ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN PERKE

ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH
( ISK )

Dosen Pembimbing :

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang MahaEsa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul“ ASUHAN KEPERAWATAN ISK ( INFEKSI SALURAN KEMIH ) “.
Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Sistem
Perkemihan di Program Studi Keperawatan Stikes Fort De Kock Bukittinggi
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengnucapkan
terima kasih kepada :

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya.


Bukittinggi,
2017

Penulis

Oktober

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I :

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2

D. Metode Penulisan...........................................................................................2
E. Sistematika Penulisan.....................................................................................2

BAB II :

TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Anatomi Fisiologi .....................................................................................3
2. Pengertian.................................................................................................7
3. Patofisiologi dan Penyebab ......................................................................7
4. Tanda dan Gejala.......................................................................................9
5. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................12
6. Penatalaksanaan Medik.............................................................................13
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.................................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................................15
3. Intervensi(Perencanaan / Implementasi)...................................................15
4. Evaluasi.....................................................................................................19

BAB III :


ANALISA SKENARIO KASUS

BAB IV :

ANALISA JOURNAL

BAB V :

PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................20
B. Saran................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN

A.


Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI)

adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus
Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat
mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anakanak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi
umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan
beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria
merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga
pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari
rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria
dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun
ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan
struktur dari traktus urinarius.

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya
ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:

1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah

sehingga

mempermudah

penyebaran


infeksi

secara

hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total
urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.

B. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah Infeksi Saluran
Kemih (ISK). Dimana penyakit ini banyak di derita oleh anak-anak hingga orang
lanjut usia.
C. Tujuan
Untuk mengetahui definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patologis serta
Asuhan Keperawatan dari Infeksi Saluran Kemih (ISK) itu sendiri.
atalaksanaan). Serta Asuhan keperawatan (pengkajian,diagnose, perencanaan dan
evaluasi)


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika
urinaria (kandung kemih), dan uretra.
a. Ginjal
Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian posterior
abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-12 sampai
vertebra lumbal ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak lebih rendah
dari ginjal kiri karena hubungannya dengan hati. (Watson, 2002,hlm.384).Pada
orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara
120-150 gram.
Fungsi vital ginjal :
1)

Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia.

2)


Sebagai homeostasis.

3)

Pengeluaran zat-zat toksin/racun

4)

Memperlakukan suasana keseimbangan air,

5)

Mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh

6)

Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain

dalam tubuh.

Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian
internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari
kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal,
terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh
kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan
membrane basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis,
dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk
tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan
tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus
ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam
pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari
jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah
balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan
kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan melewati
struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan
lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah.
Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki
tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.

Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati
glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar
180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah
tanpa molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit)
pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam
tubulus, sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam

darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat
tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus
distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis
ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali
seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi
aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal
disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam
urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin,
serta asam urat.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron. Urine
yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus pengumpul dan
tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap

pelvis akan membentuk ureter. Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding
yang sebagian besar terdiri atas otot polos.Organ ini menghubungkan setiap ginjal
dengan kandung kemih dan berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin.

b. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5
cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria).
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas
dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
c. Kandung kemih (vesika urinaria)
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terletak di sebelah
anterior tepat dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai wadah sementara
untuk menampung urine. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari
otot polos yang dinamakan muskulus detrusor.Kontraksi otot ini terutama
berfungsi mengososngkan kandung kemih pada saat buang air kecil (urinari).
Uretra muncul dari kandung kemih; pada laki-laki, uretra berjalan lewat penis
dan pada wanita bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar
prostate yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra di
sebelah posterior dan leteral. Sfingter urinalisis eksterna merupakan otot
volunteer yang bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi.
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian
internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari
kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal,
terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh
kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan
membrane basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis,
dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk
tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan
tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus
ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam
pelvis ginjal.

Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari
jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah
balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan
kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan melewati
struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan
lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah.
Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki
tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati
glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar
180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah
tanpa molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit)
pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam
tubulus, sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam
darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat
tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus
distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis
ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali
seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi
aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal
disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam
urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin,
serta asam urat.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemiih keluar.
Pada laki-laki terdiri dari :

1) Uretra prostaria
2) Uretra membranosa
3) Uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi sebagai
saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma).
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari
tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari venavena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita
terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya
sebagai saluran eksresi.

2. Pengertian Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy,
2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat
mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anakanak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi
umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan
beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria
merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga
pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari

rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria
dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun
ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan
struktur dari traktus urinarius.

3. Patofisiologi dan Penyebab Ifeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya
ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah

sehingga

mempermudah

penyebaran

infeksi

secara

hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total
urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik

4) System imunnitas yng menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan
distensii

yang

berlebihan

sehingga

menimbulkan

nyeri,

keadaan

ini

mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih
menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan
gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar
ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi
ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia
60 tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lainlain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung

kemih yang kurang efektif

2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

4. Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Kemih

a. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemihsecara umum sering meliputi:
1) Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
2) Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
3) Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
4) Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
5) Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari
urin
6) Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
7) Rasa sakit pada daerah di atas pubis
8) Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
9) Demam
10) Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu
kelelahan, hilangnya kekuatan, demam
11) Sering berkemih pada malam hari
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga
ginjal. Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala
pada cystitis, yaitu demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan
muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk dalam infeksi saluran kemih.
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda –
tanda dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
1) Desakan yang kuat untuk berkemih
2) Rasa terbakar pada saat berkemih
3) Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit
(oliguria)
4) Adanya darah pada urin (hematuria)
b. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1) Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya
infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat

menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam
tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
2) Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan
rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah,
rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3) Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat
urinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :
a.

Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1) Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya,
khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan
sakit, misalnya: letih dan lesu.
2) Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak
dapat mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan
mencium urin bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis
diperlukan).
3) Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan
penyakit, walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi
tersebut bebas dari Infeksi saluran kemih).
4) rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5) muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6) jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya
bayi yang berusia setlah delapan hari.

b.

Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:
1) Diarrhea
2) Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha
tertentu (misalnya: pemberian makan, dan menggendong)

3) Kehilangan nafsu makan
4) Demam
5) Mual dan muntah
6) Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi
saluran kemih.
7) Lemah
8) Adanya rasa sakit pada saat berkemih.
c. Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1) rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi
pada ginjal)
2) seringnya berkemih
3) ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal,
dengan kata lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)
4) tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5) rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7) urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
d. Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:
1) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemihringan (misalnya:
cystitis, uretritis) meliputi :
a) rasa sakit pada punggung
b) adanya darah pada urin (hematuria)
c) adanya protein pada urin (proteinuria)
d) urin yang keruh
e) ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang
keluar
f) demam
g) dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
h) tidak nafsu makan
i) lemah dan lesu (malaise)
j) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)

k) rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
l) rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
2) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat
(misalnya: pyelonephritis) meliputi:
a) Kedinginan
b) demam tinggi dan gemetar
c) mual
d) muntah (emesis)
e) rasa sakit di bawah rusuk
f) rasa sakit pada daerah sekitar abdome
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c.

Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

d.

Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter
urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter
dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.

e.

Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka

psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal
atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau
evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.
6. Penatalaksanaan Medik
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor
kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah
penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.

Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b. Interansi obat
c. Efek samping obat
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a.

Efek nefrotosik obat

b.

Efek toksisitas obat

Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya
dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan ?
b. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh
membahnayakan ?
c. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan ?
d. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan ?

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
1) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2) Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c.

Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien
terhadap infeksi nosokomial.
1) Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
2) Imobilisasi dalam waktu yang lama.

3) Apakah terjadi inkontinensia urine?
d. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
1) Bagaimana

pola

berkemih

pasien?

untuk

mendeteksi

factor

predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
2) Adakah disuria?
3) Adakah urgensi?
4) Adakah hesitancy?
5) Adakah bau urine yang menyengat?
6) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan
konsentrasi urine?
7) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah?
8) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran
kemih bagian atas?
9) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian
atas.
e.

Pengkajian psikologi pasien:
1) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan
yang telah dilakukan?
2) Adakakan

perasaan

malu

atau

takut

kekambuhan

terhadap

penyakitnya.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi yangberhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
b. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.

3. Intervensi (Perencanaan / Implementasi)
Perencanaan
a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
2) Kriteria Hasil :
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal
b) Nilai kultur urine negative
c) Urine berwarna bening dan tidak bau
3) Intervensi :
a) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas
38,50°C
Rasional :
Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
b) Catat karakteristik urine
Rasional :
Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
c) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra
indikasi
Rasional :

Untuk mencegah stasis urine
d) Monitor pemeriksaan ulang urine kultuur dan sensivitas untuk
menentukan respon terapi.
Rasional :
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan
penderita.
e) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara
komlit setiap kali kemih.
Rasional :
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
f) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan
kering.
Rasional :
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang
membuat infeksi uretra
b. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi dan atau
nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien
dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
2) Kriteria Hasil :
a) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
c) Klien dapat BAK dan berkemih

3) Intervensi :
a) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional :
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk
mengetahui input / output
b) Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam kandung
kemih.
c) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional :
Untuk memudahkan klian dalam berkemih.
d) Bantu klien ke kamar kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional :
Untuk memudahkan klien untuk berkemih.
e) Bantu klien mendapatkan poosisi berkemih yang nyaman.
Rasional :
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
2) Kriteria Hasil :

a) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan pada saat berkemih
b) Kandung kemih tidak tegang
c) Passien tampak tenang
d) Ekspresi wajah tenang
3) Intervensi :
a) Kaji inensitas, lokasi dan faktor yang memberatkan atau
meringankan nyeri.
Rasional :
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi.
b) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang
dapat di toleran.
Rasional :
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan
otot-otot.
c) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jikatidak ada kontra indikasi.
Rasional :
Untuk membantu klien dalam berkemih.
d) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri.
d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentangproses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan di
rumah.

1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak
memperlihatkan tanda-tanda gelisah.
2) Kriteria Hasil :
a) Klien tidak gelisah
b) Klien tenang
3) Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap
perawatan dan pengobatan.
c) Beri suport pada klien
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan percaya diri tinggi
terhadap perawatan atas kesembuhannya.
d) Beri dorongan spiritual
Rasional :
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan
YME. Beri suport pada klien.
e) Beri penjelasan terhadap penyakitnya
Rasional :

Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit

yang

dialaminya.
Implementasi / Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat

respon pasien terhadap setiap

intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).Tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka
perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap

setiap

intervensi

yang

dilaksanakan

serta

mendokumentasikan

pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
4. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada
tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a. Nyeri yang menetap atau bertambah
b. Perubahan warna urine
c. Pola

berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan

ingin kencing menetes setelah berkemih.

BAB III
ANALISA KASUS
A

KASUS TERKAIT
Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RS.Soeradji mengantar anak

perempuannya yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus
sejak kemarin sore dikarenakan febris dan disuria. Bp.A juga mengatakan, An.K
di rumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya
dibantu oleh pembantunya.
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas –
remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK
padahal buang air kecilnya lebih sering dari biasanya namun urinnya dalam
jumlahnya sedikit, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum.
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan
adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan
terasa gatal. Karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk
berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh
ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR : 28x/menit
S : 40 ºC
N : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan
abocat ukuran 24 dan diberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB

B. DOKUMENTASI ASKEP
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a.

b.

Nama perawat

: Agus

Tgl pengkajian

: 10 April 2012

Jam pengkajian

: 15.00 WIB

Identitas Pasien
Nama Pasien

: An. K

Agama

: Islam

Umur

: 5 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

2. Keluhan Utama
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
3. Riwayat Kesehatan
a.

Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa

tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K
digendong oleh ayahnya. Saat di UGD, An.K dilakukan pemasangan infus RL
20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4 hari.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1.

Penyakit yang pernah dialami : klien sering mengalami nyeri abdomen
a) Kecelakaan

: tidak terkaji

b) Pernah dirawat di RS

: Bpk.A mengatakan, pada usia 4 tahun

An.K pernah dirawat di RS karena mengalami malaria
c) Operasi

: Bpk.A mengatakan An.K tidak pernah

dioperasi
2.

Alergi

terhadap ikan

: Bpk.A mengatakan bahwa An.K alergi

3.

Vaksin

: Bpk.A mengatakan bahwa An.K baru saja

di vaksin Hepatitis B 3bulan yang lalu
4.

Kebiasaan

: An.K mengatakan bahwa ia suka jajan di

sembarang tempat
c.

Riwayat Penyakit Keluarga
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K

yaitu Ny. T sudah pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama lebih
kurang satu minggu.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a.

Aktivitas dan latihan
An. K sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya

seperti bermain bersama teman-temannya, tetapi setelah mengalami ISK An. K
menjadi pendiam karena menahan rasa sakit perutnya. Selama sakit An. K
dirumah melakukan aktifitas dan dirawat oleh pembantunya sehingga untuk
personal hygen biasanya dibantu oleh pembantunya.

b.

Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Bp. A mengatakan An. K tidak ada masalah dalam

masalahnya, A.n K biasanya tidur 9 jam saat malam dan 2 jam saat siang, saat
sakit Bp. A mengatakan An. K mengalami sulit tidur dan sering terbangun saat
tidur dikarenakan perut bagian bawah terasa nyeri dan sangat sakit, A.n K hanya
bissa tidur 6 jam ssaat malam dan tidak bisa tidur saat siang.
c.

Kenyamanan dan nyeri
1)

P

alliative/profokatif

Klien mengatakan nyeri berkurang setelah klien melakukan teknik
relaksasi yang diberikan oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan
nyeri
2) Quality

klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit
berkurang nyerinya sesudah berkemih
3) Region

Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
4) Scale

Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
5) Time

Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK. Nutrisi Sebelum klien
mengalami gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga
selalu makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat mengalami gangguan
eliminasi urine, nafsu makan klien menjadi berkurang, sehingga hanya
makan 1 porsi sehari
6) Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4
gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL
20tts/mnt, sebelum sakit klien minum 8 gelas standar 250cc perhari .
7) Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak
mengalami sesak nafas dan tidak ada sputum.
8) Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x
sehari, saat mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut
terasa diremas-remas dan warna fases cokelat.
9) Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi
berkemih 500cc/hr, selama mengalami gangguan eliminasi urin klien
hanya berkemih 250cc/hr dan warna urine merah terdapat hematuria dan
klien mengatakan nyeri pada saat BAK.
10) Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada
Sensori, persepsi dan kognitif.
5.

Pemeriksaan fisik

a.

Keadaan Umum

Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital Sign:
N

: 108xmnt

RR

: 28x/mnt

S

: 400c

b. Kepala:
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat
di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan
dan bagian pariental menghadap kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami
peradangan, tumor, maupun bekas luka.
c.

Leher:
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat

melakukan gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
d. Dada: paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan
20x/menit pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan
lebih keras dari pada dinding dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara
paru klien normal yaitu terdengar bunyi resonan.
e.

Abdomen:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak

ada pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara
bising usus, secara normal terdengar setiapbising usus normal terdengar 10
kali/menit
6. Psiko sosio budaya dan spiritual
a.

Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat
ingin BAK.

b. Sosial

Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara
klien sopan.
c.

Budaya
Tidak terkaji

d.

Spiritual
Tidak terkaji

7. Pemeriksaan penunjang
a.

Terapi Medis
Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga

diberikan obat melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral
Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB.
ANALISA DATA
TGL/JAM

DATA FOKUS
DS :

ETIOLOGI
Proses infeksi

PROBLEM
Hypertermi

1.Bapak klien mengatakan
suhu

badan

anaknya

teraba panas.
DO :
1. N : 108x/menit
2. S : 40
3. RR : 28x/menit
4. Teraba panas
01/02/2012
09.00 WIB

DS :

Agen

1. An.K mengatakan sulit biologis
dan
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih
saat mau buang air kecil,

cidera Nyeri akut

sehingga An.K jadi takut
jika mau BAK padahal
buang air kecilnya lebih
sering daripada biasanya,
oleh

sebab

itu

An.K

mengatakan takut untuk
banyak minum.
2.

Bp.A

mengatakan

anaknya mengalami nyeri
pada bagian suprapubic
dan

adanya

hematuria,

selain itu diawal berkemih
ada cairan eksudat yang
purulen dan terasa gatal.
Kira-kira skala nyerinya
mencapai 9.
DO :
1. Klien tampak terlihat
pucat dan lemas.
2.

Klien

terlihat

memegangi perut bagian
bawah.

DS :

Infeksi saluran Gangguan

1. An.K mengatakan sulit kemih
dan
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih
saat mau buang air kecil,
sehingga An.K jadi takut
jika mau BAK padahal

Eliminasi
urinarius

buang air kecilnya lebih
sering daripada biasanya,
oleh

sebab

itu

An.K

mengatakan takut untuk
banyak minum.
DO :
1. Klien terlihat kesakitan
dan takut saat buang air
kecil.
DS :

Status

Ansietas

1. An. K mengatakan sulit kesehatan
dan

sakit

pada

perut

seperti diremas-remas dan
perih saat mau buang air
kecil

sehingga

An.

K

menjadi takut jika mau
BAK. Oleh sebab itu, An.
K mengatakan takut untuk
banyak minum.
DO :
1. Wajah klien tampak
terlihat murung.
2. Sikap klien berubah
menjadi pendiam.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Hyperthermy berhubungan dengan proses infeksi

RENCANA ( INTERVENSI ) KEPERAWATAN
No.

Diagnosa

Tujuan & Kriteria Intervensi

1

Keperawatan
Hasil
Eliminasi urinarius Setelah

dilakukan  1Pantau

berhubungan

tindakan keperawatan

eliminasi urin

dengan infeksi

selama

4x24 jam

contohnya

saluran kemih

maka

eliminasi

frekuensi urin,

urinarius

An.

volume urin,

berkurang

K

dengan

konsistensi

kriteria hasil sbb:

urin

 Eliminasi lancar.

tepat

berwarna  Ajarkan klien

 Urin

kuning

cerah

tetapi

sedikit

tanda
saluran

 Tidak

kemih.

terjadi

 Instruksikan

hematuria

klien

 Volume

Nyeri
berhubungan

pengeluaran urine

keluarga

900-2100

untuk

CC/hari.

mencatat

atau

keluaran urin.
dilakukan
1. 1. Ajarkan klien

akut Setelah

tindakan keperawatan tekhnik relaksasi

dengan agen cidera selama 2x24
biologis

dan

gejala infeksi

pucat.

2

dengan

maka

nyeri

jam nafas dalam.
yang
2. 2.

Beri

dialami oleh An.K kompreshangat pa
berkurang

dengan da bagian yang

kriteria hasil sbb:
1.

Selera

nyeri.

makan
3. 3.

Kolaborasi

klien kembali normal. dalam pemberian
2. Klien sudah tidak analgesik

mengalami gelisah.
3.

Klien

Ketorolax

2x

dapat 0,5mg/kg/BB

beraktivitas kembali
seperti biasanya.
4. nyeri hilang atau
berkurang.
3

Hyperthermy

Setelah

berhubungan

tindakan keperawatan keadaan

dengan
infeksi

dilakukan1. Observasi

proses selama

3x24

umum

jam klien.

maka An. K tidak2. Monitor vital sign
mengalami
hipertermi

klien

(suhu

dengan &nadi).

kriteria hasil sbb :

3. Beri

kompres

1. RR klien normal16- hangat pada klien.
24/menit.
2. Suhu

tubuh

4. Anjurkan
klien klien

pada
untuk

dalam rentang 36,5- meningkatkan
37,5

istirahat.

5. Kolaborasi dalam
3. Nadi klien normal
pemberian infus
(60-100x/menit).
RL, 20 tts/mnt
4. Tubuh klien tidak
6. Anjurkan banyak
teraba panas.
minum air putih.
7. Kolaborasi dalam
pemberian injeksi
Ceftriaxone
2x500mg
8. Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik
paracetamol
10-15

10-

mg/kgBB/kali.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada bab ini penulis dapat menyimpulkan antara lain:
Pada pengkajian penulis menyimpulkan data melalui kejadian kasus secara
luas,wawancara, pemeriksaan fisik, riwayat atau adanya faktor-faktor resiko,
manifestasi klinik infeksi saluran kemih, psikologi pasien, tidak dilakukan karena
penulis tidak mengkaji langsung pada klien , melainkan penulis hanya mendapat
data dari ilustrasi kasus yang di dapat.

Diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah perubahan
pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau hokturia )
berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur
urinarius, dll, sedangkan diagnose yang ada pada teori dan pada kasus adalah
infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri dan kurang pengetahuan.
Dalam membuat perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan
kondisi klien secara luas saat dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dan kebutuhan utama klien.
Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua diagnosa dapat
teratasi dan tujuan keperawatan tercapai. Namun kendalanya penulis tidak dapat
mendokumentasikan data dengan baik sehingga untukmembuat evaluasi
mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan penulishanya mendapatkan data
berdasarkan pedoman kasus.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat
mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anakanak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi
umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan
beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria
merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga
pada wanita.

B. SARAN
Untuk pembaca, teman sejawat

dan penulis agar dapat memprioritaskan

masalah sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut,
walaupun pendokumentasian data tidak dapat dilakukan karena data

yang

diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus secara luas tetapi rencana tindakan
dapat dilakukan dengan baik. Dianjurkan agar dapat mendokumentasikan semua
data pada klien baik verbal maupun obyektif degan benar sehingga dapat
membuat evaluasi dengan baik untuk menunjang pendokumentasian yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I
Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta:
EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa:
Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-infeksisaluran.html
http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-isk/
http://reniurl.blogspot.com/2010/07/makalah-askep-isk-infeksi-salurankemih.html