D1 Pajak Surat Pemberitahuan SPT

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA
STAN

KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN
SURAT PEMBERITAHUAN
(SPT)
Pembimbing:
Trihadi Waluyo
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Akira Ahmad Dani
Erlanda Anggriawan

Christofel Josua Nainggolan
Nur Rina Martyas Ningrum
Wahyu Roihan
Yoshua Clinton Haamonangan Pandiangan

(2103160010)
(2103160196)
(2103160319)
(2013160158)
(2103160069)
(2103160392)

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
2016/2017

BAB II
ISI
A. Pengertian dan Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 Angka 10 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, SPT (Surat Pemberitahuan) adalah surat yang oleh Wajib Pajak

digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
Pasal 1 angka 12 Undang-Undang KUP membagi jenia SPT terdiri dari dua yaitu SPT
Masa dan SPT Tahunan:
1. SPT Masa
Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak. Surat ini oleh wajib pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatau
masa pajak pada suatu saat.
2. SPT Tahunan
Ini merupakan laporan pajak yang dilaporkan satu tahun sekali (tahunan) baik oleh
wajib pajak badan mau pun pribadi, yang berhubungan dengan perhitungan dan
pembayaran pajak penghasilan, objek pajak penghasilan, dan/atau bukan objek pajak
penghasilan, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan pajak untuk satu
tahun pajak, atau bagian dari tahun pajak.
Terdapat 10 jenis SPT Masa. SPT Masa tersebut dinamakan berdasarkan nomor
pasal, dimana aturan pajak tersebut diatur, dan mereka adalah:
1. PPh Pasal 21/26
2. PPh Pasal 22
3. PPh Pasal 23/26
4. PPh Pasal 25

5. PPh Pasa 4 ayat (2)
6. PPh Pasal 15
7. PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
8. PPN bagi Pemungut
9. PPN bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang menggunakan nilai lain
sebagai Dasar Pengenaan Pajak
10. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
B. Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) bagi Wajib Pajak
Kewajiban
Pengisian
SPT

Kewajiban
Penandatanga
n SPT

Kewajiban
Penyampaian
SPT


Kewajiban
Pengambilan
SPT

Kewjiban
Penyampaian
SPT

i.

ii.

iii.

Kewajiban Pengisian SPT
Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak wajib mengisi
SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam Bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor DJP tempat Wajib Pajak
terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

Yang dimaksud dengan mengisi SPT adalah mengisi formulir SPT, dalam bentuk
kertas atau dalam bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan
petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan umum perturan
perundang-undangan perpajakan. Sementara itu, yang dimaksud dengan benar,
lengkap, dan jelas dalam mengisi SPT adalah:
- Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
- Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak
da unsur-unsur lain yang harus dilapporkan dalam SPT;
- Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur
lain yang hharus dilaporkan dalam SPT
SPT yang syelah diisi denga benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib disampaikan ke
kantor DJP tempat Wajib Pjak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Dirjen Pajak. Kewajiban penyampaian SPT oleh pemotong atau
pemungut pajak dilakukan untuk setiap Masa Pajak.
Kewajiban Penandatanganan SPT
Berdasarkan Pasal 3 Ayat 1 UU KUP, yang harus menandatangai Surat
Pembertitahuan adalah Wajib Pajak. Selengkapnya bunyi Pasal tersebut adalah :
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan

jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Dari ketentuan di atas kita bisa membuat kesimpulan bahwa Wajib Pajak lah yang
harus menandatangani SPT dan tidak ada pembedaan antara SPT Tahunan dan SPT
Masa karena yang disebut adalah Surat Pemberitahuan secara umum. Dengan
demikian, Wajib Pajak lah yang harus menandatangani SPT, baik SPT Masa
maupun SPT Tahunan.
Kewajiban Penyampaian SPT
Pada dasarnya setiap wajib pajak yang memiliki NPWP wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) ke kantor pajak. SPT ini adalah media untuk menyampaikan
pajak yang sudah dibayar atau setidaknya penghasilan yang diterima atau diperoleh.
Walaupun nihil. Hanya saja SPT yang wajib disampaikan itu bermacam-macam.
Terutama bagi wajib pajak yang memiliki usaha. Berikut ini adalah SPT yang wajib
disampaikan ke kantor pajak berdasarkan penggolongan wajib pajak.

 SPT Tahunan
- Wajib Pajak orang pribadi wajib menyampaikan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi paling lama 3 (tiga) bulan setelah

akhir Tahun Pajak
- Wajib Pajak badan wajib menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak badan paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan
untuk paling lama 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan
dengan cara menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan.
Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan disampaikan ke Kantor Pelayanan
Pajak sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir, dengan
dilampiri:
- Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang
batas waktu penyampaiannya diperpanjang;
- Laporan keuangan sementara; dan
- Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang kedudukannya
disamakan dengan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan
pembayaran pajak yang terutang, dalam hal terdapat kekurangan pembayaran
pajak.
Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu penyampaian atau batas
waktu perpanjangan penyampaian SPT, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi
berupa denda sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1) UndangUndang
KUP.

 SPT Masa PPh
Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak
sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh wajib
melaporkan SPT Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak
berakhir, yaitu:
 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong;
 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayar sendiri;
 PPh Pasal 15 yang dipotong;
 PPh Pasal 15 yang dipotong;
 PPh Pasal 15 yang dibayar sendiri;
 PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang dipotong;
 PPh Pasal 23 dan/atau PPh Pasal 26 yang dipotong; dan/atau
 PPh Pasal 25 dibayar
Wajib Pajak badan tertentu sebagai Pemungut Pajak wajib melaporkan PPh
Pasal 22 yang dipungut dengan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 22 paling
lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Bendahara wajib melaporkan PPh Pasal 22 yang dipungut dengan
menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 22 paling lama 14 (empat belas) hari
setelah Masa Pajak berakhir.


SPT Masa PPN
Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang
terutang dalam satu Masa Pajak, PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang
Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean,

iv.

dan PPN kegiatan membangun sendiri dengan menggunakan SPT Masa PPN,
paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah
dipungut, ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemungut PPN terdaftar paling
lama
akhir
bulan
berikutnya
setelah
Masa
Pajak
berakhir.
Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan

PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri (biasa disebut PPN KMS)
yang telah disetor dengan menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke
Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut,
paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan
PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang telah disetor (biasa
disebut PPN JLN), dengan menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke
Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat tinggal orang pribadi
atau tempat kedudukan badan tersebut, paling lama akhir bulan berikutnya
setelah saat terutangnya pajak.
Wajib Pajak Pajak Penghasilan tertentu yang dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan SPT merupakan Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
 Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau
memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 7 Undang-Undang PPh; atau
 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas.
 Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau

memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal
25 dan SPT
Tahunan
PPh
Wajib
Pajak
Orang
Pribadi.
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT
Masa PPh Pasal 25.
Kewajiban Pengambilan SPT
SPT dapat diambil di tempat sebagai berikut (PER-9/PJ/2009) :
 Kantor Pelayanan Pajak (KPP);
 Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);
 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
 Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;
 Pojok Pajak;
 Mobil Pajak;
 Melalui sistem komputer dengan alamat situs internet atau Homepage
Direktorat Jenderal Pajak, yaitu: http://www.pajak.go.id atau mencetak /
menggandakan / fotokopi sendiri dengan bentuk dan isi yang sama dengan

v.

aslinya. Surat pemberitahuan yang didapatkan melalui sistem komputer dan
penggandaan memiliki kekuatan hukum yang sama dengan Surat Pemberitahuan
yang diambil dari tempat-tempat yang ditetapkan.
Kewjiban Penyampaian SPT
WP menyampaikan SPT ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat WP terdaftar
atau dikukuhkan, melalui (PMK-152/PMK.03/2009) :
 secara langsung oleh WP sendiri;
 kantor pos dengan bukti pengiriman surat; atau
 dengan cara lain, yaitu melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan
bukti pengirimansurat maupun e-Filling
Perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang dapat ditunjuk harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
 berbentuk badan;
 memiliki izin usaha jasa ekspedisi atau jasa kurir;
 mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak; dan
 bersedia menandatangani perjanjian dengan Direktorat Jenderal Pajak. (KEP518/PJ./2000)
Atas penyampaian SPT sebagaimana dimaksud diberikan tanda penerimaan surat
dan atas penyampaian SPT melalui e-Filling diberikan Bukti Penerimaan
Elektronik. Bukti Pengiriman surat atau tanda penerimaan surat serta Bukti
Penerimaan Elektronik tersebut di atas menjadi bukti penerimaan SPT.
Apabila Surat Pemberitahuan tidak lengkap, Kepala Kantor Pelayanan Pajak
mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak untuk melengkapi, sedangkan
tanda bukti dan tanggal penerimaan kelengkapan Surat Pemberitahuan dianggap
sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan Surat Pemberitahuan.

C. Kelengkapan Surat Pemberitahuan
Fungsi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan tentang:
- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak;
- penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
- harta dan kewajiban.
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap dan jelas, dalam Bahasa
Indonesia dan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Yang dimaksud benar, lengkap dan jelas dalam mengisi Surat Pemberitahuan adalah:
- benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya;

- lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan
unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan; dan
- jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain
yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
SPT Tahunan Lengkap adalah SPT Tahunan yang semua elemen SPT Tahunan Induk
dan lampirannya telah diisi dengan lengkap, dilengkapi lampiran khusus, keterangan dan/
atau dokumen yang disyaratkan.
Sebagaimana diatur dalam Lampiran V Butir I.A 1 PER-01/PJ./2016, SPT 1770
dinyatakan lengkap apabila dipenuhi persyaratan sebagai berikut:

SPT 1770 S dinyatakan lengkap apabila dipenuhi persyaratan sebagai berikut (Lampiran
V butir II.A PER-01/PJ./2016):

Sebagaimana diatur dalam lampiran V butir III.A, SPT 1770-SS dinyatakan lengkap
apabila dipenuhi persyaratan sebagai berikut:

Pada saat Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan, petugas penerima SPT Tahunan
melakukan Penelitian Penyampaian SPT Tahunan dengan mengisikan lembar penelitian
sebagaimana diatur dalam Lampiran-III PER-01/PJ./2016 (gambar-1 berikut ini ) :

Berdasarkan lembar penelitian tersebut petugas penerima SPT Tahunan menyatakan
apakah SPT yang disampaikan Wajib Pajak Lengkap atau Tidak Lengkap. Dalam hal
SPT Tahunan lengkap dan ditandatangani oleh Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak, petugas
penerima SPT Tahunan memberikan Bukti Penerimaan SPT Tahunan. Sebaliknya
apabila SPT tahunan tidak lengkap dan/atau tidak ditandatangani oleh Wajib
Pajak/Kuasa Wajib Pajak, maka petugas penerima SPT Tahunan akan mengembalikan
SPT Tahunan beserta lembar penelitian SPT Tahunan. Petugas peneliti SPT Tahunan
menuliskan syarat kelengkapan SPT Tahunan yang perlu dilengkapi/diperbaiki pada
kolom yang tersedia.
SPT Tahunan dinyatakan tidak lengkap dalam hal:
1. SPT Induk ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak tetapi tidak dilampiri dengan Surat
Kuasa Khusus atau SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
ditandatangani oleh ahli waris tetapi tidak dilampiri dengan Surat Keterangan
Kematian dari Instansi yang berwenang;
2. Terdapat elemen SPT Induk yang diisi tidak lengkap;
3. SPT Tahunan Kurang Bayar tetapi tidak dilampiri dengan Surat Setoran Pajak (SSP)
atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP;
4. SPT Tahunan tidak atau kurang disertai dengan Lampiran pada Formulir atau
Lampiran Keterangan dan/atau Dokumen yang Disyaratkan;
5. Lampiran "Daftar Pemotongan/Pemungutan yang Dipotong Pihak Lain atau
Ditanggung Negara, Daftar Harta dan Kewajiban Pada Akhir Tahun dan Daftar
Susunan Anggota Keluarga dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dilampirkan
tetapi diisi tidak lengkap;
6. Terdapat Lampiran Khusus sebagaimana ditetapkan pada Lampiran IV butir I.A s.d.
butir IV.A atau butir I.B s.d. butir IV.B atau butir I.C s.d. butir IV.C pada Peraturan
Direktur Jenderal No.01/PJ./2016 yang diisi tidak lengkap;
7. SPT Induk hasil cetakan dari aplikasi e-SPT Tahunan yang disampaikan oleh Wajib
Pajak tidak dilampiri dengan Media Penyimpanan Elektronik yang berisi Dokumen
Elektronik SPT Tahunan;
8. e-SPT Tahunan yang Dokumen Elektroniknya disampaikan dengan menggunakan
Media Penyimpanan Elektronik, tetapi isi datanya tidak sesuai dengan SPT Induk
hasil cetakan yang disampaikan oleh Wajib Pajak;dan/atau
9. e-SPT Tahunan yang Dokumen Elektroniknya disampaikan dengan menggunakan
Media Penyimpanan Elektronik tetapi tidak dapat diproses dalam aplikasi sistem
informasi pada Direktorat Jenderal Pajak.
D. Cara Penyampaian dan Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Cara
Penyampaia
n SPT

langsung

e-flling

1. Langsung
- Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Sangat Sederhana
Pelaporan SPT Tahunan bagi wajib pajak yang memiliki penghasilan bruto tidak
lebih dari Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dengan jenis
penghasilan selain dari usaha atau pekerjaan bebas, ini artinya bahwa wajib
pajak adalah karyawan perusahaan. Pelaporan ini sangat sederhana, hanya
dengan mengisi 1 formulir saja yang di beri formulir 1770 SS. Data dasar untuk
mengisi adalah bukti pemotongan PPh form 1721-A1 atau 1721-A2 ; Formulir
SPT 1770 SS (lampiran 1)
- Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Sederhana
Pelaporan SPT Tahunan bagi wajib pajak yang memiliki penghasilan bruto lebih
dari Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dengan jenis
penghasilan selain dari usaha atau pekerjaan bebas, ini artinya bahwa wajib
pajak adalah karyawan perusahaan. Pelaporan ini lebih kompleks dari SPT
Tahunan wajib pajak orang pribadi sangat sederhana. Ada beberapa formulir
yang harus diisi oleh wajib pajak. Formulir pelaporan adalah formulir 1770 S.
Data dasar pengisian adalah bukti pemotongan PPh Formulir 1721-A1 dan/atau
dari Formulir 1721-A2 dan/atau Bukti Pemotongan PPh Pasal 21, tidak termasuk
PPh Pasal 21 yang bersifat final : Formulir SPT 1770 S (lampiran 2)
- Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
Untuk yang satu ini agak lebih kompleks. Ini adalah cara pelaporan SPT
Tahunan bagi wajib pajak yang memiliki penghasilan dari usaha atau pekerjaan
bebas dan juga dari pemberi kerja lain. Ini artinya wajib pajak adalah bukan
karyawan atau karyawan yang juga memiliki usaha sendiri (bebas). Formulir
pelaporan adalah Formulir 1770. Data dasar pengisian bisa dari Formulir 1721A1 dan/atau dari Formulir 1721-A2 dan/atau Bukti Pemotongan PPh Pasal 21,
tidak termasuk PPh Pasal 21 yang bersifat final dan atau dengan SSP atas
penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas : Formulir 1770 (lampiran 3)
Nah, setelah formulir SPT diisi dan dilengkapi persyaratannya, berikut ini tata cara
menyampaikan SPT Tahunan2016:
1. Diserahkan secara Langsung. Yang dimaksud penyampaian secara langsung ini
adalah dengan menyerahkannya pada TPT (Tempat Pelayanan Terpadu), pojok
pajak, mobil pajak, atau tempat khusus penerimaan SPT Tahunan yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. TPT sendiri tidak terbatas pada TPT
KPP (Kantor Pelayanan Pajak) tempat wajib pajak terdaftar saja, melainkan
juga TPT manapun.
2. Dikirim melalui pos / kurir / perusahaan jasa ekspedisi. Untuk pengiriman SPT
Tahunan melalui cara ini, jangan lupa untuk memasukkan lembar SPT Tahunan
ke dalam amplop cokelat yang telah dilekatkan lembar informasi amplop SPT
Tahunan di bagian depan. Selain itu, tanda bukti dan tanggal pengiriman surat
dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan dengan syarat SPT
Tahunan tersebut telah sesuai dengan ketentuan.
3. Dikirim melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak
sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Di antaranya adalah situs

Direktorat Jenderal Pajak (djponline.pajak.go.id); situs penyalur e-SPT; saluran
suara digital yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk Wajib Pajak
tertentu; jaringan komunikasi data yang terhubung khusus antara Direktorat
Jenderal Pajak dengan Wajib Pajak; serta saluran-saluran lain yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.
Contoh lembar informasi amplop SPT Tahunan yang dimaksud pada poin (2) di atas
adalah seperti pada lampiran 4
2. e-filling
e-Filing adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara
elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet
pada website Direktorat Jenderal Pajak (http://www.pajak.go.id) atau Penyedia
Layanan SPT Elektronik atau Application Service Provider (ASP).
Layanan e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak telah terintegrasi dalam
layanan DJP Online (http://djponline.pajak.go.id). Bagi wajib pajak yang hendak
menyampaikan laporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dengan menggunakan
Formulir 1770S dan 1770SS dapat mengisi dan menyampaikan laporan SPT-nya
secara langsung pada aplikasi e-Filing di DJP Online
Untuk penyampaian laporan SPT pajak lainnya, e-Filing di DJP Online
menyediakan fasilitas penyampaian SPT berupa Loader e-SPT. Melalui Loader eSPT ini, SPT yang telah dibuat melalui aplikasi e-SPT dapat disampaikan
secara online tanpa harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Untuk saat ini, SPT yang dapat diunggah pada Loader e-SPTDJP Online adalah
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 Formulir Tahun 2014, SPT Masa PPh Pasal
21/26 Formulir Tahun 2014, SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Formulir Tahun 2009
dan SPT Tahunan PPh Badan Formulir 1771.
Sedangkan, ASP yang telah ditunjuk Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai
berikut:
- www.spt.co.id
- www.pajakku.com
- www.eform.bri.co.id
- www.online-pajak.com
Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah akhir Masa Pajak

BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT

Pasal 3 ayat (3) UU KUP

Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah
akhir Tahun Pajak

Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir
Tahun Pajak

Dasar hukum atas batas waktu penyetoran pajak kurang bayar dan pelaporan SPT
adalah UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 dan PMK
nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.
Batas Waktu
Penyampaian/Pelaporan
SPT
paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah
Masa Pajak berakhir

No Jenis SPT Masa

Batas Waktu
Pembayaran/Penyetoran

1

PPh Pasal 4 ayat (2) yang
dipotong oleh Pemotong

tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya

2

PPh Pasal 4 ayat (2) yang
harus dibayar sendiri

tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya

3

PPh Pasal 4 ayat (2) atas
pengalihan atas tanah/atau
bangunan baik
dipotong/dipungut atau
dibayar sendiri

Sebelum akta, keputusan,
perjanjian, kesepakatan atau
risalah lelang ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang

4

PPh Pasal 15 yang
dipotong oleh pemotong

tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya

5

PPh Pasal 15 yang harus
dibayar sendiri

tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya

6

PPh pasal 21 yang
dipotong oleh pemotong

tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya

7

PPh Pasal 23/26 yang
dipotong oleh pemotong

tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya

8

PPh pasal 25

tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya

9

PPh Pasal 22, PPN,
PPnBM atas impor

10

PPh Pasal 22, PPN,
PPnBM atas impor yang
dipungut DJBC

tidak ada pelaporan
Bersamaan dengan saat
pembayaran bea masuk. Atas
impor harus dilunasi saat
penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean impor
melaporkan hasil
disetor dalam jangka waktu
pemungutannya secara
1 (satu) hari kerja setelah
mingguan paling lama
dilakukan pemungutan pajak pada hari kerja terakhir
minggu berikutnya

11

PPh pasal 22 yang
dipungut Kuasa Pengguna
Anggaran/Pejabat penanda
tangan SPM

disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan
pembayaran/pencairan
melalui KPPN

12

PPh pasal 22 yang
dipungut bendahara

disetor pada 7 hari setelah
pelaksanaan pembayaran

paling lama 14 (empat
belas) hari setelah Masa

atas penyerahan barang yang
dibiayai APBN/APBD,
dengan menggunakan SSP
an. Rekanan dan di tanda
tangani Bendahara

Pajak berakhir

tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya

paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah
Masa Pajak berakhir

13

PPh pasal 22 yang
pemungutannya dilakukan
oleh WP Badan tertentu

14

PPN atau PPN dan PPnBM akhir bulan berikutnya
yang terutang dalam satu
Masa Pajak

15

PPN yang terutang atas
pemanfaatan BKP tidak
berwujud dan/atau JKP
dari luar pabean

tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya

16

PPN Kegiatan
Membangun Sendiri / PPN
KMS

tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya

17

PPN, PPnBM yang
dipungut pejabat
penandatangan SPM
sebagai pemungut PPN

disetor pada hari yang sama
saat pelaksanaan
pembayaran melalui KPPN

18

PPN, PPnBM yang
dipungut bendahara
pengeluaran sebagai
pemungut PPN

7 (tujuh) hari setelah tanggal
pelaksanaan pembayaran
melalui KPPN

19

PPN, PPnBM yang
dipungut oleh pemungut
PPN selain Bendahara
Pemerintah

tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya

20

PPh Pasal 25 bagi Wajib
Pajak dengan kriteria
tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3b) Undang-Undang
KUP yang melaporkan
beberapa Masa Pajak
dalam satu Surat
Pemberitahuan Masa

dibayar paling lama pada
akhir Masa Pajak terakhir

paling lama akhir bulan
berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir

paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah
Masa Pajak berakhir

21

Pembayaran masa selain
PPh Pasal 25 bagi Wajib
Pajak dengan kriteria
tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3b)

harus dibayar paling lama
sesuai dengan batas waktu
untuk masing-masing jenis
pajak

No Jenis SPT Tahunan

Batas Waktu
Pembayaran/Penyetoran

1

Orang Pribadi

2

Badan

sebelum Surat
Pemberitahuan Pajak

Batas Waktu
Penyampaian/Pelaporan
SPT
3 (tiga) bulan setelah
akhir Tahun Pajak
4 (empat) bulan setelah
akhir Tahun Pajak

DAFTAR PUSTAKA
1. Suharso, Agus. (2015). Ketentuan Umum Perpajakan. Jakarta: Graha
Ilmu
2. Sumber-sumber internet :
- http://www.ilmuekonomi.net/2016/04/pengertian-fungsi-dan-jenis-

jenis-spt.ht
http://www.ilmuekonomi.net/2016/04/pengertian-fungsi-dan-jenisjenis-spt.html
http://dudiwahyudi.com/pajak/ketentuan-umum-dan-tatacaraperpajakan/siapakah-penandatangan-spt.html
http://pajaktaxes.blogspot.co.id/2015/01/wajib-pajak-yang-wajibmenyampaikan-spt.html
http://xpajak.blogspot.co.id/2013/05/pengambilan-dan-penyampaianspt.html
http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=76
http://curcol.co/cara-menyampaikan-spt-tahunan-2016-1772
http://newsberi.blogspot.com/2016/03/cara-manual-atau-efllingpelaporan-spt-tahunan-wajib-pajak-orang-pribadi.html
http://pajak-ind.blogspot.co.id/2013/01/surat-pemberitahuan-pasal-3uu-kup.html