen dimasukkan kedua buah cawan dakhil dan diratakan
dengan colet.
6. Cawan dakhil yang berisi pasta tanah dijemur di bawah terik matahari langsung
7. Tanah diukur diameter setiap dua jam sekali dengan jangka sorong bagian atas
sampai diameter dari kedua tanah tersebut konstan ukurannya.
8. Hasil dihitung dengan menggunakan rumus:
Derajat kerut tanah=
diameter awal−diameter akhir
×100
diameter awal
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No
.
Jenis Tanah
Ø1
1.
Andisol
Ø2
X
2.
Vertisol
Ø1
Ø2
1
35,3
9
35,6
3
35,5
1
23,4
6
26,5
2
35,19
35,27
35,23
36,65
37,66
Pengamatan ke
3
4
5
34,9
33,9
34,39
2
3
35,1
34,2
34,70
8
3
35,0
34,0
34,54
5
8
31,2
24,6
27,85
6
2
35,11 31,06 28,2
6
7
1
24,9
8
35,5
2
37,4
4
36,4
8
35,6
0
38,6
0
37,1
0
37,2
2
34,9
3
36,0
7
X
Ø1
3.
Ultisol
Ø2
X
Ø1
4.
Inceptisol
Ø2
X
Ø1
5.
Entisol
Ø2
X
37,15
34,76
35,80
35,28
35,44
37,86
36,65
37,19
36,60
36,89
33,1
8
34,3
3
34,5
2
34,4
2
34,6
0
36,8
3
35,7
1
36,7
5
35,7
0
36,2
2
29,42
34,10
34,47
34,28
34,42
36,62
35,52
36,72
37,71
37,21
Perhitungan:
Derajat Kerut Andisol=
34,08−35,51
×100 =0,034
35,31
Derajat Kerut Vertisol=
26,44−24,98
×100 =0,058
24,98
Derajat Kerut Ultisol=
33,74−34,48
× 100 =−0,021
34,48
Derajat Kerut Inceptisol=
20,95−37,10
× 100 =−0,435
37,10
7
26,4
4
34,0
1
33,4
7
33,7
4
33,7
0
36,1
3
34,9
1
36,6
6
37,7
5
37,2
0
33,60
19,80
35,00
22,10
34,30
20,95
36,61
36,45
37,73
35,32
37,17
35,88
Derajat Kerut Entisol=
35,88−36,07
×100 =−0,027
36,07
B. Pembahasan
Sarief (1986) menyatakan bahwa derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah
untuk mengembang dan mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah)
dan mengerut (bila kering). Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai
tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembeskan air dan disebut sebagai tanah
ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air,
aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat.
Derajat kerut tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah yang
ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kerut tanah adalah sebagai berikut:
1. Kandungan liat.
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.
Semakin tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajat kerut tanah.
2. Bahan organik.
Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan
bahan organiknya maka derajat kerut tanah semakin kecil.
3. Cahaya matahari.
Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akan
semakin cepat terjadi pengkerutan tanah.
4. Kandungan air
Semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat kerut tanah semakin
kecil. Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir akan
mempunyai tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air, Sedangkan tanah
berat adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit meloloskan air, aerasi
jelek,lengket dan sulit dalam pengelolaannya. Masing-masing fraksi mempunyai
ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak mengandung pasir akan
mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan
air dan disebut sebagai tanah ringan. Selain itu, derajat kerut pada tanah adalah
berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi
kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik
tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah,
maka derajat kerut tanah semakin kecil. Semakin tinggi kandungan liat, semakin
besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya.
Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah
semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Menurut Hardjowigeno (1987), dalam analisis besar zarah, bahan tanah dapat
dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama. Masing-masing fraksi mempunyai
ukuran dan sifat yang berbeda-beda yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air
rendah, ukurannnya yang menyebabkan pori akro lebih banyak, perkolas cepat,
sehingga aerasi dan drainase tanah pasiran relatif lebih baik.
2. Debu (0,002 mm – 0,05 mm) sebenarnya merupakan pasir mikro dan sebagian
besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang
baik.
3. Liat ( < 0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng bila dibasahi amat lengket dan
sangat plastis, sifat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut
banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembang volume dan
terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas pembasahan.
Ada beberapa istilah mengenai tanah ringan dan tanah berat. Tanah ringan
adalah tanah yang banyak mengandung pasir, mudah untuk diolah dan mudah
merembeskan air. Tanah berat adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit untuk
diolah, tidak mudah meloloskan air dan lengket.
Berdasarkan praktikum derajat kerut tanah yang telah dilakukan, diperoleh
hasil derajat kerut untuk tanah Andisol 0,034%; tanah Vertisol 0,058% ; Inceptisol
-0,435%; Ultisol -0,021%, dan Entisol -0,027%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat
kerut yang terbesar ada pada tanah Vertisol kemudian dilanjutkan dengan Andisol,
Ultisol, Entisol, dan yang terakhir Inceptisol.
Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah
Vertisol. Tanah Vertisol mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi, retakan
dalam dan lebar yang berkembang selama periode kering (Hamzah, 2007).
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua seharusnya adalah
Ultisol, yang terbentuk dari pencucian dengan sifat tanah basa dan berkembang
dibawah iklim panas sampai tropik. Ultisol lebih hebat dilapukkan, tanah ini juga
mempunyai horizon argilik (lempung) dengan kejenuhan basa lebih rendah dari 35 %.
Hal ini membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan bahan organic
rendah, menyebabkan derajat kerut yang ditimbulkan besar (Dady, 2003). Namun
pada praktikum ini tanah yang berada di posisi kedua adalah tanah jenis Andisol, ini
terjadi karena adanya kekeliruan dalam melakukan prosedur kerja, baik cara
pengukukuran menggunakan jangka sorong, faktor cuaca, dan lain – lain.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan ketiga yang sesuai dengan
pernyataan Buckman (1982) adalah Inceptisol. Pada tanah Inceptisol profilnya
mengandung horizon yang diperkirakan terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil
dari perubahan batuan induk. Horizon tidak menggambarkan pelapukan yang hebat.
Produktivitas alami Inseptisol sangat bervariasi, ada yang sangat subur dan ada juga
yang mengandung bahan organic rendah. Sedangkan pada tanah Entisol dicirikan
oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetic alamiah juga hanya
mempunyai horizon-horizon permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir
mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh
stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium
maka tanah ini cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di
dekat tepi-tepi luar dari dataran banjir. Namun pada praktikum ini tanah yang berada
di posisi ketiga adalah tanah jenis Ultisol, ini terjadi karena adanya kekeliruan dalam
melakukan prosedur kerja, baik cara pengukukuran menggunakan jangka sorong,
faktor cuaca, dan lain – lain.
Tanah yang memiliki derajat kerut keempat menurut Triana (2006) adalah
tanah Andisol. Tanah andisol ini memiliki derajat kerut hampir setara dengan Entisol.
Bedanya kandungan bahan organik pada Andisol masih lumayan banyak, sehingga
biasa di pakai untuk bahan baku pupuk terutama pada penanaman strawberry. Namun
pada praktikum ini tanah yang berada di posisi keempat adalah tanah jenis Entisol, ,
ini terjadi karena adanya kekeliruan dalam melakukan prosedur kerja, baik cara
pengukukuran menggunakan jangka sorong, faktor cuaca, dan lain – lain.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan terakhir menurut Trijoko
(2006) adalah tanah Entisol, tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan
dan tanpa horizon genetik alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon
permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya
pertanian terbatas. Namun pada praktikum ini tanah yang berada di posisi terakhir
adalah tanah Inceptisol.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Derajat kerut tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah yang
ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri.
2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tanah yang memiliki derajat kerut
tanah terbesar adalah tanah jenis Vertisol dan tanah yang memiliki derajat kerut
tanah terkecil adalah tanah jenis Inceptisol.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah adalah kandungan liat,
bahan organik, cahaya athari, dan kandungan air.
B. Saran
1. Praktikan lebih memerhatikan apa yang disampaikan oleh asisten saat asisten
memberikan arahan.
2. Cara kerja dalam praktikum harus dilakukan dengan sesuai dan teliti agar
mendapatkan hasil yang benar.
3. Peralatan praktikum agar segera diperbaharui untuk menunjang praktikan dan
asisten dalam praktikum kedepannya agar tercapai hasil praktikum yang
maksimal.
4. Semoga dalam praktikum selanjutnya dapat terus menambah ilmu bagi praktikan
maupun asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Aburizal, F, dkk. 2012. “Studi Perubahan Karateristik Fisik, Mekanik dan Dinamik
Terhadap Siklus Pembasahan pada Tanah Lereng dengan Kedalaman 5-20
m di Ngantang – Malang”. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 1, No. 1: 1-6.
Buckman, 1982. The Nature and Properties of Soils. The Micigan University.
Foth, H. 2006. The Nature and Properties of Soils. The MacMillan Company.
Hamzah, K. 2007. “Kajian Tingkat Perkembangan Tanah pada Lahan Persawahan di
Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah”. Journal
Agroland Indonesian. Vol. 16 No. 1: 45-52.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Iskandar, Daddy , Yetti Mulyati, Sri Pudjiraharti, Diah Ratnaningrum. 2003.
“Kandungan Inulin dari Umbi Dahlia Sp yang Ditanam pada Jenis Tanah
Vertisol, Inceptisol, danAndisol”.Jurnal Kepertanian Tingkat Kawasan
Indonesia. Vol. 16 No. 1: 25-26.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sarief, S.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.
Triana, A. M. 2006. “Keragaman Spasial Beberapa Sifat Tanah sebagai Fungsi Lereng
Dibawah Vegetasi Pinus Merkusii dan Hutan Alam disub DAS Genteng,
Kabupaten Sumedang”. Vol. 3 No. 2 : 12-13. Jurnal IPB Online.
http://lppm.ipb.ac.id Diakses pada tanggal 31 Maret 2016, Pukul 19.40.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan
organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang
berbeda beda.Tanah adalah tubuh
alam yang terbentuk dan berkembang akibat
bekerjanya gaya-gaya alam terhadap bahan-bahan alam di permukaan bumi. Tanah
sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah adalah tempat
makhluk hidup untuk berpijak dan tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan hara dan air sekaligus penopang akar agar tanaman bisa tumbuh dengan
baik. Di bumi ini terdapat berbagai jenis tanah. Jenis tanah menentukan tingkat
kesuburan tanah untuk ditumbuhi oleh tanaman. Tanah mempunyai sifat yang mudah
dipengaruhi oleh cuaca dan iklim.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,
bahanorganik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan
fraksitanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan
sifat yang berbeda-beda.
Pasir memiliki ukuran 0,05 mm – 2 mm, bersifat plastis, tidak liat, dan daya
menahan airnya rendah. Debu memiliki ukuran 0,002 mm – 0,05 mm, memiliki
sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik. Sedangkan liat memiliki ukuran <
0,002 mm, berbentuk lempeng, lengket bila dibasahi, sangat plastis, sifat
mengembang dan mengkerut yang besar.
Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk
mengetahuikandungan bahan organik dalam tanah tersebut. Berat ringannya tanah
dan kandungan bahan organik tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.
Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Namun kandungan
bahan organik tanah malah sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik
tanah maka derajat kerut tanah semakin kecil.
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan
sesuaidengan kemampuan yang dibebankan kepadanya, yaitu kemampuan untuk
menjadi kerasdan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas,
kemudahan untukditembus akar, aerasi, dan kemampuan menahan retensi unsureunsur hara tanaman yang semuanya berhubungan dengan kondisi fisik tanah. Kondisi
meliputi warnatanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.
Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar
dankedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan
hasilkarya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan
menampakkan profil yang berbeda.
Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral
didalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan
tentang profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok
untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor
utama dalam budidaya pertanian.
B. Tujuan
Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan
membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang sangat penting ada
konsep sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman. Bila kota-kota besar
berkembang, tanah menjadi penting sebagai bahan rekayasa guna mendukung jalanjalan dan bangunan-bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak lagi mendukung
fungsi rekayasa, termasuk untuk menimbun bahan-bahan bangunan. Konsep tanah
sebagai bahan rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah
mengalami pelapukan atau regolit (Foth, 2006).
Notohadiprawiro (1998) menyatakan bahwa dalam analisis agihan besar
zarah, bahan tanah halus dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama yaitu pasir,
debu dan lempung. Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah berukuran diantara
batas-batas tertentu.
Menurut Hardjowigeno (1987), fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah
yang berukuran diantara batas-batas tertentu. Dalam analisis besar zarah, bahan tanah
dapat dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama. Masing-masing fraksi
mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air
rendah, ukurannnya yang menyebabkan pori akro lebih banyak, perkolas cepat,
sehingga aerasi dan drainase tanah pasiran relatif lebih baik.
2. Debu (0,002 mm – 0,05 mm) sebenarnya merupakan pasir mikro dan sebagian
besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang
baik.
3. Liat ( < 0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng bila dibasahi amat lengket dan
sangat plastis, sifat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut
banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembang volume dan
terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas pembasahan.
Tanah secara umum mempunyai 2 (dua) sifat utama, yaitu sifat fisis dan sifat
mekanis.
1. Sifat Fisis Tanah
Sifat fisis tanah yaitu sifat yang berhubungan dengan elemen penyusunan
massa tanah yang ada, misalnya volume tanah, kadar air, dan berat tanah. Dalam
keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu butiran padat (solid),
bagian air (water), dan bagian udara (air). Keberadaan materi air dan udara
biasanya menempati pada ruangan antara butiran/pori pada massa tanah tersebut.
2. Sifat Mekanis Tanah
Sifat mekanis tanah merupakan sifat perilaku dari struktur massa tanah
pada dikenai suatu gaya atau tekanan yang dijelaskan secara teknis mekanis.
Parameter kekuatan tanah terdiri dari kohesi, tegangan air pori negatif, bagian
butiran,kuat geser undrained (Aburizal et all, 2012).
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum derajat kerut tanah yaitu cawan
porselin, cawan dakhil, colet, botol semprot, kuas dan jangka sorong. Bahan yang
digunakan adalah tanah halus jenis andisol, vertisol, ultisol, inceptisol, dan entisol
(0,5 mm), air, dan vaselin.
B. Cara Kerja
1. Diameter cawan dakhil dikur dengan jangka sorong.
2. Cawan dakhil diolesi vaselin secara merata dengan kuas.
3. Tanah inceptisol dimasukkan kecawan porselin lalu diberi air dengan botol
semprot.
4. Tanah diaduk dengan colet hingga menjadi pasta yang homogen
5. Pasta tanah yang homogen dimasukkan kedua buah cawan dakhil dan diratakan
dengan colet.
6. Cawan dakhil yang berisi pasta tanah dijemur di bawah terik matahari langsung
7. Tanah diukur diameter setiap dua jam sekali dengan jangka sorong bagian atas
sampai diameter dari kedua tanah tersebut konstan ukurannya.
8. Hasil dihitung dengan menggunakan rumus:
Derajat kerut tanah=
diameter awal−diameter akhir
×100
diameter awal
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No
.
Jenis Tanah
Ø1
1.
Andisol
Ø2
X
2.
Vertisol
Ø1
Ø2
1
35,3
9
35,6
3
35,5
1
23,4
6
26,5
2
35,19
35,27
35,23
36,65
37,66
Pengamatan ke
3
4
5
34,9
33,9
34,39
2
3
35,1
34,2
34,70
8
3
35,0
34,0
34,54
5
8
31,2
24,6
27,85
6
2
35,11 31,06 28,2
6
7
1
24,9
8
35,5
2
37,4
4
36,4
8
35,6
0
38,6
0
37,1
0
37,2
2
34,9
3
36,0
7
X
Ø1
3.
Ultisol
Ø2
X
Ø1
4.
Inceptisol
Ø2
X
Ø1
5.
Entisol
Ø2
X
37,15
34,76
35,80
35,28
35,44
37,86
36,65
37,19
36,60
36,89
33,1
8
34,3
3
34,5
2
34,4
2
34,6
0
36,8
3
35,7
1
36,7
5
35,7
0
36,2
2
29,42
34,10
34,47
34,28
34,42
36,62
35,52
36,72
37,71
37,21
Perhitungan:
Derajat Kerut Andisol=
34,08−35,51
×100 =0,034
35,31
Derajat Kerut Vertisol=
26,44−24,98
×100 =0,058
24,98
Derajat Kerut Ultisol=
33,74−34,48
× 100 =−0,021
34,48
Derajat Kerut Inceptisol=
20,95−37,10
× 100 =−0,435
37,10
7
26,4
4
34,0
1
33,4
7
33,7
4
33,7
0
36,1
3
34,9
1
36,6
6
37,7
5
37,2
0
33,60
19,80
35,00
22,10
34,30
20,95
36,61
36,45
37,73
35,32
37,17
35,88
Derajat Kerut Entisol=
35,88−36,07
×100 =−0,027
36,07
B. Pembahasan
Sarief (1986) menyatakan bahwa derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah
untuk mengembang dan mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah)
dan mengerut (bila kering). Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai
tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembeskan air dan disebut sebagai tanah
ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air,
aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat.
Derajat kerut tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah yang
ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kerut tanah adalah sebagai berikut:
1. Kandungan liat.
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.
Semakin tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajat kerut tanah.
2. Bahan organik.
Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan
bahan organiknya maka derajat kerut tanah semakin kecil.
3. Cahaya matahari.
Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akan
semakin cepat terjadi pengkerutan tanah.
4. Kandungan air
Semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat kerut tanah semakin
kecil. Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir akan
mempunyai tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air, Sedangkan tanah
berat adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit meloloskan air, aerasi
jelek,lengket dan sulit dalam pengelolaannya. Masing-masing fraksi mempunyai
ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak mengandung pasir akan
mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan
air dan disebut sebagai tanah ringan. Selain itu, derajat kerut pada tanah adalah
berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi
kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik
tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah,
maka derajat kerut tanah semakin kecil. Semakin tinggi kandungan liat, semakin
besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya.
Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah
semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Menurut Hardjowigeno (1987), dalam analisis besar zarah, bahan tanah dapat
dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama. Masing-masing fraksi mempunyai
ukuran dan sifat yang berbeda-beda yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air
rendah, ukurannnya yang menyebabkan pori akro lebih banyak, perkolas cepat,
sehingga aerasi dan drainase tanah pasiran relatif lebih baik.
2. Debu (0,002 mm – 0,05 mm) sebenarnya merupakan pasir mikro dan sebagian
besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang
baik.
3. Liat ( < 0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng bila dibasahi amat lengket dan
sangat plastis, sifat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut
banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembang volume dan
terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas pembasahan.
Ada beberapa istilah mengenai tanah ringan dan tanah berat. Tanah ringan
adalah tanah yang banyak mengandung pasir, mudah untuk diolah dan mudah
merembeskan air. Tanah berat adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit untuk
diolah, tidak mudah meloloskan air dan lengket.
Berdasarkan praktikum derajat kerut tanah yang telah dilakukan, diperoleh
hasil derajat kerut untuk tanah Andisol 0,034%; tanah Vertisol 0,058% ; Inceptisol
-0,435%; Ultisol -0,021%, dan Entisol -0,027%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat
kerut yang terbesar ada pada tanah Vertisol kemudian dilanjutkan dengan Andisol,
Ultisol, Entisol, dan yang terakhir Inceptisol.
Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah
Vertisol. Tanah Vertisol mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi, retakan
dalam dan lebar yang berkembang selama periode kering (Hamzah, 2007).
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua seharusnya adalah
Ultisol, yang terbentuk dari pencucian dengan sifat tanah basa dan berkembang
dibawah iklim panas sampai tropik. Ultisol lebih hebat dilapukkan, tanah ini juga
mempunyai horizon argilik (lempung) dengan kejenuhan basa lebih rendah dari 35 %.
Hal ini membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan bahan organic
rendah, menyebabkan derajat kerut yang ditimbulkan besar (Dady, 2003). Namun
pada praktikum ini tanah yang berada di posisi kedua adalah tanah jenis Andisol, ini
terjadi karena adanya kekeliruan dalam melakukan prosedur kerja, baik cara
pengukukuran menggunakan jangka sorong, faktor cuaca, dan lain – lain.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan ketiga yang sesuai dengan
pernyataan Buckman (1982) adalah Inceptisol. Pada tanah Inceptisol profilnya
mengandung horizon yang diperkirakan terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil
dari perubahan batuan induk. Horizon tidak menggambarkan pelapukan yang hebat.
Produktivitas alami Inseptisol sangat bervariasi, ada yang sangat subur dan ada juga
yang mengandung bahan organic rendah. Sedangkan pada tanah Entisol dicirikan
oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetic alamiah juga hanya
mempunyai horizon-horizon permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir
mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh
stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium
maka tanah ini cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di
dekat tepi-tepi luar dari dataran banjir. Namun pada praktikum ini tanah yang berada
di posisi ketiga adalah tanah jenis Ultisol, ini terjadi karena adanya kekeliruan dalam
melakukan prosedur kerja, baik cara pengukukuran menggunakan jangka sorong,
faktor cuaca, dan lain – lain.
Tanah yang memiliki derajat kerut keempat menurut Triana (2006) adalah
tanah Andisol. Tanah andisol ini memiliki derajat kerut hampir setara dengan Entisol.
Bedanya kandungan bahan organik pada Andisol masih lumayan banyak, sehingga
biasa di pakai untuk bahan baku pupuk terutama pada penanaman strawberry. Namun
pada praktikum ini tanah yang berada di posisi keempat adalah tanah jenis Entisol, ,
ini terjadi karena adanya kekeliruan dalam melakukan prosedur kerja, baik cara
pengukukuran menggunakan jangka sorong, faktor cuaca, dan lain – lain.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan terakhir menurut Trijoko
(2006) adalah tanah Entisol, tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan
dan tanpa horizon genetik alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon
permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya
pertanian terbatas. Namun pada praktikum ini tanah yang berada di posisi terakhir
adalah tanah Inceptisol.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Derajat kerut tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah yang
ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri.
2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tanah yang memiliki derajat kerut
tanah terbesar adalah tanah jenis Vertisol dan tanah yang memiliki derajat kerut
tanah terkecil adalah tanah jenis Inceptisol.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah adalah kandungan liat,
bahan organik, cahaya athari, dan kandungan air.
B. Saran
1. Praktikan lebih memerhatikan apa yang disampaikan oleh asisten saat asisten
memberikan arahan.
2. Cara kerja dalam praktikum harus dilakukan dengan sesuai dan teliti agar
mendapatkan hasil yang benar.
3. Peralatan praktikum agar segera diperbaharui untuk menunjang praktikan dan
asisten dalam praktikum kedepannya agar tercapai hasil praktikum yang
maksimal.
4. Semoga dalam praktikum selanjutnya dapat terus menambah ilmu bagi praktikan
maupun asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Aburizal, F, dkk. 2012. “Studi Perubahan Karateristik Fisik, Mekanik dan Dinamik
Terhadap Siklus Pembasahan pada Tanah Lereng dengan Kedalaman 5-20
m di Ngantang – Malang”. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 1, No. 1: 1-6.
Buckman, 1982. The Nature and Properties of Soils. The Micigan University.
Foth, H. 2006. The Nature and Properties of Soils. The MacMillan Company.
Hamzah, K. 2007. “Kajian Tingkat Perkembangan Tanah pada Lahan Persawahan di
Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah”. Journal
Agroland Indonesian. Vol. 16 No. 1: 45-52.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Iskandar, Daddy , Yetti Mulyati, Sri Pudjiraharti, Diah Ratnaningrum. 2003.
“Kandungan Inulin dari Umbi Dahlia Sp yang Ditanam pada Jenis Tanah
Vertisol, Inceptisol, danAndisol”.Jurnal Kepertanian Tingkat Kawasan
Indonesia. Vol. 16 No. 1: 25-26.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sarief, S.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.
Triana, A. M. 2006. “Keragaman Spasial Beberapa Sifat Tanah sebagai Fungsi Lereng
Dibawah Vegetasi Pinus Merkusii dan Hutan Alam disub DAS Genteng,
Kabupaten Sumedang”. Vol. 3 No. 2 : 12-13. Jurnal IPB Online.
http://lppm.ipb.ac.id Diakses pada tanggal 31 Maret 2016, Pukul 19.40.