Penyimpangan Semu Hukum Mendel

MATERI GENETIKA: PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL

  (sumber: http://putradnyana-bahanajar.blogspot.com/2009/11/penyimpangan-semu-hukum- mendel.html) Penyimpangan semu Hukum Mendel terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling memengaruhi.

  Penyimpangan Semu Hukum Mendel

  Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling memengaruhi dalam memberikan fenotipe pada suatu individu disebut interaksi gen, yaitu: a. komplementer, b. kriptomeri, c. epistasis-hipostasis, dan d. polimeri.

  a. Komplementer

  Komplementer adalah peristiwa dua gen dominan saling memengaruhi atau melengkapi dalam mengekspresikan suatu sifat.

  Soal:

  Diketahui C (gen penumbuh bahan mentah pigmen), c (gen tidak mampu menumbuhkan

  bahan mentah pigmen ), R (gen penumbuh enzim pigmentasi kulit), dan r (gen tidak mampu menumbuhkan enzim pigmentasi kulit ). Jika disilangkan induk berwarna (CCRR) dengan

  tidak berwarna (ccrr), maka akan dihasilkan keturunan 100% berwarna. Tentukan rasio fenotif F2!

  Penyelesaian:

  P1 : CCRR (berwarna) >< ccrr (tak berwarna) Gamet : CR cr F1 : CcRr (berwarna)  artinya: C dan R mempengaruhi warna P2 : CcRr (berwarna) >< CcRr (tak berwarna) Gamet : CR, Cr, cR, cr CR, Cr, cR, cr F2 :

  CR Cr cR Cr CCRR CCRr CcRR CCRr

  CR (berwarna) (berwarna) (berwarna) (berwarna) CCRr CCrr (tak CCrr (tak

  Cr CcRr (berwarna)

  (berwarna) berwarna) berwarna) CcRR ccRR (tak cR CcRr (berwarna) CcRr (berwarna) (berwarna) berwarna)

  Ccrr (tak ccRr (tak Ccrr (tak cr CcRr (berwarna) berwarna) berwarna) berwarna)

  Rasio F2: berwarna : tak berwarna = 9 : 7

  b. Kriptomeri

  Kriptomeri adalah peristiwa suatu faktor dominan yang baru tampak pengaruhnya apabila bertemu dengan faktor dominan lain yang bukan alelnya. Faktor dominan ini seolah-olah tersembunyi (kriptos),

  Soal:

  Diketahui gen A (ada pigmen antosianin), a (tidak ada pigmen antosianin), B (air sel bersifat basa), dan b (air sel tidak bersifat basa). Penyilangan Linaria maroccana berbunga merah (AAbb) dengan

  

Linaria maroccana berbunga putih (aaBB), menghasilkan 100% generasi (F1)-nya berbunga

  ungu. Tentukan rasio fenotif F2-nya?

  Penyelesaian:

  P1 : AAbb (merah) >< aaBB (putih) Gamet : Ab aB F1 : AaBb (Ungu)  ada pigmen antosianin (A) dalam basa (B) P2 : AaBb (ungu) >< AaBb (ungu) Gamet : AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB, ab F2 :

  AB Ab aB ab AB AABB (ungu) AABb (ungu) AaBB (ungu) AaBb (ungu) Ab AABb (ungu) AAbb (merah) AaBb (ungu) Aabb (merah) aB AaBB (ungu) AaBb (ungu) aaBB (putih) aaBb (putih) ab AaBb (ungu) Aabb (merah) aaBb (putih) Aabb (merah) Rasio fenotif F2 = ungu : merah : putih = 9: 4 : 3

  Soal:

  Diketahui Ayam berpial rose/mawar (RRpp / Rrpp, Ayam berpial pea/biji (rrPP / rrPp), Ayam berpial walnut/sumpel (RRPP / RRPp / RrPP / RrPp), Ayam berpial single/bilah (rrpp). Jika ayam berpial/jengger rose homozigot disilangkan dengan ayam berpial biji homozigot, pada F1 dihasilkan jengger walnut (sumpel). Tentukan rasio fenotif F2-nya?

  Penyelesaian:

  P1 : RRpp (rose) >< rrPP (biji) Gamet : Rp rP F1 : RrPp (walnut)  artinya: R dan P memunculkan walnut P2 : RrPp (walnut) >< RrPp (walnut) Gamet : RP, Rp, rP, rp RP, Rp, rP, rp F2

  RP Rp rP rp RP RRPP (walnut) RRPp (walnut) RrPP (walnut) RrPp (walnut) Rp RRPp (walnut) RRpp (rose) RrPp (walnut) Rrpp (rose) rP RrPP (walnut) RrPp (walnut) rrPP (biji) rrPp (biji) rp RrPp (walnut) Rrpp (Rose) rrPp (biji) rrpp (bilah) Rasio fenotif F2: walnut : rose : biji : bilah = 9 : 3 : 3 : 1

c. Epistasis dan Hipostasis

  Epistasis-hipostasis adalah peristiwa dengan dua faktor yang bukan pasangan alelnya dapat memengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme. Namun, pengaruh faktor yang satu menutup ekspresi faktor lainnya.

  Soal:

  Pada penyilangan gandum berkulit biji hitam (HHkk) dengan gandum berkulit biji kuning (hhKK), ternyata 100% pada F1 berkulit biji hitam. Tentukan rasio fenotif F2-nya?

  Penyelesaian:

  P1 : HHkk (biji hitam) >< hhKK (biji kuning) Gamet : Hk hK F1 : HhKk (biji hitam) artinya: H epistasis terhadap K / k P2 : HhKk (biji hitam) >< HhKk (biji hitam) Gamet : HK, Hk, hK, hk HK, Hk, hK, hk F2 :

  HK Hk hK hk HHKK (biji HHKk (biji HhKK (biji HhKk (biji

  HK hitam) hitam) hitam) hitam) HHKk (biji HHkk (biji HhKk (biji Hhkk (biji

  Hk hitam) hitam) hitam) hitam) HhKK (biji HhKk (biji hhKK (biji hhKk (biji hK hitam) hitam) kuning) kuning) HhKk (biji Hhkk (biji hhKk (biji hk

  Hhkk (putih) hitam) hitam) kuning) Rasio fenotif F2: hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1

  Soal:

  Pada tikus, warna bulu yang hitam dikendalikan oleh gen R dan C bersama-sama, sedangkan rr dan C menyebabkan warna krem. Jika ada gen cc, tikus itu menjadi albino. Perkawinan antara tikus hitam homozigot (RRCC) dan tikus albino (rrcc), menghasilkan F1 semua hitam. Tentukan fenotif F2!

  Penyelesaian:

  P1 : RRCC (hitam) >< rrcc (albino) Gamet : RC rc F1 : RrCc (hitam)  artinya: R dan C membawa sifat hitam secara bersama P2 : RrCc (hitam) >< RrCc (hitam) Gamet: RC, Rc, rC, rc RC, Rc, rC, rc F2 :

  RC Rc rC rc RC RRCC (hitam) RRCc (hitam) RrCC (hitam) RrCc (hitam) Rc RRCc (hitam) RRcc (albino) RrCc (hitam) Rrcc (albino) rC RrCC (hitam) RrCc (hitam) rrCC (krem) rrCc (krem) rc RrCc (hitam) Rrcc (albino) rrCc (krem) rrcc (albino) Rasio fenotif F2: hitam : krem : albino = 9 : 3 : 4

d. Polimeri

  Polimeri adalah peristiwa dengan beberapa sifat beda yang berdiri sendiri memengaruhi bagian yang sama dari suatu individu.

  Soal:

  Pada penyilangan antara gandum berbiji merah (M

  1 M

  1 M

  2 M 2 ) dan gandum berbiji putih

  (m

  1 m 1 m 2 m 2 ), dihasilkan F1 semua gandum berbiji merah. Tentukan rasio fenotif F2-nya! Penyelesaian:

  P1 : M M M M (merah) >< m m m m (putih)

  1

  1

  2

  2

  

1

  1

  2

  2 Gamet : M M m m

  1

  2

  

1

  2 F1 : M 1 m

  1 M 2 m 2 (merah)  artinya: M 1 dan M 2 memunculkan warna merah

  P2 : M

  1 m

  1 M 2 m 2 (merah) >< M 1 m

  1 M 2 m 2 (merah)

  Gamet : M

  1 M 2 , M 1 m 2 , m

  1 M 2 , m 1 m

2 M

  1 M 2 , M 1 m 2 , m

  1 M 2 , m 1 m

  2 F2

  M

  1 M

  2 M 1 m 2 m

  1 M 2 m 1 m

  2 M1M1M2M2 M1M1M2m2 M1m1M2M2 M1m1M2m2

  M

  1 M

  2

  (merah) (merah) (merah) (merah) M1M1M2m2 M1M1m2m2 M1m1M2m2 M1m1m2m2

  M

  1 m

  2

  (merah) (merah) (merah) (merah) M1m1M2M2 M1m1M2m2 m1m1M2M2 m1m1M2m2 m

1 M

  2

  (merah) (merah) (merah) (merah)

  M1m1M2m2 M1m1m2m2 m1m1M2m2 m1m1m2m2 m

  1 m

  2

  (merah) (merah) (merah) (putih) Rasio fenotif F2: Merah : putih = 15 : 1

MATERI GENETIKA: POLA HEREDITAS

  (sumber: http://putradnyana-bahanajar.blogspot.com/2009/11/penyimpangan-semu-hukum- mendel.html)

  Pola-Pola Hereditas

  Penyimpangan terhadap Hukum Mendel juga disebabkan oleh adanya tautan dan pindah silang, determinan seks, tautan seks, kegagalan berpisah, dan gen letal.

a. Tautan dan Pindah Silang Pada saat meiosis inilah terjadi peristiwa tautan dan pindah silang.

  Tautan adalah peristiwa ketika gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama dapat memisahkan diri secara bebas waktu pembelahan meiosis. Pindah silang adalah peristiwa bertukarnya bagian kromosom satu dengan kromosom lainnya yang homolog, ataupun dengan bagian kromosom yang berbeda (bukan homolognya).

  Soal:

  Misalnya gen-gen A dan B tertaut pada kromosom yang sama alelnya adalah a dan b. Jadi, genotipenya dapat ditulis AaBb. Berapa macam gametnya jika: a) tidak terjadi pindah silang; b) terjadi pindah silang.

  Penyelesaian:

  a) Jika tidak terjadi pindah silang, maka A dan B akan membentuk gamet karena tertaur, sehingga gamet AaBb adalah AB dan ab b) Jika terjadi pindah silang, maka kemungkinan A dan a atau B dan b akan mengalami pindah silang, sehingga gamet dar AaBb menjadi AB, Ab, aB, ab

  Soal:

  

Gen pembawa warna kelabu (K) dan sayapnya panjang (P) pada lalat buah tertaut. Jika disilangkan lalat

buah kelabu sayap panjang (KKPP) dengan hitam sayap pendek (kkpp), diperoleh F1 lalat buah berwarna 1 kelabu sayapnya panjang semua. Selanjutnya F di-testcross-kan.

  a) Tentukan rasio fenotif F2!

  b) Tentukan persentase kombinasi parental (KP)!

  c) Tentukan persentse rekombinasi (RK)

  Penyelesaian: P1 : KKPP (kelabu, panjang) >< kkpp (hitam, pendek) Gamet : KP kp F1 : KkPp (kelabu, panjang) P2 : KkPp (kelabu, panjang) >< kkpp (hitam, pendek)  testcross Gamet : KP, kp (tertaut) kp F2 :

  KP kp kp KkPp (kelabu, panjang) kkpp (hitam, pendek) a) Rasio fenotif F2: kelabu, panjang : hitam, pendek = 1 : 1 b) Jumlah genotif parental pada F2 = 2 (KkPp dan kkpp), sehingga %KP = 2/2 ½ x 100% = 100%

  c) Karena tidak ada genotif baru, maka tidak ada rekombinasi, sehingga %RK = 0% Simpulan: Jika KP > 50% atau RK < 50%, maka terjadi tautan Jika KP = RK = 50%, maka gen terletak pada kromosom berlainan.

  Nilai pindah silang adalah angka yang menunjukkan persentase rekombinasi dari hasil persilangan Soal:

  Persilangan lalat Drosophilla melanogaster kelabu sayap panjang (KKPP) dengan hitam

  

sayap pendek (kkpp) menghasilkan F1 sebanyak 100% kelabu sayap panjang. Kemudian

dilakukan testcross, ternyata ditemukan 40% kelabu sayap panjang (KkPp), 40% hitam sayap

pendek (kkpp), 10% kelabu sayap pendek (Kkpp), dan 10% hitam sayap panjang (kkPp).

  a) Tentukan kombinasi parentalnya (KP)

  b) Tentukan rekombinasinya (RK) / nilai pindah silang

  c) Tentukan jarak antar gen yang tertaur Penyelesaian:

  a) Induknya (parentalnya) adalah KkPp dan kkpp (jumlahnya 80%) sehingga kompinasi parentalnya (KP) = 80% b) Rekombinasinya (RK) / nilai pindah silang adalah presntase terbetuknya genotif baru yaitu

  Kkpp dan kkPp (20%), sehingga harga RK / pindah silang = 20%

  c) Jarak antar gen ditentukan oleh nilai pindah silang (20%), sehingga jarak antar gen yang tertaut = 20 satuan peta.

  Peta Kromosom jarak gen (lokus) pada kromosom dihitung dari sentromer (diberi angka 0). Soal: Diketahui peta kromosom, sebagai berikut: Disilangkan individu bergenotif AaBb secara tesross.

  Hitung harga RK dan KP !

  b) Tentukan persentase genotif keturunannya!

  Penyelesaian:

  a) Jarak A - B = 11,5

  • – 10,5 = 1 mM (mili Morgan), ini berarti kombinasi baru (rekombinasi/RK) = 1%. Jadi: kombinasi asli (kombinasi parenta KP) = 100% - 1% = 99%

  b) Persentase genotif keturunan: P : AaBb >< aabb (testcross) Gamet : AB, Ab, aB, ab >< ab F :

  AB Ab aB ab AaBb Aabb aaBb ab aabb (parental)

  (parental) (rekombinan) (rrekombinan) KP = 99%, sehingga:

  AaBb : 49,5 % aabb : 49,5 % RK = 1%, sehingga: Aabb : 0,5% aaBb : 0,5%

  Simpulan: Makin kecil harga RK, maka makin rapat dekat gennya (makin rapat lokusnya). SUMBER LAINNYA: Penyimpangan Semu Hukum Mendel (Sumber: http://biosejati.wordpress.com/2012/02/18/penyimpangan-semu-hukum-mendel/)

  Pada tahun 1906, W. Bateson dan R.C Punnet menemukan bahwa pada persilangan F2 dapat menghasilkan rasio fenotipe 14 : 1 : 1 : 3. Merekamenyilangkan kacang kapri berbunga ungu yang serbuk sarinya lonjong dengan bunga merah yang serbuk sarinya bulat. Rasio fenotipe dari keturunan ini menyimpang dari hukum Mendel yang seharusnya pada keturunan kedua(F2) perbandingan rasionya 9 : 3 : 3 : 1. Tahun 1910 T.H. Morgan, seorang sarjana Amerika dapat memecahkan misteri tersebut. Morgan menemukan bahwa kromosom mengandung banyak gen dan mekanisme pewarisannya menyimpang dari Hukum II Mendel. Pada lalat buah, sampai saat ini telah diketahui kira-kira ada 5.000 gen, sedangkan lalat buah hanya memiliki 4 pasang kromosom saja.

  Berarti, pada sebuah kromosom tidak terdapat sebuah gen saja, melainkan puluhan bahkan ratusan gen. Pada umumnya, gen memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk menumbuhkan sifat, tetapi ada beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain untuk menumbuhkan sifat. Gen tersebut mungkin terdapat pada kromosom yang sama atau pada kromosom yang berbeda. Interaksi antargen akan menimbulkan perbandingan fenotipe yang keturunannya menyimpang dari hukum Mendel, keadaan ini disebut penyimpangan semu hukum Mendel. Jika pada persilangan dihibrid, menurut Mendel perbandingan fenotipe F2 adalah 9 : 3 : 3 : 1, pada penyimpangan semu perbandingan tersebut dapat menjadi (9 : 3 : 4), (9 : 7), atau (12 : 3 : 1). Perbandingan tersebut merupakan modifikasi dari 9 : 3 : 3 : 1. Interaksi gen yang menyebabkan terjadinya penyimpangan hukum Mendel terdapat 4 bentuk, yaitu atavisme, kriptomeri, polimeri, epistasis, hipostasis, dan komplementer.

a. Atavisme (Interaksi Gen) Atavisme atau interaksi bentuk pada pial (jengger) ayam diungkap pertama kali oleh W.

  Bateson dan R.C. Punnet. Karakter jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang berinteraksi. Pada beberapa jenis ayam, gen R mengatur jengger untuk bentuk ros, gen P untuk fenotipe pea, gen R dan gen P jika bertemu membentuk fenotipe walnut. Adapun gen r bertemu p menimbulkan fenotipe singel.

  Berdasarkan hasil persilangan tersebut, kita mendapatkan rasio fenotipe sebagai berikut:

  9 Walnut : 3 Ros : 3 Pea : 1 Singel Berbeda dengan persilangan yang dilakukan oleh Mendel dengan kacang ercisnya maka sifat dua buah bentuk jengger dalam satu ayam sangatlah ganjil. Dengan adanya interaksi antara dua gen dominan dan gen resesif seluruhnya akan menghasilkan variasi fenotipe baru, yakni ros dan pea. Gen dominan R yang berinteraksi dengan gen resesif P akan menghasil- kan bentuk jengger ros dan gen resesif r yang bertemu dengan gen dominan P akan menghasilkan bentuk jengger pea. Perbedaan bentuk jengger ayam ini dinamakan dengan atavisme.

  Contoh:

  Diadakan penyilangan antara ayam berpial pea dan ayam berpial ros. Anak ayam keturunan F1 ada yang berpial tunggal. Dari hasil penyilangan ini, bagaimanakah genotipe kedua parentalnya? Jawab Diketahui bahwa rrP = pial pea, Rpp = pial ros, RP = pial walnut, dan rrpp = pial singel.

  Kita coba kemungkinan pertama bahwa kedua parentalnya bergenotip heterozigot.

  Jadi, genotipe parental yang akan menghasilkan salah satu keturunan berpial tunggal adalah rrPp × Rrpp.

b. Kriptomeri

  Salah satu penyimpangan dari hukum Mendel adalah adanya kriptomeri, yaitu gen dengan sifat dominan yang hanya akan muncul jika hadir bersama dengan gen dominan lainnya. Peristiwa ini pertama kali diamati oleh Correns pada saat pertama kali mendapatkan hasil perbandingan persilangan bunga Linaria maroccana dari galur alaminya yaitu warna merah dan putih. Hasil F1 dari persilangan tersebut ternyata menghasilkan bunga berwarna ungu seluruhnya.

  Dari hasil persilangan antara generasi F1 berwarna ungu ini, dihasilkan generasi Linaria maroccana dengan perbandingan F2 keseluruhan antara bunga warna ungu : merah : putih adalah 9 : 3 : 4. Setelah dilakukan penelitian, warna bunga merah ini disebabkan oleh antosianin, yakni suatu pigmen yang berada dalam bunga. Bunga berwarna merah diidentifikasi sebagai bunga yang tidak memiliki antosianin. Dari penelitian lebih jauh, ternyata warna merah disebabkan oleh antosianin yang hadir dalam kondisi sel yang asam dan jika hadir dalam kondisi basa akan dihasilkan bunga dengan warna ungu. Bunga tanpa antosianin akan tetap berwarna putih jika hadir dalam kondisi asam ataupun basa. Bunga merah ini bersifat dominan terhadap bunga putih yang tidak berantosianin. Jika kita misalkan bunga dengan antosianin adalah A dan bunga tanpa antosianin adalah a, sedangkan pengendali sifat sitoplasma basa adalah B dan pengendali sitoplasma bersuasana asam adalah b, persilangan antara bunga putih dengan bunga merah hingga dihasilkan keturunan kedua sebagai berikut.

  AABB, 2 AABb

  2 AaBB, 4 AaBb = 9 ungu

  AAbb, 2 Aabb = 3 merah aaBB, 2 aaBb, aabb = 4 putih

c. Polimeri

  Salah satu tujuan dari persilangan adalah menghasilkan varietas yang diinginkan atau hadirnya varietas baru. Dari persilangan yang dilakukan oleh Nelson Ehle pada gandum dengan warna biji merah dengan putih, ia menemukan variasi warna merah yang dihasilkan pada keturunannya.

  Peristiwa ini mirip dengan persilangan dihibrid tidak dominan sempurna yang menghasilkan warna peralihan seperti merah muda. Hanya saja, warna yang dihasilkan ini tidak hanya dikontrol oleh satu pasang gen saja, melainkan oleh dua gen yang berbeda lokus, namun masih memengaruhi terhadap sifat yang sama. Peristiwa ini dinamakan dengan polimeri.

  Pada contoh kasus persilangan antara biji gandum berwarna merah dengan biji gandum berwarna putih dapat Anda perhatikan pada bagan berikut.

  Hasil persilangan di atas menghasilkan perbandingan fenotipe 15 kulit biji berwarna merah dan hanya satu kulit biji berwarna putih. Warna merah dihasilkan oleh gen dominan yang terkandung di dalam gandum tersebut, baik M1 maupun M2. Pada kenyataannya, warna merah yang dihasilkan sangat bervariasi, mulai dari warna merah tua, merah sedang, merah muda, hingga merah pudar mendekati putih. Semakin banyak gen dominan yang menyusunnya, semakin merah juga warna kulit gandum tersebut.

  Peristiwa polimeri ini melibatkan beberapa gen yang berada di dalam lokus berbeda namun memengaruhi satu sifat yang sama. Pada kasus warna kulit biji gandum ini, efek dari hadirnya gen dominan bersifat akumulatif terhadap penampakan warna merah. Jadi, semakin banyak gen dominan pada organisme, akan semakin merah juga dihasilkan warna kulit biji gandumnya.

d. Epistasis dan Hipostasis

  Dalam interaksi beberapa gen ini, kadang salah satu gen bersifat menutupi baik terhadap alelnya dan alel lainnya. Sifat ini dikenal dengan nama epistasis dan hipostatis. Epistasis adalah sifat yang menutupi, sedangkan hipostasis adalah sifat yang ditutupi. Pasangan gen yang menutup sifat lain tersebut dapat berupa gen resesif atau gen dominan. Apabila pasangan gen dominan yang menyebabkan epistasis, prosesnya dinamakan dengan epistasis dominan, sedangkan jika penyebabnya adalah pasangan gen resesif, prosesnya dinamakan dengan epistasis resesif. Peristiwa epistasis ini dapat ditemukan pada pembentukan warna biji tanaman sejenis gandum dan pembentukan warna kulit labu (Cucurbita pepo). Pada pembentukan warna kulit biji gandum, Nelson Ehle menyilangkan dua varietas gandum warna kulit biji hitam dengan warna kulit biji kuning.

  Nelson Ehle adalah seorang peneliti yang pertama kali mengamati pengaruh epistasis dan hipostatis pada pembentukan warna kulit biji gandum. Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa 100% warna kulit biji yang dihasilkan adalah hitam.

  Dari diagram tersebut dapat kita peroleh perbandingan fenotipenya, yaitu 12 hitam : 3 kuning : 1 putih.

  Dapat dilihat pada persilangan ini, setiap kemunculan gen H dominan maka fenotipe yang dihasilkannya adalah langsung warna biji hitam. Warna biji kuning hanya akan hadir apabila gen dominan K bertemu dengan gen resesif h, sedangkan warna putih disebabkan oleh interaksi sesama gen resesif. Dengan demikian, gen dominan H bersifat epistasis terhadap gen K sehingga peristiwa ini dinamakan dengan epistasis dominan. Peristiwa epistasis lainnya dapat ditemukan pada pembentukan warna rambut tikus. Warna hitam pada rambut tikus disebabkan oleh adanya gen R dan C bersama, sedangkan warna krem disebabkan oleh rr dan C. Apabila terdapat gen cc, akan dihasilkan warna albino. Perhatikan diagram berikut.

  Persilangan antartikus berwarna hitam homozigot dengan tikus berwarna albino menghasilkan generasi pertama F1 tikus berwarna hitam semua. Berdasarkan hasil persilangan kedua, ternyata dihasilkan rasio fenotipe 9 hitam : 3 krem : 4 albino Kita dapat melihat, adanya gen resesif cc menyebabkan semua warna rambut tikus albino. Adapun kombinansi gen dominan menyebabkan warna hitam. Hadirnya gen dominan C menyebabkan warna rambut tikus krem.

e. Komplementer

  Salah satu tipe interaksi gen-gen pada organisme adalah saling men- dukung munculnya suatu fenotipe atau sifat. W. Bateson dan R.C. Punnet yang bekerja pada bunga Lathyrus adoratus menemukan kenyataan ini.

  Mereka melakukan persilangan sesama bunga putih dan menghasilkan keturunan F2 bunga berwana ungu seluruhnya. Pada persilangan bunga-bunga berwarna ungu F2, ternyata dihasilkan bunga dengan warna putih dalam jumlah yang banyak dan berbeda dengan perkiraan sebelumnya, baik hukum Mendel atau sifat kriptomeri.

  Penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh keduanya mengungkapkan ada dua gen yang berinteraksi memengaruhi warna bunga, yakni gen yang mengontrol munculnya bahan pigmen (C) dan gen yang mengaktifkan bahan tersebut (P). Jika keduanya tidak hadir bersamaan, tentu tidak saling melengkapi antara sifat satu dengan yang lainnya dan menghasilkan bunga dengan warna putih (tidak berpigmen). Apabila tidak ada bahan pigmen, tentu tidak akan muncul warna, meskipun ada bahan pengaktif pigmennya.

  Begitupun sebaliknya, apabila tidak ada pengaktif pigmen maka pigmen yang telah ada tidak akan dimunculkan dan tetap menghasilkan bunga tanpa pigmen (berwarna putih). Persilangan yang dilakukan oleh Bateson dan Punnet dapat diamati pada diagram berikut ini.

  Sifat yang dihasilkan oleh interaksi gen yang saling melengkapi dan bekerja sama ini dinamakan dengan komplementer. Ketidakhadiran sifat dominan pada suatu pasangan gen tidak akan memunculkan sifat fenotipe dan hanya akan muncul apabila hadir bersama-sama dalam pasangan gen dominannya.

  WORK HARD, have fun!