MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGI

  SANITASI DAN DRAINASE ANCAMAN BAKTERI E-COLI PADA

  MENGAPA KITA HARUS MASYARAKAT PERKOTAAN

  MENGELUH REFERENSI TEBING TINGI DELI

  

SINERGI SINERGI

ESA HILANG MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGI DUA TERBILANG

NO.480.05/286 TAHUN 2002

  Pada edisi ini juga kami mengetengahkan topik yang kami nilai penting bagi masyarakat, khususnya Sanitasi Perkotaan. Ancaman Bakteri E-Coli Pada Masyarakat Perkotaan, Problema Sanitasi Di Tebing Tinggi , Drainase Kita, Riwayatmu Dulu Dan Kini, Sarana MCK Cermin Kesehatan Jiwa Suatu Masyarakat.

  SINERGI

  TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI

  Tak lupa kami selipkan pula sejumlah tulisan berbagai kalangan dalam rubric seni/budaya. Ada sejumlah pusi dan cerita pendek yang akan menghiasi halaman ini. Sebagai obat penawar kebosanan dan mengasah ketajaman jiwa, halaman seni/budaya sengaja kami sediakan dalam halaman yang cukup. Akhirnya, kami berharap edisi ini semakin baik dan mendapat apresiasi dari pembaca kami. Salam dari meja redaksi. Terima Kasih REFERENSI TEBING TINGGI DELI

  Pada halaman olah raga, sengaja kami tampilkan mengenai Permainan Anak-Anak Dulu Dan Kini.

  Untuk halaman hukum, kami coba mengetengahkan, Polri Harus Tegakan Supremasi Hukum, Tingginya angka kriminalitas kejahatan di- wilayah jajaran Polres Tebing Tinggi sangat meresahkan masyarakat. Sedang- kan halaman parlementaria, akan mengupas Para Caleg Dan Calon Pemil- ihnya Dalam Pemilu serta tentang Pencalonan Anggota Legislatif.

  Pada halaman wanita, reporter tamu kami, mencoba mengisahkan perjalanan buruh penambang pasir perempuan. Jika selama ini yang men- jadi penambang pasir adalah pria, tapi ada pengecualian untuk perempuan satu ini. Pada halaman agama, Kami mencoba untuk menyelusuri tetang keberadaaan muhammadiyah di tebing tinggi .

  Selain rubrik itu, Kami juga menyajikan sejumlah laporan dalam berbagai rubrik, misalnya Kurikulum 2013 Untuk Menjawab Tantangan Zaman di halaman pendidikan. Ada juga rubric mamfaat teh hijau di hala- man kesehatan serta halaman linkungan hidup kami sajikan Ketika Mata Air Merintih di Titik ‘Nol’ Sei Bahilang.

  KETUA PENGARAH : Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi ) WAKIL KETUA PENGARAH :

  H. Irham Taufik, SH, M.AP (Wakil WaliKota Tebing Tinggi ) PENGENDALI :

  Jika kemudian telah ada ketentuan, bahwa kenaikan pangkat mau- pun berbagai persyaratan membutuhkan tulisan ilmiah yang dipublikasikan, ke sanalah rubrik itu nantinya akan kami dedikasikan.

  e mbaca budiman. Ada yang baru di edisi Maret 2013 kali ini di majalah SINERGI. Rubrik terbaru itu, adalah Jurnal Sinergi yang kami sediakan halaman khusus. Rubrik ini, kami siapkan untuk para guru, dosen dan mahasiswa yang membuat tulisan-tulisan ilmiah untuk berbagai keperluan.

  P

  Eimail : majalah_sinergi@yahoo.co.id Facebook : majalah_sinergi@yahoo.co.id SALAM REDAKSI

  Tulisan dikirim ke alamat redaksi : Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Deli Deli

  Edi Suardi, S.Sos Aswin Nasution, ST FOTOGRAFER : Sulaiman Tejo Chairul Fadhli KOORDINATOR DISTRIBUSI RIDUAN LIPUTAN DAN REPORTER : Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP,SIM,Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya.

  Dian Astuti

  H. Johan Samose Harahap, SH, MSP (Sekdako Tebing Tinggi Deli ) PENANGGUNG JAWAB : Ir. H. Zainul Halim (Asisten Administrasi Umum ) PIMPINAN REDAKSI : Ahdi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP) REDAKSI : Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda BENDAHARA : Jafet Candra Saragih KOORDINATOR LIPUTAN : Drs Abdul Khalik, MAP SEKRETARIS REDAKSI :

  Halaman SKPD juga kami nilai baru, kali ini mencoba mengeten- gahkan salah satu lembaga yang mengurusi persoalan Sanitasi Dan Drain- ase. Rubrik ini, kami sajikan agar pembaca tahu bagaimana struktur kerja SKPD yang ada di lingkungan Pemko Tebingtinggi.

LAYOUT DESAIN GRAFIS

  • Sanitasi Dan Drainase
  • Ancaman Bakteri E-Coli Pada Masyarakat Perko- taan
  • Problema Sanitasi Di Tebing Tinggi • Drainase Kita, Riwayatmu Dulu Dan Kini Walikota • Tebing Tinggi : Sarana Mck Cermin Kesehatan Jiwa Suatu Masyarakat
  • Study Banding Komisi III DPRD Kabupaten Brebes Di Kota Tebing Tinggi • Para Caleg Dan Calon Pemilihnya Dalam Pemilu • Tentang Pencalonan Anggota Legislatif
  • Muhammadiyah Di Tebing Tinggi
  • Kurikulum 2013 Untuk Menjawab Tantangan Zaman
  • Pedagang Kaki Lima Di Pasar Gambir
  • Biar Sehat, Ganti Kopi Dengan Teh Hijau Di Pagi Hari • Kopi Bisa Cegah Kanker Payudara Kambuh
  • Demokrat: Menteri "Nyaleg" Hanya Cuti 15 Hari di Akhir Pekan
  • Permainan Anak-Anak Dulu Dan Kini
  • Ketika Mata Air Merintih di Titik ‘Nol’ Sei Bahilang
  • Ibu • Sahabat • Pengorbanan Seorang Ibu • Tentang Sahabat
  • Polri Harus Tegakan Supremasi Hukum
  • Wanita Penambang Pasir Untuk Biaya Kuliah Anak
  • Surat Untuk Ibu
  • Kota Tebing Tinggi Canangkan Gemmar Dan Pelantikan DMI
  • BDB Rp 90,278 Miliar, Umar Hasibuan Apresiasi Pempropsu • Sekdapropsu Kukuhkan Pengurus Korpri Tebing Tinggi • PNS Tebing Tinggi Dihimbau Sampaikan SPT Tahunan • Korban Kebakaran Terima Bantuan Pemko Tebing Tinggi • Pusat Souvenir Dan Oleh-Oleh Khas Tebingtinggi Diresmikan
  • Tantangan Globalisme Dan Komunikasi Lintas Budaya (Sebuah Perspektif)
  • M a r w a h

  35. PERLEMENTERIA

  58 . TEPIAN

  55. JURNAL PEMKO

  54. CERPEN

  52. PUISI

  51. OLAH RAGA

  49. INFO NASIONAL

  48. SOSIAL

  44. AGAMA

  38. LENSA SRIKANDI

  28. PEMKO KITA

  DAFTAR ISI SINERGI EDISI 121MARET 2013

  27. WANITA

  21. LENSA PEMKO

  19. HUKUM

  17 LINGKUNGAN HIDUP

  16 KESEHATAN

  15 PENDIDIKAN

  9. UTAMA

  8. SINERGITAS

  4. MOMENTUM

  60 . IKLAN GRATIS SINERGI Redaksi JUANDA Redaksi KHARUL HAKIM Sekretaris Redaksi DIAN ASTUTI Bendahara JAFET CHANDRA SARAGIH Redaksi RIZAL SYAM Koordinator Liputan Drs.ABDUL KHALIK.MAP Distributor RIDWAN Foto Grafer Sinergi FADHLI Layout Desain Grafis EDI SUWARDI.S.Sos Layout Desain Grafis ASWIN NAST.ST Foto Grafer Sinergi SULAIMAN

  

MOMENTUM

  MOMENTUM

  

MOMENTUM

  SINERGITAS Persoalan drainase dalam kehidupan ini merupakan per- soalan purba (lihat halaman uta- ma: Drainase Kita, Riwayatmu Dulu dan Kini).

SANITASI DAN DRAINASE

  Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengering- kan atau mengalirkan air. Jadi pengertian drainase lebih kurang adalah merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, indus- tri, pertanian, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya, serta berupa penyalu- ran kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas mau- pun di bawah permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan buatan.

  Siklus keberadaan air di suatu wilayah dimana manusia bermukim, pada masa tertentu akan mengalami keadaan berlebih. Keadan ini dapat mengganggu ke- hidupan manusia. Selain itu semakin kom- pleksnya kegiatan manusia dapat meng- hasilkan limbah berupa air buangan yang dapat mengganggu kelangsungan hidupn- ya, dan dengan adanya keinginan untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahter- aan hidup maka manusia mulai berusaha untuk mengatur lingkungannya dengan cara melindungi daerah pemukimannya dari air berlebih dan air buangan. Agaknya hal ini menjadi cara untuk mengatasi banjir.

  Di daerah terbelakang drainase tercipta begitu saja, tanpa perencanaan. Drainase alami ini berlangsung tidak se- cara statis melainkan terus berubah secara konstan menurut keadaan fisik lingkungan sekitar. Seiring dengan berkembangnya kawasan perkotaan yang ditandai dengan banyak didirikannya bangunan-bangunan yang dapat menunjang kehidupan dan kenyamanan masyarakat kota, maka se- jalan dengan itu diperlukan pula suatu sistem pengeringan dan pengaliran air yang baik untuk menjaga kenyamanan masyarakat kota. Sehingga drainase perko- taan harus saling padu dengan sampah, sanitasi dan pengendalian banjir perkotaan. Sedangkan, drainase di wilayah perko- taan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan rumah tangga dan industri, agar tidak terjadi genangan melimpah pada suatu kawasan tertentu.

  Karena suatu kota terbagi-bagi men- jadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase perkotaan dan mem- bentuk satu sistem drainase perkotaan.

  Lebih-lebih saat ini masalah drainase di Tebingtinggi menjadi masalah yang sangat pelik. Banjir bagi kota Tebingtinggi adalah hal biasa, akibat dari pengelolaan drainase yang buruk . Ujung-ujungnya adalah sanitasi yang buruk pula. Banjir, bagaimanapun me- nyisakan pelbagai persolan. Dari mulai ekonomi, politik sampai sosial. Tapi yang paling berat adalah munculnya wabah penyakit, akibat buruk dari sanitasi tadi. Untuk mengatasi persoalan sanitasi pemer- intah pusat melalui Kementerian Kes- ehatan melahirkan Kepmenkes no 852 tahun 2008 tentang Sanitasi Total Berba- sis Masyarakat. adalah satu program na- sional Indonesia di bidang sanitasi yang dipegang oleh Kementerian Kesehatan sebagai leading sector. Ditetapkannya Kepmenkes ini pada tahun 2008 memulai perubahan paradigma baru dalam pelak- sanaan program sanitasi di negeri ini dengan menerapkan prinsip zero subsidi. Namun, sebelum bahaya besar datang, agaknya drainase yang baik perlu menjadi perhatian kita semua. Kota Tebingtinggi perlu memikirkan semua ini, sebab den- gan drainase yang baik akan menciptakan sanitasi yang baik. Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu akan semakin meningkatnya kesehatan, keny- amanan dan keasrian daerah pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada um- umnya, dan dengan tidak adanya genan- gan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan akan menjadi lebih baik sehingga dapat men- ingkatkan kesejahteraan dan ketentra- man seluruh masyarakat. (khairul hakim)

  UTAMA Bakteri Escherishia Coli atau lebih dikenal e-coli, dikenal sebagai bakteri yang berasal dari kotoran ma- nusia alias tinja. Bakteri itu, merupakan bakteri spesies utama dari bakteri gram negatif. Bakteri itu ditemukan oleh The- odore Escherich, biasanya hidup pada kotoran manusia alias tinja. Mereka yang dimasuki bakteri itu, akan men- gakibatkan diare, muntah berak (munt- aber) dan penyakit pencernaan lainnya.

ANCAMAN BAKTERI E-COLI PADA MASYARAKAT PERKOTAAN

  Penyebaran bakteri e-coli, teru- tama terjadi pada pemukiman padat di perkotaan yang sarana sanitasinya buruk. Jakarta merupakan kota yang sudah men- galami ancaman bakteri e-coli. Dari peneli- tian di Jakarta Barat, sekira 60 persen air di daerah itu diperkirakan sudah tercemar bakteri itu. Beberapa daerah di kota besar dan kota-kota lainnya, hal sama juga terjadi. Ancaman bakteri e-coli semestinya tidak dipandang sebelah mata. Dalam kondisi tertentu penyakit diare menjadi pembunuh nomor satu di kalangan balita dan anak- anak, jika tidak mendapatkan pertolongan dan perawatan lebih awal. Bahkan, pada 2011 dikabarkan muncul strain baru bakteri e-coli yang jauh lebih mematikan diband- ing sebelumnya. Jenis baru bakteri e-coli itu berkembang di Eropah dan sudah mereng- gut belasan jiwa, dikenal dengan Entero- haemorrhagic Escherichia coli atau EHEC. Gejala infeksi EHEC menurut Prof Tjandra Yoga, Dirjen Pengendalian Penyakit Menu- lar dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Ke- menkes, antara lain berupa sakit perut sep- erti kram disertai diare, yang pada sebagian kasus dapat mengeluarkan darah (haemor- rhagic colitis). Gejala lain yang sering meny- ertainya adalah demam serta mual-muntah.

  Masa inkubasi EHEC berkisar antara 3 hingga 8 hari, atau rata-rata 4 hari. Sebagian besar bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu 10 hari, namun dalam kasus tertentu seperti yang terjadi di Eropa, infeksi bisa berlanjut menjadi Haemolytic Uraemic Syndrome (HUS). Gejala HUS cukup serius, di antaranya adalah gagal ginjal akut yang disertai keru- sakan pada sel-sel darah merah, gang- guan saraf, stroke dan koma. Diperkirakan sekitar 10 persen dari pasien yang terin- feksi EHEC akan berlanjut ke HUS, den- gan tingkat kematian sebesar 3-5 persen.

  Prof. Tjandra Yoga menam- bahkan, sejak pertengahan Mei hingga 2 Juni 2010 bakteri EHEC telah mengin- feksi 1.733 orang di Jerman dengan kor- ban tewas mencapai 17 orang. Sebanyak 6 korbSecara singkat Anis memaparkan bagaimana proses bakteri tersebut bisa mengakibatkan gagal ginjal pada si pen- deritanya. "Bakteri masuk bersama ma- kanan terkontaminasi lalu melekat pada mukosa usus besar dan menghasilkan tok- sin tersebut. Verotoksin kemudian masuk ke aliran darah dan terikat pada resep- tor Gb3 yang terdapat di ginjal," katanya. Menurut Dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK, Ketua Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Verotoksin yang dihasilkan EHEC dike- tahui mirip dengan toksin yang dihasilkan oleh Shigella dysentriae sehingga disebut juga Shiga-like toxin (ST). Sehingga dapat dikatakan bahwa, e.coli kemungkinan men- dapatkan kemampuan menghasilkan toksin akibat transfer gen dari Shigella dysentriae.

  Menurutnya, terdapat be- berapa serotipe e.coli yang termasuk dalam kelompok EHEC. Terbanyak ada- lah serotipe O157:H7, selain itu juga serotipe non-O157:H7 dan termasuk yang pernah dilaporkan di Korea E.coli O104:H4. Pembagian serotipe ada- lah berdasarkan antigen H (flagel) dan O (somatik) yang dimiliki oleh e.coli. Terkait bagaimana proses bakteri bermutasi sehingga menjadi sangat mematikan, Anis mengungkapkan, seperti pada umumnya bakteri, materi genetik sel bakteri dapat dipindahkan secara vertikal atau horisontal. Pemindahan materi genetik secara horison- tal dapat terjadi dari sel bakteri ke sel lain yang masih dalam kelompok spesies yang sama ataupun berbeda. "Cara pemindahan bisa secara langsung, melalui pili (salah satu organel sel) atau dipindahkan oleh bakte- riofaga atau virus peng-infeksi bakteri dari satu sel bakteri ke sel yang lain," terangnya.

  Lalu bagaimana dengan Kota Tebingting- gi? Diperkirakan dalam 10 tahun ke depan, kota itu akan mengalami na- sib sama. Jika tidak dilakukan pen- anganan terpadu dan lebih awal oleh pemerintah kota bersama masyarakat.

  Bayangkan saja, dengan jum- lah penduduk sekira 165 ribu jiwa lebih, saat ini, produksi tinja warga kota itu per hari mencapai sekira 4 ribu kg. Perkiraan itu berdasarkan hasil riset, bahwa setiap orang umumnya memproduksi tinja antara 250 gram hingga 300 gram per hari. Jika produksi itu dikalikan dengan jumlah penduduk, maka itulah hasilnya. Hal yang membuat merinding bulu kuduk, ternyata dari setiap 1 gram tinja terdapat 100 juta bakteri hidup termasuk e-coli yang siap melakukan penetrasi ke berbagai makhluk hidup lainnya, termasuk manu- sia. Bayangkan, berapa jumlah bakteri e- coli yang hidup dalam tinja sebanyak 4 ton/ hari itu. Itulah problema terbesar keseha- tan yang akan dihadapi peradaban urban, termasuk kota transit yang kini dipimpin Wali Kota Ir.H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM dan H. Irham Taufik, SH, MAP.

  Ancaman itu, faktual. Jumlah ku- mulatif tinja sebanyak 4 ton itu, saat ini keadaannya tanpa dikelola sama sekali. Umumnya tersimpan dalam septic tank ke- luarga yang masih manual. Artinya septic tank yang tidak sesuai standar kesehatan, di mana timngkat penetrasinya ke dalam tanh sangat tinggi. Bukan tidak mungkin septic tank demikian, tidak menjamin keamanan tinja yang tersimpan didalamnya. Belum lagi mobil pengangkut tinja di kotaTebingting- gi, beberapa tahun belakangan tidak ada. Selebihnya, tinja itu mencemari tanah, drainase dan sungai, lahan kosong dan seba- gainya. Syukur saja, hingga kini lingkungan (tanah dan sungai) masih mendaur ulangn- ya secara alamiah. Jika nanti lingkungan sampai pada titik jenuh, diperkirakan kasus Jakarta hanya tinggal menunggu waktunya

  UTAMA

  Buruknya masalah sanitasi di inti kota, sudah diakui Kadis Pertanian kota Tebingtinggi Syaiful Fachri, SP, MSi, suatu kali berbincang dengannya. Menurut Fachri, buruknya kondisi sanitasi di inti kota, terutama menyangkut limbah rumah tangga, meliputi air buangan cucian dan masak, kotoran tinja dan sampah keluarga. Kemudian drainase yang buruk dan tidak sesuai standard serta sampah yang penanga- nannya dalam skala terbatas dan tidak tun- tas. Semua limbah itu, umumnya dibuang ke badan sungai yang melintasi kota, teru- tama sungai Bahilang, Kelembah, Sigiling dan Padang. “Bayangkan jika tinja dibuang langsung ke sungai, sangat besar resikon- ya,” ungkap Alumni S2 PWD USU itu. Seiring dengan perkembangan kota ser- ta tingkat hunian yang terus naik, maka penanganan persoalan lingkungan, kata Fachri, sudah harus mulai dipikirkan se- cara terpadu dan sistemik. “Semua limbah itu mesti dikelola agar tidak menimbulkan efek negatif tapi berdampak positif,” te- gas dia. Salah satu pemikiran yang tengah digodok adalah pembuatan limbah ko- munal ditengah kota berpenduduk padat.

  Fachri, menyontohkan proyek limbah komunal itu harusnya dimulai di komplek perumahan. Misalnya, sudah ada beberapa sanitasi masyarakat alias Sanimas pada beberapa lingkungan padat penduduk sebagai pilot project, misalnya di Kel. Lalang, Bandar Utama dan Satria.

  Menyusul di Kel. Mandailing dan Durian.

  Masalah lain muncul, kata dia, saat ini pertumbuhan real estat di Kota Tebingtinggi, semakin tinggi. Tentu saja, pembangunan komplek perumahan harus memenuhi standard hunian sehat dan ramah lingkungan, sesuai ketentuan yang ada. Salah satunya, bagaimana pihak pengembang mengelola limbah mereka. Namun diakui, hingga kini tidak ada satu pun pengembang di Kota Tebingtinggi yang coba memperha- tikan penanganan limbah rumah tangga itu.

  Menyadari problema sanitasi dan ancaman yang mengintip, Bappeda ber- sama Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta Kantor Lingkungan Hidup, beberapa tahun belakangan melakukan berbagai pro- gram penanganan sanitasi di perkotaan. Program itu jug amendapat dukungan dari sejumlah founding seperti USAID, AuSAID dan IDB. Saat ini, Bappeda tengah meran- cang proyek sanitasi (ipal komunal, tempat pembuangan sampah dan drainase) secara terpadu. Pada 2013 telah dianggarkan dana hibah mencapai Rp14,8 milyar untuk pen- gadaan ipal komunal di beberapa kelurahan. Beberapa kelurahan dilirik, yakni Kel.

  Mandailing, Pasar Baru yang berdampingan dengan sei Bahilang. Proyek Ipal komunal itu, nantinya akan melibatkan ratusan rumah sebagai peno- pangnya. Di mana, seluruh saluran sani- tasi rumah itu akan bermuara pada satu instalasi yang dikelola secara manajerial. Selain itu, program HEBAT (hidup en- ergik, bersih, sehat) yang dilaksanakan LSM Yakmi, digencarkan di beberapa pe- mukiman padat penduduk. Program ini, mengkhususkan tahapan pendidikan ke- pada masyarakat dalam mengelola sani- tasi warga secara baik. Salah satu, program HEBAT yang berhasil dapat dilihat di Kel. Tanjung Marulak Hilir, Kec. Padang Hilir. Program Sanitasi kota Tebingtinggi, pan- tas dinilai tepat ditengah mulai mun- culnya kekhawatiran akan terjadinya persoalan sanitasi pada masyarakat perkotaan. Langkah mencegah memang lebih baik dari mengobati. Abdul Khalik

  UTAMA Matahari masih enggan bang- kit dari peraduannya. Buyung, anak SD yang tinggal di bantaran sei Bahilang, masih bergulung di selimutnya. Sang ibu, tiba-tiba membangunkannya den- gan suara menggelegar, mengingatkan waktu menunjukkan pukul 06.30.

  Anak tepian sungai itu pun melompat dari dipannya dan bergegas keluar. Rutin, setiap pagi dia harus mandi, membersihkan diri, sebelum berangkat se- kolah. Tapi, Buyung tidak ke kamar mandi, melainkan menuju tepian sungai.

  Di derasnya air sungai, dia buang hajat lebih dulu, sebelum menceburkan diri ke arus air dengan menggosokkan badannya, kadang tanpa sabun. Juga gosok gigi, kadang bermodal daun bambu muda yang tumbuh liar di sisi sungai. Selesai mandi. Dengan badan menggigil, buyung naik ke tepian sungai, mengambil handuk kumal dan melap badannya, sambil berlari ke rumah berjarak beberapa meter dari pangkalan sungai.

  Usai berpakaian sekolah, di atas meja makan telah disediakan sang ibu sarapan pagi. Tak jarang sarapan hanya terisi nasi panas dengan lauk ikan atau udang sungai digoreng sambal, hasil tangkapan Buyung kemarin. Sarapan itu terasa nikmat. Sepulang sekolah, mereka kembali akrab dengan sungai hingga sore. Masyarakat memberi gelar mereka ‘anak sungai.’ ‘Anak sungai’ tak merasa jijik dengan tinja yang melintasi aliran sungai, maupun bangkai hewan yang dibuang dari hulu sungai. Perasaan tak jijik dan tak takut itu, karena memang tinja dan bangkai hewan yang melintasi aliran sungai tak pernah menimbulkan dampak bagi anak-anak.

  

PROBLEMA SANITASI

DI TEBING TINGGI

  UTAMA

  Sungai, mampu mengendalikan limbah itu hingga tak menimbulkan mala- petaka. Itu lah kenangan 30 tahun lalu, masih kekal dalam ingatan anak-anak tepian sungai di kota Tebingtinggi. Ada ratusan keluarga, sejak lama sudah menempati tepian sungai. Mereka hidup dan berceng- kerama dengan sungai di sebagian besar hari-hari mereka. Pada keluarga itu, dulunya tidak dike- nal kamar mandi maupun water close (WC) yang saat ini akrab dengan rumah tangga modern. Segala limbah, dibuang ke sungai, mulai dari limbah pribadi hingga limbah rumah tangga. Hanya saja, karena sungai saat itu mampu menampung limbah dan mengelolanya secara alamiah, limbah itu tak memunculkan problema keseha- tan. Maklum saja, jumlah penduduk kota Tebingtinggi saat itu, tak sebanyak kini yang pertumbuhannya mencapai 10 kali lipat.

  Sayangnya, pertumbuhan penduduk justru terjadi pada pemukiman- pemukiman inti kota yang berada di tepian sungai. Perhatikan saja, bagaimana aliran sungai Bahilang, mulai dari Kel. Persia- kan hingga Kel. Badak Bejuang, padat dihuni rumah yang tidak lagi menyisakan ruang di bantaran sungai. Diperkirakan, ada ribuan kepala keluarga yang meman- faatkan bantaran sungai Bahilang sebagai hunian. Demikian pula di bantaran sei Padang, sejak dari Kel. Bulian hingga Kel. Tanjung Marulak Hilir, menunjukkan kuantitas peningkatan pemukiman di bantaran sun- gai. Selama puluhan tahun, pembangunan pemukiman di bantaran sungai itu tak terk- endali, karena lemahnya penegakan pera- turan soal itu. Demikian pula pemanfataan bantaran sungai sebagai areal industry, kian memperparah keadaan sungai, karena mereka berperan besar merusak keasrian sepotong surga itu.

  Ribuan rumah warga di bantaran sungai, maupun yang berada di sekitar bantaran sungai membuang limbah rumah tangga mereka ke badan sungai. Lalu, perkirakanlah berapa jumlah limbah yang terbuang ke sungai setiap harinya dari ribuan rumah tangga itu. Kali kan pula selama satu bulan, lalu satu tahun, lalu 10 tahun, lalu 20 tahun. Dipastikan, sudah ada ribuan ton limbah yang mengendap di badan sungai Padang dan Bahilang serta sungai-sungai lain yang melintasi kota Tebingtinggi.

  Akibat pembuangan limbah besar-besaran itu, keceriaan sungai sejak lama telah hilang. Sungai saat ini, bukan lagi tempat anak-anak mengembangkan kepribadiannya, tapi berubah menjadi area menakutkan, menjijikkan dan dijauhi. Keindahan sungai juga telah hilang berganti dengan kondisi yang kusam dan jorok, hingga membuat siapapun memal- ingkan pandangannya. Dampak kasat mata yang bisa dilihat, adalah pendangkalan sungai akibat limbah berbagai bahan kebutuhan rumah tangga, mulai dari plastik, besi, kain dan berbagai barang rongsokan lain yang dibuang ke dalam sungai. Tanpa pengerukan badan sungai, banjir adalah efek negatif yang telah dirasakan warga di tepian sungai bertahun-tahun. Tanpa pengendalian dari perspekstif kesehatan, ke depan warga kota akan mengalami berbagai problema penyakit, semisal diare dan muntaber akibat sumber air tak steril.

  Tak hanya sungai problema sani- tasi kian memprihatinkan. Agaknya, ka- rena minimnya pengetahuan soal sanitasi, masyarakat membuat kamar mandi dan WC tanpa aturan sesuai kesehatan. Atau, karena minimnya lahan pembuatan septic tank penampung limbah keluarga menjadi rentan. Beberapa masalah dalam pembuatan septic tank yang beresiko bagi kesehatan, dapat diamati pada pemukiman warga di banta- ran sungai. Kebanyakan warga membuang langsung tinja mereka ke badan sungai dengan membuat saluran langsung menuju badan sungai, tanpa saringan ataupun drainase.

  Ada juga warga yang membuat septic tank, namun tidak sesuai standard kesehatan. Misalnya membuat bangunan septic tank dengan dasar bangunan yang tidak dilapisi batu disemen. Sehingga dasar septic tank tanah tanpa alas. Um- umnya septic tank tak sesuai standard itu menjadi model di berbagai perumahan.

  Akibatnya, tak pernah septic tank mengalami penuh dan harus disedot, karena limbah tinja yang masuk meresap ke tanah. Model ini, jika tidak dilakukan perubahan secara structural maupun cul- tural akan menyumbang persoalan besar soal sanitasi di kota ini. Sedangkan bagi wargas pinggiran sungai, mereka lebih senang langsung mencebur ke sungai dan buang air besar di air yang mengalir.

  Model sanitasi yang juga tak sesuai standard kesehatan, ada WC cem- plung yang masih banyak terlihat di pe- mukiman pinggiran kota. Meski lokasinya berada jauh dari belakang rumah, namun WC cemplung sangat tidak hygienis dan menimbulkan aroma bau yang menggang- gu penciuman.

  Dengan problema MCK de- mikian, diperlukan solusi mengatasi dampaknya, seiring pertumbuhan warga yang memproduksi limbah pribadi. Pada Negara-negara maju, limbah manusia mu- lai dilirik sebagai salah satu sumber energi alternatif, jika dikelola dengan sistem dan teknologi tertentu. Limbah manusia, bisa dijadikan sebagai pupuk serta energi uap yang bernilai dengan pengelolaan teknolo- gi mutakhir.

  Sarana mandi, cuci, kakus atau MCK menjadi cermin apakah suatu bangsa mengidap penyakit jiwa atau tidak.

  Jika MCK pada suatu masyarakat ternyata bau, jorok dan kumuh, bisa jadi penanda masyarakat di tempat itu sedang mengidap sakit jiwa. Kemodernan suatu masyarakat juga dapat diukur dari bagaimana mereka mengelola MCK dan limbah. Semakin modern suatu masyarakat, kepedulian mereka akan sarana MCK akan semakin tinggi. Agakny akita memang harus berkaca pada Negara-negara maju dalam pengelolaan sanitasi. A. Khalik

  UTAMA Drainase

  atau saluran pem- buangan air kotor, usianya sama den- gan munculnya peradaban pemuki- man manusia. Sejak zaman pra sejarah hingga modern drainase menjadi ba- gian penting dari tata ruang pemuki- man manusia. Berbagai situs pemuki- man masyarakat pra sejarah mulai dari Mesir Kuno 6.000 SM, Babilonia 4.500 SM, Assyiria 3.500 SM hingga perada- ban China Kuno 2500 SM dan Mahe- nyo Daro India 1.500 SM, menunjuk- kan adanya kanal dan drainase sebagai bagian penting dari peradaban kuno itu. Di Nusantara, situs pemuki- man tua di berbagai pulau juga men- unjukkan pentingnya drainase dalam tata ruang mereka. Kerajaan Sriwi- jaya di Palembang serta Majapahit di Jawa Tengah, memperlihatkan sistem drainase dan kanal yang maju dalam tata ruang perkotaan nenek moyang kita itu. Kanal menjadi model utama bagi pengadaan sumber air bersih serta transportasi dari dan keluar ibu kota. Sedangkan drainase menjadi saluran penting bagi pembuangan limbah ru- mah tangga warga istana dan sekitarn- ya. Hingga kini, situs kanal dan drain- ase Majapahit menjadi kajian menarik sejumlah arkeologis dan sejarahwan. Demikian pula beberapa kerajaan di Sumatera lainnya, misalnya Samud- era Pasai (Aceh), Demak (Jawa), Goa (Sulawesi), Banjar (Kalimantan) serta Ternate (Maluku), menunjukkan perha- tian yang serius dalam penataan drain- ase di pusat-pusat kekuasaan mereka. Di awal kedatang Kolonialis Belanda yang menjadikan Batavia (Jakarta seka- rang) sebagai pusat kekuasaan (1555 M), sistem kanal dan drainase sangat penting dalam tata ruang pemukiman. Banjir yang setiap tahun melanda Bata- via, mengharuskan beberapa gubernur jenderal Kolonial membangun sistem kanal dan drainase yang baik. Pasca pembuatan sistem kanal dan drainase, Batavia relatif jadi pemukiman nyaman dan jarang terimbas banjir. Sistem ka- nal dan drainase Batavia di masa itu, menjadi model utama dalam pemban- gunan berbagai kota di Nusantara. Kota Tebingtinggi yang dir- esmikan sebagai Governement pada 1917, sejak awal jadi pusat perdagan- gan (1870) telah memiliki sistem ka- nal dan drainase yang baik. Ada tiga sungai yang jadi kanal transportasi kota Tebingtinggi, yakni sungai Pa- dang, Sibarau, Bahilang ditambah Si- giling, sebelum adanya jalur kereta api. Keempat sungai itu menjadi kanal utama penghubung berbagai sentra perkebunan dan jalur pengangkutan hasilperkebunan, di mana pusat pen- gumpulannya ada di pertemuan sei Pa- dang dan Bahilang. Misalnya, sei Si- giling untuk perkebunan Paya Pinang (Horisson Crosvill) dan Mandaris. Sei Bahilang untuk Kebun Sibulan dan Ba- hilang, sei Padang penghubungan Ke- bun Gn. Pamela, Bandar Oli (Pabatu), Bandar Bejambu atau sei Sibarau un- tuk sejumlah perkebunan di Dolok Sa- gala, Dolok Masihul dan Gn. Manako.

  Kebutuhan bagi kelancaran transportasi di keempat sungai itu, membuat kalngan pengusaha Kolonial menjaga kelestarian sungai itu. Mela- lui sistem rodi (kerja sukarela bagi pribumi yang tak membayar pajak), keempat sungai itu diperlihara agar tetap dalam dan lebar. Dari berbagai laporan, hingga 1950 kapal-kapal da- gang dengan bobot 50 ton masih bisa melayari sungai Padang hingga ke Bandar Oli (Pabatu). Sedangkan aliran sei Bahilang masih dilayari hingga ke Persiakan oleh perahu berbobot 5 ton. Sistem drainase pada enclave warga Belanda, Timur Asing dan Pribumi yang bekerja dengan Kolonial di em- pat kampung, yakni Tebingtinggi Lama, Rambung, Badak Bejuang dan Pasar Baru sangat baik. Situs drain- ase pemukiman kaum penjajah itu hingga kini masih dimanfaatkan maksimal oleh masyarakat. Terda- pat beberapa drainase zaman Belanda yang hingga kini masih dimanfaatkan.

  Salah satu saluran drainase pal- ing mengagumkna buatan Kolonial, ada- lah drainase yang membelah Kampung Bagelen hingga ke Simpang Rambung.

  Dari Simpang rambung drainase induk itu membelah dua. Yang satu menuju ke alur sungai di Kampung Nenas hingga ke belakang Mapolres Tebingtinggi, kemudian membelah Kampung Tem- pel hingga berakhir di Jalan Jawa. Saluran drainase kedua, dari Simpang Rambung menuju belakang Lapas, me- motong Jalan DI Panjaitan hingga ke samping kantor Samsat di Jalan Sutoyo, membelah stasiun KA Tebingtinggi dan berakhir di rawa-rawa Kel. Tambangan. Drainase lain yang masih tetap ber- guna hingga kini, adalah drainase di sekeliling lapangan Merdeka (espla- nade), yang menembus rumah dinas Kapolres hingga ke komplek Pasar Gambir dan berakhir di tepian Ja- lan Pattimura menuju badan sungai Bahilang. Selanjutnya, drainase di sepanjang Jalan Kartini, Simalungun, Batubara yang menjadi komplek Gov- ernement, semuanya saling terhubung dan berakhir di muara sei Bahilang.

  Saat ini, sistem drainase kota Tebingtinggi, terlihat kian rumit, seir- ing dengan perkembangan pemukiman di berbagai areal yang ada. Namun, satu yang pasti, semua titik akhir drainase itu berakhir di badan sungai Bahilang, Padang dan sungai-sungai lainnya. Se- bagai titik akhir seluruh drainase kota, sungai akhirnya menghadapi over ka- pasitas hingga mencapai titik jenuh un- tuk menetralisasi limbah yang masuk. Selain itu, pendangkalan alur sun- gai akibat jadi tumpuan pembuangan, menyebabkan banjir terjadi, sebagai konsekwensi dari kian dangkalnya badan sungai. Mau tidak mau, untuk meminimalisir dampak banjir yang datang rutin di musim penghujan, sudah seharusnya proyek pengeru- kan badan sungai (kanal) serta semua drainase yang ada, menjadi prioritas.

  Di sinilah pentingnya bantaran sun- gai, karena hambatan utama pengeru- kan berbagai sungai yang ada di kota Tebingtinggi, terkendala akibat penguasaan lahan bantaran sebagai milik pribadi dan memanfaatkan-

  

Drainase Kita, Riwayatmu

Dulu Dan Kini

  UTAMA Sarana mandi, cuci dan kakus atau MCK menjadi cermin apakah suatu bangsa mengidap sakit jiwa atau tidak. Jika MCK di suatu masyarakat ternyata buruk, bisa menjadi penanda bahwa masyarakat tengah mengidap sakit jiwa. Bah- kan, sikap vandalism dalam bentuk coret moret pada fasili- tas publik, juga merupakan salah satu problema kejiwaan.

  Wali Kota Tebingtinggi Ir.H.Umar Zunaidi Ha- sibuan, MM, menegaskan hal itu, belum lama ini, men- gutip sebuah ungkapan, pada acara penyerahan program ‘Optimalisasi Fungsi Sarana MCK dan IPAL Komunal di kota Tebingtinggi Dukungan Bagi Program Sanitasi Berba- sis Masyarakat,” di Kel. Tanjung Marulak, Kec. Rambutan.

  Program yang dilaksanakan IUWASH-USAID itu untuk kota Tebingtinggi dilaksanakan YAKMI, selama 9 bulan meli- batkan 2300 warga dengan 460 kepala keluarga di 4 kelurahan.

  Dikatakan, mindset masyarakat tentang MCK harus dirubah total. Jika MCK selama ini hanya diletakkan di bela- kang rumah, maka sarana sanitasi itu harus menjadi prioritas dalam kehidupan warga perkotaan. “Di negara-negara maju, MCK itu berada di depan rumah agar bisa dikelola secara baik, dan bukan di belakang rumah,” tegas Umar Z Hasibuan. Seba- gai salah satu program Millenium Development Goals (MDGs), Pemko Tebingtinggi memiliki sejumlah program pendukung.

  Pada 2013, tambah Wali Kota, akan segera diberlaku- kan peraturan untuk pembangunan rumah dan real estat, beru- pa pemenuhan tiga syarat, yakni ruang terbuka hijau (RTH), area resapan air dan sanitasi. “Tiga hal ini menjadi syarat pent- ing dalam pemberian ijin nantinya,” cetus Wali Kota. Sedangkan program pisik, akan dibangun Ipal komunal di Jalan Udang, Kel. Badak Bejuang dengan kapasitas 400 sambungan rumah se- nilai Rp3,4 milyar. Kemudian pembangunan Ipal komunal di Kel. Mandailing dengan 200 sambungan rumah senilai Rp1 mil- yar. Juga Ipal komunal pada 5 kecamatan, senilai Rp1,95 milyar.

  Direktur Eksekutif YAKMI Esther Hutabarat, menya- takan program sadar sanitasi telah dilaksanakan selama sem- bilan bulan dari berhasil membangun kesadaran masyarakat. Program berlabel HEBAT (hidup energik, bersih dan sehat) tel- ah membentuk sejumlah kelompok swadaya masyarakat yang mengelola MCK di empat kelurahan. Sejumlah program yang dilaksanakan, yakni aksi cuci tangan pakai sabun, pendamp- ingan pasca pelatihan, aksi program melibatkan anak-anak serta penerapan penggalian kearifan lokal terkait kebersihan.

  Chief Coordinator IUWASH-USAID Louis O’Brien dalam sambutannya menggunakan bahasa Indonesia, berharap agar program ini bisa terus berlanjut kepada warga. Sehingga akan tumbuh kesadaran bagaimana memanfaatkan air dan sani- tasi yang baik sesuai dengan kehidupan perkotaan. A. Khalik

  Walikota Tebing Tinggi : Sarana MCK Cermin Kesehatan Jiwa Suatu Masyarakat

  PENDIDIKAN Ada asumsi salah di masyarakat, kata Kepala Lem- baga Penjamin Mutu Pendidi- kan (LPMP) Sumut, jika menteri berganti maka kurikulum akan berganti. Asumsi itu tidak benar. Yang benar, pergantian kuriku- lum dilakukan untuk menjawab tantangan atas perkemban- gan dan perubahan dalam ilmu pengetahuan dan ketrampilan.

KURIKULUM 2013 UNTUK MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN

  Drs.H.Bambang Winarji, MPd, menyampaikan hal itu, di acara ‘Sosial- isasi Kurikulum 2013,” bertempat di aula SMAN 1 kota Tebingtinggi, awal Maret. Kegiatan itu diikuti sekira 300 kepala sekolah dan wakil kepala sekolah SMP/MTs dan SMA/SMK/Aliyah dan pengawas sekolah se kota Tebingtinggi. Bambang mengibaratkan, pergantian kuri- kulum sebagai bentuk terjadinya perkem- bangan akan kebutuhan kenderaan dalam suatu keluarga. Jika satu keluarga hanya terdiri dari ayah, ibu dan satu anak, su- dah cukup sepeda motor untuk kenderaan keluaga. Seiring dengan bertambahnya anak jadi tiga orang serta usia anak yang semakin meningkat, maka sepeda mo- tor sebagai kenderaan keluarga sudah tak sesuai. “Untuk keluarga demikian, tentu membutuhkan mobil,” ujar Ka. LPMP mengumpamakan pergantian kurikulum.

  Atas dasar itu, tambah Bam- bang Winarji, pergantian kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 menjadi suatu keharusan agar sistem pendidikan Indo- nesia mampu menjawab berbagai tan- tangan yang ada saat ini dan nantinya.

  Selain itu, kurikulum baru ini memberikan kembali kesadaran akan pent- ingnya pemahaman terkait jati diri bangsa yang terasa kian tergerus. Karena itu pen- didikan agama, Pancasila/Kewargane- garaan dan Bahasa Indonesia, diajarkan untuk segala tingakatan. Bahkan, sejarah menjadi mata pelajaran wajib, tambah dia.

  Kadis Pendidikan Drs.H.Pardamean Sire- gar, MAP, dalam sambutannya mengin- gatkan peserta sosialisasi, agar memahami kurikulum 2013. Karena, pemahaman yang baik terhadap kurikulum, menjadi salah satu syarat keberhasilan dalam proses be- lajar mengajar di sekolah masing-masing. Kadis Pendidikan mengingatkan adan- ya sejumlah mata pelajaran yang kem- bali muncul serta mengalamki pen- guatan. Misalnya, untuk SD/MI ada pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri, seni budaya/prakarya yang membu- tuhkan tenaga pengajar. Bahkan, materi itu akan berlanjut ke tingkat SMP/MTs.

  Dari materi sosialisasi Kuriku- lum 2013, nantinya materi pelajaran un- tuk SD/MI, terdapat 10 item, yakni Pen- didikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, Seni Budaya/Pra- karya, Pendidikan Jasmani dan OR&Kes, Muatan lokal dan Pengembangan Diri. Untuk tingkat SMP/MTs memuat 10 materi pelajaran, yakni Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Ke- warganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPS, IPA, Bahasa Inggris, Seni Budaya/Muatan Lokal, Pendidi- kan Jasmani, OR& Kesehatan (termasuk Mulok), Prakarya (termasuk Mulok).

  Sedangkan untuk SMA/SMK/ MA juga memuat 9 item mata pelaja- ran wajib, yakni Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewargane- garaan, Bahasa Indonesia, Matematika,

  Sejarah Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, Prakarya, Pendidikan Jasmani, OR dan Kesehatan. Untuk tingkat me- nengah atas, ditambah dengan mata pela- jaran peminatan akademik (untuk SMA/ MA) sebanyak 20 jam dan mata pelaja- ran peminatan akademik dan vokasi (un- tuk SMK) sebanyak 26 jam per minggu. Kasadaran Baru.

  Dari materi pelajaran wajib yang terdapat pada kurikulum baru, kembali muncul kesadaran tentang nilai-nilai sosio religious yang dalam kurikulum sebelumn- ya cenderung diabaikan. Munculnya pela- jaran agama, Pancasila/Kewarganegaraan,

  IPA/IPS, seni budaya/prakarya dan muatan lokal, mengindikasikan persoalan humani- tas anak bangsa harus jadi perhatian serius.

  Krisis moral akibat ketiadaan standard jelas dalam pendidikan anak bangsa beberapa decade belakangan, ternyata melahirkan sejumlah persoalan sosial yang mengkhawatirkan. Misalnya, terjadi krisis keberagamaan, kebudayaan, akhlak/moral di kalangan generasi muda telah memunculkan dampak sosial yang cukup besar. Berupa perilaku tawuran, free sex, mentalitas hedonism serta ber- bagai perilaku yang tak sesuai dengan budaya ketimuran bangsa Indonesia.

  Pada akhirnya, munculnya ke- sadaran baru di kalangan para pengam- bil kebijakan di sektor pendidikan pantas didukung. Karena tanpa pendidikan karak- ter terhadap generasi penerus bangsa, dipas- tikan daya tahan bangsa terhadap serbuan berbagai budaya luar akan sangat mudah dan hanya menunggu waktu, kita kehilang- han karakter sebagai bangsa. A. Khalik

  

Biar Sehat, Ganti Kopi Dengan

Teh Hijau Di Pagi Hari Teh hijau dinyatakan telah terbukti memiliki kemampuan dan fungsi kognitif untuk meningkatkan daya ingat serta kemampuan berpikir lebih responsif.

  "Selain itu, teh hijau juga memiliki kemampuan untuk mengurangi risiko penurunan daya ingat," jelas kalangan peneliti di University Hospital Basel, Swiss.

  Dalam temuan yang mereka publikasikan dalam European Journal of Clinical Nutrition, kalangan pe- neliti juga menyatakan, teh hijau membantu mening- katkan kinerja korteks prefrontal dorsolateral di otak.

  "Bagian dalam otak itu, merupakan area yang berhubungan dengan memori, penalaran dan pemaha- man yang dimiliki oleh setiap orang," tambah peneliti.

  Intinya, mengkonsumsi teh hijau se- Rasanya , tradisi minum kopi di kala sarapan belum beraktivitas, bisa membantu konsentra- pagi hari sudah harus mulai diganti. Hal itu dikarenakan, si setiap orang untuk menyelesaikan pekerjaan. hasil penelitian terbaru di Swiss, berhasil menemukan Penulis: Feriawan Hidayat/FER fakta bahwa mengonsumsi secangkir teh hijau di kala pagi Sumber:Health (Aswin Nasution) mampu memberikan asupan yang lebih baik bagi otak.

  Kopi Bisa Cegah Kanker Payudara Kambuh Sebanyak 300 responden tidak mengerti mengapa kopi da-

   Hasil penelitian terkini mengambil tamoxifen - obat yang pat 'mengaktifkan' efek tamox- menunjukkan, bahwa minum dua biasanya direkomendasikan un- ifen dan membuatnya lebih efek- cangkir kopi sehari dapat mencegah tuk pasien kanker payudara yang tif dalam menurunkan risiko kambuhnya kanker payudara. baru saja menjalani operasi. kambuhnya kanker payudara. Ketika dikombinasikan Tamoxifen sendiri bekerja Sebelumnya, banyak peneli- dengan obat anti-kanker tamox- sebagai anti-estrogen - hormon tian telah membuktikan khasiat kopi ifen, kopi bisa menurunkan risiko yang memicu kanker payudara. dalam memerangi kanker. Sebagai kambuhnya kanker payudara sebe- Dengan mengonsumsi obat, per- contoh, para peneliti dari Harvard sar 50 persen. Para peneliti dari tumbuhan kanker dapat dicegah Medical School yang menyebutkan Universitas Lund di Swedia juga atau bahkan berhenti sama sekali. bahwa perempuan yang minum tiga percaya kopi mampu memak- "Selain mengonsum- cangkir kopi sehari dapat mengu- simalkan efek dari obat kanker. si tamoxifen, pasien yang rajin rangi 20 persen kanker kulit invasif. Sekitar 600 pasien kanker menikmati dua cangkir kopi se- Penulis: Ririn Indriani/RIN payudara dilibatkan dalam peneli-

  (Aswin Nasution)

hari dapat mencegah kekambuhan

tian ini. Mereka adalah dari Swedia kanker," kata Maria Simonsson. Sumber:Daily Mail dan laporan kesehatan mereka di- Sayangnya, Simonsson analisis selama lebih dari lima tahun

LINGKUNGAN HIDUP

  “Dulu di sana mata airnya besar. Tapi entah kenapa tiba-tiba hilang. Kira-kira sebulan belakan- gan inilah,” ujar Sumarni, warga Na- gori Dolok Kahean, Kec. Dolok Ilir, Kab. Simalungun, beberapa waktu lalu. Perempuan itu, bersama warga yang selama ini menggunakan mata air di bantaran hulu Sei Bahilang, untuk keperluan mandi dan cuci, kini pindah ke mata air satu lagi, berjarak sekira 20 meter, ke hilir.

  Bermula musim kemarau datang beberapa bulan belakangan. Debit mata air mulai mengecil hingga akhirnya berhenti. Warga mengira berhentinya debit mata air untuk sementara. Tapi nyatanya, hingga leb- ih dari satu bulan kemudian, mata air itu tak kunjung mengucur lagi. Air jernih dan sejuk itu, seakan enggan melayani warga yang telah puluhan tahun memanfaatkannya.

  Mata air hilang itu, debitnya besar. Untuk menjaga kelestariannya masyarakat membangun gardu dengan dua pipa yang mengalirkan air. Dibawah pipa itu disiapkan kolam bertingkat sebagai tempat warga memanfaatkan anugerah alam itu. Tapi, ke- tika mata air hilang, gardu terlihat kusam dan berdebu. Kolamnya pun mengering dan dasarnya ditumbuhi rumput-rumput liar. Jalan setapak menuju ke mata air itu kondisinya sama, dipenuhi semak belukar.

  Sebagian warga di dusun itu, beralih memakai air bawah tanah meng- gunakan mesin pompa. Meski ada be- berapa di antaranya menggunakan mata air lainnya. Tapi, untuk menggunakan mata air itu, warga bergantian, karena sumbernya lebih kecil dari yang hilang.

  Mata air yang menghilang itu, berjarak sekira 300 meter dari titik ‘nol’ Sei Bahilang. Merupakan salah satu sum- ber air sungai. Banyak mata air di areal yang jadi asal Sei Bahilang itu, saat ini hi- lang satu persatu. Beberapa yang dipantau, debitnya sangat kecil dan tak bisa diman- faatkan. Nasib mata air di daerah itu, um- umnya tak lebih baik, karena daerah resa- pan air telah mengalami kerusakan parah.

  Menempati areal sekira satu rante, umbul dikelilingi pepohonan dan semak belukar. Limpasan airnya, masuk ke badan sungai mati. Dari situlah, ber- bagai mata air berkumpul hingga mem- bentuk sungai Bahilang. Umbul itu, kata Syahrin, 66, pensiunan perangkat desa, dulunya digunakan karyawan perke- bunan PMA itu sebagai tempat MCK.

  Kini, ketika perumahan karyawan dipindah lebih ke hulu, umbul itu jadi se- mak belukar, sehingga kondisinya terjaga. Dikhawatirkan, nasib umbul Batu Silangit itu juga seperti mata air lainnya. Karena di area umbul itu, pihak perkebunan sejak lama telah menanam pohon karet dengan model terasering. Tak ada tanaman hutan di areal resapan airnya, berakibat kondisi um- bul rentan hilang atau debitnya menyusut.

  Di titik nol Sei bahilang itu, ada juga sungai mati (dead river)) sepanjang lebih dari 10 km yang berpangkal di Na- gori Bandar Huluan, Kec. Sinaksak. Sun- gai mati itu, di musim kemarau hanya dialiri air dengan debit sangat kecil. Tapi, jika di musim penghujan alur sungai itu menjadi area penampungan limpasan air dari seluruh perbukitan. Limpasan itu- lah, kemudian berubah menjadi air bah yang menimbulkan kerusakan di hilir sungai, khususnya Kota Tebingtinggi.

  Ketika Mata Air Merintih Di Titik ‘Nol’ sei Bahilang

LINGKUNGAN HIDUP

  Kondisi alur sungai mati itu juga sangat menyedihkan. Tebing sungai yang ditanami pohon karet, sama sekali tidak terawat. Tak terlihat ada upaya konservasi terhadap bantaran sungai mati itu oleh PT Brightstone Indonesia. Kondisi itu, men- gakibatkan terjadinya longsor dan erosi ke badan sungai kering itu serta terjadinya pen- dangkalan. Malah, pada akhirnya bantaran sungai yang telah dangkal itu dimanfaat- kan perkebunan sebagai areal penanaman.