PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI ISLAM HINGGA (1)

PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI ISLAM HINGGA
ABAD KE-15
Makalah ini disusun untuk memenuhi
Tugas Kelompok 2
Mata kuliah : Historiografi Klasik dan Pertengahan
Dosen pengampu: Lisa Aisyiah Rasyid, S.HI., M.Hum

Disusun oleh:
Sem. III/SPI
Nama : Ramadhan Ngadi (16.3.3.012)
Histia Tahumil (16.3.3.005)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
MANADO
2017

Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Zat yang memiliki Seluruh ilmu
pengetahuan dan yang telah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan

berilmu pengetahuan, beberapa derajat lebih tinggi. Shalawat dan doa semoga
dicurahkan pada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menindaklanjuti amalan
ilmu, dengan memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu mulai dari ayunan
sampai ke liang lahat, bahkan sampai ke negeri China sekalipun. Selesainya Makalah
ini merupakan bentuk dari kepatuhan menyahuti perintah yang diberikan oleh dosen
pengampu untuk selalu menimba ilmu, menggali ilmu dan mengembangkan.
Materi ini bertemakan “Perkembangan Historiografi Hingga abad ke-15” agar
kita bisa mengetahui bagaimana perkembangan penulisan Sejarah dari abad Kalsik
hingga Abad pertengahan.
Semoga makalah ini bisa bermamfaat bagi saya pribadi maupun kita semua.
Agar kita bisa mengetahui sejarah lebih dalam agar kita tidak mudah dibodohi.
Sekian, Wassalammualaikum Warohmatullahi Wabarokatu.

Manado, 9 Oktober 2017
Penulis

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………...ii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………..1
1.1 Pengantar………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………........1
BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………2
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Sejarah Islam…..2
2.2 Perkembangan Historiografi Islam Klasik………………3
2.3 Perkembangan HIstoriografi Abad Pertengahan………...5
BAB III. PENUTUP……………………………………………….7
3.1 Kesimpulan……………..................................7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………8

ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Hsitoriografi Islam merupakan ranah kajian yang menarik untuk di
kupas. Hal tersebut tidak terlepas dari pergulatannya dengan realitas sosial yang
meliputinya. Perannya sebagai suatu diskursus yang menelaah berbagai ragam
tulisan dan pembabaran kisah-kisah sejarah masa lalu, menjadi vital ketika

membincang gerak jalan corak penulisan yang dinamis dan menutup
kemungkinan estetis.
Penulisan sejarah ini terus mengalami perubahan-perubahan disetiap
masanya, mulai dari masa klasik, abad pertengahan, hingga masa sekarang. itu
artinya cara penulisannya ini berbeda disetiap masanya. Hal ini tidak terlepas
dari jejak zaman yang ikut mempengaruhi peta pemikiran sejarawan kala itu.
Tak hanya itu, tradisi penulisan sejarah menjadi satu bentuk dari timbuan
produk peradaban yang akan selalu “siap saji” untuk ditelaah. Beragam
sentuhan-sentuhan ajaib para pembangun peradaban itu berbalut erat di kitabkitab sejarah yang dipahat dalam putihnya kertas sang sejarawan. Historiografi
menyuguhkan berbagai macam penulisan terbarukan di zamannya.

1.2 Rumusan Masalah
 Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Sejarah Islam?
 Perkembangan Historiografi Islam Klasik?
 Perkembangan Islam Historiografi abad Pertengahan?

1

BAB. II PEMBAHASAN
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Sejarah Islam

Historiografi islam berkembang mengikuti perkembangan peradaban Islam.
Historiografi Islam menurut Rosenthal dalam bukunya yang berjudul A History Of
Muslim Historiografi (1952), adalah karya sejarah yang ditulis oleh Muslim dari
berbagai aliran. Kendati banyak karya sejarah ini ditulis dalam bahasa Arab, tetapi
banyak pula karya sejarah yang ditulis dalam bahasa lainnya, seperti bahasa Persia
pada permulaan abad ke-10 dan bahasa Turki pada abad ke-16.
Menurut Azyurmardi Azra(2002:19), historiografi Islam pada hakekatnya
merupakan historiografi Arab, yang berkembang dalam periode sejak islam pertama
kali disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW sampai abad ke-3 M, yaitu ketika
historiografi Islam telah mengambil bentuk mapan. Sumber historiografi awal ini
mempunyai dasar keagamaan. Senada dengan Rosenthal, Azra berpendapat bahwa
Islam telah memberikan kesadaran sejarah pada kaum Muslim, baik melalui AlQur’an –dengan banyaknya ayat yang mengandung dimensi sejarah—maupun
melalui Nabi Muhammad SAW sebagai figur historis. Dengan demikian,
perkembangan historiografi islam awal, tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
ajaran islam dan komunitas Muslim itu sendiri.
Walaupun tak diragukan lagi, bahwa motivasi yang membuat historiografi
islam merupakan suatu keharusan, tetapi bagaimana mekanisme yang menciptakan
sejarah itu terjadi, tidaklah muda untuk ditelusuri. Otoritas awal yang bertanggung
jawab terhadap informasi yang ditulis kemudian, pada mulanya disampaikan secara
lisan. Ini mungkin saja benar tapi kemungkinan besar terdapat suatu metode

penyampaian lisan yang dilengkapi dengan catatan-catatan tertulis yang tidak di
publikasikan, yaitu semacam pelapor cerita.

2

2.2 Perkembangan HIstoriografi Islam Klasik
Pada masa perkembangan historiografi islam klasik ini bermula sejak islam
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW yang masih berupa metode lisan atau cerita
saja. Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, berbagai masalah yang muncul
dikalangan muslim dapat dipecahkan dengan otoritas Al-Qur’an atau oleh Nabi
sendiri. akan tetapi, setelah Nabi wafat, untuk menjawab persoalan-persoalan baru
yang muncul kemudian, kaum muslim tidak menemukan bimbingan eksplisit dari AlQur’an. Begitupun ketika terdapat perbedaan penafsiran ayat al-Qur’an dikalangan
mereka, maka otoritas terbaik adalah Hadist(Sunnah) Nabi Muhammad SAW. Selama
para sahabat masih hidup, mereka dapat merujuk kepada Hadist Nabi, karena mereka
menyaksikan langsung kehidupan Nabi. Namun, ketika semakin banyka sahabat yang
telah wafat, sejalan dengan banyaknya masalah dalam masyarakat Muslim, kaum
muslim merasakan perlunya dan mengumpulkan informasi tentang Nabi. Usaha
mengumpulkan dan menyusun hadist secara tertulis ini terus menerus menemukan
momentumnya.
Dengan demikian litelatur hadist sangat krusial, baik sebagai sumber pokok

kedua dalam ajaran islam maupun sebagai sumber informasi utama bagi historiografi
awal islam. Berkat adanya pengumpulan hadist, tersedia amat banyak bahan yang
mempunyai bermacam nilai, yang selanjutnya disaring dan dicerna oleh para pakar
sesuai keahliannya masing-masing. Kenyataan ini yang membuat hukum islam
kemudian berkembang sejalan dengan historiografi islam. Bahkan menurut Abbott,
hadist dan sejarah merupakan disiplin kembar, walau keduanya tidak identik. Dalam
decade-dekade pertama islam, keduanya merupakan pelengkap bagi penyusunan
riwayat Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, sering terdapat duplikasi dalam isi
disiplin hadist dan sejarah.1
Menurut Rosenthal, tidak terdapat suatu cara yang lazim, tentang bagaimana
publikasi karya-karya yang ditulis dalam bahasa Arab sampai akhir abad ke-17.
1

(Azra,2002:19-20,29)

3

Namun pada masa awal islam, hadist tersebar dan terselamatkan dalam bentuk
nuskhah (copi naskah), shahifah(lembaran) kitab(surat atau buku), risalah(surat atau
buku), kurrasah(lembaran atau catatan) dan sebagian lagi dalam bentuk ingatan atau

hafalan. Seluruh bentuk dokumentasi tertulis ini, yang muncul pada akhir abad ke-2
H(8 M), dapat di klarifikasi ke dalam dua kategori: (1)buku-buku yang mengandung
hanya hadist Nabi tanpa pengaturan dan Klasifikasi; dan (2)buku-buku yang
mengandung hadist Nabi yang bercampur-aduk dengan berbagai ketetapan hukum
khulafa’u al Rasyidin, para sahabat dan tabi’un.2.
Beberapa karya pada abad ke-1 H adalah risalah tentang sahabat dan
sekertaris Nabi, Zia dib Tsabit(w.45H/666M) tentang faraidh. Karya besar paling
awal tentang hadist hukum(juga memasukan pendapat sahabt dan tabi’in)adalah almuwaththa’ karya Malik ibn Anas(w. 179H/795M). Namun, dalam abad ke-3 H dan
ke-4 H, kebanyakan buku hadist yang muncul memuat hanya hadist Nabi, misalnya
buku hadist al-kutub al-sittah terdiri dari shahih bukhari(w. 256M/870H); shahih alMuslim(w. 261M/875H); sunan Abu Dawud(w. 275M/888H); jami’ al-Tirmidzi(w.
279M/891H); sunan ibn Majah(w. 283M/869H); dan sunan Al-Nasa’i(w.303/915).
Kemunculan Al-Kutub Al-Sittah setelah kritisisme hadist(dirayat Al-hadist)
dikembangkan oleh para pakar hadist awal. Perlunya kritisisme terhadap hadist
semakin terasa, ketika hadist Nabi telah menyebar ke berbagai wilayah islam yang
luas, sehingga kian besar pula kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam periwayatan.
Rosenthal beranggapan bahwa, pernggunaan kertas untuk penulisan mulai
dilakukan kira-kira tahun 750M atau pada permulaan Dinasti Bani Abbasiyah atau
pada abad petengahan.
2.3 Pekembangan Historiografi Islam Abad Pertengahan.
Pada era pertengahan, terjadi beberapa pembaharuan dalam corak historiografi

islam. Hal ini tak terlepas dengan keadaan agama yang semakin diterima oleh
2

Azzra,2002:25

4

penganut lain, menembus batas angina gurun khas Hijaz dan mulai lebih luas di
peradaban dunia seperti di Syria dan Persia. Alih-alih tetap berpegang pada gaya
klasik yang terus bertumpu pada tradisi penulisan Arab dan senantiasa kembali ke AlQur’an dan Hadist, masing-masing sejarawan telah memadukan berbagai
kepakarannya dengan unsur-unsur lokal dimana ia berpijak. Kemunculan tiga sungai
besar langganan penulisan : Madinah, Yaman dan Irak 3. Menjadi indikasi betapa
hebat pemikiran para historiografi sudah mampu menyerap berbagai kearifan lokal di
wilayah setempat, sehingga dapat keluar dengan pendekatan-pendekatan yang baru
pada zamannya.
Yusri Abdu Ghani Abdullah mengungkapkan bahwa gerak zaman
keberislaman amatlah berkaitan dengan beberapa faktor yang menjadi katalisnya,
antara lain :
Pertama, melimpah ruahnya bahan-bahan kesejarahan sebagai akibat
maraknya pembangunan lembaga-lembaga pemerintahan pada masa diansti

Abbasiyah, utamanya lembaga administrasi, lembaga kemiliteran, perpajakan, dan
pos.
Kedua, maraknya aktivitas penerjemahan karya-karya dari bahasa Persia,
Yunani, Suryani, dan latin ke dalam bahasa arab.
Ketiga, ketersediaan sarana mobilitas yang memadai dan memanjakan para
pelajar dan sejarawan untuk melakukan penjelajahan ilmiah guna mencari riwayat,
melihat keajaiban-keajaiban di daerah lain serta peninggalan sejarahnya.4
Keempat, ekspansi perdagangan dunia timur jauh, terutama ke Malaka,
sehingga ikut membawa serta rasa ingin tahu yang mendalam akan tradisi dan
budaya.

3

Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta : Logos wacana ilmu, 1997)hlm. 41-79.
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam ; dari Klasik hingga Modern, ( Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2004)hlm. 17
4

5


Sejarawan mulai meninggalkan pola lama dan beralih pada suatu kajian yang
mengupas suatu kisah secara lebih intim, kendati dalam skup yang lebih kecil, naum
terasa lebih mendalam pembahasannya. Dengan penulisan sejarah yang berbentuk
traveler notes menjadi varian anyar yang tak kurang hangat disambut di dunia
historiografi islam. Yang paling populer, tentu saja adalah karya Ibnu Batutta yang
ditulis pada abad ke-15, bahkan ia sempat menuliskan keadaan Pasai yang sempat di
kunjunginya pada tahun 1343 dan 1346.
Boleh dikatakan poin dari meluncurnya gaya penulisan yang berisikan
heterogenitas pembahasan diluar arab menemukan momentumnya dengan munculnya
karya monumental Abdul Abbas al-Baladhuri, sejarawan Muslim Klasik pada paruh
ketiga Hijriah(sekitar 892 atau 893 M), dengan masterpiece-nya Futuh al-Buldan
yang begitu apik mengisahkan penaklukan-penaklukan di luar Arab.
Selain itu penulisan biografi juga mengalami kemajuan yang pesat. Paska
hancurnya Baghdad oleh Hulagu Khan pada tahun 1258, Abul Khair al-Hamdani,
sejarawan Persia sempat menuliskan biografi penguasa pastoral dari asia tengah itu.
Bagaimanapun, hancurnya Baghdad merupakan sebuah luka mendalam bagi umat
Islam. Namun, sebagai seorang sejarawan terkait posisinya sebagai pewarta zaman
tentu saja hal itu bukan merupakan batu sandungan dengan mengabdikan kisah sang
penakluk sebagai informasi untuk umat masa depan.


6

BAB. III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan Historiografi Islam terjadi atas 3 :
1. Masa Klasik = Narativ(menceritakan) tahun 632 M-1250 M
2. Pertengahan = Kritisi(diteliti) tahun 13 M – 19 M
3. Modern = sudah lebih luas (dikaitkan dengan Ilmu lain) tahun 19 M- Hingga
sekarang.

7

DAFTAR PUSTAKA
Rosenthal, Frans. 1985. “Histooriografi Islam.” Dalam Taufik Abdullah dan
Abdurrachman Surjomihardjo(eds). Ilmu Sejarah dan Historiografi; arah dan
prefektif. Jakarta; Gramedia.
Umar, Muin. 1988. Historiografi Islam. Jakarta;Rajawali. Wilaela, 1997
Abdullah, Yusril Abdul Ghani, Historiografi Islam; dari Klasik hingga Modern,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada,2004). Al-Baladhuri, Abul Abbas, Futuh AlBuldan

8